Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KESIMPULAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM DISEKOLAH

Dosen Pengajar: Iramdan, SPd, M.Pd.

KURIKULUM KELOMPOK 9 :

Brandon 202114579022
Insan Wahyudi 202114501321
Sofiah Rahmawati 202114501173

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN & PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Mahaesa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Kesimpulan Pengembangan Kurikulum ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Kurikulum Pendidikan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Kesimpulan Pengembangan
Kurikulum bagi para pembaca dan penulis. Dan saya juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi
yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iramdan selaku Dosen
Kurikulum Pendidikan yang telah memberikan tugas ini. Saya menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Tuhan Yang
Mahaesa, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Kesimpulan
Pengembangan Kurikulum ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Jakarta, November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................................4


1.2 RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................................5
1.3 TUJUAN.........................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................5

2.1 PERAN DAN TANGGUNG JAWAB .........................................................................................6


2.2 KESIMPULAN PENGEMBANGAN KURIKULUM..................................................................9

BAB III PENUTUP............................................................................................................................19

3.2 SARAN.........................................................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan
standart nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani
untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan
tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan
dengan pengalaman belajar peserta didik mengembangkan potensi dirinya pada satuan
pendidikan tertentu (Oemar Hemalik, 2002: 91). Pengembangan kurikulum adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang menghasilkan alat atau cara baru dalam kegiatan proses belajar
mengajar tersebut dilakukan berbagai penyempurnaan-penyempurnaan dari sesuatu yang ada
sebelumnya. Dan akhirnya cara atau alat tersebut dipilih untuk dilakukan dengan tujuan agar
lebih baik lagi mengenai seperangkat rencana, isi dan bahan pengajaran.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini,
tentu banyak hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam segala aspek pendidikan.
Salah satu yang mendorong terjadinya suatu perubahan dalam pengeloaan pendidikan adalah
pengembangan kurikulum. Selama proses pergantian kurikulum tidak ada tujuan lain selain
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di
sekolah. Perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di Indonesia maupun di negara lain
disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahun selalu berkembang.
Kedudukan kurikulum dalam proses pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis
selain untuk mengembangakan peserta didik ke arah perkembangan yang optimal baik
jasmani maupun rohani juga kurikulum sebagai tolak ukur dalam malihat kemajuan
pendidikan suatu bangsa. Perubahan kurikulum semestinya didasarkan atas hasil evaluasi
yang dilakukan oleh para ahli dengan melihat kondisi riil yang terjadi, baik saat ini maupun
yang akan datang. Pengembangan kurikulum ini dianggap sebagai penentu masa depan anak
bangsa. Kurikulum yang baik diharapkan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah
yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan Negara. Pengembangan kurikulum merupakan
proses yang tidak pernah berakhir (Olivia, 1988).

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa peran dan tanggung jawab guru, pengawas dan komite sekolah dalam pengembangan
kurikulum?
b. Bagaimana kesimpulan pengembangan kurikulum di SMP/MTs/SMK/SMA/MA?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang pengendalian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab guru, pengawas dan komite sekolah dalam
pengembangan kurikulum.
b. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum di SMP/MTs/SMK/SMA/MA.

5
2.1 PERAN DAN TANGGUNG JAWAB GURU, PENGAWAS DAN KOMITE SEKOLAH
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

a. Peran Dan Tanggung Jawab Guru


Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah harus mampu menterjemahkan,
menjabarkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum kepada
anak didik. Dalam pengembangan kurikulum, guru dapat melaksanakan beberapa kegiatan,
yaitu: merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum.
Melalui perencanaan kurikulum, guru dapat memperkirakan apa yang hendak
diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh
dalam merencanakan proses belajar mengajar, yaitu: menentukan tujuan yang ingin dicapai,
menetapkan bahan pelajaran, menentukan metode mengajar, dan merencanakan evaluasi atau
penilaian pengajaran.
Setelah membuat rencana pengajaran, kegiatan guru berikutnya adalah melaksanakan
kurikulum. Kegiatan ini disebut juga dengan melaksanakan proses belajar mengajar. Ada
beberapa langkah yang dapat ditempuh guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
yaitu: mempersiapkan anak dan kondisi belajar, membahas materi, dan mengadakan penilaian
dan tindak lanjut, guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran.
Guru sebagai pengembang kurikulum disekolah sebaiknya melakukan penilaian
terhadap kurikulum yang sedang dilaksanakannya. Kegiatan terbaik bagi guru sebagai
pengembang kurikulum di sekolah adalah melakukan evaluasi kurikulum secara terus
menerus dan bersifat menyeluruh. Penilaian kurikulum ditujukan pada kurikulum sebagai ide,
kurikulum sebagai rencana, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai hasil, tujuan
pengajaran, bahan pelajaran, kualitas guru, kualitas siswa, sarana dan prasarana pengajaran,
dan lain-lain.
Diharapkan kepada guru supaya mampu mengembangkan kurikulum di sekolah secara
efektif, efisien, kritis dan serius, dengan membuat perencanaan yang matang dan lengkap,
sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan akan berhasil dengan baik sesuai dengan
tujuan pengajaran yang ingin dicapai.

