LAPORAN
MAGANG
Oleh :
Miftakhul Zanah
G42202304
LAPORAN
MAGANG
Oleh :
Miftakhul Zanah
NIM G42202498
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB 1. PENDAHULUAN
6
Sidoarjo media yang kami gunakan antara lain : PPT, Lembar balik, Leaflet. Kami juga
menyiapkan dorrprize agar audiens tertarik untuk mengikuti penyuluhan PKRS ini juga pada
kegiatan berlangsung kami juga menyiapkan sebuah sesi untuk tanya jawab agar kita juga bisa
mengukur apakah audiens paham dengan apa yang kita sampaikan.
1.4 Manfaat
1. Kita dapat mengetahui dan menambah wawasan mengenai gambaran pelaksanaan
penyuluhan PKRS di RSUD Sidoarjo
2. Dapat mencapai target yang diharapkan oleh suatu instansi
7
BAB 2. PELAKSANAAN
2.3 Waktu
Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 26 Oktober 2023
Pukul : 10.00 – 10.30
Durasi : 30 menit
Tempat : Selasar Mawar Kuning dan Teratai
2.4 Materi
a. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis
dengan penyebab yang beragam yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sebagai akibat gangguan
fungsi insulin, kencing manis juga dapat disebut dengan DM. DM termasuk dalam
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hipoglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin dan kerja insulin. Diabetes melitus merupakan salah satu masalah
kesehatan yang besar. Penyakit menahun disebabkan karena hormon insulin dalam tubuh
yang tidak dapat bekerja secara efektif dalam mengendalikan kadar gula darah sehingga
menyebabkan peningkatan kadar gula di dalam darah atau yang dikenal dengan
hiperglikemia
Nilai Normal :
• Gula Darah Sewaktu (GDS) / tanpa puasa <200 mg/dL
• Gula Darah Puasa (GDP) < 126 mg/dL
8
b. Gejala Diabetes Melitus dan Faktor Resiko
Menurut Kemenkes, gejala utama dari diabetes melitus ada 3 gejala utama yaitu :
1. Intensitas buang air kecil yang cukup sering
2. Cepat merasa lapar
3. Sering merasa haus
Sedangkan faktor resiko yang dapat terjadi pada penderita diabetes melitus menurut
kemenkes yaitu :
1. Kegemukan (berat badan lebih/IMT > 23 kg/m2) dan lingkar perut (Pria > 90 cm
dan Perempuan > 80 cm)
2. Kurangnya aktivitas fisik (kebanyakan rebahan)
3. Dislipidemia (kolestrol HDL ≤ 35 mg/dL, trigliserida ≤ 250 mg/dL.
4. Mempunyairiwayat penyakit jantung
5. Hipertensi/ tekanan darah Tinggi (>140/90mmHg)
6. Diet yang dijalani tidak seimbang (tinggi gula, garam,lemak, dan rendah serat
d. Diet 3 DJ
9
1. Tepat jumlah, mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh
2. Tepat jadwal, terdiri dari 3x makanan utama dan 2-3x makanan selingan dengan porsi
kecil
3. Tepat jeni, jenis makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan konsep piring makan
yang bermodel T yaitu terdiri dari :
• Sayur dan buah (timun labu siam apel)
• Karbohidrat (nasi, kentang, ubi)
• Protein (ikan, telur, tempe tahu
10
5 Penutup Menjawab salam
penutup
11
BAB 3. EVALUASI
3.1 Evaluasi
3.1.1 Peserta
Semua pesera yang mengikuti kegiatan penyuluhan berjumlah 20 orang, yang
merupakan keluarga pasien di rawat inap teratai dan mawar kuning. Peserta mendapatkan
informasi mengenai Diabetes Mellitus. Para peserta menyimak seluruh materi yang
disampaikan dan ikut aktif dalam kegiatan penyuluhan hingga kegiatan berakhir. Setelah
pemaparan materi terdapat sesi tanya jawab yang diajukan oleh peserta kepada pemateri.
Pertanyaan yang diajukan peserta kepada pemateri adalah sayur dan buah apa saja yang
diperbolehkan dan dibatasi oleh penderita Diabetes Mellitus. Perilaku pola makan yang
masih salah berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pola makan yang
masih salah, seperti tingginya konsumsi fast food, konsumsi gorengan, dan minuman
bermanis atau cemilan. Respoden yang mengonsumsi makanan dan minuman manis secara
berlebihan dapat berpengaruh terhada peningkatan risiko terkena DM Tipe 2 (Yunanto,
2017). Pola makan tidak sehat menyebabkan ketidakseimbangan antara karbohidrat dan
kandungan lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya kandungan gula di dalam tubuh
menjadi tinggi melebihi kepasitas kerja pancreas dan berakibat terjadinya diabeters melitus
(Hariawan et al., 2018).
