Anda di halaman 1dari 21

GURU

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Dr. Fartika Ifriqia, M.Pd.

DISUSUN OLEH
Kelompok 6 :

1. Mayada Widyawati (932133119)


2. Miftakhul Aini (932133819)
3. Risalatul Muawanah (932135119)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, serta
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Guru”. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad SAW.
yang telah menuntun umatnya keluar dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah, yakni
Ad-Dinul Islam.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Sosiologi
Pendidikan, yakni Ibu Dr. Fartika Ifriqia, M.Pd. atas bimbingan dan ilmu yang diberikan
kepada kami. Terima kasih juga kepada pihak yang telah membantu penyusunan dan
pembuatan makalah ini.
Mohon maaf apabila ada kekurangan maupun kesalahan pada penulisan, penyusunan,
dan isi pembahasan dalam makalah ini. Karena keterbatasan kami dalam wawasan dan
referensi, oleh sebab itu kami sangat berharap pembaca mau memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk kami gunakan sebagai koreksi pembuatan makalah selanjutnya.

Kediri, 22 Maret 2022

Pemakalah,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Komunikasi dalam Pendidikan .............................................................................. 4


B. Etika Guru dan Siswa ............................................................................................. 5
C. Interaksi Social Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran di Kelas .................. 10
D. Interaksi Social Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran Daring .................... 11
E. Tantangan Guru dalam Pembelajaran Daring ......................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 16
B. Saran ...................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berkelompok dan saling
membutuhkan satu sama lain. Sebagai makhluk sosial dan hidup berkelompok dalam
kehidupan sehari-hari, tentu tidak luput dari interaksi atau komunikasi. Komunikasi
adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau audiens
baik itu dalam bentuk simbol, lambang dengan harapan bisa membawa atau
memahamkan pesan itu kepada pesrta didik (siswa) jika di kelas atau pada masyarakat
serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku.
Hidup antara manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk hubungan serta
di dalam berbagai keadaan. Tanpa proses interaksi dalam hidup, maka manusia tidak
mungkin dapat hidup bersama. Interaksi terdiri dari kata inter yang berarti antar dan
aksi yang berarti kegiatan. Sehingga interaksi adalah kegiatan timbal balik, selain itu
interaksi di sebut juga sebagai perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi
tidak akan terjadi interaksi.
Dari sisi terminologi interaksi berarti hal saling melakukan aksi saling
berhubungan dan mempengaruhi. Interaksi selalu berhubungan dengan istilah
komunikasi. Komunikasi berasal dari kata communicate yang artinya berpartisipasi
dan memberitahukan. Dalam proses komunikasi maka dikenal adanya unsur
komunikan serta komunikator.
Manusia secara pribadi maupun sebagai makhluk sosial ingin memenuhi
kebutuhan secara umum, yaitu kebutuhan ekonomis, kebutuhan biologis dan lain
sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan ini manusia tidak dapat berdiri sendiri, ia
harus bekerja sama dengan orang lain atau masyarakat. Tanpa mengadakan kerja
sama dan hubungan keutuhan tersebut tidak akan dapat terpenuhi, oleh sebab itu
manusia baik secara pribadi maupun secara bersama saling memerlukan dan saling
melalukan hubungan.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau interaksi dari
pengirim kepada penerima. Oleh karena itu, Komunikasi harus ada timbal balik (feed
back) antara komunikator dengan komunikan. Begitu juga dengan pendidikan
membutuhkan komunikasi yang baik, sehingga apa yang disampaikan, dalam hal ini
materi pelajaran, oleh komunikator (guru) kepada komunikan (siswa) bisa dicerna
dengan optimal, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai bisa terwujud.

1
Sejak Februari 2020 yang lalu, Indonesia dan seluruh dunia digemparkan
dengan merebaknya pandemi Covid-19. Berbagai aktivitas kehidupan manusia yang
sebelumnya berlangsung normal harus berubah secara drastis dan signifikan
mengikuti berbagai peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah guna mengurangi
penyebaran virus corona ini. Semua kegiatan masyarakat harus dilakukan dan
dilaksanakan dari rumah, seperti bekerja, bersekolah, beribadah, dan lainnya.
Masyarakat diwajibkan mengikuti semua peraturan dan protokol kesehatan yang
ditetapkan oleh Pemerintah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan harus menjalani
kehidupan dengan tataran normal baru. Tentu saja hal ini mengubah segala aspek
kehidupan manusia.
Begitu pula halnya di sektor pendidikan, pandemi ini juga mempengaruhi dan
memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Pemerintah
memutuskan untuk menutup sekolah dan juga perguruan tinggi. Pelaksanaan
pembelajaran harus dirombak ulang dan disesuaikan guna beradaptasi mengikuti
ketentuan protokol kesehatan yang melarang masyarakat untuk berkerumun di satu
tempat yang ramai. Berbagai kebijakan pun disusun oleh pemerintah guna
menanggulangi dampak virus ini terhadap proses belajar dan mengajar. Pembelajaran
tatap muka (konvensional) ditiadakan, pembelajaran dilakukan di rumah melalui
pembelajaran jarak jauh dan dengan menggunakan media online.1
Solusi pembelajaran yang bisa dilakukan selama pandemi Covid-19 ini ialah
guru harus bisa berinovasi dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan
teknologi yang ada, berpikir kreatif dan berkolaborasi dengan peserta didik dan orang
tua peserta didik. Guru harus mengusahakan menerapkan model pembelajaran yang
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi para peserta didik. Dalam hal ini sangat
dituntut kerja sama antara guru, peserta didik, dan orang tua peserta didik agar tetap
bisa mencapai dan memenuhi tujuan kompetensi pendidikan yang telah ditetapkan.

