Anda di halaman 1dari 30

1

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
2. Tujuan ..................................................................................................... 3

BAB 2. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DOKTER SUB SPESIALIS


BERBASIS RUMAH SAKIT
A. PENETAPAN ............................................................................................. 4
B. PENGORGANISASIAN ............................................................................. 4
C. KRITERIA RUMAH SAKIT PELAKSANA .................................................... 4
1. Rumah Sakit Pendidikan Utama .......................................................... 4
2. Rumah Sakit Pendidikan jejaring (RS Pendidikan Afiliasi .................... 5
3. Wahana Pendidikan ............................................................................. 5
4. Sarana dan prasarana ......................................................................... 5
5. Supervisor ............................................................................................ 5

D. PROGRAM PENDIDIKAN .......................................................................... 6


1. Proses pembelajaran ............................................................................ 7
2. Metode Evaluasi Hasil Belajar .............................................................. 7
3. Kelulusan ............................................................................................. 8
E. PENELITIAN ............................................................................................. 8
F. PEMBIAYAAN ........................................................................................... 8
1. Alokasi Dana ........................................................................................ 8
2. Besaran biaya ...................................................................................... 9
3. Pemberian Insentif untuk Peserta Pendidikan Subspesialis ................. 9
G. MONITORING DAN EVALUASI ............................................................... 10

BAB 3. PENGELOLAAN PENDIDIKAN DOKTER SUBSPESIALIS


BERBASIS RUMAH SAKIT
A. Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis
Berbasis Rumah Sakit (KNPPS)
1. Persyaratan untuk diangkat sebagai KPRS .......................................... 10
2. Tugas Pokok dan Fungsi KPRS meliputi .............................................. 10
B. Koordinator Pengelola Pendidikan Subspesialis Berbasis Rumah Sakit (KPRS)
1. Persyaratan untuk diangkat sebagai KPRS .......................................... 10
2. Tugas Pokok dan Fungsi KPRS meliputi .............................................. 10
3. Supervisi Kinerja KNPPRS ................................................................... 10
C. Perjanjian Kerja Sama Rumah Sakit ................................................... 11
D. Peserta Pendidikan
1. Proses Permohonan dan Seleksi ..................................................... 11
2. Persyaratan Peserta ........................................................................ 12

2
E. Proses Pembelajaran
F. Penilaian Pendidikan
1. Prinsip penilaian ................................................................................ 11
2. Teknik/Metode dan Instrumen Penilaian ........................................... 12
3. Mekanisme penilaian ....................................................................... 12
4. Prosedur penilaian. ........................................................................... 12
5. Prosedur penilaian ........................................................................... 12
6. Hasil Penilaian Ujian Nasional .......................................................... 13
7. Bukti kelulusan peserta pendidikan subspesialis .............................. 13

BAB 4. SISTEM PENDIDIKAN DOKTER SUBSPESIALIS BERBASIS


RUMAH SAKIT
A. Kurikulum
1. Materi pembelajaran/kurikulum ................................................. 14
2. Proses Pembelajaran .................................................................... 14
3. Sistem Pendidikan ........................................................................ 14
B. Kompetensi Dokter Subspesialis berbasis Rumah Sakit .................... 15
1. Kriteria minimal tentang kualifikasi dan kemampuan profesional15
2. Rumusan capaian pembelajaran ................................................. 15
3. Capaian Kompetensi .................................................................... 17
4. Level kompetensi ......................................................................... 17
C. Pedoman Pembelajaran ..................................................................... 18
D. Kurikulum Pedoman pendidikan subspesialis .................................. 18
E. Pedoman Proses Pencapaian Kompetensi Berdasarkan
Tahap Pendidikan .............................................................................. 18
1. Karakteristik proses pendidikan pada pendidikan subspesialis ... 18
2. Kurikulum Pendidikan ................................................................. 19
3. Karakteristik proses pembelajaran ............................................... 19
4. Perencanaan proses pembelajaran .............................................. 20
5. Pelaksanaan proses pembelajaran ............................................... 20
6. Pencatatan dan pelaporan capaian pembelanjaran ...................... 21

PENUTUP

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan beberapa penyakit dengan
prevalensi yang tinggi seperti stroke 10,9%, penyakit jantung koroner 1,5%,
kanker 1,79, diabetes melitus 1,5 dan tuberkulosis 0,42 dari total populasi
di Indonesia. Angka ini diperkirakan akan terus naik seiring dengan
meningkatnya prevalensi faktor risiko, seperti hipertensi dan obesitas.
Berdasarkan data BPJS, biaya jaminan pelayanan kesehatan pada tahun
2016 sampai 2020 dari biaya pelayanan kesehatan sekitar Rp. 374,86
triliun, 83,31% adalah biaya layanan rujukan di mana penyakit katastropik
merupakan salah satu kelompok penyakit terbesar yang ditanggung
Program JKN-KIS. Memperhatikan juga perubahan pola penyakit dengan
penyebab kematian tertinggi selama 10 tahun terakhir serta data kelompok
penyakit yang menimbulkan beban pembiayaan yang besar, maka
Kementerian Kesehatan menetapkan 9 penyakit Prioritas yang merupakan
penyakit dengan kasus yang cukup tinggi,angka kematian tinggi dan
berbiaya besar yaitu Jantung, Stroke, Kanker, Diabetes, Ginjal, Hati,
Maternal Neonatal, Tuberkulosis dan Infeksi Emerging.
Untuk menekan peningkatan kasus tersebut dan sejalan dengan visi
misi presiden, Kementerian Kesehatan melakukan Transformasi Sistem
Kesehatan dari tahun 2021-2024 untuk mewujudkan masyarakat yang
sehat, mandiri, produktif dan berkeadilan dengan 5 outcome yaitu
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak, Percepatan Perbaikan Gizi
Masyarakat, Peningkatan Pengendalian Penyakit, Pembudayaan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), dan Penguatan Sistem Kesehatan.
Adapun 6 pilar Transformasi Kesehatan yang telaah ditetapkan yaitu
Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Rujukan,
Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, Transformasi Sitem
Pembiayaan Kesehatan, Transformasi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan
Transformasi Teknologi Kesehatan.
Transformasi Pelayanan Rujukan merupakan upaya Kementerian
Kesehatan dalam mengatasi permasalahan kurangnya kapasitas
pelayanan rujukan di rumah sakit. Adapun strategi yang dipakai adalah
meningkatkan akses dan mutu pelayanan rujukan. Peningkatan akses
pelayanan dilaksanakan dengan cara meningkatkan jejaring rumah sakit
rujukan terutama untuk 9 penyakit prioritas (Jantung, Stroke, Kanker,
Diabetes, Ginjal, Hati, Maternal Neonatal, Tuberkulosis dan Infeksi

1
Emerging) dan pengembangan fasilitas pelayanan rujukan di daerah
terpencil. Peningkataan mutu layanan dicapai dengan cara perbaikan
kualitas layanan RS di Indonesia, peningkatan mutu dan kualitas
penelitian translansional dan penelitian klinik di rumah sakit, perbaikan
layanan medis dan hospitality layanan RS, Bekerja sama dengan RS luar
negeri untuk knowledge and technology transfer, meningkatkan
kemampuan manajemen keuangan RS BLU. Pada era Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) ini, Rumah Sakit Pemerintah harus
meningkatkan akses layanan rujukan dengan melakukan pemenuhan
SDM kesehatan terutama dokter spesialis dan subspesialis sehingga
diharapkan mutu layanan juga bertambah baik.
Dalam rangka percepatan pemenuhan kebutuhan dokter
subspesialis dan mendukung transformasi sumber daya kesehataan
maka Kementerian Kesehatan melaksanakan program Pendidikan dokter
subspesialis berbasis rumah sakit. Program ini akan dikelola oleh rumah
sakit yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan
Kolegium . Tujuan pendidikan profesi dokter subspesialis adalah untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan klinis praktis dalam bidang
yang tidak dapat dicapai semasa pendidikan spesialis.

