KESIMPULAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM DISEKOLAH
KURIKULUM KELOMPOK 9 :
Brandon 202114579022
Insan Wahyudi 202114501321
Sofiah Rahmawati 202114501173
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Mahaesa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Kesimpulan Pengembangan Kurikulum ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Kurikulum Pendidikan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Kesimpulan Pengembangan
Kurikulum bagi para pembaca dan penulis. Dan saya juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi
yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iramdan selaku Dosen
Kurikulum Pendidikan yang telah memberikan tugas ini. Saya menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Tuhan Yang
Mahaesa, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Kesimpulan
Pengembangan Kurikulum ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................5
3.2 SARAN.........................................................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan
standart nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani
untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan
tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan
dengan pengalaman belajar peserta didik mengembangkan potensi dirinya pada satuan
pendidikan tertentu (Oemar Hemalik, 2002: 91). Pengembangan kurikulum adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang menghasilkan alat atau cara baru dalam kegiatan proses belajar
mengajar tersebut dilakukan berbagai penyempurnaan-penyempurnaan dari sesuatu yang ada
sebelumnya. Dan akhirnya cara atau alat tersebut dipilih untuk dilakukan dengan tujuan agar
lebih baik lagi mengenai seperangkat rencana, isi dan bahan pengajaran.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini,
tentu banyak hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam segala aspek pendidikan.
Salah satu yang mendorong terjadinya suatu perubahan dalam pengeloaan pendidikan adalah
pengembangan kurikulum. Selama proses pergantian kurikulum tidak ada tujuan lain selain
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di
sekolah. Perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di Indonesia maupun di negara lain
disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahun selalu berkembang.
Kedudukan kurikulum dalam proses pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis
selain untuk mengembangakan peserta didik ke arah perkembangan yang optimal baik
jasmani maupun rohani juga kurikulum sebagai tolak ukur dalam malihat kemajuan
pendidikan suatu bangsa. Perubahan kurikulum semestinya didasarkan atas hasil evaluasi
yang dilakukan oleh para ahli dengan melihat kondisi riil yang terjadi, baik saat ini maupun
yang akan datang. Pengembangan kurikulum ini dianggap sebagai penentu masa depan anak
bangsa. Kurikulum yang baik diharapkan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah
yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan Negara. Pengembangan kurikulum merupakan
proses yang tidak pernah berakhir (Olivia, 1988).
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa peran dan tanggung jawab guru, pengawas dan komite sekolah dalam pengembangan
kurikulum?
b. Bagaimana kesimpulan pengembangan kurikulum di SMP/MTs/SMK/SMA/MA?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang pengendalian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab guru, pengawas dan komite sekolah dalam
pengembangan kurikulum.
b. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum di SMP/MTs/SMK/SMA/MA.
5
2.1 PERAN DAN TANGGUNG JAWAB GURU, PENGAWAS DAN KOMITE SEKOLAH
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
6
Mengevaluasi: melakukan evaluasi terhadap kinerja kepala sekolah dan guru dalam
melaksanakan tugas kurikulum, memantau hasil belajar siswa di sekolah binaannya,
menyusun laporan pelaksanaan supervisi kurikulum.
Keberadaan komite sekolah (dan dewan pendidikan) secara legal formal tertuang
dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002. Dalam keputusan
menteri ini, komite sekolah dimaksudkan sebagai sebuah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur
pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Pembentukan komite sekolah bertujuan: (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan
prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan
sekolah; (2) meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan; serta (3) menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan sekolah yang berkualitas.
Bertolak dari tujuan tersebut, komite sekolah memiliki peran dan tanggung jawab sebagai
berikut.
Advisory agency, yaitu pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan sekolah;
Suporting agency, yaitu pendukung, baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga, dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah;
Controlling agency, yaitu pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan sekolah; serta
Mediate agency, yaitu mediator antara pemerintah dan masyarakat.
