Anda di halaman 1dari 3

Nama: Angelina windi Savira

NRP: 2290014

Fakultas kedokteran gigi

Tugas bab 8

1. Secara iman, bagaimanakah manusia dapat memiliki dan mengembangkan budaya dalam
perspektif kejadian 2:7? Jelaskanlah
Jawab: Kesadaran yang termanifestasikan menjadi nilai-nilai budaya tersebut tidaklah mungkin
terjadi jikalau Allah tidak terlebih dahulu mengaruniakan nafas hidup ke dalam diri manusia. Roh
atau nafas hidup tersebut tidak pernah ada apabila tidak diciptakan dan dikaruniakan.
Di Kejadian 2:7 menyatakan: “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu
tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi
makhluk yang hidup.” Dalam kesaksain alkitab disebutkan bahwa allah membentuk manusia itu
dari debu tanah.
Tanggapan kritis: Makna “debu tanah” (apar min ha adamah). Kata “apar” (debu) menunjuk
pada sesuatu yang tidak berarti, abu, rubbish (sampah). Karena itu kehidupan dan kesadaran
tidak pernah dapat terjadi dari sesuatu yang mati atau material yang tidak berharga. Kehidupan
dan kesadaran yang dimiliki oleh manusia berasal dari karunia Allah

2. Apa maksutnya allah menghembuskan nafas kehidupan (nephesh hayyah) dalam kaitannya
dengan budaya?
Jawab: Kata “hayyah” berasal dari kata khay yang artinya “hidup.” Dalam pemahaman Israel
modern disebut dengan lechayyim yang artinya menghidupi. Nafas hidup (nephesh hayyah)
menunjuk pada daya kesadaran yang menghidupi manusia sehingga memiliki akal-budi, hati-
nurani (kesadaran etis-moral), perasaan dan kehendak untuk berperan sebagai seorang pribadi.
Tanggapan kritis: Karunia Allah berupa nafas hidup (nephesh hayyah) itulah yang
mentransformasikan sesuatu yang mati menjadi hidup dengan kesadaran individual. Eksistensi
manusia berasal dari roh yang dikaruniakan Allah sehingga menghidupi kediriannya dalam
kesadaran etis-spiritual sebagai gambar dan rupa Allah.

3. Apa makna kata “berkuasa” (rada) dalam kejadian 1:26?


Jawab: Kata “berkuasa” yang dipakai dalam konteks ini adalah rada (dalam bahasa Ibrani) yang
menunjuk pada tindakan menjaga, merawat, melindung.
Tanggapan kritis: jadi, Manusia sebagai ciptaan menurut gambar dan rupa Allah diberi mandat
kekuasaan atau otoritas untuk menjaga dan melindungi bumi serta seisinya.

4. Deskripsikan struktur kejadian 3-6 yang mengambarkan peradaban menusia maju pesat tetapi
moral (budaya) merosot.
Jawab:
• Kej 3:1-22
Manusia pertama ingin menjadi seperti allah, yaitu: nafsu, sombong, ingin berkuasa,
saling menyalahkan, tidak mengakui kesalahan, dan melanggar firman tuhan.
• Kej 4:1-15
Kain membunih habil adiknya, dan iri hati dengan karunia allah terhadap persembahan
habil, tidak mengakui kesalahan, tidak bertanggung jawab terhadap kehidupan dan
keselamatan adiknya.
• Kej 4:16-17
Kain mendirikan kota yang dinamai “henokh”. Pendirian kota menunjukan pada
kemampuan untuk membangun peradaban tinggi. Di dalamnya pendirian kota terdapat
system kemasyarakatan, pembangunan kota, dan berbagai fasilitas pendukungnya.
• Kej 4:19-24
Lemekh sebagai perintis perkawinan poligami, teknologi perkakas tambang dan besi
untuk mebuat senjata, pembalas dendam dengan teknologi yang dibuatnya. Lemekh
memiliki kecersadan tinggi untuk membuat peradaban zaman besi, tetapi
mempraktikkan poligami dan budaya kekerasan.
• Kej 6:1-13
Orang orang raksasa, orang orang gagah perkasa dan orang orang kenamaan menunjuk
pada peradaban manusia unggul. Tetapi pada saat yang sama mengalami kemerosotan
moral yang begitu dalam. Karena itu allah memutuskan untuk membinasakan seluruh
mahluk di bumi dengan air bah.