1
K. Arizona, et. al., “Pembelajaran Online Berbasis Proyek Salah Satu Solusi Kegiatan Belajar Mengajar di
Tengah Pandemi Covid-19”, Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5 (Januari. 2020), 64-70.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Komunikasi dalam Pendidikan?
2. Bagaimana Etika Guru dan Siswa?
3. Bagaimana Interaksi Social Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran di Kelas?
4. Bagaimana Interaksi Social Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran Daring?
5. Bagaimana Tantangan Guru dalam Pembelajaran Daring?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana Komunikasi dalam Pendidikan?
2. Mengetahui bagaimana Etika Guru dan Siswa?
3. Mengetahui bagaimana Interaksi Social Guru dan Siswa dalam Proses
Pembelajaran di Kelas?
4. Mengetahui bagaimana Interaksi Social Guru dan Siswa dalam Proses
Pembelajaran Daring?
5. Mengetahui bagaimana Tantangan Guru dalam Pembelajaran Daring?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi dalam Pendidikan
komunikasi pendidikan adalah aspek komunikasi dalam dunia pendidikan,
atau komunikasi yang terjadi pada bidang pendidikan. Jadi segala interaksi yang
terhubung dalam semua aspek pendidikan yang saling berkaitan dan saling
mendukung satu sama lain. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu: ing ngarso sung tulodho, ig madya
mangun karso, tut wuri handayani, yang artinya: di depan memberi contoh atau
teladan yang baik, di tengah membangun kehendak/kemauan (inisiatif), di
belakang memberi dorongan/semangat.
Dalam dunia pendidikan, komunikasi memiliki beberapa fungsi, seba-
gaimana fungsi dari komunikasi itu sendiri yang merupakan suatu disiplin ilmu,
untuk mendukung setiap aktifitas pendidikan komunikasi sangat berpengaruh
besar, adapun beberapa fungsi komunikasi antara lain:
1. Fungsi Informatif, maksudnya komunikasi berfungsi memberi keterangan,
memberi data atau fakta yang berguna bagi segala aspek kehidupan manusia,
melalui komunikasi maka apa yang ingin disampaikan oleh guru kepada siswa
dapat diberikan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
2. Fungsi Edukatif, maksudnya komunikasi berfungsi mendidik masyarakat,
mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaan mandiri,
seseorang bisa banyak tahu karna banyak mendengar, banyak membaca dan
banyak berkomunikasi.
3. Fungsi Persuasif, maksudnya komunikasi mampu membujuk orang lain/
siswa untuk berprilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh
komunikator (pendidik). Membangkitkan pengertian dan kesadaran ko-
munikan, baik bersifat motivasi maupun bimbingan, bahwa apa yang kita
sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi berubahnya adalah atas
kehendak sendiri (bukan hasil pemaksaan).
Komunikasi juga dapat berfungsi menjadi sebuah hiburan pada waktu-
waktu yang memungkinkan, dikala seorang pendidik memberikan dongeng,
mendengarkan puisi dari teman, maupun berbagai cerita tentang sejarah dari
berbagai belahan dunia. Dengan adanya fungsi-fungsi komunikasi diharapkan
juga ada perubahan sikap peserta didik sesuai dengan yang disampaikan oleh para

