Tipologi fungsi al-Quran (Informatif - performatif)
Fungsi al-Quran sebagai kitab suci, dibagi menjadi dua dimensi (hasil pengembangan penulis atas disertasi Sam D. Gill). Horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal memfungsikan al-Quran sebagai data. Data tersebut dapat berupa teks maupun praktik. Data yang berupa teks, diterima sebagai kitab suci yang berlangsung secara turun-temurun dengan merujuk kepada Nabi yang menerima kitab suci tersebut. Tentu dalam hal ini al-Quran dengan Nabi Muhammad. Selanjutnya data yang berupa praktik. Praktik di sini dimaksudkan sebagai al- Quran yang digunakan sebagai ritual keagamaan. Personal maupun komunal. Praktik ini lebih kepada tujuan pragmatis karena pelaku melakukan ritual itu untuk mencapai tujuan khusus yang diharapkan. Ambillah contoh pembacaan surat Yasin. Surat Yasin dibaca dengan harapan agar keluarga yang sudah meninggal dapat diringankan siksanya dan seterusnya. Dimensi yang kedua yakni dimensi vertikal. Di sini lah kemudian fungsi informatif dan performatif dirumuskan. Pada dimensi vertikal, subyek berada dalam zona interpretasi atas data kitab suci, baik itu secara informatif maupun performatif. Fungsi informatif membaca data sebagai sumber pemahaman dan pesan-pesan. Baik teks maupun praktik. Data berupa teks, hemat penulis, menjadi interaksi yang paling masif dilakukan. Hal ini ditandai dengan banyaknya lahir mufasir beserta hasil tafsirnya. Kemudian data yang berupa praktik dibaca sebagai fenomena yang membawa pesan. Fungsi performatif menafsiri data, baik teks maupun praktik sebagai sumber suatu praktik. Fungsi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah transmisi. Transmisi dari praktik lama sebagai sebuah data ke praktik baru sebagai interpretasi atau penafsiran.