Anda di halaman 1dari 3

Nama: SriWulan

Nim: 2002010149

Kelas: PAI 4E

HIJAB DAN MAHFUDS

A Pengertian Hijab

Hijab menurut bahasa adalah tutup atau mencegah. Sedangkan menurut istilah ulama ahli faraidl (ilmu
waris) hijab berarti tidak bisanya seseorang mendapat warisan yang sebenarnya bisa mendapatkan
dikarenakan adanya ahli waris yang lebih dekat dengan si mayit. Dengan pengertian di atas maka dapat
dipahami bahwa dalam bab hijab ini tercegahnya seseorang dari mendapatkan warisan bukan karena
adanya sebab-sebab yang menghalanginya mendapat warisan sebagaimana disebutkan pada bab
Penghalang Warisan, namun dikarenakan adanya ahli waris yang lebih dekat posisinya dengan si mayit.
Jadi sesungguhnya ahli waris yang terhalang (mahjub) ini memiliki hak untuk mendapatkan harta waris si
mayit, hanya saja karena ada ahli waris yang lebih dekat ke mayit dari pada dirinya maka ia terhalang
haknya untuk mendapatkan warisan tersebut. Bila orang yang terhalang ini disebut dengan “mahjub”
maka ahli waris yang menghalangi disebut dengan “hajib”.

Sumber: https://islam.nu.or.id/warisan/hijab-dalam-ilmu-waris-definisi-jenis-dan-contohnya-czrcW

B.Macam macam Hijab

Oleh karena itu hijab ada dua macam.

1) Hijab hirman yaitu penghapusan seluruh bagian, karena ada ahli waris yang lebih dekat hubungannya
dengan orang yang meninggal. Contoh cucu laki-laki dari anak laki-laki, tidak mendapat bagian selama
ada anak laki-laki.

2) Hijab nuqshon yaitu pengurangan bagian dari harta warisan, karena ada ahli waris lain yang
membersamai. Contoh : ibu mendapat 1/3 bagian, tetapi kala yang meninggal mempunyai anak atau
cucu atau beberapa saudara, maka bagian ibu berubah menjadi 1/6.

https://www.bacaanmadani.com/2018/01/pengertian-hijab-dan-macam-macam-hijab.html?m=1

C.Tata cara pembagian warisan


Harta Waris pada Islam adalah harta yang diberikan dari orang yang sudah meninggal kepada orang-
orang terdekatnya seperti keluarga dan kerabat kerabatnya. Pembagian harta waris pada Islam diatur
pada Al-Qur an, yaitu pada An Nisa yang menyebutkan bahwa pembagian harta waris dalam islam sudah
ditetukan terdapat 6 jenis persentase pembagian harta waris, ada pihak yang menerima 1/2 (setengah),
1/4 (seperempat ), seperdelapan (1/8), doa per 3 (dua/3), 1/3 (1/3), dan seperenam (1/6).

Selain itu, merujuk di beberapa ketentuan dalam Ilmu Fiqih yang lebih khusus terkait dengan pembagian
waris antara lain merupakan:

dari masalah

asal adalah: ‫ ل ا‬artinya

: "s dihasilkanapta terkecil yang benar-benar dilema darinya bisa bagian secara bawaan." (Musthafa Al-
Khin, al-Fiqhul Manhaji, Damaskus, Darul Qalam, 2013, jilid II, laman 339). Adapun yang dikatakan
“didapatkannya bagian secara sahih” atau pada ilmu faraidl dianggap Tashhîhul masalah adalah:

‫ل ل احد الورثة ا‬

merupakan: “bilangan terkecil darinya mampu didapatkan bagian masing-masing ahli waris secara sahih
tanpa adanya itu.” (Musthafa Al-Khin, 2013:339)

Ketentuan yang berasal dari duduk perkara bisa disamakan menggunakan masing-masing bagian absolut
pakar waris yg ada.