4
pendidik serta mencapai target pembelajaran yang lebih maksimal, disamping itu
fungsi komunikasi juga sebagai sarana pengendalian, motivasi, pengungkap
emosi, informasi, bahan diskusi, sosialisasi, hiburan, integrasi, pendidikan, dan
kebudayaan. Dengan adanya fungsi komunikasi diharapkan mampu mendukung
terciptanya komunikasi yang efektif antara pendidik dan peserta didik di dalam
proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran tentunya sangat diperlukan komunikasi yang
efektif. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk menghasilkan
perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi
efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan
antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman
dan umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan bahasa non verbal secara
baik.2
Nabi Muhammad SAW memperkenalkan suatu revolusi sosial yang belum
pernah terjadi di Barat dan Timur, dahulu maupun sekarang. Salah satu aspek
yang terpenting dalam revolusi ini adalah transformasi moral dan spiritual yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW melalui tingkah laku dan kepribadiannya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW sendiri “Sesungguhnya aku diutus ke
dunia untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” HR: Abu Hurairah.3
B. Etika Guru dan Siswa
Etika pada dasarnya adalah berinsikan interaksi antara pendidik dan
peserta didik dengan baik dan benar. Dalam interaksi tersebut pendidik,
guru memegang peranan kunci bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan.
Tanpa kelas, gedung, peralatan dan sebagainya proses pendidikan masih
dapat berjalan walaupun dalam keadaan darurat, tetapi tanpa guru dan
peserta didik proses pendidikan hampir tak mungkin dapat berjalan.
Al-Ghazali menyatakan sebagaimana yang dikutip Abudin Nata
bahwa guru diberi tugas-tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas dan
sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya.
Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki ilmu pengetahuan secara
mendalam dan dengan akhlaknya yang baik ia menjadi contoh dan teladan

2
H. A. Suprapto, “Pengaruh Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa”, Jurnal Imiah
Kependidikan, 11 (Januari. 2017).
3
Al Firdaus Iqra’, Kiat Hebat Public Relations ala Nabi Muhammad SAW (Yogyakarta: Inajah, 2013), 137-143.

5
bagi para peserta didiknya serta dengan kuat fisiknya ia dapat
melaksanakan tugas mengajar dan dapat mengarahkan anak muridnya
dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Untuk membahas etika guru dan murid dalam proses belajar
mengajar kiranya kita perlu memperhatikan uraian sebagai berikut :
Seorang pendidik harus menghias dirinya dengan akhlak sebagai
orang yang beragama atau sebagai mukmin. Selain itu ia juga harus
bersikap juhud dan qanaah. Oleh sebab itu, bagi seorang guru harus
memiliki etika dan persyaratan yang sesuai dengan tingkatan lapisan orang
yang menuntut ilmu tersebut. Dalam hal ini, al-Ghazali yang merupakan
salah satu tokoh pemikir pendidikan Islam memberi batasan-batasan
tertentu tentang etika guru seperti yang di kutip oleh Abudin Nata sebagai
berikut: “Bersikap lembut dan kasih sayang pada murid.”
Dalam hal ini Al-Ghazali menilai bahwa seorang guru dibandingkan
dengan orang tua anak, maka guru lebih utama dari orang tua tersebut.
Menurutnya orang tua berpesan sebagai penyebab adanya si anak di dunia
yang sementara ini, sedangkan guru menjadi penyebab bagi keberadaan
kehidupan yang kekal di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah
Saw “Sesungguhnya saya bagimu adalah seperti orang tua kepada
anaknya.”
Jadi pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa beliau sangat
menekankan pada tugas untuk memperlakukan pada anaknya sendiri,
artinya ketika guru memerintahkan atau melarang harus dipenuhi dengan
rasa kasih sayang sehingga apabila peserta didik melanggar atau nakal
guru memberikan sangsi atas dasar kasih sayang bukan atas dasar
kebencian. “Guru harus mengikuti dan mencontoh Nabi sebagai pemilik syara’.”
Al-Ghazali menjelaskan bahwa seorang guru tidak meminta
imbalannya atas tugas mengajarnya. Hal yang demikian karena mengikuti
apa yang dilakukan Allah dan Rasul-Nya yang mengajar manusia tanpa
meminta imbalan, tanpa meminta ucapan terima kasih, semata-mata
karena Allah. Karena itu seorang guru harus melaksanakan tugas
mengajarnya sebagai anugerah dan rasa kasih sayang kepada orang yang
membutuhkannya, tanpa disertai keinginan untuk mendapatkan upah.
“Jangan meninggalkan nasihat-nasihat Guru.”

