Anda di halaman 1dari 1

14:

Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa mereka hidup dalam suatu konteks budaya tertentu. Dengan
budaya tersebut kepribadian mereka dibentuk oleh: nilai-nilai, pandangan hidup (filosofis), pola/cara
hidup, adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, norma-norma, dan komunitas. Namun dalam perjumpaan
dengan Kristus setiap umat mengalami perspektif yang baru. Karena itu hubungan antara budaya
dengan iman memiliki 5 model (Christ and Culture: Richard Niebuhr), yaitu: a). Christ again Culture,
b). Christ of Culture, c). Christ above Culture, d). Christ and Culture in paradox, e). Christ transforms
Culture. Sikap yang tepat sebagai umat percaya adalah model "Christ transforms Culture." Karena
karya penebusan Kristus bukan bertujuan menghancurkan identitas dan kekayaan budaya sebagai
konteks hidup umat manusia, tetapi membarui dan menguduskan
Dengan CPMK
Makhluk kasih yang memiliki spiritualitas nilai luhur (nilai hidup kristiani) integritas, kepedulian dan
keprimaan (S11) bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan mampu menunjukkan sikap religius (S1)
Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (S7)

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita berada di lingkungan dengan budaya yang kuat. Agama yang hadir
seharusnya bukan meniadakan budaya yang ada di sekitar kita, tetapi malah memperbaharuinya
menjadi suatu paduan yang indah. Kita sebagai anak Yesus Kristus seharusnya menjungjung tinggi
agama tetapi juga menghormati budaya yang ada di sekitar kita. Dengan begitu maka kita dapat
mengembangkan potensi setempat dengan tetap berpegang pada Firman Tuhan.

15:

Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa mustahil di abad XXI ini manusia hidup eksklusif. Sebaliknya
sejak awal manusia senantiasa hidup dalam keberagaman. Pola hidup inklusif menjadi dasar hidup
bersama dalam damai dan saling memperkaya. Namun ironisnya agama yang seharusnya menjadi
media rekonsiliiator justru menebarkan kebencian, fanatisme, dan radikalisme. Studi Sam Harris
dalam tulis annya: "The End of Faith" memperlihatkan jejak agama-agama yang menumpahkan darah.
Kerukunan umat beragama harus dimulai dari agama itu sendiri. Perlu berbenah, evaluatif kritis dan
membuka diri terhadap nilai-nilai spiritualitas pendamaian yang telah dilakukan Allah dalam karya
penebusan Kristus. Melalui model Allah Trinitas yang saling berkelindan dan melengkapi, kita dapat
membangun model relasi secara perikhoresis
Dengan CPMK
Makhluk kasih yang memiliki spiritualitas nilai luhur (nilai hidup kristiani) integritas, kepedulian dan
keprimaan (S11) bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan mampu menunjukkan sikap religius (S1)
Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau
temuan orisinil orang lain (S5)

Pada zaman sekarang tentu saja tidak dapat kita pungkiri bahwa kita hidup bersama-sama dengan
orang seiman maupun yang tidak seiman. Seharusnya meskipun dengan perbedaan agama tersebut
kita menjadi rukun satu sama lain, karena semua agama tentunya mengajarkan kedamaian.
Sayangnya tidak sedikit kasus terjadinya perselisihan karena masalah agama. Marilah kita berusaha
untuk saling melengkapi satu sama lain baik seiman maupun tidak seiman. Sebagai anak Kristus kita
seharusnya membawa kedamaian dan kasih kepada semua orang sehingga Yesus Kristus dapat
terpancar dalam diri kita.

Anda mungkin juga menyukai