B. Tujuan :
1. Menambah jumlah dokter subspesialis terutama dokter subspesialis
terkait 9 (sembilan) penyakit prioritas
2. Menghasilkan Dokter Subspesialis dengan kompetensi kekhususan di
bidang subspesialistik yang berkualitas internasional
3. Menyelenggarakan pendidikan formal-terstruktur untuk menghasilkan
dokter Subpesialis dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan
tambahan dalam bidang spesifik/ subspesialistik sehingga mampu
memberikan layanan kesehatan subspesialistik bertaraf internasional di
rumah sakit rujukan;
4. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan dokter Subspesialis
dengan kompetensi tambahan pada level subspesialistik yang mampu
menjadi mitra pemerintah dalam mengembangkan dan meningkatkan
mutu pelayanan tersier, pendidikan, dan penelitian organisasi profesi di
Indonesia.

BAB 2

2
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DOKTER SUB SPESIALIS
BERBASIS RUMAH SAKIT

A. PENETAPAN
Penetapan program studi subspesialis berbasis rumah sakit terutama untuk
9 (sembilan) layanan prioritas dan RS Pendidikan penyelenggara pendidikan
dokter subspesialis berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan.

B. PENGORGANISASIAN
a. Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis Berbasis
Rumah Sakit (KNPPS) ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
b. Koordinator Pengelola Program Pendidikan Dokter Subspesialis Berbasis
Rumah Sakit (KPRS) ditetapkan oleh direktur/kepala RS atas
rekomendasi dari kolegium terkait
c. Supervisor ditetapkan oleh Direktur/ Kepala rumah sakit
d. Dalam menjalankan tugasnya Koordinator Pengelola Program (KPRS)
berkoordinasi dengan direktur yang bertanggung jawab Pendidikan dan
penelitian di RS dan Koordinator Nasional Program (KNPPS)

C. KRITERIA RUMAH SAKIT PELAKSANA


a. Rumah Sakit Pendidikan Utama
Karakteristik rumah sakit pendidikan utama:
1) Mendapatkan Penetapan dari Menteri Kesehatan sebagai Pelaksana
Pendidikan dokter subspesialis berbasis rumah sakit
2) Mendapat Rekomendasi Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis
Rumah Sakit dari Kolegium terkait
3) Mempunyai visi, misi, komitmen untuk mengutamakan pelayanan,
pendidikan, dan penelitian bidang subspesialistik tertentu
4) Merupakan rumah sakit pendidikan rujukan tersier yang
menyelenggarakan pelayanan lengkap dan terpadu, sehingga terjalin
kolaborasi multiprofesi yang intensif, serta berkomitmen untuk
menjalankan fungsi pendidikan dan penelitian
5) Terakreditasi dengan level tertinggi
6) Memiliki minimal 3 (tiga) orang supervisor yang ditentukan oleh
kolegium pengampu cabang ilmu terkait
7) Memenuhi persyaratan sarana, prasarana dan peralatan dibutuhkan
untuk pendidikan dan penelitian subspesialis terkait
8) Mempunyai keterpaduan manajemen dan administrasi untuk
pelayanan, pendidikan dan penelitian (good corporate governance).

3
9) Mempunyai tatakelola klinik yang baik (good clinical governance)
10) Memiliki perencanaan yang memenuhi persyaratan untuk
pelaksanaan pendidikan klinik yang berkualitas dalam upaya
memenuhi capaian pembelajaran.
11) Memiliki perjanjian kerja sama dengan rumah sakit jejaring sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12) Memiliki jumlah dan variasi kasus yang cukup untuk memenuhi
kompetensi dokter subspesialis terkait
13) Memiliki sumber keuangan yang jelas untuk penyelenggaraan
pendidikan

b. Rumah Sakit Pendidikan jejaring (RS Pendidikan Afiliasi)


Kriteria Rumah sakit jejaring pendidikan subspesialis :
1) Memiliki perjanjian Kerjasama dengan RS Pendidikan utama untuk
menyelenggarakan Pendidikan dokter subspesialis
2) Terakreditasi dengan level tertinggi
3) Keterpaduan manajemen dan administrasi untuk pelayanan (good
corporate governance).
4) Tata kelola klinik yang baik (good clinical governance)
5) Memiliki minimal 1 (satu) orang Supervisor yaitu dokter subspesialis
sesuai dengan prodi subspesialis yang akan diselenggarakaan.
6) Sarana/prasarana dan peralatan penunjang pendidikan yang
memadai untuk penyelenggaraan pendidikan akademik dan profesi
sesuai persyaratan.
7) Memiliki jumlah dan variasi kasus yang cukup untuk pemenuhan
kompetensi prodi subspesialis terkait

c. Wahana Pendidikan
Wahana pendidikan merupakan fasilitas pelayanan kesehatan selain
rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan
pendidikan subspesialis. Wahana pendidikan dapat berupa laboratorium
dan klinik utama yang ditentukan oleh kolegium pengampu.

d. Sarana dan prasarana pembelajaran yang perlu disediakan paling


sedikit terdiri atas:
1) sistem infomasi/ teknologi informasi rumah sakit;
2) sistem dokumentasi;
3) perpustakaan: buku teks/ buku elektronik/ repository terkait prodi
subspesialis

4
4) ruangan dan peralatan: ruang diskusi, ruang jaga, audiovisual, media
pendidikan yang memadai
5) peralatan laboratorium keterampilan dan penelitian;
6) fasilitas pelayanan meliputi fasilitas rawat jalan, rawat inap (intensif,
intermediate, rawat biasa) dan instalasi gawat darurat yang memadai

e. Supervisor
Tenaga pendidik pada pendidikan subspesialis disebut Supervisor dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Dokter subspesialis atau lulusan pendidikan subspesialis dalam
bidang subspesialisasi terkait yang telah menjalankan praktik dalam
bidang kepakarannya minimal 3 (tiga) tahun,
2) Sehat jasmani dan rohani,
3) Memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran
sebagai pendidik, penilai, dan pembimbing.
4) Bekerja purna waktu dan berkomitmen dalam pendidikan
5) Status kepegawaian tidak dibatasi
6) Memiliki surat keputusan sebagai Supervisor di rumah sakit
penyelenggara pendidikan subspesialis yang ditandatangani oleh
Direktur/Kepala Rumah Sakit atas rekomendasi dari Kolegium terkait
7) Warga negara asing yang berasal dari perguruan tinggi atau rumah
sakit pendidikan di luar negeri, dapat diangkat sebagai Supervisor
pada pendidikan subspesialis sesuai keperluan, setelah memenuhi
persyaratan kualifikasi subspesialisasi yang setara dan memenuhi
ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Jumlah Supervisor
Jumlah Supervisor pada Rumah Sakit Pendidikan Utama penyelenggara
pendidikan subspesialis paling sedikit 3 (tiga) orang dan 1 (satu) orang
pada rumah sakit Pendidikan jejaring. Rasio jumlah Supervisor dengan
jumlah peserta didik bidang terkait adalah 1 : 3 (satu banding tiga).
Jumlah Supervisor serta jumlah dan variasi kasus merupakan faktor
yang menentukan jumlah penerimaan peserta program.