6
Guru diharapkan memperingatkan kepada peserta didiknya bahwa
tujuan mencari ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan
kepemimpinan, kemegahan dan perlombaan. Ia juga harus bersungguh-
sungguh tampil sebagai penasehat, pembimbing para peserta didik
ketika para peserta didik itu membutuhkannya. Untuk itu perlu
diupayakan dan diberikan kesadaran kepada seluruh peserta didik agar
jangan sampai mereka meninggalkan apa-apa yang pernah diberikan dan
diajarkan oleh guru kepada peserta didiknya. “Menanamkan hal-hal yang
lembut dan baik.”
Dalam hal ini guru berkewajiban mencegah muridnya dari akhlak
yang buruk dengan cara menghindarinya sedapat mungkin. Berkenaan
dengan ini maka sesuai dengan istilah tarbiyah yang ada pada intinya
menumbuhkan pemahaman melalui diri anak itu sendiri, dankarena wajib
mengikuti cara-cara yang sesuai dengan kata lain, seorang guru ketika
memberikan pengajaran hendaknya memakai cara-cara yang lembut dan
halus agar apa-apa yang disampaikan dapat diserap dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. “Perhatikan tingkat akal pikiran murid.”
Dalam hal ini berbicara dengan mereka menurut kadarpemahaman
kemampuan akalnya. Al-Ghazali banyak melihat kebiasaan dari sebagian
guru fiqih yang menjelekan guru bahasa dan sebaliknya, sebagian ulama
kalam memusuhi ulama fiqih demikian seterusnya sehingga sikap saling
menghina dan mencela guru lain di depan peserta didik merupakan bagian
yang harus dihindari dan dijauhi oleh seorang guru. Hal yang demikian
termasuk kelemahan bahkan yang demikian termasuk akhlak yang tercela
dan semua guru harus menjauhinya.Jika guru bertanggungjawab kepada
beberapa ilmu, maka ia seyogyanya untuk memelihara pentahapan dalam
meningkatkan peserta didik dari satu tingkatan ke tingkatan lainnya.Selain
itu guru juga dalam melaksanakan proses belajar mengajar hendaknya
menyesuaikan dengan perkembangan dan pentahapan psikologi dan
jiwanya. Hal ini agar ketika menyampaikan materi pengajaran, peserta
didik tidak merasa terlalu berat dan terbebani. “Jangan menimbulkan rasa
benci pada murid.”
Tugas ini memberikan pemahaman kepada peserta didik agar tidak
membenci cabang ilmu yang lain, tetapi seyogyanya dibukakan jalan bagi

7
mereka untuk belajar cabang ilmu tersebut artinya peserta didik agar
jangan terlalu panatik. Hal ini juga bisa ditanamkan dan diberikan
kesadaran bahwa semua ilmu itu berasal dari Allah. Ketika kita
mempelajari satu cabang ilmu apapun itu, berarti kita sudah mempelajari
hakikat kebenaran dari Allah. “Guru dan murid harus mengamalkan ilmunya
dengan baik.”
Dalam hal ini guru dilarang mendustakan perkataannya karena ilmu itu
diperoleh dengan pandangan hati, sedangkan pengalaman diperoleh dengan
pandangan mata. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 44.
“mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al-kitab
(taurat)? maka tidaklah kamu berpikir?”
Tipe ideal yang dikehendaki Al-Ghazali tersebut di atas terlihat dari
perspektif guru sebagai profesi nampak diarahkan pada asfek moral dan
kepribadian guru, sedangkan asfek keahliah, profesi dan penguasaan materi
yang diajarkan dan metode yang harus dikembangkan kurang diperhatikan.
Hal ini dapat dimengerti karena paradigma yang digunakan untuk mene-
ntukan guru tersebut tidak terlepas dari penokohan oleh peserta didik dan
menjadikan guru sebagai figur sentral yang diidolakan bahkan mempunyai
kekuatan spiritual, dimana peserta didik sangat bergatung dan meniru pola
tingkah laku guru.
Dengan posisi seperti ini nampak guru memegang peranan penting
dalam pendidikan,hal ini mungkin kurang sejalan dengan pola dan
pendekatan pendidikan yang diterapkan pada masyarakat modern pada saat
ini. Posisi guru dalam pendidikan modern saat ini bukan merupakan satu-
satunya agen ilmu pengetahuan dan informasi, karena ilmu pengetahuan
dan informasi sudah dikuasai bukan hanya oleh guru yang berwujud
manusia, melainkan guru juga bisa berupa peralatan teknologi penyimpan
data dan sebagainya. Guru pada masa sekarang lebih dilihat sebagai
fasilitator, pemandu atau narasumber ideal yang dikemukakan Al-Ghazali
yang demikian syarat dengan norma, akhlak masih dianggap relevan jika
tidak dianggap satu-satunya modal, melainkan jika dilengkapi persyaratan
yang lebih modern bersifat persyaratan akademis dan profesi. Guru yang
ideal di masa sekarang adalah guru yang memiliki persyaratan kepribadian