b. Peran Dan Tanggung Jawab Pengawas


Pengawas Sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup peran dan
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada
satuan pendidikan. Pengawas diharapkan mampu menjadi mediator yang baik antara sekolah
dan kedinasan. Pengawas juga salah satu komponen yang penting dalam pengembangan
kurikulum. Berikut peran dan tanggung jawab pengawas dalam pengembangan kurikulum:
 Merencanakan: mendampingi dan membimbing kepala sekolah, guru dan komite
sekolah dalam menyusun kriteria keberhasilan kurikulum, membuat rencana
pelaksanaan supervisi kurikulum bersama kepala sekolah.
 Melaksanakan: melakukan kunjungan kelas untuk observasi kegiatan siswa,
membimbing guru dalam proses pembelajaran, memantau pelaksanaan kurikulum dan
memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan
akreditasi sekolah.

6
 Mengevaluasi: melakukan evaluasi terhadap kinerja kepala sekolah dan guru dalam
melaksanakan tugas kurikulum, memantau hasil belajar siswa di sekolah binaannya,
menyusun laporan pelaksanaan supervisi kurikulum.

c. Peran Dan Tanggung Jawab Komite Sekolah


Komite sekolah adalah badan yang anggota-anggotanya diambil dari lingkungan
masyarakat dan sekolah yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Dan memiliki
konsrtribusi yang besar terhadap jalannya proses pendidikan dengan perannya sebagai, badan
pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol, dan badan penghubung dari pemerintah
dan masyrakat.

Keberadaan komite sekolah (dan dewan pendidikan) secara legal formal tertuang
dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002. Dalam keputusan
menteri ini, komite sekolah dimaksudkan sebagai sebuah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur
pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Pembentukan komite sekolah bertujuan: (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan
prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan
sekolah; (2) meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan; serta (3) menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan sekolah yang berkualitas.
Bertolak dari tujuan tersebut, komite sekolah memiliki peran dan tanggung jawab sebagai
berikut.

 Advisory agency, yaitu pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan sekolah;
 Suporting agency, yaitu pendukung, baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga, dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah;
 Controlling agency, yaitu pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan sekolah; serta
 Mediate agency, yaitu mediator antara pemerintah dan masyarakat.

Lalu, bagaimana peran dan tanggung jawab komite sekolah dalam pengembangan
kurikulum? Peran komite sekolah dalam pengembangan kurikulum tidak terlepas dari
keempat peran dan tanggung jawab tersebut. Keempat peran dan tanggungjawab itu saling
terkait satu sama lain dan berlangsung secara simultan. Sebagai advisory agence, komite
sekolah dapat memberikan/ menyampai-kan gagasan, usulan-usulan, atau pertimbangan-
pertimbangan untuk penyempurnaan kurikulum yang ada menuju kurikulum sekolah yang
lebih baik. Gagasan, usulan, dan pertimbangan ini pada dasarnya dapat diarahkan kepada
semua komponen kurikulum, struktur program kurikulum, dll. Walaupun secara pokok sudah
tersedia kurikulum tingkat nasional, namun masih terbuka bagi pihak sekolah untuk
melakukan eksplorasi, pengembangan, dan penajaman-penajaman, serta dikemas dalam
program inti atau program tambahan, kegiatan intrakurikuler ataupun ekstrakurikuler. Dalam
peran advisory agence ini pulalah komite sekolah terlibat dalam pengesahan kurikulum
sekolah. Karena terkait dengan peran sebagai advisory agence, maka komite sekolah berada
7
dalam komitmen lanjutan. Muncullah peran berikutnya, yaitu suporting agency.
Pengembangan kurikulum berkait dengan banyak persoalan, baik yang terkait secara
langsung maupun tidak langsung, yang bersifat manusia dan non manusia. Dalam kaitannya
dengan hal ini, dukungan komite sekolah dapat berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga.