4. PENELITIAN
Pedoman Penelitian
a. Peserta pendidikan subspesialis dapat ditugaskan atau dilibatkan
untuk melakukan penelitian di bawah bimbingan Supervisor selama

5
menjalani subspesialis, sebagai muatan lokal di rumah sakit
penyelenggara pendidikan.
b. Penelitian yang dilakukan oleh dokter subspesialis dengan
memperhatikan etika penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
c. Penelitian kesehatan harus mendapatkan izin dari direktur/kepala
rumah sakit.
d. Izin penelitian dari direktur/kepala rumah sakit diberikan setelah
mendapatkan persetujuan dari komite etik penelitian rumah sakit
bagi penelitian yang memerlukan kaji etik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan. Dalam hal Rumah Sakit Pendidikan
belum memiliki komite etik penelitian rumah sakit, persetujuan kaji
etik sebagaimana dimaksud pada dapat diberikan oleh komite etik
penelitian pada Institusi Pendidikan atau rumah sakit dalam jejaring
pendidikannya.
e. Dalam melaksanakan fungsi penelitian, Rumah Sakit Pendidikan
dapat melakukan kerja sama dengan pelaku industri bidang
kesehatan dan pihak lain yang terkait
f. Hasil penelitian peserta pendidikan subspesialis dapat menjadi karya
tulis yang dipresentasikan pada forum ilmiah nasional/internasional,
serta diharapkan dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah
nasional/internasional.
g. Diatur dalam Buku Pedoman Penelitian
h. Memiliki program penelitian berupa pohon penelitian
i. Memiliki alokasi anggaran untuk penelitian
j. Memiliki Sarana pendukung untuk penelitian
k. Memiliki Komite Etik Penelitian

5. PEMBIAYAAN
a. Alokasi Dana
Rumah sakit pendidikan utama dan rumah sakit jejaring pendidikan
menyusun perencanaan dan mengalokasikan dana untuk pendidikan
subspesialis dan pengembangan inovasi pendidikan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
b. Alokasi dana diperuntukkan sebagai berikut:
1) Biaya investasi untuk pendidikan subspesialis meliputi:
a) biaya penyediaan sarana dan prasarana;
b) pengembangan sumber daya manusia; dan
c) modal kerja tetap.

6
2) Biaya operasional langsung pendidikan subspesialis meliputi:
a) bahan habis pakai yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan
program;
b) pemeliharaan sarana/prasarana yang digunakan oleh peserta
program
c) gaji supervisor serta tunjangan yang melekat pada gaji;
d) insentif peserta pendidikan subspesialis;
e) biaya berlangganan jurnal;
f) biaya pengembangan riset
3) Biaya operasional tak langsung pendidikan subspesialis meliputi:
a) biaya sumber daya
b) biaya internet
c) dan lain-lain
4) Sumber biaya Pendidikan subspesialis:
a) Dari peserta didik
b) Subsidi dari RS Pendidikan
c) Sumber lain yang tidak mengikat

c. Besaran biaya
didasarkan unit cost yang telah disepakati antara RS Pendidikan dan
Kolegium terkait. Komponen unit cost terdiri dari biaya investasi, biaya
langsung dan tidak langsung

d. Pemberian Insentif untuk Peserta Pendidikan Subspesialis


- Insentif bagi peserta pendidikan subspesialis merupakan imbalan
dalam bentuk materi yang diberikan oleh Rumah Sakit Pendidikan
Utama atau Jejaring, atas jasa pelayanan medis yang dilakukan
sesuai kompetensinya.
- Pedoman pola pemberian insentif dan besaran insentif ditetapkan oleh
pimpinan Rumah Sakit Pendidikan Utama atau Jejaring bersama
Kolegium, berdasarkan:
a) beban kerja peserta didik sesuai dengan pencapaian kompetensi.
b) kemampuan finansial rumah sakit

6. MONITORING DAN EVALUASI


Pemantauan dan Pelaporan
a. Penjaminan mutu pendidikan subspesialis wajib dilakukan di tiap
Rumah Sakit penyelenggara program subspesialis oleh Tim Penjaminan

7
Mutu internal. Laporan evaluasi penjaminan mutu internal dilaporkan
kepada Direktur Rumah Sakit setempat dan ke kolegium secara berkala.
b. Penyelenggaraan pendidikan subspesialis di Rumah Sakit penyelenggara
akan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan melalui metode
evaluasi tertentu, visitasi oleh Kementerian Kesehatan bersama
Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis Berbasis
Rumah Sakit (KNPPS) serta Kolegium.
c. Hasil evaluasi dan perencanaan pendidikan subspesialis secara nasional
dibahas dalam rapat kerja yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan bersama Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter
Subspesialis Berbasis Rumah Sakit (KNPPS) serta Kolegium.
1) Evaluasi, analisis, dan rencana tindak lanjut terhadap kemajuan
pendidikan peserta didik
2) Evaluasi, analisis, dan rencana tindak lanjut terhadap penilaian
mahasiswa pada Supervisor, proses pelaksanaan pendidikan,
sarana-prasarana
3) Evaluasi, analisis, dan rencana tindak lanjut terhadap penilaian tim
penilai kinerja Supervisor terhadap Supervisor
4) Evaluasi, analisis, dan rencana tindak lanjut terhadap program kerja
Koordinator Lokal Program Penyelenggaran Pendidikan Dokter
Subspesialis Berbasis Rumah Sakit (KPRS) yang bertanggungjawab
dalam pelaksanaan pendidikan

BAB 3
PENGELOLAAN PENDIDIKAN DOKTER SUBSPESIALIS
BERBASIS RUMAH SAKIT

Prinsip pengelolaan pendidikan subspesialis: transparan, akuntabel,


berkeadilan, obyektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penyelenggara

8
pendidikan subspesialis adalah rumah sakit pendidikan yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.

A. Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis Berbasis


Rumah Sakit (KNPPS)
Di tingkat Nasional, Menteri Kesehatan menetapkan Koordinator
Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis Berbasis Rumah Sakit
(KNPPS) yang yang diberi kewenangan untuk mengkoordinir dan memastikan
bahwa pelaksanaan program Pendidikan subspesialis berbasis rumah sakit
dilaksanakan sesuai dengan standar Pendidikan dan standar kompetensi
yang telah ditetapkan.

1. Keanggotaan
Anggota dari Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter
Subspesialis Berbasis Rumah Sakit (KNPPS) terdiri dari para dokter
subspesialis dari berbagai rumah sakit penyelengara Pendidikan dokter
subspesialis yang diusulkan oleh kolegium.

2. Tugas pokok dari Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter


Subspesialis Berbasis Rumah Sakit (KNPPS) :
a) Menetapkan Pedoman Pendidikan dan Evaluasi Pembelajaran
Pendidikan Subspesialis Berbasis Rumah sakit
b) Menetapkan metode seleksi penerimaan peserta didik
c) Bersama dengan kolegium menetapkan jumlah peserta didik
d) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas
Koordinator Pengelola Pendidikan Subspesialis Berbasis Rumah
Sakit (KPRS)
e) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggara
Koordinator Pengelola Pendidikan Subspesialis Berbasis Rumah
Sakit (KPRS)

B. Koordinator Pengelola Pendidikan Subspesialis Berbasis Rumah


Sakit (KPRS)
Di tingkat rumah sakit pendidikan utama, direktur rumah sakit
menetapkan Koordinator Pengelola Pendidikan Subspesialis Berbasis
Rumah Sakit (KPRS) yang diberi kewenangan untuk mengelola program
ini di rumah sakit pendidikan utama dan rumah sakit jejaring program,
serta selalu berkoordinasi dengan Kolegium.