Adadur Ru's (‫)عدد الرؤوس‬

Secara bahasa 'Adadur Ru's berarti sapta kepala.

dari duduk sebagaimana dijelaskan pada atas yang ditetapkan serta digunakan apabila pakar warisnya
terdiri dari pakar waris yang memiliki bagian sempurna atau dzawil furûdl. Sedangkan bila para ahli
waris terdiri dari kaum 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27 yg kesemuanya menjadi ashabah maka
asal duduk perkara-nya dibentuk melalui jumlah kepala/orang yang mendapatkan warisan.

Siham (‫)سهام‬

Siham artinya nilai yang dihasilkan dari sebuah persamaan antara masalah asal dan bagian pasti pakar
waris dzawil furûdl.

Majmu' Siham (‫)مجموع السهام‬

Majmu' Siham adalah jumlah holistik siham pada menghitung warisan:

penentuan pakar waris yg berhak mendapatkan warisan

Menentukan bagian masing-masing waris, model istri 1/4 pakar mak 1/6, anak
604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27 residu (ashabah) serta seterusnya.
Menentukan masalah asal, contoh dari penyebut 4 dan 6 yang disebabkan oleh masalah 24

Penentuan Siham masing-masing waris, contoh istri 24 x 1/4 = 6 serta seterusnya sedangkan

pada Kompilasi aturan Islam dijelaskan menjadi hukum yang mengatur ihwal pemilikan harta
peninggalan (tirkah) pewaris, memilih siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris serta berapa
bagiannya masing-masing.

Pewaris adalah orang yang tewas saat tewas sesuai dengan putusan pengadilan agama Islam,
meninggalkan ahli awaris dan harta peninggalan.pakar perang adalah orang yang meninggal dunia
memiliki hubungan darah atau korelasi menggunakan pewarisan agama Islam dan tidak terhalang
karena hukum tidak menjadi waris.

Harta peninggalan merupakan harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa mal yang sebagai
hak-haknya juga hak-haknya. Harta warisan merupakan harta bawaan ditambah bagian harta beserta
selesainya digunakan untuk keperluan pewarisan sakit hingga meninggalnya, biaya pengurusan,
pembayaran hutang serta pemberian buat kerabat.

Namun demikian, selain memperoleh hak waris, pakar waris juga memiliki kewajiban berdasarkan
ketentuan pasal 175 KHI yakni untuk mengurus dan menyelesaikan pemakaman selesai. menyelesaikan
baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan termasuk kewajiban pewaris juga menagih
piutang.Menyelesaiakan wasiat pewaris. Membagi harta warisan diantara pakar waris yang berhak.

Para ahli waris baik secara beserta-sama atau dapat mengajukan permintaan pada ahli waris yang tidak
menyetujui permintaan itu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan melalui Pengadilan
agama untuk dilakukan pembagian harta warisan (pasal 188 KHI) dengan ketentuan sebagaiman berikut
ini :

• pewaris tak meninggalkan ahli waris sama sekali, atau pakar warisnya tidak diketahui ada atau
tidaknya, maka harta sebelumnya atas putusan Pengadilan menyerahkan kepemilikannya kepada Baitul
Maal untuk kepentingan kepercayaan Islam dan kesejahteraan umum (Pasal 191 KHI).

• Bagi pewaris yang beristeri asal, maka masing-masing berhak mendapat bagian dari tempat tinggal
asal dengan pewaris bagian holistik artinya menjadi hak milik para pakar warisnya (Pasal 190 KHI).

• Duda menerima bagian, Jika pewaris tak meninggalkan anak, dan Jika pewaris meninggalkan anak,
maka duda menerima seperempat bagian (Pasal 179 KHI).

• Janda menerima 1/4 bagian, Bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan pewaris meninggalkan anak,
maka janda menerima 1/4 bagian (Pasal 180 KHI).

Anda mungkin juga menyukai