Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PEMBUATAN MOL (MIKROORGANISME LOKAL ) BERBAHAN DASAR RUMEN SAPI DI KANDANG


SAPI PONDOK PESANTREN AL-KAHFI

Grooming The Future Leaders

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN ILMU HAYATI

Disusun :
Mawa Rizqi ( 211016031 )

PROGRAM STUDI ILMU PERTENAKAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
TAHUN 2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PEMBUATAN MOL ( MIKROORGANISME LOKAL ) BERBAHAN DASAR RUMEN SAPI


DI KANDANG SAPI PONDOK PESANTREN AL-KAHFI

Disusun :
Mawa Rizqi ( 211016031 )

Menyetujui
Dosen Pengampuh Dosen Pembimbing
Lapangan

Husni, S.Pt., M.Si Husni, S.Pt., M.Si


NIP. 19780312202010141 NIP. 197803122020101412
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah
memberikan nikmat sehat , iman dan jasmani , penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul " MOL (Mikroorganisme Lokal) Pada Sapi " dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mikrobiologi. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk mengetahui MOL (Mikroorganisme Lokal) pada Sapi. bagi para
pembaca dan juga penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………………………………....iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………....iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………v
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………1
B. Tujuan Pratikum…………………………………………………………………………………………1
C. Kegunaan Pratikum…………………………………………………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………………………3
A. Pengertian Mikroorganisme Lokal ( MOL )………………………………………………….3
B. Jenis-Jenis Mikroorganisme Lokal ( MOL )…………………………………………………..3
BAB III MATERI DAN METODE PRATIKUM…………………………………………………………….4
A. Lokasi Praktikum………………………………………………………………………………………..4
B. Materi Praktikum……………………………………………………………………………………….4
C. Metode Praktikum……………………………………………………………………………………..4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………………………………6
A. Pembuatan MOL dengan isi Rumen Sapi………………………………….…………….…..6
B. Tahapan pembuatan MOL dari isi ( RUMEN SAPI )….……………………..………….7
C. Hasil pengamatan dari proses fermentasi MOL (RUMEN SAPI )…..……………..8
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………………………………………9
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………….10
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………………………….11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kegiatan manusia berupa peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak,


rumah potong hewan, dan pengolahan produk ternak menghasilkan limbah.
Seperti halnya sampah domestik, limbah berupa kotoran sapi juga mengandung
bahan organik. Keberadaan kotoran sapi menjadi masalah bagi peternak
maupun masyarakat di lingkungan sekitar peternakan. Sampah dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan serta ancaman terhadap kesehatan
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (Sudiran, 2005)
Solusi untuk permasalah tersebut dapat diselesaikan dengan membuat starter
fermentasi sendiri atau biasa disebut mikroorganisme lokal (MOL),
menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar, seperti rumen sapi, dedak
jagung, molases, terasi dan nanas. Mikroorganisme lokal dari isi rumen sapi
mengandung berbagai jenis bakteri yang cocok digunakan sebagai starter
fermentasi pakan, diantaranya adalah Bacillus Subtillus, Bacillus Licheniformis,
Lactobacillus ruminus, Spirillum, Diplodinium Dentatum, Diplodinium sp, dan
Dasytricha Ruminantium (Hudha et al., 2020).
Pembuatan MOL berbahan rumen sapi dapat digunakan untuk memfermentasi
pakan ternak berupa tongkol dan tumpi jagung yang dapat mensubstitusi
penggunaan biostarter komersial EM4 (Khasanah et al., 2019).

B. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui potensi MOL dari isi Rumen Sapi di fermentasi selama
seminggu atau selesai sampai keadaan isi rumen sapi menjadi cair dan tidak
padat.