Lalu, bagaimana peran dan tanggung jawab komite sekolah dalam pengembangan
kurikulum? Peran komite sekolah dalam pengembangan kurikulum tidak terlepas dari
keempat peran dan tanggung jawab tersebut. Keempat peran dan tanggungjawab itu saling
terkait satu sama lain dan berlangsung secara simultan. Sebagai advisory agence, komite
sekolah dapat memberikan/ menyampai-kan gagasan, usulan-usulan, atau pertimbangan-
pertimbangan untuk penyempurnaan kurikulum yang ada menuju kurikulum sekolah yang
lebih baik. Gagasan, usulan, dan pertimbangan ini pada dasarnya dapat diarahkan kepada
semua komponen kurikulum, struktur program kurikulum, dll. Walaupun secara pokok sudah
tersedia kurikulum tingkat nasional, namun masih terbuka bagi pihak sekolah untuk
melakukan eksplorasi, pengembangan, dan penajaman-penajaman, serta dikemas dalam
program inti atau program tambahan, kegiatan intrakurikuler ataupun ekstrakurikuler. Dalam
peran advisory agence ini pulalah komite sekolah terlibat dalam pengesahan kurikulum
sekolah. Karena terkait dengan peran sebagai advisory agence, maka komite sekolah berada
7
dalam komitmen lanjutan. Muncullah peran berikutnya, yaitu suporting agency.
Pengembangan kurikulum berkait dengan banyak persoalan, baik yang terkait secara
langsung maupun tidak langsung, yang bersifat manusia dan non manusia. Dalam kaitannya
dengan hal ini, dukungan komite sekolah dapat berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga.
Sebagai controlling agency, komite sekolah bertanggung jawab melakukan kontrol atas
penyelenggaraan program pendidikan. Transparansi dan akuntabelitas penyelenggaraan dan
hasil pendidikan sekolah harus diwujudkan. Karena masyarakat adalah pengguna jasa
pendidikan dan melalui konsep suporting agence menjadi terlibat aktif, maka kepada
masyarakat pulalah harus dibuka kesempatan untuk melakukan kontrol. Dalam konteks
pengembangan kurikulum, peran kontrol komite sekolah ini bisa pula diarahkan pada
pengawasan, misalnya, apakah proses pengembangan yang ditempuh sudah memenuhi
norma/ketentuan sebagaimana seharusnya, apakah pengembangan kurikulum telah
memperhatikan dan melibatkan pihak-pihak yang terkait, apakah sudah terukur untuk
kemajuan anak, dsb. Peran ini harus dapat diterapkan agar pengembangan kurikulum benar-
benar komprehensif.
Sebagai mediate agency, komite sekolah bertindak sebagai mediator antara pemerintah,
sekolah, dan masyarakat. Pengembangan kurikulum secara baik menuntut keterlibatan dan
tanggung jawab semua pihak, karena memamg pada dasarnya urusan pendidikan tidak dapat
diserahkan pada pemerintah (dinas pendidikan) dan sekolah saja. Tidak jarang lembaga-
lembaga masyarakat masih bersikap masa bodoh dan tidak mau terlibat dalam urusan
pendidikan/sekolah. Bahkan lembaga pemerintah pun (di luar Depdiknas) masih (sangat)
banyak yang bersikap sama. Di sinilah komite sekolah mengambil posisi sebagai mediator,
yang pada akhirnya terciptalah pemahaman, saling pengertian, saling dukung, dan sinergi.
Dengan komite sekolah sebagai mediator, maka pengembangan kurikulum sekolah menjadi
lebih terbuka dalam mengekplorasi sumber daya yang ada di sekitar sekolah. Program
(kurikulum) sekolah pun menjadi lebih dinamis.
8
2.2 KESIMPULAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SMP/MTS/SMK/SMA/MA
a. Pengembangan Kurikulum Di SMP/MTs (Kurtilas)
Kurikulum 2013 pada jenjang SMP/MTs (dalam Rahim, 2013) menjelaskan bahwa di
jenjang SMP/MTs kompetensi dikembangkan melalui mata pelajaran dengan
pengelompokkan mata pelajaran ke dalam kelompok A dan kelompok B. Alokasi waktu
untuk setiap mata pelajaran ditambah, sedangkan mata pelajarannya ada yang dikurangi
sehingga dalam setiap pembelajaran siswa dapat memiliki pemahaman materi yang lebih baik
dan mendalam dengan proses pencariannya sendiri (Discovery Learning). Selain itu, dalam
kurikulum 2013 juga akan dikembangkan Project Based Learning yaitu pembelajaran yang
berbasis proyek. Kegiatan pembelajaran sesuai kurikulum 2013 harus mengembangkan
scientific method di mana siswa dibelajarkan untuk mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/eksperimen, mengasosiasikan/mengolah informasi, mengkomunikasi pada langkah-
langkah pembelajaran yang dirancang.
9
b. Pengembangan Kurikulum Di SMK (KBK)
10
Menurut Sinurat (2019) terdapat tiga pendekatan utama dalam pengembangan dan
penyusunan kurikulum SMK, yaitu:
1. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu berhubungan dengan
kemampuan dalam perefleksian suatu pekerjaan yang berfokus pada tingkat kecakapan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan seseorang berdasarkan standar industry.