9
1. Persyaratan untuk diangkat sebagai KPRS:
a. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Kompetensi Tambahan ( STR-KT
sesuai bidang pendidikan subspesialis, yang diterbitkan oleh KKI;
b. Mempunyai pengalaman bekerja di bidang subspesialisasi/ pendalaman
minimal 5 (lima) tahun;
c. Bekerja purna waktu sebagai tenaga dokter pendidik di rumah sakit
pendidikan utama penyelenggara pendidikan subspesialis;
d. Memiliki kesediaan waktu, tenaga dan pikiran untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik dan mengelola program;
e. Staf pengajar pada program studi spesialis pendiddikan jantung dan
pembuluh darah pada modul yang sesuai dengan bidang
subspesialisasinya;
f. Anggota kelompok kerja bidang subspesialisasi terkait di Organisasi
Profesi
2. Tugas Pokok dan Fungsi KPRS meliputi:
a. Mempersiapkan semua komponen kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan subspesialis meliputi sarana, prasarana dan tenaga
pendidik yang berada di bawah pengelolaan rumah sakit pendidikan
b. Menyelenggarakan praseleksi calon peserta pendidikan subspesialis
c. Menyelenggarakan pendidikan sesuai Pedoman pendidikan
subspesialis.
d. Menyelenggarakan penilaian kemajuan peserta didik sesuai ketentuan
e. Membuat teguran/peringatan kepada peserta didik yang bermasalah.
f. Membuat laporan berkala
g. ke Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis
Berbasis Rumah Sakit (KNPPS) dan Kolegium mengenai penerimaan
peserta, penyelesaian pendidikan dan berbagai masalah terkait
pelaksanaan pendidikan.
h. Mengusulkan pengembangan sistem pendidikan agar tercapai sinergi
untuk efektifitas dan efisiensi pendidikan.
i. Menjaga mutu penyelenggaraan pendidikan subspesialis dengan
menjalankan program peningkatan mutu yang berkelanjutan.
j. Hal-hal lain yang menunjang pelaksanaan pendidikan subspesialis
sesuai Pedoman pendidikan yang telah ditetapkan.
3. Supervisi Kinerja KPRS:
Supervisi terhadap pelaksanaan program, mutu, dan pengembangan
pendidikan subspesialis dilaksanakan secara berkesinambungan oleh

10
Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis Berbasis
Rumah Sakit (KNPPS) bekerjasama dengan Kolegium.

C. Perjanjian Kerja Sama Rumah Sakit Penyelenggara Pendidikan


subspesialis:
Perjanjian Kerja Sama dengan Kolegium Organisasi Profesi
1. Rumah sakit pendidikan utama wajib memiliki Perjanjian Kerjasama
secara tertulis dengan Kolegium, dalam bentuk nota kesepahaman
(MoU) pelaksanaan pendidikan subspesialis yang ditandatangani oleh
Direktur Utama Rumah Sakit Pendidikan Utama dan Ketua Kolegium;
2. Perjanjian Kerja Sama Rumah Sakit Jejaring Pendidikan
Rumah Sakit Jejaring Pendidikan wajib memiliki Perjanjian Kerjasama
secara tertulis dengan Rumah Sakit Pendidikan Utama, dalam bentuk
nota kesepahaman (MoU) pelaksanaan pendidikan subspesialis yang
ditandatangani oleh Direktur Utama Rumah Sakit Pendidikan Utama
3. Direktur Rumah Sakit Jejaring, dengan tembusan ke Kolegium.
Dalam rangka melaksanakan koordinasi terhadap seluruh proses
pendidikan subspesialis di Rumah Sakit Pendidikan, Kolegium melalui
bidang terkait akan berkoordinasi dengan Direktur rumah sakit
pendidikan dan para KPRS setempat dalam hal :
a. Penetapan Visi dan Misi
b. Penyediaan Dokter Spesialis/ Spesialis dengan kompetensi
tambahan/ Subspesialis
c. Penentuan Pelayanan di Rumah Sakit
d. Penentuan Pelayanan di Rumah Sakit yang digunakan dalam
proses Pendidikan
e. Penyediaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit yang menunjang
pendidikan
f. Penentuan Daya Tampung peserta didik
g. Penentuan Jumlah dan Variasi kasus di bagian yang digunakan
dalam proses Pendidikan

D. Peserta Pendidikan
1. Proses Permohonan dan Seleksi
a) Calon peserta pendidikan subspesialis membuat surat permohonan ke
rumah sakit penyelenggara pendidikan dokter subspesialis yang telah
ditetapkan oleh Menteri dan mengisi formulir pendaftaran serta
melengkapi dokumen persyaratan dan menyebutkan pendidikan
subspesialisasi yang diinginkan.

11
b) Seleksi akan dilaksanakan oleh Koordinator Pengelola Program
Pendidikan Dokter Subspesialis (KPRS) di rumah sakit pendidikan
utama yang dituju.
c) Metode seleksi dan waktu penerimaan ditetapkan oleh oleh Koordinator
Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis Berbasis Rumah
Sakit (KPPNS).
d) Seleksi dilaksanakan secara transparan, objektif, adil, beragam dan
tidak diskriminatif
e) Periode penerimaan peserta dilaksanakan dua kali dalam satu tahun

2. Persyaratan Peserta
a) Dokter Spesialis bidang terkait
b) Telah melakukan praktek kedokteran spesialis terkait minimal 3
tahun
c) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter
d) Mempunyai STR yang masih berlaku yang dikeluarkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI)
e) Mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) yang masih berlaku yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
f) Mempunyai surat rekomendasi IDI setempat yang menyatakan
pemohon tidak pernah melakukan malpraktek dan pelanggaran kode
etik
g) Mempunyai surat rekomendasi dari direktur atau Dinas Kesehatan
untuk pemohon yang masih atau sedang bertugas di rumah sakit
atau puskesmas
h) Bagi tenaga staf pengajar telah melaksanakan praktik sebagai dokter
spesialis sekurang-kurangnya dua tahun
i) Kesanggupan memenuhi persyaratan rumah sakit Pendidikan
tempat Pendidikan dilakukan

E. Proses pembelajaran
1. Tempat pembelajaran
dilaksanakan di unit-unit pelayanan terkait rumah sakit pendidikan
utama dan rumah sakit jejaringnya, agar diperoleh jumlah dan variasi
kasus sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai
2. Masa Pendidikan