C. Kegunaan Praktikum

1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang Mikroorganisme Lokal
( MOL ) dari isi rumen sapi.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan


A. Menambah refrensi penelitian tentang Mikroorganisme Lokal ( MOL ).
B. Menambah pengetahuan pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mikroorganisme Lokal ( MOL )

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang di manfaatkan


sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair.
Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa,
dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat
berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah
tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat
diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum,
rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula
merah, gula pasir,sebagai sumber energi,air kelapa dan urinsapi sebagai
sumber mikroorganisme. Larutan MOL yang telah mengalami proses
fermentasi dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara bagi pertumbuhan
tanaman.Mikroorganis memerupakan makhluk hidup yang sangat
kecil,mikroorganisme digolongkan ke dalamgolonganprotistayang terdiri dari
bakteri, fungi, protozoa, dan algae (Darwis,1992).

Menurut Fardiaz(1989) semua mikroorganisme yang tumbuh padabahan-


bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan
proses metabolism. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu
bahan dapatmenyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi
kimia, seperti adanya perubahan warna, kekeruhan, dan bau asam.

B. Jenis-Jenis Mikroorganisme Lokal ( MOL )

2.1 MOL Buah-buahan

Pengertian buah secara botani adalah perkembangan dari bunga, termasuk


didalam terdapat biji, atau buah merupakan jaringan yang mengelilingi biji kecuali
jambu mete yang mempunyai biji diluar daging buah. Contoh buah-buahan ialah
pisang, pepaya, nanas, mangga dan jenis buah yang lainnya dalam
kegunaannya berupa sayuran (Pujimulyani, 2007). Buah-buahan merupakan
salah satu bahan dari pembuatan MOL dimana buah-buahan sebagai sumber
Mikroorganisme. MOL yang berasal dari buah-buahan mempunyai kandungan
hara makro yaitu kandungan N 0,1833%, kandungan P 54,989 mg/L, dan
Kandungan K 3,125 mg/L untuk kandungan Hara Mikro MOL buah-buahan yaitu
kandungan Ca 3,7 mg/L, kandungan Mg 64,5 mg/L, Kandungan Fe 1,605 mg/L,
kandungan Mn 0,274 mg/L, kandungan Zn 1,115 mg/L dan kandungan NH4
38,78
mg/L (Wiswasta dkk., 2016). Menurut Lindung (2015) MOL buah mempunyai
fungsi yang kontradiksi yaitu sebagai penghambat pertumbuahan vegetatif dan
lebih berfungsi untuk perangsang bunga dan buah. Belum banyak penelitian
MOL berdasarkan satu jenis buah yang digunakan untuk mrngetahui hara yang
terkandung didalamnya. Berikut buah yang dapat digunakan menjadi MOL.

2.2 Kualitas Pupuk Cair Mikroorganisme Lokal

Larutan MOL mempunyai kualitas yang baik apabila sehingga mampu


meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman secara
berkelanjutan. Kualitas merupakan tingkat yang menunjukkan serangkaian
karakteristik yang melekat dan memenuhi ukuran tertentu (Dale, 2003). Faktor-
faktor yang menentukan kualitas larutan MOL antara lain media, lama
fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme
yang aktif di dalam proses fermentasi, pH, temperatur, lama fermentasi, dan
rasio C/N dalam bahan (Hidayat, 2006). Larutan MOL mempunyai kualitas yang
baik sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan
tanaman secara berkelanjutan. Terkait kualitas MOL Batara (2015) menyatakan
bahwa MOL mempunyai sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi MOL.