8
sebagaimana dikemukan Al-Ghazali dan ditambah dengan persyaratan
akademis lainnya, seperti ijazah akta mengajar, sertifikasi mengajar dan
lain-lain.
Dengan demikian, seorang guru menurut Al-Ghazali adalah
seseorang yang menghilangkan akhlak yang buruk dan menggantikan
dengan akhlak yang baik agar para peserta didik itu mudah menuju jalan ke
akhirat yang menyampaikannya kepada Allah.
Mahmud Yunus menjelaskan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
guru yang dikutip oleh Ahmad Tafsir sebagai berikut:
1. Menyayangi peserta didiknya dan memperlakukan mereka seperti
menyayangi dan memperlakukan anaknya sendiri.
2. Hendaknya guru memberi nasihat kepada peserta didiknya seperti
melarang mereka menduduki suatu tingkat sebelum berhak men-
dudukinya.
3. Hendaklah guru memperingatkan peserta didiknya bahwa tujuan
menuntut ilmu adalah mendekatkan diri pada Tuhan, bukan untuk
menjadi pejabat, untuk bermegah-megah atau untuk bersaing.
4. Hendaklah guru melarang peserta didiknya mula-mula bahan pela-
jaran yang mudah dan banyak terjadi di masyarakat.
5. Tidak boleh guru merendahkan pelajaran lain yang tidak diajar-
kannya.
6. Hendaklah guru mendidik peserta didiknya supaya berfikir dan ber-
ijtihad, bukan semata-mata menerima apa yang diajarkan oleh guru.
7. Hendaklah guru mengamalkan ilmunya, jangan perkataan berbeda
dengan perbuatannya.
8. Hendaklah guru memperlakukan semua peserta didiknya dengan
adil, jangan membedakan peserta didik atas dasar kekayaan atau ke-
dudukan.
Dari uraian di atas, bahwa sosok guru yang ideal adalah guru yang
memiliki motivasi mengajar yang tulus yaitu ikhlas dalam meng-
embangkan ilmunya, bertindak sebagai orang tua yang penuh kasih
sayang pada anaknya, dapat mempertimbangkan kemampuan intelek-
tualnya, mampu menggali potensi yang dimiliki, bersikap terbuka dan
demokratis untuk menerima dan menghargai pendapat para peserta

9
didiknya. Sehingga mengajarkan pelajaran secara sistematis serta men-
jadi pribadi panutan dan teladan adalah sifat-sifat yang tetap sejalan
dengan tuntutan masyarakat modern.
C. Interaksi Social Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
berlangsung interaksi guru dan peserta didik dalam proses belajar
mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Jadi proses belajar
mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur
manusiawi yakni peserta didik sebagai pihak yang belajar dan guru
sebagai pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan
komponen pendukung (ciri-ciri interaksi edukatif) yaitu:
1. Interaksi pembelajaran memiliki tujuan : untuk membantu anak
mencapai perkembangan tertentu. Interaksi pembelajaran disadari
untuk mencapai tujuan, dengan menempatkan peserta didik sebagai
pusat perhatian peserta.
2. Ada suatu prosedur atau langkah-langkah yang telah direncanakan dan
didesain untuk bisa mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Dalam
melakukan interaksi perlu adanya prosedur sistematik yang relevan.
3. Interaksi pembelajaran ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus. Materi didesain sehingga dapat mencapai tujuan dan
dipersiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar.
4. Ditandai dengan adanya aktivitas peserta didik. Peserta didik sebagai
pusat pembelajaran, maka aktivitas peserta didik merupakan syarat
mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar.
5. Dalam interaksi belajar mengajar guru berperan sebagai pem-
bimbingan motivator. Guru memberikan motivasi agar terjadi proses
interaksi dan sebagai mediator dan proses belajar mengajar.
6. Dalam interaksi pembelajaran membutuhkan disiplin. Langkah-langkah
yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan.
7. Ada batasan waktu. Setiap tujuan diberikan waktu tertentu, kapan
tercapainya tujuan yang harus dicapai.
8. Unsur penilaian. Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai
ataukah tidak dapat dilihat melalui proses interaksi belajar mengajar.

10
Jadi dalam mengelola interaksi belajar mengajar guru harus memiliki
keahlian dan kemampuan dalam mendesain program, penguasaan materi
pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil dalam
memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode
yang digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta
memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.
Pentingnya Interaksi dalam Pembelajaran
Interaksi di dalam segala hal memang sangat perlu agar tidak terjadi
salah pengertian dan penafsiran, khususnya selama proses pembelajaran
interaksi antara guru dan peserta didik sangatlah penting sebab kondisi peserta
didik yang beragam, kemampuan peserta didik yang beragam. Jika guru hanya
terfokus pada kegiatannya sendiri, maka akan terjadi kekosongan pada peserta
didik. Untuk itu, antara guru dan peserta didik harus selalu berinteraksi, tidak
hanya guru yang aktif melainkan peserta didik juga harus aktif. Jika peserta
didik merasa tidak mengerti materi pelajaran, maka seharusnya mereka
mengatakannya pada guru sehingga guru mengerti bahwa ada peserta didiknya
yang belum mengerti dan guru dapat menjelaskan materi yang ia bawakan
kembali.4
D. Interaksi Social Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran Daring
Adanya pandemi covid-19 telah mengubah segala aspek dan bidang
kehidupan masyarakat pada umumnya seperti dari teknologi, ekonomi, politik
hingga Pendidikan ditengah krisis pandemi ini, menggeser peradaban kehidupan
masyarakat yang bisa berpengaruh pada interaksi sosial dan proses sosial, baik
segi kebudayaan, roda organisasi, lembaga sosial, pola kepemimpinan dalam
mengendalikan kekuasaan dan ini semua berpengaruh pada pandemi wabah covid-
19.
Interkasi sosial dan proses sosil merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena hal tersebut dapat membuat
masyarakat memperoleh pandangan yang dinamis tentang kehidupan baik secara
pribadi ataupun kelompok. Pengaruh pandemi ini juga mengganggu aktivitas
proses belajar mengajar disekolah sehingga kementrian pendidikan dan

4
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).