12
dilaksanakan dalam jangka waktu 2 (dua) semester hingga 4 (empat)
semester sesuai jumlah modul yang harus diselesaikan dan kompetensi
yang harus dicapai
3. Standar Pendidikan profesi dan Standar Kompetensi
Standar Profesi ditetapkan Koordinator Nasional Program Pendidikan
Dokter Subspesialis Berbasis Rumah Sakit (KNPPS) bekerja sama
dengan kolegium
4. Materi pembelajaran meliputi :
1) Modul akademik :
- Didapat melalui kuliah, tugas baca, diskusi tutorial, presentasi
kasus, pembacaan journal, referat, mengikuti
seminar/konferensi dalam bidang terkait.
- Membuat karya ilmiah dalam bentuk laporan kasus atau laporan
penelitian yang dipresentasikan pada acara ilmiah
kardiovaskular nasional dan internasional.
- Mendidik : mengajar perawat, mahasiswa kedokteran, peserta
program pendidikan dokter spesialis-1.
2) Modul pendidikan keprofesian :
- Didapat melalui proses magang, seperti penatalaksanaan kasus,
melakukan prosedur sesuai bidang kekhususan yang diminati
termasuk tindakan kedaruratan.
- Standar kompetensi disusun oleh kolegium dan ditetapkan oleh
Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis
Berbasis Rumah Sakit (KNPPS).
- Merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi dan
kemampuanm profesional yang mencakup pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), dan sikap/perilaku (attitude),
yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran.
3) Metode Evaluasi Hasil Belajar
- Evaluasi (Ujian) Lokal dilakukan oleh Koordinator Program
Pendidikan Dokter Subspesialis (KPRS) di rumah sakit
pendidikan utama bekerjasama dengan kolegium terkait
- Evaluasi (Ujian) Nasional dilakukan oleh Koordinator Nasional
Program Pendidikan Dokter Subspesialis berbasis Rumah Sakit
(KPPNS) bekerjasama dengan kolegium
- Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan terhadap semua
kegiatan terutama praktek klinis dan prosedur
- Pencapaian kompetensi dinilai berdasarkan besar paparan
terhadap kasus

13
e) Kelulusan
Kementerian Kesehatan dan Kolegium menerbitkan Sertifikat
Dokter Subspesialis bagi peserta yang dinilai telah lulus dari
program Pendidikan dokter subspesialis.
Sebutan terhadap lulusan program pendidikan dokter
subspesialis adalah dokter subspesialis atau spesialis konsultan.

F. Penilaian Pendidikan
Pedoman penilaian Pendidikan subspesialis ditetapkan oleh
Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis Berbasis
Rumah Sakit (KNPPS) yaitu kriteria minimal tentang penilaian proses dan
hasil belajar peserta, dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran,
meliputi aspek kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan
sikap/perilaku.

1. Prinsip penilaian
a) edukatif artinya penilaian akan memotivasi peserta program agar
mampu memperbaiki perencanaan dan cara belajarnya, sehingga
capaian pembelajaran dapat diraih.
b) otentik artinya penilaian berorientasi pada proses belajar yang
berkesinambungan dan hasil belajar yang mencerminkan
kemampuan mahasiswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
c) objektif artinya penilaian didasarkan pada Pedoman yang disepakati
antara Supervisor dan peserta program, serta bebas dari pengaruh
subjektivitas penilai dan yang dinilai.
d) akuntabel artinya penilaian dilakukan sesuai dengan prosedur dan
kriteria yang jelas, disepakati pada awal kuliah, dan dipahami oleh
peserta program.
e) transparan artinya prosedur dan hasil penilaiannya dapat diakses
oleh semua pemangku kepentingan.
2. Teknik/Metode dan Instrumen Penilaian
Teknik penilaian meliputi:
a) pengamatan dan penilaian langsung/ observasi saat melakukan
presentasi kasus/makalah, praktek klinis atau simulasi
b) pengamatan dan penilaian langsung/ observasi pada proses
pembelajaran tindakan/prosedur subspesialistik.
c) peserta didik sebelum diberi kesempatan untuk melakukan
tindakan/prosedur subspesialistik harus dinilai kemampuan kognitif
dan keterampilannya

14
3. Mekanisme penilaian terdiri atas:
a) menyusun, menyampaikan, menyepakati tahap, teknik, instrumen,
kriteria, indikator, dan bobot penilaian antara penilai dan yang dinilai
sesuai dengan rencana pembelajaran;
b) melaksanakan proses penilaian sesuai dengan tahap, teknik,
instrumen, kriteria, indikator, dan bobot penilaian;
c) memberikan umpan balik dan kesempatan untuk mempertanyakan
hasil penilaian kepada peserta program; dan
d) mendokumentasikan penilaian proses dan hasil belajar peserta
program secara akuntabel dan transparan.

4. Prosedur penilaian mencakup tahap perencanaan, kegiatan pemberian


tugas atau soal, observasi kinerja, pengembalian hasil observasi, dan
pemberian nilai akhir.

5. Prosedur penilaian dapat dilakukan melalui penilaian bertahap dan/atau


penilaian ulang meliputi :
a) Penilaian penguasaan keterampilan:
- mengevaluasi buku log berisi jumlah dan ragam kasus serta
kegiatan prosedur yang sudah dilakukan baik sebagai asisten atau
operator;
- peserta program harus melakukan prosedur secara mandiri dalam
jumlah yang sudah ditetapkan.
b) Penilaian perilaku :
- Penilaian ditujukan pada kemampuan bekerja efektif dan efisien,
mawas diri, profesionalisme dan komunikasi-kolaborasi.
- Penilaian ini mempertimbangkan asupan seluruh staf di unit kerja
terkait (staf medis yunior, dokter bedah, perawat senior, tenaga
kesehatan senior lainnya, dan sesama peserta subspesialis).
c) Ujian Nasional
- Ujian nasional dilakukan Koordinator Nasional Program Pendidikan
Dokter Subspesialis Berbasis Rumah Sakit (KNPPS) bekerjasama
dengan Kolegium.
- Ujian nasional terdiri atas ujian teori dan keterampilan, yang
dilakukan secara tertulis dan lisan.

6. Hasil Penilaian Ujian Nasional:

15
- Apabila dari hasil penilaian ujian nasional sudah dinyatakan lulus,
maka peserta program akan mendapat sertifikat yang ditanda
tangani oleh Ketua Kolegium sesuai dengan program studi Spesialis.
- Apabila hasil penilaian ujian nasional dinyatakan tidak lulus, maka
harus ditentukan mengenai estimasi durasi dan karakteristik
program tambahan, agar peserta dianggap cukup untuk memperoleh
kompetensi yang telah ditentukan.
- Hasil penilaian ujian nasional diumumkan langsung oleh Kolegium.
7. Bukti kelulusan peserta pendidikan subspesialis
a) Setelah menyelesaikan seluruh tahapan pendidikan dan lulus ujian
lokal, peserta akan memperoleh bukti kelulusan dari rumah sakit
penyelenggara program dalam bentuk sertifikat yang menyatakan
bahwa telah menyelesaikan pendidikan subspesialis sesuai bidang
pendalaman yang ditempuh. Sertifikat ini ditandatangani oleh
direktur rumah sakit dan KPRS.
b) Setelah lulus ujian nasional, Kolegium akan menerbitkan Sertifikat
Kompetensi Tambahan (Serkom-KT) dengan menyebutkan kompetensi
yang dimiliki oleh lulusan. Serkom-KT ditandatangani oleh Ketua
Kolegium
c) Setelah dinyatakan lulus ujian lokal dan ujian Nasional maka peserta
akan mendapatkan sertifikat kelulusan program Pendidikan dokter
subspesialis berbasis rumah sakit yang ditanda tangani oleh Menteri
Kesehatan (Dirjen Nakes) dan Ketua Kolegium

BAB IV
SISTEM PENDIDIKAN DOKTER SUBSPESIALIS BERBASIS RUMAH SAKIT

A. Kurikulum
Kurikulum pembelajaran disusun oleh Koordinator Nasional Program
Pendidikan Dokter Subspesialis Berbasis Rumah Sakit (KNPPS) bekerja
sama dengan kolegium.
1. Materi pembelajaran/kurikulum meliputi :