Tanggapan kritis: Melalui struktur Kejadian 3-6, kita dapat melihat bahwa manusia mampu
membangun peradaban dan teknologi yang canggih pada zaman itu, tetapi secara moral
(budaya) mengalami kemerosotan. Nilai-nilai budaya yang seharusnya luhur sebagai
manifestasi manusia yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya kini berubah secara
esensial. Budaya kehilangan esensinya yang luhur dan suci yaitu untuk mengangkat martabat
dan harkat manusia. Karena itu nilai nilai budaya tercemar sebab di dalamnya mengandung
kekerasan, keserakahan, nafsu seks, balas dendam, dan berbagai kejahatan yang mengerikan.

5. Jelaskanlah 5 model relasi budaya dan iman menurut Richard nieburn


Jawab:
• Christ against Culture
Christ against Culture: Model sikap iman yang setia kepada Kristus sehingga tidak
memberi ruang terhadap keberadaan budaya. Otoritas Kristus diperhadapkan dengan
kuasa dunia. Karena itu gereja bersikap menolak. Gereja tidak berkompromi dengan
nilainilai budaya. Dalam konteks ini gereja menjadi institusi yang menghakimi dan
menghukum.
• Christ of Culture
Christ of Culture: Model sikap iman yang mengadaptasi nilainilai budaya secara terbuka
dan tanpa filter. Kristus dipahami sebagai Sang Pencerah, Guru Agung, seorang pribadi
yang menggerakkan manusia ke dalam pencapaian kebijaksanaan, penyempurna moral
dan damai.
• Christ Above Culture •
Christ Above Culture: Model sikap iman yang menyadari keunggulan atau superioritas
Kristus sehingga budaya dan nilai-nilainya secara hirarkhis berada di bawah Kristus.
Relasi gereja dan budaya ditempatkan dalam hubungan atas-bawah. Budaya tidak
disingkirkan, tetapi ditundukkan. Budaya dianggap sebagai realitas yang rendah dan
lemah (inferior).
• Christ and Culture in Paradox Position
Christ and Culture in Paradox Position: Model sikap iman yang bersifat dualistik antara
Allah yang penuh anugerah dengan manusia yang berdosa. Budaya tidak terlepas dari
keberdosaan. Sikap manusia dalam relasinya dengan budaya adalah berada di antara
dua kutub anugerah Allah dan keberdosaan manusia.
• Christ as Transformer of Culture
Christ as Transformer of Culture: Model sikap iman yang menyadari bahwa pada
hakikatnya semua nilai budaya berada di bawah penghakiman Allah. Namum budaya
juga berada di bawah pemerintahan Allah yang berdaulat. Umat dipanggil untuk
membarui halhal yang telah dirusak oleh dosa.

Tanggapan krtitis: Dalam konteks itu Niebuhr melihat pentingnya gereja atau umat percaya
berelasi dengan dunia secara tepat. Model-model relasi antara budaya dan iman yang
dianalisis oleh Richard Niebuhr meliputi: Christ against Culture, Christ of Culture, Christ Above
Culture, Christ and Culture in Paradox Position, Christ as Transformer of Culture.

Di antara kelima model tersebut, Niebuhr menganjurkan agar gereja atau umat percaya
memilih model yang kelima, yaitu bersikap christ as transformer of culture. Gereja seharusnya
tidak bersikap menolak seakan akan budaya tersebut sama sekali berdosa dan duniawi. Gereja
tidak boleh terjebak pada pengaruh yang begitu begitu besar dari budaya sehingga kehilangan
daya kritisnya. Gereja juga tidak boleh menempatkan dirinya di atas seakan akan ia adalah
institudi yang superior dan selalu benar. Sikap tersebut yang menyebabkan gereja sering
bertindak sebgai hakim. Gereja juga tidak boleh terjebak dalam paradoks antara anugrah allah
dan keberdosaan manusia, sehingga dalam praktik hidup menjadi peribadi yang dualistic.

Anda mungkin juga menyukai