11
kebudayaan (Kemdikbud) merespon pendidikan dengan mengadakan kebijakan
pembelajaran daring dari rumah untuk mengantisipasi penularan virus corona.
Persebaran virus corona yang massif di berbagai negara temasuk negara
Indonesia, Memaksa seluruh orang melihat kenyataan bahwa dunia sedang
berubah dan beradaptasi dengan perubahan yang mendadak (culture shock).
Masyarakat bisa melihat bagaimana perubahan-perubahan yang semuanya beralih
pada teknologi, dari pandemi kita sebagai masyarakat memahami kebijakan yang
diberikan oleh pemerintah baik penetapan protokol kesehatan (Prokes), social
distancing, PSBB (Pembatas sosial berskala besar),WFH (work from home), SFH
( study from home) dan lainnya.
Kebijakan-kebijakan tersebut membantu meminimalisir interaksi langsung
dengan orang satu dan orang lainnya serta mencegah penularan wabah corona ini.
Pembelajaran daring adalah kegiatan belajar yang bisa mempertemukan antara
pendidik dan peserta didik di suatu kelas virtual untuk melakukan interkasi belajar
mengajar melalui bantuan jaringan internet.
Pembelajaran ini membuat pengajar dan peserta didik tidak dapat bertatap
muka secara langsung, dan banyak sekali tantangan yang dihadapi dalam
melakukan kelas online seperti kendala media yang dimiliki, jaringan, dan ada
kelebihan juga seperti bisa belajar dimana saja, dan kapan saja, tidak terikat ruang
ataupun waktu, pembelajaran daring bisa meningkatkan kemandirian belajar ( self
regulated learning)
Dalam proses pembelajaran nilai yang paling utama adalah sebuah
interaksi sosial, interaksi sosial sejatinya tidak bisa digantikan oleh teknologi
apapun, baik interaksi pengajar dan peserta didik, serta peran pengajar bagi
peserta didik di dalam kelas.
Peran pengajar tidak hanya membantu murid di dalam kegiatan belajar
mengajar, pendidik juga memiliki peran mendukung Kesehatan mental para siswa
ter khusus pada pandemi seperti saat ini, yang bisa membuat mereka jenuh dan
bosan dirumah sehingga perlu adanya prinsip-prinsip pengajaran dan literatur.
Kreatifitas pengajar sangat dibutuhkan untuk membantu menunjang bagimana
terlaksananya proses pembelajaran yang baik dan tidak membosankan siswa.
Banyak prinsip-prinsip desain pengajaran salah satunya adalah pengajaran
sebagai interaksi, ini sebagai bentuk kerangka mendesain pembelajaran jarak jauh.
Prinsip ini dapat memberikan gambaran interaksi-interkasi antara siswa dan

12
pendidik di dalam pembelajaran jarak jauh. Prinsip ini memberian peluang untuk
pendekatan pembelajaran modern yang menharuskan adanya interaksi di dalam
lingkungan belajar daring.
Guru bisa menggunakan berbagai web dan aplikasi yang dapat membantu
pembelajaran online seperti WA, Zoom, Google meet, dan lainnya. Untuk
memastikan siswa memahami dan bisa berinteraksi dengan nyaman, pendidik bisa
memberikan berbagai pertanyaan. Cara lain untuk bisa saling berinteraksi antara
siswa dengan siswa maka pendidik harus membuat lingkar group atau kerja
kelompok.
Hal ini bisa menjadi alternatif penting di kelas online, selain memperdalam
pemahaman siswa tentang materi yang diberikan pendidik, mereka juga bisa tetap
mempererat komunikasi antar teman. Kegiatan ini dilakukan agar proses belajar
mengajar tetap berjalan dengan nyaman, humanis, dan memberikan hasil yang
baik bagi peserta didik.5
E. Tantangan Guru dalam Pembelajaran Daring
Seperti yang kita tahu bahwa pembelajaran daring merupakan pem-
belajaran yang memanfaatkan jaringan internet dalam proses pembelajarannya,
dan kecakapan seseorang dalam menguasai dan menjalankan teknologi juga
menentukan kelancaran pembelajaran. Pembelajaran dalam jaringan sampai saat
ini masih dianggap sebagai pro kontra. Ada yang merasa bahwa sistem
pembelajaran ini lebih efektif dan efisien digunakan, dan ada juga yang merasa
kewalahan dan mengganggap pembelajaran secara daring ini susah. Terutama bagi
para guru. Guru memegang peranan penting pada pembelajaran daring ini, dimana
guru merupakan orang yang mengkoordinir jalannya pembelajaran.
Di masa pandemi ini guru memiliki tantangan tersendiri. Guru harus
menjalankan peran ganda yakni sebagai penggerak dan pembina yang memiliki
kemampuan luar biasa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Di masa
pandemi ini guru dituntut untuk melaksanakan berbagai tugas tambahan guna
memastikan tercapainya tujuan pendidikan dan pemenuhan target akademis serta
non-akademis. Selain itu guru juga dituntut untuk bias berinovasi dan menemukan
ide-ide materi pelajaran, metode, cara, media, dan lainnya agar pembelajaran tetap