16
- Materi akademik dan materi profesi
- Kompetensi yang akan dicapai
2. Modul Pembelajaran meliputi :
a) Modul akademik :
- Didapat melalui kuliah, tugas baca, diskusi tutorial, presentasi
kasus, pembacaan journal, referat, mengikuti seminar/konferensi
dalam bidang terkait.
- Membuat karya ilmiah dalam bentuk laporan kasus atau laporan
penelitian yang dipresentasikan pada acara ilmiah kardiovaskular
nasional dan internasional.
Mendidik : mengajar perawat, mahasiswa kedokteran, peserta
-
program pendidikan dokter spesialis-1.
b) Modul pendidikan keprofesian :
- Didapat melalui proses magang, seperti penatalaksanaan kasus,
melakukan prosedur sesuai bidang kekhususan yang diminati
termasuk tindakan kedaruratan.
- Proses pembelajaran dilaksanakan di unit-unit pelayanan terkait
rumah sakit pendidikan utama dan rumah sakit jejaringnya, agar
diperoleh jumlah dan variasi kasus sesuai persyaratan pendidikan.
3. Sistem Pendidikan
a) Diatur dalam Buku Pedoman kegiatan peserta program
b) Kegiatan pembelajaran dicatat dalam buku log peserta program dan
ditandatangani oleh Supervisor terkait
c) Pendidikan bersifat problem based, adult learning dan student
centered, sehingga peserta didik melakukan tugasnya secara mandiri
dibawah bimbingan Supervisor

B. Kompetensi Dokter Subspesialis berbasis Rumah Sakit


Pedoman Kompetensi Dokter Subspesialis berbasis Rumah Sakit
disusun oleh Koordinator Nasional Program Pendidikan Dokter Subspesialis
Berbasis Rumah Sakit (KNPPS) bekerja sama dengan kolegium
1. Merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi dan kemampuan
profesional yang mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skill), dan sikap/perilaku (attitude), yang dinyatakan dalam rumusan
capaian pembelajaran.
2. Rumusan capaian pembelajaran diatur oleh Kolegium

17
1. Kriteria minimal tentang kualifikasi dan kemampuan profesional
Rumusan kompetensi meliputi :
a. Kompetensi inti:
Lulusan pendidikan subspesialis mampu menunjukkan pengetahuan
tentang ilmu biomedis, klinis, dan sosial, baik yang sudah mapan
maupun yang sedang berkembang sesuai bidang pendalaman masing-
masing, dan menunjukkan penerapan pengetahuan mereka pada
pelayanan pasien dan pendidikan orang lain.
Elemen kompetensi:
1) Menerapkan pendekatan analitis dan berpikiran terbuka untuk
memperoleh pengetahuan sesuai bidang pendalamannya.
2) Mengembangkan pengetahuan ilmu dasar dan klinis yang
mendasari praktik bidang pendalamannya.
3) Menerapkan pengetahuannya dalam mengembangkan pemikiran
kritis, pemecahan masalah klinis dan teknis, serta
mengembangkan keterampilan untuk mengambil keputusan klinis
sesuai bidang pendalamannya.
4) Mengakses dan mengevaluasi secara kritis informasi medis terkini
dan bukti ilmiah, untuk mengembangkan kemampuan praktik
sesuai bidang pendalamannya.
b. Ketrampilan dalam pelayanan pasien ( patient care/ procedural skill )
Kompetensi inti:
Lulusan pendidikan subspesialis mampu memberikan perawatan
pasien secara paripurna dan/atau melakukan prosedur sesuai bidang
pendalamannya, dengan penuh perhatian, akurat dan efektif.
Elemen kompetensi:
1) Mampu mengumpulkan informasi penting dan akurat dari
berbagai sumber, meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
cermat, catatan medis, dan prosedur diagnostik serta terapeutik.
2) Mampu melakukan dan menginterpretasi data pemeriksaan non-
invasif atau invasif, menyingkirkan artefak, dan mengenali
sensitivitas, spesifisitas, serta nilai prediktif tiap-tiap tes terkait
bidang pendalamannya.
3) Mampu melakukan prosedur diagnostik dan terapi farmakologik
atau non farmakologik (intervensi nonbedah) yang dianggap
penting untuk praktik sesuai bidang pendalamannya, serta kritis
melakukan evaluasi hasilnya.

18
4) Mampu memberikan rekomendasi yang rinci tentang pilihan
preventif, diagnostik, terapeutik dan intervensi, yang didasarkan
pada penilaian klinis, bukti ilmiah, dan preferensi pasien.
5) Mampu membuat, menegosiasikan, dan mengimplementasikan
rencana manajemen pasien.
c. Hubungan interpersonal dan komunikasi (interpersonal and
communication skills)
Kompetensi inti:
Lulusan pendidikan subspesialis mampu menunjukkan keterampilan
dalam berkolaborasi dan berkomunikasi, yang memungkinkan
mereka membangun dan mempertahankan hubungan profesional
dengan pasien, keluarga pasien, dan anggota tim pelayanan
kesehatan lainnya.
Elemen kompetensi:
1) Mempunyai kesabaran untuk mendengarkan, keterampilan
pengamatan nonverbal, melakukan tanya jawab, dan naratif yang
efektif untuk berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
2) Memberikan konsultasi subspesialistik yang efektif dan
profesional kepada dokter dan profesional perawatan kesehatan
lainnya, serta mempertahankan hubungan profesional terapeutik
dan etis dengan pasien, keluarga pasien, dan kolega.
3) Berinteraksi dengan kolega dan atasannya dengan sopan santun.
4) Membuat catatan medis komprehensif, tepat waktu, dan dapat
dibaca.
5) Memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu kepada
kolega, dengan menyadari perannya sebagai konsulen yang wajib
berbagi ilmu, baik dalam lingkungan formal maupun informal.
d. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik (practice-based learning
and improvement )
Kompetensi inti:
Lulusan pendidikan subspesialis mampu menggunakan metode dan
bukti ilmiah untuk meneliti, mengevaluasi, dan meningkatkan
kemampuannya dalam praktik sesuai bidang pendalamannya.
Elemen kompetensi:
1) Mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan menerapkan
strategi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/
perilaku dirinya dalam proses perawatan/penanganan pasien.
2) Mengembangkan dan memelihara kemauan belajar sepanjang hayat

19
3) Menganalisis dan mengevaluasi pengalaman yang didapat selama
menjalankan praktik sesuai bidang pendalamannya dan
menerapkan strategi untuk terus meningkatkan mutunya.
4) Mengembangkan dan memelihara kemauan untuk belajar dari
kesalahan dan menggunakan kesalahan untuk meningkatkan
kualitas sistem atau proses perawatan pasien.
5) Menggunakan teknologi informasi atau metodologi lain yang
tersedia untuk mengakses dan mengelola informasi guna
mendukung keputusan perawatan pasien dan pendidikan diri
sendiri.
6) Mengembangkan dan memelihara semangat untuk meneliti dan
publikasi.

e. Praktik berbasis sistem ( system-based practice).