2.2.1. Sifat Fisik

MOL sebagai suatu larutan mempunyai sifat-sifat fisik yang berhubungan


dengan kehidupan mikroorganisme misalnya waktu, suhu dan warna. Penelitian
Juanda dkk (2011) menemukan bahwa waktu pembuatan yang dibutuhkan MOL
3 minggu karena bahan baku MOL sudah hancur atau terurai dengan sempurna.
Lama pembuatan juga berpengaruh nyata terhadap suhu MOL. Suhu tertinggi
yang dicapai adalah 290C. Hal ini ada kaitannya dengan aktivitas
mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik yang menghasilkan
energi dalam bentuk panas. Setelah mencapai puncak, suhu mulai menurun,
diduga karena aktivitas mikroorganisme dalam mengurai bahan organik semakin
berkurang. MOL juga menghasilkan warna yang berbeda-beda tergantung pada
bahan organiknya. Effendi (2003) menyatakanWarna MOL adalah warna yang
ditimbulkan oleh kandungan bahan organik dan anorganik. Warna bahan-bahan
organik misalnya tannin, liginin dan asam humus yang berasal dari dekomposisi
bahan baku MOL. Warna ini tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi
juga oleh bahan tersuspensi.
2.2.2. Sifat Kimia
Dalam dekomposisi bahan baku MOL terjadi perubahan-perubahan kimia.
Perubahan ini antara lain tergantung pada pH, kadar karbohirat, oksigen dan
mikroorganisme. Kualitas MOL pada sifat kimia berhubungan dengan unsur hara
dalam bahan baku. Bahan baku MOL adalah media tumbuh mikroorganisme
yang
mengandung unsur hara yang dibutuhkan mikroorganisme untuk memperoleh
energi, membentuk sel dan melakukan biosintesis produk-produk metabolit.
Mikroorganisme membutuhkan serangkaian unsur hara yang berbeda tetapi
tidak
semua unsur hara diperlukan dalam jumlah yang sama. Unsur hara bisa menjadi
faktor pembatas pertumbuhan mikroorganisme apabila kurang tersedia dari yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Proses metabolisme ini
berlangsung akibat aktifitas biokimia mikroorganisme yang memanfaatkan unsur
hara yang tersedia berupa karbohidrat, protein, lemak, mineral maupun vitamin.
Setiap mikroorganisme menghasilkan enzim yang berbeda untuk memecah
senyawa kompleks polisakarida, protein dan lemak. Enzim ini merupakan enzim
ekstraseluler yang memecah senyawa secara hidrolisis (Batara, 2015).

2.2.3. Sifat Biologi

Kualitas MOL ditentukan juga oleh populasi mikroorganisme berguna


yang terdapat di dalam MOL. Keragaman populasi mikroorganisme dalam setiap
MOL mengindikasikan bahwa banyak mikroorganisme yang berperan dalam
proses dekomposisi bahan organik MOL. Keragaman populasi ini ditentukan oleh
faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik misalnya suhu pertumbuhan
mikroorganisme, kandungan air, tekanan osmosis dan aerasi. Faktor biotik yang
berhubunagn misalnya interaksi dalam satu populasi mikroorganisme atau
interaksi antar berbagai populasi mikroorganisme. Mikroorganisme akan saling
berinteraksi dalam mendegradasi dan memineralisasi senyawa komplek bahan
organik menjadi senyawa sederhana dan sejumlah unsur hara esensial seperti
N, P dan K. Dalam MOL juga terdapat mikroorganisme selulolitik. Cendawan A.
niger
ditemukan dalam MOL keong mas dan dalam MOL urin kelinci ditemukan
Verticillium sp. Mikroorganisme ini menghasilkan enzim selulase yang mampu
menghidrolisis selulosa menjadi oligosakarida dan akhirnya menjadi glukosa
yang
berfungsi sebagai sumber karbon dan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
(Batara, 2015).
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