5
Anisa PujuAstuti. Pembelajaran Daring Melalui Pola Interaksi Sosial di Tengah Pandemi Covid-19, 2020.
https://www.Kompasiana.com/anisapujiaaa/5fc9808ad541df1df1825fcc52/pembelajaran-daring-melalui-pola-
interaksi-sosial-di-tengah-pandemi-covid-19

13
bisa berlangsung menyenangkan bagi para peserta didik walaupun harus dibatasi
oleh jarak.
Tantangan pertama yang harus dihadapi oleh guru dalam pembelajaran
daring ialah harus melek teknologi, guru harus menguasai tata cara penggunaan
teknologi penunjang pembelajaran. Teknologi merupakan hal yang terpenting
dalam pembelajaran daring, teknologi tersebut diantaranya dapat berupa
smartphone, laptop dan benda pendukung lainnya. Smartphone/gadgetadalah hal
yang paling umum digunakan oleh peserta didik dari pada laptop, karena lebih
praktis dan banyak fitur canggihnya.6 Anggap saja pembelajaran daring ini bisa
dilakukan oleh guru-guru yang masih muda dan mahir dengan teknologi, maka
lain halnya dengan guru-guru yang masih meraba dalam penggunaan teknologi.
Terutama bagi guru-guru yang berada di daerah-daerah dan lanjut usia, sedikit
dari mereka yang mahir menggunakan perangkat komputer dan mengelola
aplikasi pengajaran. Pada umumnya mereka hanya mampu mengoperasikan
perangkat komputer sebatas untuk keperluan mengetik dengan MS Word, itupun
banyak yang tidak paham semua fasilitas yang ada di program itu, apalagi
menjalankan e-mail, Browsing Web, dan sebagainya. Namun di masa pandemi
dan pembelajaran daring guru dituntut harus bias mengoperasikan perangkat
komputer, laptop maupun gawai, menjalankan aplikasi pembelajaran, membuat
materi pembelajaran yang menarik, memanfaatkan bermacam digital tools,
menyelenggarakan kelas secara online, serta menyiapkan administrasi secara
online. Tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri serta pengalaman belajar hal
yang baru bagi guru.
Kedua, kendala jaringan internet. Hal yang juga menjadi tantangan bagi
guru di pembelajaran daring ini ialah masalah internet. Diantaranya, akses
jaringan internet yang susah terutama di daerah pedesaan, jaringan internet yang
tidak stabil. Akibat jaringan yang lamban, informasi dan materi pembelajaran
yang disampaikan memerlukan waktu yang cukup lama untuk diterima oleh siswa,
ataupun sebaliknya.7 Kecepatan akses internet belum bisa dirasakan oleh seluruh
daerah di Indonesia. Daerah-daerah terpencil, pedalaman, dan pelosok masih
belum bisa menikmati kualitas jaringan internet. Hal ini akhirnya berimbas kepada

6
B. Subiyakto, et. al., Media Pembelajaran Sejarah Era Teknologi Informasi (Banjarmasin: Program Studi
Pendidikan Sejarah, ULM, 2019).
7
Arifah Prima Satrianingrum & Iis Prasetyo, “Persepsi Guru Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Pelaksanaan
Pembelajaran Daring di PAUD”, Jurnal Obsesi, 5 (Januari. 2021), 633-640.