Kompetensi inti:
Lulusan pendidikan subspesialis mampu menunjukkan pemahaman
tentang konteks dan sistem di mana dia bekerja, dan menunjukkan
kemampuan untuk menerapkan pengetahuannya dalam upaya
meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan kesehatan.
Elemen kompetensi:
1) Mengenali berbagai sumber informasi yang tersedia untuk
perawatan pasien
2) Membangun hubungan kolegial dan kolaboratif dengan anggota
tim pelayanan kesehatan lainnya untuk memfasilitasi pertukaran
informasi
3) Memasukkan pertimbangan biaya dan risiko dalam mengambil
keputusan tata kelola pasien
4) Menerapkan enam sasaran keselamatan pasien
5) Mematuhi aturan unit kerja, rumah sakit dan asuransi
penanggung biaya

f. Profesionalisme ( profesionalism )
Kompetensi inti:
Lulusan pendidikan subspesialis mampu menunjukkan perilaku yang
mencerminkan komitmen terhadap pengembangan profesional yang
berkelanjutan, praktik etis, pemahaman dan kepekaan terhadap
keragaman, serta sikap bertanggung jawab terhadap pasien, profesi,
dan masyarakat di lingkungannya.
Elemen kompetensi:

20
1) Menunjukkan rasa hormat, welas asih, integritas, dan altruisme
dalam hubungannya dengan pasien, keluarga pasien, dan kolega.
2) Menunjukkan kepekaan dan daya tanggap terhadap pasien dan
keluarga pasien, tanpa membedakan jenis kelamin, usia, budaya,
agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, perilaku dan
disabilitas.
3) Mematuhi prinsip kerahasiaan, integritas ilmiah/akademik, dan
persetujuan tindakan setelah memberikan informasi jelas dan
akurat.
4) Mengenali dan mengidentifikasi kekurangannya dalam kerja tim.
5) Menghindari hubungan yang tidak sehat dengan industri
farmasi/alat kesehatan yang dapat mengorbankan kepentingan
pasien.

Kompetensi/rumusan capaian pembelajaran pengetahuan dan


keterampilan disesuaikan dengan program studi subspesialis.
Sedangkan kompetensi keterampilan interpersonal dan komunikasi,
pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik, praktik berbasis sistem
dan profesionalisme, merupakan kompetensi sikap/ perilaku umum
yang disesuaikan dengan praktik klinis lulusan pendidikan subspesialis.

2. Capaian Kompetensi
Capaian Kompetensi adalah capaian jumlah kasus minimal yang pernah
ditangani atau dikerjakan selama masa pendidikan subspesialis, baik
dikerjakan secara mandiri atau dalam supervisi/bimbingan untuk
mencapai level kompetensi atau tingkat kemampuan yang ditentukan
dalam pedoman kompetensi. Kasus yang dimaksud dapat berupa jenis
tindakan, jenis penyakit, atau kondisi / komorbid khusus yang
merupakan bagian dari keahlian minimal yang harus dikuasai

3. Level kompetensi
Level kompetensi adalah tingkat kemampuan yang harus dicapai dan
dibagi menjadi 4 tingkat kemampuan, antara lain;
a) Tingkat Kemampuan 1 (Knows): mengetahui dan menjelaskan
Pada tingkat ini, Dokter subspesialis dapat mengenali dan
menjelaskan suatu keterampilan klinis atau gambaran klinik penyakit,
dan mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik
dan psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan
kepada pasien / klien dan keluarganya, teman sejawat, serta profesi

21
lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin
timbul.
b) Tingkat Kemampuan 2 (Knows How) : pernah melihat atau pernah
didemonstrasikan.
Pada tingkat ini, dokter subspesialis dalam masa pendidikannya
pernah melihat atau didemonstrasikan suatu keterampilan klinis.
Selain itu juga menguasai pengetahuan teori dari keterampilan ini
dengan penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta
berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut
dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien.
c) Tingkat Kemampuan 3 (Shows) : pernah melakukan atau pernah
menerapkan dibawah supervisi.
Pada tingkat ini, Dokter subspesialis pernah melakukan atau pernah
menerapkan di bawah supervisi, tidak mandiri, pada saat menjalani
masa pelatihan. Dokter Spesialis peserta subspesialis menguasai
pengetahuan teori dasar dan ilmiah dari keterampilan ini termasuk
latar belakang, dampak klinis dan psikososial dari keterampilan
tersebut. Berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien, serta berlatih keterampilan dibawah supervisi.
d) Tingkat Kemampuan 4 (Does) : mampu melakukan secara mandiri.
Pada tingkat ini, Dokter subspesialis dapat mendiagnosis, melakukan
penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas, serta dapat
memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi,
dan pengendalian komplikasi.
C. Pedoman Pembelajaran
Pedoman isi penyelenggaraan pendidikan profesi dokter subspesialis
merupakan kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi
pembelajaran, untuk memenuhi kompetensi yang sudah ditetapkan. Materi
pembelajaran pendidikan subspesialis melebihi program spesialis dalam
hal kedalamannya dan terfokus pada satu bidang subspesialistik
Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran bersifat kumulatif
dan integratif, serta dituangkan pada bahan kajian yang terstruktur
berbentuk modul yang bersifat :
1. kumulatif artinya merupakan pendalaman dan penguatan materi
pembelajaran sejalan dengan jumlah capaian kasus pembelajaran dan
waktu penyelesaian yang harus ditempuh.

22
2. integratif artinya merupakan proses penyampaian materi pembelajaran
secara terpadu antar berbagai disiplin ilmu.

D. Kurikulum Pedoman pendidikan subspesialis


1. Kurikulum Pedoman pendidikan subspesialis adalah seperangkat
rencana dan pengaturan pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan, isi,
bahan pelajaran, cara pencapaian dan jumlah kasus yang harus dicapai,
serta penilaian, yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan Pedoman pendidikan subspesialis
2. Kurikulum inti Pedoman pendidikan subspesialis disusun oleh Kolegium
bersama kelompok kerja terkait. Untuk mencapai level kompetensi yang
diharapkan diperlukan pengalaman penanganan sejumlah kasus/
prosedur secara mandiri.
3. Penyusunan kurikulum dibuat berdasarkan atas kompetensi
(competency- based), cara belajar aktif dan magang. Dengan model
pendekatan ini, diharapkan para lulusan mampu belajar mandiri dan
mengembangkan belajar sepanjang hayat (lifelong learning), menjadi
pemberi layanan kardiovaskular bertaraf global, dan dapat berpartipasi
dalam pendidikan dan riset.
4. Isi dan Garis Besar Struktur Kurikulum
Isi kurikulum berorientasi pada rumusan capaian pembelajaran
berdasarkan atas kompetensi yang diharapkan, dengan pendekatan
menguasai teori dan aplikasi pengetahuan serta keterampilan dalam
bidang terkait yang bersifat kumulatif dan/ atau integratif. Kurikulum
dituangkan ke dalam bahan kajian yang distrukturkan dalam bentuk
modul pembelajaran. Isi kurikulum meliputi pengetahuan yang lanjut
(advanced) dan tingkat keterampilan profisien (mahir)

E. Pedoman Proses Pencapaian Kompetensi Berdasarkan Tahap


Pendidikan
Pedoman proses pada pendidikan subspesialis meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Karakteristik proses pendidikan pada pendidikan subspesialis
a. Kurikulum Pendidikan
Pendidikan subspesialis memiliki kurikulum yang mengacu kepada
kurikulum inti pendidikan subspesialis sesuai bidang peminatan yang
ditetapkan oleh Kolegium
b. Pendidikan profesi