2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Luas, yaitu berhubungan dengan kemampuan
intelektual dan emosional yang dimiliki seseorang yang diharapkan hasil lulusan SMK mampu
mengembangkan secara terus-menerus di lapangan.
3. Pendekatan Kurikulum Berbasis Produksi, yaitu media pembelajarannya menggunakan proses
produksi dan mengenalkan peserta didik dengan lingkungan kerjanya secara nyata.
Menurut Munadi (2005: 262) penilaian berbasis kelas mengidentifikasi kompetensi dan hasil
belajar yang sudah dicapai yang memuat sasaran, prinsip, serta pelaksanaan penilaian yang
berkelanjutan. Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki 2 ciri yaitu: (1) secara keseluruhan,
sistem penilaiannya berdasar pada kegiatan belajar di kelas; dan (2) terdapat identifikasi
kompetensi sebagai kriteria hasil belajar yang hendak dicapai oleh peserta didik. Menurut
(Wibowo, 2016) lulusan SMK memiliki peran dalam terpenuhinya kebutuhan dunia kerja sebagai
tenaga kerja tingkat menengah. Sehingga, selain dituntut untuk menguasai kompetensi sesuai
bidang nya juga harus mampu melakukan pengembangan diri agar tetap bisa berkompetisi untuk
saat ini maupun di masa mendatang dengan menyesuaikan tuntutan zaman.
Menurut Munadi (2005: 264) pada dasarnya, penyelenggaraan dan pengajaran pendidikan di
SMK adalah usaha untuk membekali peserta didik supaya setelah lulus mampu menangani
pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh dunia usaha dan dunia industri.
Agar dapat mencapai keberhasilan tentunya hendak didukung dengan keberhasilan akademik di
sekolah. Keberhasilan akademik itu juga sering disebut dengan istilah hasil belajar yang mampu
menumbuhkan perilaku tertentu bagi peserta didik. Menurut Wardiman Djojonegoro dalam
Munadi (2005: 264) terdapat delapan komponen perilaku utama yang harus dimiliki oleh peserta
didik atau lulusan SMK, yaitu:
1. Mempunyai keterampilan dasar yang luas dan kuat untuk mengembangkan dan menyesuaikan
diri sesuai dengan perkembangan IPTEK
2. Sanggup dalam hal pengumpulan, penganalisisan, dan penggunaan data dan informasi
3. Sanggup menyampaikan informasi dan ide
4. Sanggup menyusun pengorganisasian kegiatan
5. Dapat bekerja sama dalam berkelompom dalam kerja
6. Dapat memecahkan masalah
7. Berfikir logis dan dapat menggunakan teknik-teknik matematika
8. Menguasai bahasa Inggris
Menurut Wibowo dalam Widiyanto (2010: 104) terdapat tiga hal yang menyebabkan tidak
sesuainya antara SMK dengan dunia usaha dan dunia industry, yaitu:
1. Tidak semua SMK dapat mencetak lulusan yang adaptif dengan dunia kerja, karena tidak
tersedianya fasilitas atau laboratorium kerja yang layak dan modern
2. Apabila ditinjau dari aspek tenaga pengajar, banyak guru SMK yang ketinggalan zaman atau
kurang update keahliannya dalam perkembangan zaman, sehingga akan menghasilkan lulusan
tanpa aadanya kompetensi yang mencukupi.
11
3. Belum efektif dan efisiennya program-program yang ditawarkan SMK saat ini.
Kurikulum pada pendidikan SMK harus senantiasa dikembangkan karena dalam sistem
pendidikan, kurikulum mempunyai peran sentral yang wajib diperhatikan secara teliti, karena
kurikulum merupakan jantungnya pendidikan. Jika ingin menghasilkan lulusan yang berkualitas,
maka harus memiliki kurikulum yang berkualitas juga. Oleh karena itu, Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) sudah seyogyanya untuk dikembangkan dan diimplementasikan pada jenjang
pendidikan menengah terutama pada Sekolah Menengah Kejuruan(SMK). Kurikulum Berbasis
Kompetensi merupakan rancangan pembelajaran dimana kompetensi-kompetensi yang ada dapat
dicapai oleh peserta didik pada akhir pembelajaran.
Struktur kurikulum SMA terdiri atas 2 (dua) Fase yaitu fase E untuk kelas X, dan Fase F
untuk kelas XI dan kelas XII.