14
guru dan pelaksanaan pembelajaran daring yang semua aktivitasnya menggunakan
jaringan internet.
Ketiga, sarana pendukung pembelajaran siswa kurang memadai. Menurut
Arifah Prima Satrianingrum dan Iis Prasetyo (2021) dalam pelaksanaan
pembelajaran secara daring, salah satu keterbatasan dalam pelaksanaannya ialah
sarana dan prasarana yang tidak mendukung, seperti laptop,computer smartphone,
kuota internet dan lain sebagainya. Sarana prasarana menjadi begitu penting
dalam mengakomodasi pelaksanaan pembelajaran bagi siswa. Menurut M.
Wahyudi (2020) fakta di lapangan, kewajiban belajar di rumah menjadi kendala
serius khususnya bagi peserta didik dari kalangan yang kurang beruntung secara
ekonomi. Hal ini secara tidak langsung juga menjadi tantangan bagi guru, karena
guru harus mencari cara agar peserta didik yang tidak memiliki sarana
pembelajaran seperti smartphone atau laptop tetap bisa mengikuti pembelajaran.
Salah satunya yaitu dengan cara memperbolehkan peserta didik tersebut untuk ke
sekolah agar tetap bisa menerima materi yang diajarkan. Kesiapan infrastruktur
sekolah, kesediaan sarana smartphonejuga menjadi masalah yang harus dihadapi
di pembelajaran daring ini.
Memang tidak mudah bagi guru untuk melakukan aktivitas pembelajaran
saat masa pandemi Covid-19 ini. Guru harus bisa menyesuaikan diri dengan
segala perubahan dan tuntutan yang ada. Meskipun pembelajaran daring ini adalah
pengalaman baru yang dipenuhin ketidakpahaman, diwarnai oleh beberapa
tantangan dan hambatan, namun yang namanya guru tetaplah guru. Mereka harus
tetap memenuhi kewajibannya sebagai seorang tenaga pendidik dan penyalur
ilmu. Segala tantangan yang dihadapi harus bisa dijadikan sebagai pelajaran dan
pengalaman berharga untuk tetap bisa berbagi pengetahuan kepada para siswa.
Meskipun peran guru di tengah pandemi ini jarang disebut sebagai garda terdepan
dalam melawan Covid-19, namun guru merupakan pahlawan pembangunan
pengetahuan bangsa.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
komunikasi pendidikan adalah aspek komunikasi dalam dunia pendidikan,
atau komunikasi yang terjadi pada bidang pendidikan. Jadi segala interaksi yang
terhubung dalam semua aspek pendidikan yang saling berkaitan dan saling
mendukung satu sama lain. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu: ing ngarso sung tulodho, ig madya
mangun karso, tut wuri handayani, yang artinya: di depan memberi contoh atau
teladan yang baik, di tengah membangun kehendak/kemauan (inisiatif), di belakang
memberi dorongan/semangat.
Etika pada dasarnya adalah berinsikan interaksi antara pendidik dan
peserta didik dengan baik dan benar. Dalam interaksi tersebut pendidik, guru
memegang peranan kunci bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan. Tanpa
kelas, gedung, peralatan dan sebagainya proses pendidikan masih dapat
berjalan walaupun dalam keadaan darurat, tetapi tanpa guru dan peserta didik
proses pendidikan hampir tak mungkin dapat berjalan.
Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
berlangsung interaksi guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar
yang merupakan kegiatan paling pokok. Jadi proses belajar mengajar
merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni
peserta didik sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang
mengajar.
Adanya pandemi covid-19 telah mengubah segala aspek dan bidang kehidupan
masyarakat pada umumnya seperti dari teknologi, ekonomi, politik hingga Pendidikan
ditengah krisis pandemi ini, menggeser peradaban kehidupan masyarakat yang bisa
berpengaruh pada interaksi sosial dan proses sosial, baik segi kebudayaan, roda
organisasi, lembaga sosial, pola kepemimpinan dalam mengendalikan kekuasaan dan
ini semua berpengaruh pada pandemi wabah covid-19.
Di masa pandemi ini guru memiliki tantangan tersendiri. Guru harus
menjalankan peran ganda yakni sebagai penggerak dan pembina yang memiliki
kemampuan luar biasa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Di masa pandemi
ini guru dituntut untuk melaksanakan berbagai tugas tambahan guna memastikan

16
tercapainya tujuan pendidikan dan pemenuhan target akademis serta non-akademis.
Selain itu guru juga dituntut untuk bias berinovasi dan menemukan ide-ide materi
pelajaran, metode, cara, media, dan lainnya agar pembelajaran tetap bisa berlangsung
menyenangkan bagi para peserta didik walaupun harus dibatasi oleh jarak.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
partisipasi dosen pembimbing, serta rekan-rekan mahasiswa berupa saran dan kritik
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arizona, K. A. (2020). Pembelajaran Online Berbasis Proyek Salah Satu Solusi Kegiatan
Belajar Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan,
64-70.
Astuti, A. P. (2020). Kompasiana. Dipetik 2020, dari Kompasiana Web Site:
https://www.Kompasiana.com/anisapujiaaa/5fc9808ad541df1df1825fcc52/pembelajar
an-daring-melalui-pola-interaksi-sosial-di-tengah-pandemi-covid-19
Iqra', A. F. (2013). Kiat Hebat Public Relations ala Nabi Muhammad SAW. Yogykarta:
Inajah.
Kolip, E. M. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Prasetyo, A. P. (2021). Persepsi Guru Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Pelaksanaan
Pembelajaran Daring di PAUD. Jurnal Obsesi, 633-640.
Subiyakto, B. S. (2019). Media Pembelajaran Era Teknologi Informasi. Banjarmasin:
Program Studi Pendidikan Sejarah, ULM.
Suprapto, H. A. (2017). Pengaruh Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Kependidikan.

18

Anda mungkin juga menyukai