A. Lokasi Praktikum

Untuk praktikum ini di lakukan penelitian di Kandang Pondok Pesantren AL-Kahfi

B. Materi Praktikum
Rumen sapi merupakan cairan yang berasal dari dalam tubuh sapi. Bagian
ini masih jarang dimanfaatkan oleh rumah potong hewan sehingga lebih sering
berakhir sebagai limbah. Padahal, rumen sapi mengandung bahan organik yang
masih bisa diolah menjadi starter pupuk organik. Rumen merupakan bagian dari
ternak ruminansia, seperti sapi, kambing, kerbau, dan domba. Di dalam rumen
terdapat bahan pakan yang dikonsumsi oleh ternak, misalnya rumput,
leguminosa, dan bahan pakan lainnya. Pakan yang masuk ke rumen akan
mengalami proses fermentasi oleh mikroorganisme, seperti bakteri, protozoa,
yeast, dan fungi.
Jumlah rumen di dalam tubuh sapi terbilang cukup besar. Oleh karena itu, jumlah
rumen yang dihasilkan di rumah potong hewan yang bisa memotong hingga
puluhan sapi setiap harinya cukup besar. Jika rumen tersebut tidak diolah
kembali, bagian tersebut akan menjadi limbah berbahaya yang bisa mencemari
lingkungan.
Selama ini, isi rumen sapi dari rumah pemotongan hewan sering digunakan
sebagai pakan ternak yang kaya akan protein. Sementara itu, cairan yang
dihasilkan di dalam rumen mengandung protein, vitamin, mineral, dan lain-lain.
Kandungan tersebut sangat berpotensi untuk dimanfatkan menjadi starter.
Starter tersebut berguna untuk mempercepat proses pengomposan sehingga
waktu yang dibutuhkan menjadi lebih singkat, sebagai pupuk cair tanaman,
mempercepat proses fermentasi jerami pakan ternak, dan sebagai bibit bakteri
atau bioaktivator. Cara pembuatannya sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri,
simak ulasan berikut ini.
C. Metode Praktikum

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat
A. Ember
B. Plastik Bening
C. Jerigen
D. Kayu Pengaduk
E. Tali Rapia

3.3.2. Bahan
A. Isi Rumen Sapi sebanyak 20 kg
B. Air Kelapa 10 L
C. Molases/Gula 2 kg
D. Air Cucian Beras 5 L
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan MOL dengan isi Rumen Sapi

Pembuatan MOL disebabkan adanya aktifitas bakteri yang ada di dalam MOL.
(Hadi, 2019) menyatakan bahwa pada proses pembuatan MOL, pembentukan
gas dihasilkan dari adanya konsumsi oksigen oleh mikroba dalam proses
fermentasi atau respirasi. Mikroba tersebut melakukan respirasi secara aerob
maupun anaerob, dan gas yang dihasilkan adalah CO2. CO2 yang terlepas di
dalam bahan MOL akan membentuk senyawa H2CO3 yang mudah sekali
terlepas ikatannya dan menjadi ion H+ dan HCO3-. Ion H+ tersebut akan
menentukan keasaman yang dihasilakan dari MOL (Suhastyo et al., 2013).
Warna yang dihasilkan dari pembuatan MOL adalah coklat tua. Hal tersebut
menunjukkan bahan-bahan organik sumber makanan bagi mikroba sudah
didekomposisi. Perubahan warna pada proses pembuatan MOL terjadi sebagai
akibat dari perombakan bahan-bahan organik sebagai akibat dari aktifitas
mikroba yang ada di dalam larutan MOL (Susanto, 2002). Bakteri melakukan
pemecahan senyawa karbohidrat kompleks menjadi lebih sederhana dalam
bentuk asam organik, alkohol, karbondioksida dan air (Arief et al., 2011).
Pada penelitian ini menghasilkan pH 4, yang dapat diartikan bahwa di dalam
larutan MOL tersebut terjadi proses perkembangbiakan bakteri. (Suhastyo et al.,
2013) mengungkapkan bahwa penyebab rendahnya pH pada larutan MOL
diakibatkan oleh aktifitas bakteri yang merombak karbohidrat secara anaerobik
menjadi berbagai maacam asam organik yaitu asam laktat, piruvat, dan asetat.
Ditambahkan oleh (Nuraini et al., 2014) bahwa dalam proses fermentasi, bentuk
kompleks karbohidrat akan diuraikan menjadi menjadi senyawa yang sederhana
seperti sukrosa, manosa, dan dektrosa yang dimaanfaatkan sebagai sumber
energi oleh bakteri asam laktat, sehingga menghasilkan produk senyawa yang
mempunyai sifat asam seperti asam laktat yang bersifat mudah terbang atau
volatile yang mengakibatkan kondisi asam, sehingga larutan MOL mempunyai
pH rendah.
Bau masam yang dihasilkan dari penelitian menunjukkan berhasilnya proses
pembuatan MOL. Bau masam terbentuk dari proses dekomposisi karbohidrat
sumber energi bagi bakteri dan diubah menjadi senyawa-senyawa asam. Bakteri
menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi untuk kelangsungan hidupnya.
Karbohidrat diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana dan menghasilkan
produk asam laktat yang bersifat volatile (Nuraini et al., 2014).