Struktur kurikulum untuk SMA/MA terbagi menjadi 2 (dua) kegiatan penting, yaitu:
12
jam pelajaran projek dari semua mata pelajaran dan jumlah total waktu pelaksanaan masing-
masing projek tidak harus sama.
Mata pelajaran pilihan terdiri dari kelompok MIPA, IPS, serta Bahasa dan Budaya.
Selain itu, juga ada mata pelajaran lainnya seperti Prakarya, Kewirausahaan dan Vokasi.
Setiap peserta didik diperbolehkan untuk memilih 4-5 mata pelajaran dari minimal dua
kelompok mata pelajaran pilihan. Maksimal pengambilan pada satu kelompok mata pelajaran
pilihan adalah berjumlah 3 mata pelajaran.
Alokasi total jam pelajaran (JP) yang disediakan oleh kurikulum ini adalah 42-47 jam
pelajaran. Dari total jam pelajaran tersebut, 20-25 JP diperuntukkan untuk mata pelajaran
pilihan. Mata pelajaran dari kelompok MIPA, IPS serta Bahasa dan Budaya diberikan alokasi
waktu masing-masing 5 jam pelajaran. Sedangkan untuk mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan mendapatkan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Dam mata pelajaran Vokasi
mendapatkan waktu maksimal 5 jam pelajaran.
Dalam kurikulum SMA 2022 ini, sekolah atau satuan pendidikan dapat menambahkan
muatan lokal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan karakteristik daerah.
Sekolah dapat menambahkan muatan tambahan sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan secara fleksibel, melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut:
Keunggulan kurikulum merdeka yang kedua adalah tidak ada program peminatan bagi
siswa jenjang SMA. Guru dan siswa memiliki kemerdekaan dalam kegiatan belajar mengajar.
Siswa diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan
aspirasinya, dan guru dapat mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta
13
didik. Pihak sekolah juga memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola
kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
Keunggulan lain dari Kurikulum Merdeka ini adalah lebih relevan dan interaktif.
Pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan proyek yang dapat memberikan kesempatan
lebih luas kepada siswa untuk lebih aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, seperti isu
lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan
kompetensi Profil Pelajar Pancasila.
Menteri Nadiem Makarim juga mengatakan bahwa sekolah dapat memilih tiga opsi
dalam mengimplementasikan kurikulum ini pada Tahun Ajaran 2022/2023. Pertama, sekolah
menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka tanpa mengganti kurikulum
satuan pendidikan yang sedang diterapkan. Opsi kedua, sekolah dapat menerapkan
Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan oleh pemerintah.
Dan opsi ketiga, sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri
berbagai perangkat ajar.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat 16
berbunyi kurikulum adalah separangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada ayat 20 berbunyi, kurikulum
tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan.
Salah satu perubahan yang menonjol pada KTSP dibanding dengan kurikulum
sebelumnya adalah KTSP bersifat desentralistik. Artinya, segala tata aturan yang
dicantumkan dalam kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah
pusat, dalam KTSP sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk dikembangkan
dan diputuskan oleh pihak di daerah atau sekolah. Meski terdapat kebebasan untuk
melakukan pengembangan pada tingkat satuan pendidikan, namun pengembangan kurikulum
harus mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
Rumusan-rumusan ini mengandung beberapa hal, yaitu: (a) kurikulum harus berupa
rencana yang berisi visi, misi dan tujuan satuan pendidikan, struktur kurikulum yang lengkap
sampai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran; (b) kurikulum mengandung pengaturan
bagi pelaksana kurikulum yang memberikan rambu-rambu dalam mengimplementasikannya
yang harus ditaati oleh semua komponen satuan pendidikan; (c) kurikulum ini karena disusun
dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan, maka disebut dengan istilah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan atau disingkat KTSP.
14
beban belajar, mengembangkan strategi, muatan lokal, ekstrakurikuler dan kebutuhan
prioritas madrasah.
Secara umum tujuan diterapkan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong madrasah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum. Sedangkan secara khusus tujuannya adalah: (a) meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif madrasah dalam mengembangkan
kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. (b) meningkatkan
kepedulian warga madrasah dalam mengembangkan kurikulum melalui pengambilan
keputusan bersama. (c) meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan.
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
15
3. Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
Subtansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan
mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
Hal-hal yang harus dimasukkan tim pengembang kurikulum madrasah dalam dokumen KTSP
dokumen 1 sebagai berikut:
Mata pelajaran adalah seluruh mata pelajaran yang diajarkan di madrasah dengan tetap
berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam KMA Nomor 184 Tahun 2019
tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah. Sedangkan alokasi waktu adalah
alokasi waktu yang tersedia setiap mata pelajaran. Madrasah dapat menambah beban belajar
maksimal 6 jam pelajaran. Penambahan 6 jam pelajaran tersebut sudah termasuk di dalamnya
mata pelajaran muatan lokal.