3.1.2 Pemateri
Pemateri dalam menyampaikan materi sudah baik, dapat menjelaskan materi dengan
jelas dan mudah dipahami peserta.
12
dilaksanakan oleh panitia. Tetapi, tidak dilakukan pemantauan kenaikan pengetahuan peserta
(pre-post test) mempertimbangkan keterbatasan waktu.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hariawan, H., Fathoni, A., & Purnamawati, D. (2019). Hubungan gaya hidup (pola makan dan
aktivitas fisik) dengan kejadian diabetes melitus di Rumah Sakit Umu Provinsi NTB. Jurnal
Keperawatan Terpadu, 1(1), 1-6.
Ikmar, Noerul. 2022. “Mengenal Peran dan Fungsi PKRS di Rumah Sakit”. Kementrian Kesehatan
Direktrat Jenderal Pelayanan Kesehtaan
Permenkes Nomor 44 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS)
Yunanto, K., W. (2017). Pengetahuan, sikap dan Tindakan terhadap pola hidup terkait factor risiko
diabetes melitus tipe 2 pada remaja di Kecamatan Kraton Yogyakarta. [Skripsi].
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
14
LAMPIRAN
A. Latar Belakang
DM termasuk dalam kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hipoglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin. Pravelensi
diabetes melitus semakin meningkat pada usia lanjut (Misnadiarly, 2006). Diabetes
melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data survei global
International Diabetes Federation (IDF) (2011), menunjukkan bahwa jumlah penderita
DM pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. WHO (2000) menyatakan bahwa
dari statistik kematian di dunia, diperkirakan bahwa sekitar 3,2 juta jiwa per tahun
penduduk dunia meninggal akibat diabetes melitus. Kemudian, WHO (2003)
memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia yang berusia 20-
79 tahun menderita diabetes melitus dan pada 2025, WHO memperkirakan jumlah
penderita DM akan meningkat menjadi 333 juta jiwa. WHO memprediksi di Indonesia
akan meningkat dari 8,4 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030 (Depkes RI, 2008). DM merupakan salah satu penyakit tidak menular
Depkes RI, 2008). Diabetes melitus digambarkan sebagai penyakit yang gejalanya adalah
sering kencing sehingga disebut pula dengan penyakit kencing manis.Pada pasien yang
menderita penyakit diabetes melituskadar gulanya menjadi meningkat. Pada saat itu
tubuh tidak bisa menggunakan glukosa yang ada didalam darah untuk diubah menjadi
energi karena penumpukan atau kelebihan glukosa dalam darah (Erik, 2005). Maka dari
15
itu, untuk mengetahui bahwa seseorang mengidap penyakit diabetes melitus dapat
ditegakkan melalui pemeriksan klinis berupa pemeriksaan kadar gula darah, Pemeriksaan
klinis merupakan data penunjang yang dapat digunakan untuk menegakan diagnosa
terhadap suatu penyakit. Salah satunya pada penderita diabetes melitus yang dapat
dilakukan pemeriksaan kadar gula darah dengan glukometer. Menurut PERKENI (2015)
ada empat kriteria dalam menegakkan diagnosis DM, diantaranya melakukan
pemeriksaan kadar gula darah anteprandial, kadar gula darah post prandial, kadar gula
darah acak dan pemeriksaan HbA1c. Namun, pemeriksaan kadar gula darah dengan
HbA1c saat ini tidak digunakan lagi sebagai alat diagnosis ataupun evaluasi dikarenakan
tidak semua laboratorium di Indoesia memenuhi standar. Menurut WHO (2019),
seseorang didiagnosis diabetes melitus apabila dalam pemeriksaan kadar gula darah
ditemukan nilai pemeriksaan kadar gula darah anteprandial ≥ 126 mg/dl, dua jam setelah
makan ≥ 200 mg/dl dan kadar gula darah acak ≥ 200 mg/dl. Menurut International
Diabetes Federation (2019) jumlah penderita diabetes melitus diseluruh dunia mengalami
peningkatan menjadi 463 juta jiwa pada tahun 2019 dan jumlah kematian pada kasus ini
yaitu 4,2 juta jiwa yang mana Indonesia menjadi urutan ke 7 dengan jumlah penderita
10,7 juta. IDIABETIC FOOT juga memperkirakan bahwa pada tahun 2045 kasus diabetes
akan meningkat menjadi 700 juta. Selain itu, Menurut RISKESDAS (2018) menyebutkan