B. Tahap Pembuatan MOL dari isi ( RUMEN SAPI )

 Campur seluruh bahan yang sudah disediakan, kecuali rumen.


 Masukkan rumen ke wadah, lalu campurkan bahan-bahan yang lain. Aduk
hingga rata.
 Tambahkan molasses ke dalam rumen, aduk kembali hingga rata.
 Tutup wadah dengan rapat, kemudian ikat dengan tali rafia agar penutup
semakin erat.
 Diamkan selama 1 malam.
 Amati kondisi rumen pada hari ke-4, 5, dan 6. Rumen akan berubah menjadi
kecokelatan di hari-6.
 Pada hari ke-7 rumen disaring terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
starter.
 Produk sudah jadi siap dipasarkan Mikroorganisme Lokal MOL dari isi Rumen
sapi yang di pindahkan ke jerigen yang sudah mempunyai label
C. Hasil pengamatan dari proses fermentasi Mikroorganisme Lokal
( MOL ).

Hari Ciri-Ciri MOL Keterangan


Ke-1 Hari pembuatan MOL
Ke-2 Masih seperti warna hari Belum ada perubahan Warna
pertama pembuatan, warnanya
merah kecoklatan.
Ke-3 Masih berwarna merah Belum ada tanda proses fermentasi
Ke-4 Berwarna Merah Mengeluarkan bau tidak enak
Ke-5 Bercampurnya isi rumen sapi Mengeluarkan bau yang tidak enak
dengan bahan-bahan sampai dan belum terlihat berhasil atau
mencair tidaknya MOL
Ke-6 - Sama seperti hari Ke-5
Ke-7 Mencair dan tercampur sampai
berbusa
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian adalah dengan melihat ciri-ciri terbentuknya


gas, warna, pH, dan bau maka MOL berbahan dasar rumen sapi dapat
digunakan sebagai starter dalam proses fermentasi pakan sapi potong
DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. W., Irawati, I., & Yusmasari. (2011). Penurunan kadar asam fitaT tepung
jagung selama proses fermentasi menggunakan ragi tape. Seminar Nasional
Serealia, 590–597.
Hadi, R. A. (2019). Pemanfaatan Mol (Mikroorganisme Lokal) dari materi yang
tersedia di sekitar lingkungan. Agroscience, 9(1), 93–104.
Hudha, I. M., Dewi, K. R., Wisnu, V. P., & Izatul, I. M. (2020). Pemanfaatan limbah isi
rumen sapi sebagai mikroorganisme okal (Mol). Jurnal ATMOSPHERE, 1(1), 30–
36.
Imam, S., Suryadi, U., & Hertamawati, R. T. (2020). Pemanfaatan limbah penyulingan
serei wangi terfermentasi sebagai serat pakan komplet sapi potong di kelompok
peternak “Pokmas Harapan” desa Kemuning Lor, Jember. Prosiding Seminar
Nasional Hasil Pengabdian Masyarakat, 211–217.
Khasanah, H., Purnamasari, L., & Kusbianto, D. E. (2019). Pemanfaatan MOL
(Mikroorganisme Lokal) sebagai substitusi biostarter EM4 untuk meningkatkan
kualitas nutrisi pakan fermentasi berbasis tongkol dan tumpi jagung. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner, 345–352.

LAMPIRAN
No. Halaman
1. Foto Pembuatan MOL dengan isi Rumen Sapi……………………....12
2. Tabel dan Foto Hasil Pembuatan MOL……………………………..…13

Anda mungkin juga menyukai