16
Di samping itu madrasah dapat merelokasi jam pada mata pelajaran tertentu untuk mata
pelajaran lain sebanyak-banyaknya 6 jam pelajaran untuk keseluruhan relokasi. Madrasah
dapat melakukan relokasi jam pelajaran dengan pertimbangan kebutuhan peserta didik,
akademik, dan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Merelokasi jam pelajaran
bukan karena pertimbangan kekurangan atau kelebihan guru.
2) Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan satu mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.
Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal atau lebih
untuk setiap semester. Muatan lokal setiap tingkatan kelas bisa berbeda-beda jenisnya.
a) Lingkup muatan lokal dapat berupa : bahasa daerah, kesenian islami, teknologi, riset, serta
hal-hal yang menjadi ciri khas madrasah yang bersangkutan
c) Mata pelajaran muatan lokal perlu dilengkapi dengan KI dan KD yang dikembangkan oleh
satuan pendidikan. Alokasi waktu muatan lokal minimal 2 jam dan maksimal 6 jam
e) Madrasah dapat menyelenggarakan lebih dari satu muatan lokal. Setiap peserta didik dapat
mengikuti minimal 1 (satu) muatan lokal dan maksimal 3 (tiga) muatan lokal yang
diselenggarakan madrasah.
3) Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar adalah tingkat kecakapan kompetensi setelah peserta didik mengikuti
kegiatan pembelajaran yang diukur dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal yang
harus dicapai siswa pada setiap mata pelajaran.
Setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.
Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus
17
4) Kenaikan Kelas
Kriteria kenaikan kelas berdasarkan ketuntasan hasil belajar pada setiap mata pelajaran baik
aspek sikap, aspek pengetahuan maupun aspek keterampilan. Ketuntasan belajar pada
kenaikan kelas adalah ketuntasan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Jika terdapat mata
pelajaran yang tidak mencapai KKM pada semester ganjil atau genap, maka:
a) Dihitung rerata nilai mata pelajaran pada semester ganjil dan genap.
b) Nilai rerata setiap aspek dibandingkan dengan KKM pada mata pelajaran tersebut. Jika
hasil pada nilai rerata lebih dari nilai KKM, maka aspek mata pelajaran tersebut dinyatakan
TUNTAS, dan sebaliknya jika nilai rerata kurang dari nilai KKM, maka aspek mata pelajaran
tersebut dinyatakan BELUM TUNTAS. Selanjutnya jika rerata kedua aspek tuntas maka
mata pelajaran tersebut dikatakan TUNTAS, dan sebaliknya minimal satu aspek tidak tuntas
maka mata pelajaran tersebut dikatakan BELUM TUNTAS.
Berikut kriteria kenaikan kelas pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Paket.
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun pelajaran
yang diikuti.
2. Predikat sikap minimal BAIK.
3. Predikat kegiatan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan minimal BAIK sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
4. Tidak memiliki lebih dari 2 (dua) mata pelajaran yang masing-masing capaian
pengetahuan dan/atau keterampilan di bawah KKM. Apabila ada mata pelajaran yang tidak
mencapai KKM pada semester ganjil dan/atau semester genap, maka nilai akhir mata
pelajaran diambil dari rata-rata nilai mata pelajaran pada semester ganjil dan genap untuk
aspek yang sama.
5. Satuan pendidikan dapat menambahkan kriteria sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran.
2. Sistem Kenaikan Kelas tidak berlaku pada madrasah penyelenggara Sistem Kredit
Semester (SKS)
5) Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah memenuhi kriteria:
(a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
(b) Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal BAIK;
(c) Lulus Ujian Madrasah
18
BAB III
PENUTUP
3.1 SARAN
Kurikulum bersifat dinamis dan harus terus dikembangkan atau diadaptasi sesuai konteks,
karena kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan zamannya. Tetapi pada
kenyataannya perubahan atau pengembangan kurikulum yang seringkali terjadi dilakukan
atas dasar tren yang berkembang didunia pendidikan ataupun kebijakan politik yang berimbas
ke dunia pendidikan. Saran dari kelompok kami sebaiknya hasil evaluasi lah yang seharusnya
menjadi bahan untuk pengembangan atau perubahan kurikulum pada waktu berikutnya, agar
mencapai pendidikan yang bermutu dengan standar yang jelas.
19