23
Pedoman pendidikan subspesialis mengutamakan pencapaian
kompetensi melalui proses magang (hands-on), namun juga
menyertakan materi akademik yang bercirikan pendalaman ilmu
melalui berbagai metoda.
c. Proses pendidikan subspesialis mempunyai strategi terintegrasi
secara horizontal (integrasi kelompok materi pendidikan dari satu
tahap pendidikan) dan vertikal (integrasi kelompok materi pendidikan
dari materi akademik dan materi profesi), efektif, serta terstruktur
dan sistematik.
d. Berkesinambungan
Pendidikan subspesialis merupakan pendidikan profesi lanjutan bagi
dokter Spesialis.
e. Belajar aktif
Pedoman pendidikan subspesialis memakai kaidah pendidikan tinggi
yaitu aktif dan mandiri, yang didasari oleh dorongan motivasi,
kreativitas dan integritas peserta. Proses pendidikan terutama
ditekankan pada pendekatan student centered, problem solving
oriented, dan self directed learning, sehingga pendidik lebih berperan
sebagai fasilitator.
f. Berdasarkan pencapaian kemampuan individu
Pendidikan subspesialis bertujuan mencapai kemampuan
(competency) dan kemahiran/ profisien (mastery) peserta didik.
Dengan demikian, maka setiap kegiatan baik pendalaman keilmuan
maupun kemahiran keterampilan harus dijalani peserta program
secara terus-menerus dan nyata, sampai jumlah kasus yang
disyaratkan terpenuhi, hingga akhirnya peserta didik mampu
melakukan secara mandiri.
g. Proses pendidikan subspesialis dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan dan Kolegium di rumah sakit pendidikan yang ditetapkan
oleh Menteri. utama suatu program pendidikan Spesialis, dengan
peringkat akreditasi Rumah Sakit paripurna serta memiliki peringkat
tertinggi untuk akreditasi program pendidikan Spesialis setempat.
h. Mempunyai jejaring sumber daya pembelajaran
Penyelenggara pendidikan subspesialis mempunyai jejaring sumber
daya manusia, fasilitas pendidikan dan lain-lain yang memadai,
sehingga proses pendidikan berlangsung optimal, efisien dan efektif.

2. Karakteristik proses pembelajaran

24
Proses pembelajaran pada pendidikan subspesialis mempunyai
ciri-ciri: interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik,
efektif, kolaboratif dan berpusat pada peserta program.
a. interaktif artinya capaian pembelajaran diraih dengan
mengutamakan proses interaksi dua arah antara peserta program
dan Supervisor.
b. holistik artinya proses pembelajaran mendorong terbentuknya pola
pikir yang komprehensif dan luas, dengan menginternalisasi
keunggulan dan kearifan lokal maupun nasional.
c. integratif artinya capaian pembelajaran diraih melalui proses
pembelajaran yang terintegrasi, dengan pendekatan kerja tim
multidisiplin.
d. saintifik artinya capaian pembelajaran diraih melalui proses
pembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah dan
profesionalisme.
e. kontekstual artinya capaian pembelajaran diraih melalui proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensinya.
f. tematik artinya capaian pembelajaran diraih melalui proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan
Pedoman pendidikan subspesialis dan dikaitkan dengan
permasalahan nyata melalui pendekatan transdisiplin.
g. efektif artinya capaian pembelajaran diraih secara berhasil guna
dengan mementingkan internalisasi materi secara baik dan benar
dalam kurun waktu yang optimum.
h. kolaboratif artinya capaian pembelajaran diraih melalui proses
pembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individu
pembelajar untuk menghasilkan kapitalisasi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
i. berpusat pada peserta program artinya capaian pembelajaran diraih
melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan
kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan peserta program,
serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan
pengetahuan.

3. Perencanaan proses pembelajaran :


a. Perencanaan proses pembelajaran disusun untuk setiap modul
pembelajaran
b. Rencana pembelajaran memuat:
1) nama pendidikan subspesialis,

25
2) nama modul pembelajaran,
3) capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada modul;
4) kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap
pembelajaran untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan;
5) bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai;
6) metode pembelajaran;
7) waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap
tahap pembelajaran;
8) pengalaman belajar peserta program yang diwujudkan dalam
deskripsi tugas yang harus dikerjakan;
9) kriteria, indikator, dan bobot penilaian; dan
10) daftar referensi yang digunakan.
11) nama supervisor/ pengampu (dikosongkan untuk diisi oleh setiap
penyelenggara pendidikan);
c. Rencana pembelajaran ditinjau dan disesuaikan secara berkala sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Pelaksanaan proses pembelajaran :


a. Pelaksanaan proses pembelajaran mengacu pada rencana
pembelajaran dan sesuai dengan karakteristik proses pembelajaran
pendidikan subspesialis.
b. Bentuk pelaksanaan proses pembelajaran:
1) Untuk proses pembelajaran pendalaman pengetahuan, peserta
didik harus banyak melakukan pembelajaran mandiri, di mana
materi didapat dari buku teks atau jurnal , presentasi kasus,
kuliah, responsi/ tutorial, seminar, simulasi, klub jurnal,
internet/webinar, pertemuan ilmiah nasional/ internasional
terkait, dll.
2) Untuk proses pembelajaran keterampilan klinis perawatan pasien,
dilakukan melalui pembelajaran bedside atau konsultasi di klinik
rawat jalan, praktik kolaboratif interprofesi/ multidisiplin yang
interaktif dan komprehensif. Tujuan utamanya adalah untuk
memperoleh pengalaman klinis pelayanan yang berpusat pada
pasien (patient oriented), menjalankan prinsip-prinsip
keselamatan pasien (patient safety), dan bekerja sebagai anggota
tim pelayanan tersier yang senantiasa mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.
3) Untuk proses pembelajaran keterampilan prosedur, dilakukan
dengan cara magang. Dimulai sebagai asisten yang membantu

26
prosedur, kemudian melakukan prosedur dengan dan tanpa
pengawasan supervisor, hingga akhirnya mahir melakukan
prosedur secara mandiri.
4) Untuk proses pembelajaran sikap/ perilaku, dilakukan dengan
cara mematuhi panduan praktik klinik, Pedoman prosedur
operasional, pedoman/ panduan lain yang berlaku di rumah sakit
pendidikan, dan observasi role model.
c. Dalam menjalankan proses pembelajaran di rumah sakit pendidikan,
peserta pendidikan profesi dokter subspesialis wajib memiliki surat
ijin praktik (SIP) khusus, yang berlaku di rumah sakit pendidkan
utama tempat pendidikan subspesialis dilaksanakan. serta rumah
sakit jejaring pendidikan.

5. Untuk mencatat capaian pembelanjaran, peserta didik menggunakan


buku log

PENUTUP

Kebutuhan pelayanan spesialistik di negara kita belum dapat terpenuhi


karena jumlah dokter spesialis saat ini tidak cukup mampu melayani
kesehatan seluruh masyarakat, kurangnya angka produksi dan tidak
meratanya distribusi dokter spesialis di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan
di Indonesia.
Pemenuhan kebutuhan dokter ditempuh melalui Sistem Kesehatan Akademik/
Academic Health System dengan tujuan memastikan lebih banyak dokter yang
dapat difasilitasi untuk mengenyam pendidikan dokter spesialis

Sistem pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit atau hospital


based mendukung upaya produksi dan pemerataan dokter spesialis dan
memungkinkan adanya sistem pembayaran gaji bagi peserta Program
Pendidikan dokter Spesialis (PPDS). Kebijakan Pendidikan dokter spesialis
berbasis membuka peluang baru dalam mempercepat penambahan jumlah
dokter spesialis

27

Anda mungkin juga menyukai