Anda di halaman 1dari 3

Hermeneutika Teori Hudud Muhammad Syahrur Dan Fenomena Jilbab sebagai Tren

Fashion.

Tafsir merupakan salah satu media untuk para pakar mengembangkan keilmuannya, atau
yang biasa disebut sebagai Tamrinah al-Funun. Salah satunya adalah Syahrur. Ia merupakan
mufasir kontemporer yang berlatar belakang teknik sipil. Mungkin terkesan tidak linier, namun
Syahrur menghubungkan keduanya dengan teori hermeneutikanya yakni Teori batas/hudud.

Dalam hukum Islam, menurut Syahrur, terdapat dua unsur yang membentuknya yakni
unsur al-istiqamah dan al-hanafiyyah. Al-istiqomah adalah batasan yang telah ditetapkan oleh
Allah dan al-hanafiyyah adalah ijtihad atau formulasi hukum di dalam batas. Di sini Syahrur
lagi-lagi menampakkan latar belakangnya dengan menggunakan fungsi-fungsi matematis dalam
menjelaskan bentuk-bentuk dalam teorinya. Berawal dari keyakinannya itu kemudia Syahrur
mencetuskan teori batasnya.

Syahrur menamai hermeneutikanya dengan sebutan teori batas, kenapa demikian karena
Ia menggunakan metode batas atas dan batas bawah dalam memahami ayat hukum. Menurut
Syahrur, selama tidak melebihi batas atas dan bawah, maka hukum itu masih bisa diformulasikan
untuk menemukan hukum yang pas dengan suatu konteks. Ia mendasarkan teorinya ini pada
Alquran surat an-Nisa ayat 13-14 dengan menyoroti redaksi “tilka huduud Allah”.
Menurut Syahrur pihak yang berhak dan memiliki otoritas penuh dalam menentukan
batasan hanyalah Allah. Ia menambahkan bahwa Nabi tidak berhak menentukan dan hanya
sebagai seorang ijtihad hukum yang masa berlakunya temporal-kondisional. Tentang yang
terakhir, hal ini dapat menjadi sebuah jalan kepada pintu ijtihad yang lebih luas dan mungkin
dapat relevan dengan perkembangan zaman.

Syahrur menyimpulkan setidaknya ada enam bentuk dalam teori batas yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:

Batas maksimal adalah batas paling atas yang telah ditetapkan dan tidak dapat dilampaui
tapi memungkinkan untuk diringankan. Seperti contoh hukuman potong tangan pagi pencuri.
Potong tangan adalah batas maksimal hukuman dan dimungkinkan untuk dikurangi beban
hukumannya.

Batas minimal merupakan batas paling bawah yang ditentukan oleh Alquran yang mana
tidak memungkinkan untuk mengurangi ketentuan tersebut akan tetapi mungkin untuk
menambahnya. Contoh dari batasan ini adalah macam-macam perempuan yang haram di nikah,
hutang piutang, dan tentang pakaian wanita.

Batas maksimal bersamaan dengan batas minimal. Pada batasan ini, hukum waris dapat
menjadi bagian di dalamnya. Prinsip 2:1 pada penentuan waris menjadi hukum yang diselesaikan
dengan batasan ini.

Batas maksimal dan minimal berada dalam satu titik yaitu ketentuan batas atasnya juga
menjadi batas bawah sehingga sebuah ijtihad tidak mungkin untuk mengambil hukum yang lebih
berat. Pada batasan ini, hanya hukuman zina yang dapat masuk di dalamnya yaitu seratus kali
jilid.

Batas maksimal dengan satu titik mendekati garis lurus tanpa persinggungan. Batas
paling atas sudah ditentukan dalam Alquran namun hukuman belum dapat ditentukan karena
tidak ada sentuhan dengan batas maksimal. Contohnya hubungan seksual laki-laki dan
perempuan.
Batas maksimal positif tidak boleh dilampaui dan batas minimal negatif boleh dilampui.
Contohnya adalah pada batas atas yang tidak boleh dilampaui adalah riba dan batas bawah yang
boleh dilampaui adalah zakat.

Melalui hermeneutikanya, salah satu fenomena sosial yang dapat dijawab adalah masalah
pakaian wanita sebagai tren fashion. Fenomena ini belakangan memang santer dibicarakan
dimana-mana. Dalam Alquran, Masalah ini termaktub dalam QS. an-Nur ayat 31 yang berbicara
tentang perintah menutup aurat.

Pakaian wanita pada masa ini memang sudah tidak lagi sebatas penutup aurat wanita,
namun sudah menjadi salah satu kebutuhan fashion. Tentu ini merupakan tren yang positif
kerena banyak wanita mulai menggunakan jilbab. Namun dari sini juga muncul pembicaraan
yang juga telah lama diperdebatkan adalah sampai mana batas aurat wanita yang harus ditutup.

Perdebatan tentang fenomena ini, hemat penulis, memang selalu didominasi tentang
pembahasan batas pakaian wanita yang harus ditutup. Beberapa model fashion jibab dinilai tidak
menerapkan konsep menutup aurat dengan sempurna kerena terlalu minimalis.

Menurut hermeneutika Syahrur, batas pakaian wanita yang mencakup seluruh badan
kecuali wajah dan tangan merupakan batas bawah dari ketentuannya. Sedangkan melebihkan
daerah yang ditutupi diperbolehkan karena hal tersebut tidak melewati batas minimal melainkan
bertambah ke atas. Oleh karena itu selagi batas minimalnya terpenuhi maka hal itu
diperbolehkan.

Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa Syahrur berusaha untuk melihat
perkembangan zaman dalam melihat sebuah fenomena yang kemudian ditafsirkannya namun di
sisi lain tidak meninggalkan hukum aslinya. Hermeneutika Syahrur ini, hemat penulis, dapat
menambah khazanah penafsiran Alquran dan membuat sebuah hukum akan selalu relevan seiring
dengan perkembangan zaman.

Anda mungkin juga menyukai