bahwa jumlah prevelensi kasus diabetes melitus di Indonesia menurut diagnosis dokter
pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 2%. Angka tersebut menunjukan peningkatan
jika dibandingkan pada tahun 2013 dengan prevelensi 1.5% . Selain itu, jumlah kasus
tertinggi terjadi di provinsi Jakarta ( 3,4 %) dan terendah dimiliki oleh provinsi Nusa
Tenggara Timur (0,9%) Menurut penelitian dari Trisnadewi et al., (2018) di Tabanan
mengenai manajemen DM dengan jumlah sampel 80 orang, mendapatkan hasil bahwa
sebanyak 49 orang (61,3%) berpengetahuan kurang tentang pengobatan DM, dikarenakan
kurangnya informasi dari petugas kesehatan. Selain itu, menurut responden hanya obat
yang dapat mengendalikan kadar gula darah, diet dan melakukan aktivitas fisik dianggap
tidak terlalu berperan, hal inilah yang mempengaruhi naiknya kasus DM di Kabupaten
Tabanan. Dalam menegakkan diagnosa pada kasus diabetes melitus perlu dilakukan
pemeriksaan kadar gula darah di dalam tubuh. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Tabanan II dengan jumlah sampel 80 orang, status Kadar Gula
Darah Anteprandial pada penderita diabetes melitus menunjukan nilai rata-rata dalam
16
katagori buruk ( ni wayan Trisnadewi & Pramesti, 2020). Selain itu, berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ari Rasdini yang tertuang dalam jurnal Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar (2017) dengan jumlah sampel 79 orang
pasien diabetes melitus yang dirawat di RSUP Sanglah, Ratarata nilai kadar gula darah
anteprandial dan nilai kadar gula darah 2 jam pp juga dalam kategori buruk. Selain
mentaati empat pilar penatalaksanaan diabetes melitus, pasien DM juga diwajibkan
melakukan kontrol kadar gula darah secara teratur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
status kadar gula darah pada pasien DM berada pada kategori normal, sedang atau buruk
sehingga membantu memutuskan pencegahan atau penatalaksanaan yang sesuai dengan
status kadar gula darah dalam tubuhnya. Menurut penelitian dari Masfufah (2014)
terdapat 16,7% responden yang melakukan pemeriksaan terkontrol dan mengetahui status
kadar gula darahnya berada dalam kategori normal sedangkan 77,8% responden yang
jarang kontrol dan tidak mengetahui status kadar gula darah didalam tubuhnya berada
dalam kategori buruk. Jadi, dapat disimpulkan bahwa responden dengan kualitas hidup
baik dimiliki oleh responden yang mengetahui status kadar gula darahnya melalui
pemeriksaan kadar gula darah yang terkontrol. Maka dari itu, pentingnya mengetahui
status kadar gula darah pada pasien DM, karena dapat membantu tenaga kesehatan dalam
menentukan penatalaksaanaan yang sesuai dengan riwayat kesehatan pasien. Selain itu,
tenaga kesehatan juga wajib memahami status kadar gula darah pada pasien DM saat
dilakukan pemeriksaan pertama kali, karena dengan hal itu dapat mengetahui status
kesehatan pasien berada dalam kategori normal, sedang atau buruk sehingga tenaga
kesehatan dapat meningkatkan perannya didalam pemberian intervensi, motivasi dan
edukasi dalam menekan kasus DM (Masfufah, 2014).
B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah adanya penyuluhan ini diharapkan audiens/peserta dapat mengetahui dan
juga memahami mengenai Diabetes Melitus dan Diet Diabetes Mellitus dengan prinsip
3J.
17
b. Peserta/audiens dapat mengetahui gejala dan faktor resiko yang dapat dialami
penderita Diabetes melitus
c. Peserta/audiens diharapkan mengetahui jenis-jenis Diabetes Melitus
d. Peserta/ audiens dapat memahami mengenai diet 3J
D. Materi
• Pengertian DM
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis
dengan penyebab yang beragam yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sebagai
akibat gangguan fungsi insulin, kencing manis juga dapat disebut dengan DM.
DM termasuk dalam kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hipoglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin.
Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Penyakit
menahun disebabkan karena hormon insulin dalam tubuh yang tidak dapat bekerja
secara efektif dalam mengendalikan kadar gula darah sehingga menyebabkan
peningkatan kadar gula di dalam darah atau yang dikenal dengan hiperglikemia
Nilai Normal :
- Gula Darah Sewaktu (GDS) / tanpa puasa <200 mg/dL
- Gula Darah Puasa (GDP) < 126 mg/dL
• Gejala Diabetes Melitus dan Faktor Resiko
Menurut Kemenkes gejala utama dari diabetes melitus ada 3 gejala utama yaitu :
1. Intensitas buang air kecil yang cukup sering
2. Cepat merasa lapar
3. Sering merasa haus
Sedangkan faktor resiko yang dapat terjadi pada penderita Diabetes Melitus yaitu :
1. Kegemukan (berat badan lebih/IMT > 23 kg/m2) dan lingkar perut (Pria > 90
cm dan Perempuan > 80 cm)
2. Kurangnya aktivitas fisik
3. Dislipidemia (kolestrol HDL ≤ 35 mg/dL, trigliserida ≤ 250 mg/dL.
4. Mempunyai penyakit jantung
5. Hipertensi/tekanan darah Tinggi (>140/90mmHg)
18
6. Diet yang dijalani tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak, dan rendah serat
• Jenis-Jenis Diabetes Melitus
Berdasarkan Kemenkes RI, DM dibagi beberapa tipe dan jenis diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. DM tipe 1, yang disebabkan oleh rusaknya sel pankreas yang biasanya
memproduksi insulis sehingga harus menerima terapi insulin dari luar tubuh
secara rutin, DM tipe 1 ini biasanya dapat terjadi pada dewasa muda atau juga
bisa
2. DM tipe 2, adanya resistensi insulin atau produksi pada insulin yang tidak
adekuat sehingga menyebabkan orang tersebut bisa terkena DM tipe 2.
3. DM Gestasional, DM tipe ini biasanya terjadi saat kehamilan yang mana
intoleransi glukosa yang biasanya terjadi pada saat trimester ke 2 & 3.
4. DM tipe lain, yang terjadi akibat dari gangguan penyakit, gangguan
metabolik berupa penyakit eksorin pankreas, penyakit metabolik endokrin
lain, penyakit autoimun. Penyakit DM tipe ini dapat dipicu dengan obat atau
bisa juga bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ)
• Diet 3J
1. Tepat jumlah, mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan Tubuh
2. Tepat jadwal, terdiri dari 3x makanan utama dan 2-3x makanan selingan
dengan porsi kecil
3. Tepat jenis, jenis makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan konsep
piring makan yang bermodel T yaitu terdiri dari :
4. Sayur dan buah (timun labu siam apel)
• Karbohirat (nasi, kentang, ubi)
• Protein (ikan, telur, tempe, tahu)
E. Metode
Metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara
penuturan lisan kepada khalayak ramai (Armai, 2002). Alasan pemilihan metode ceramah
yaitu karena audience promosi kesehatan tersebut berjumlah lebih dari lima belas orang
atau merupakan kelompok besar (Notoatmodjo, 2007). Selain itu, metode ceramah dinilai
lebih efektif dan efisien karena dapat membantu audience memperoleh informasi yang
19
sulit diperoleh dengan cara-cara lain, dimana jika peserta tersebut mempelajari suatu
materi akan memakan waktu hingga berjam-jam lamanya. Metode ceramah juga dapat
menghemat waktu dan tenaga, mengingat waktu pelakanaan promosi kesehatan yang
terbatas dan panitia pelaksana juga terbatas jumlahnya. Ceramah juga dapat bersifat
fleksibel dan hampir dapat dilakukan pada semua bidang, serta relatif sederhana
dibandingkan dengan metode-metode lainnya (Cuban dalam Yamin, 2013). Disisi lain,
metode ceramah memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah pembicara sukar
mengetahui sampai dimana pengetahuan para audience yang mendengarkan dan para
audience sering kali memberikan pengertian lain yang dimaksudkan pembicara
(Suryosubroto, 2002).
F. Media
PPT, Lembar balik, Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
20
5. Tujuan khusus dapat dicapai
c. Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti konseling gizi, keluarga pasien mampu:
1. Mengerti dan menjelaskan pengertian Diabetes Mellitus
2. Mengerti dan menjelaskan Gejala Diabetes Mellitus
3. Mengerti dan menjelaskan Faktor Risiko Diabetes Mellitus
4. Mengerti dan menjelaskan jenis-jenis Diabetes Mellitus
5. Mengerti dan menjelaskan Diet Diabetes Mellitus (3J)
21
Lampiran 2. Daftar Hadir Peserta
22
Lampiran 3. Media Edukasi
Lembar Balik
23
24
Leaflet
25
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
26