Kurikulum pada dasarnya adalah rencana program pendidikan. Karenanya, dalam


pengembangan kurikulum harus dipikirkan dan direncanakan segenap aspek kurikulum.
Misalnya, kalau gagasan dan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan komite sekolah
terkait dengan strategi pembelajaran (salah satu komponen kurikulum), maka dari awal harus
sudah dipikirkan pula alat, bahan, media, dan sarana-prasarana. Dengan maksud mewadahi
dan memaksimalkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, maka di
sinilah peran sebagai suporting agence menjadi sangat menentukan.

Sebagai controlling agency, komite sekolah bertanggung jawab melakukan kontrol atas
penyelenggaraan program pendidikan. Transparansi dan akuntabelitas penyelenggaraan dan
hasil pendidikan sekolah harus diwujudkan. Karena masyarakat adalah pengguna jasa
pendidikan dan melalui konsep suporting agence menjadi terlibat aktif, maka kepada
masyarakat pulalah harus dibuka kesempatan untuk melakukan kontrol. Dalam konteks
pengembangan kurikulum, peran kontrol komite sekolah ini bisa pula diarahkan pada
pengawasan, misalnya, apakah proses pengembangan yang ditempuh sudah memenuhi
norma/ketentuan sebagaimana seharusnya, apakah pengembangan kurikulum telah
memperhatikan dan melibatkan pihak-pihak yang terkait, apakah sudah terukur untuk
kemajuan anak, dsb. Peran ini harus dapat diterapkan agar pengembangan kurikulum benar-
benar komprehensif.

Sebagai mediate agency, komite sekolah bertindak sebagai mediator antara pemerintah,
sekolah, dan masyarakat. Pengembangan kurikulum secara baik menuntut keterlibatan dan
tanggung jawab semua pihak, karena memamg pada dasarnya urusan pendidikan tidak dapat
diserahkan pada pemerintah (dinas pendidikan) dan sekolah saja. Tidak jarang lembaga-
lembaga masyarakat masih bersikap masa bodoh dan tidak mau terlibat dalam urusan
pendidikan/sekolah. Bahkan lembaga pemerintah pun (di luar Depdiknas) masih (sangat)
banyak yang bersikap sama. Di sinilah komite sekolah mengambil posisi sebagai mediator,
yang pada akhirnya terciptalah pemahaman, saling pengertian, saling dukung, dan sinergi.
Dengan komite sekolah sebagai mediator, maka pengembangan kurikulum sekolah menjadi
lebih terbuka dalam mengekplorasi sumber daya yang ada di sekitar sekolah. Program
(kurikulum) sekolah pun menjadi lebih dinamis.

8
2.2 KESIMPULAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SMP/MTS/SMK/SMA/MA
a. Pengembangan Kurikulum Di SMP/MTs (Kurtilas)

Kurikulum 2013 adalah kelanjutan dari pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi


(KBK) yang dikembangkan pada tahun 2004 yang di dalamnya memuat keterpaduan antara
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Proses pembelajaran dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik masing-masing kompetensi, di mana pengetahuan (kognitif)
adalah konten yang bersifat tuntas, keterampilan adalah konten yang dapat dilatih serta sikap
adalah konten yang memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung dan lebih sulit untuk
dikembangkan.

Kurikulum 2013 pada jenjang SMP/MTs (dalam Rahim, 2013) menjelaskan bahwa di
jenjang SMP/MTs kompetensi dikembangkan melalui mata pelajaran dengan
pengelompokkan mata pelajaran ke dalam kelompok A dan kelompok B. Alokasi waktu
untuk setiap mata pelajaran ditambah, sedangkan mata pelajarannya ada yang dikurangi
sehingga dalam setiap pembelajaran siswa dapat memiliki pemahaman materi yang lebih baik
dan mendalam dengan proses pencariannya sendiri (Discovery Learning). Selain itu, dalam
kurikulum 2013 juga akan dikembangkan Project Based Learning yaitu pembelajaran yang
berbasis proyek. Kegiatan pembelajaran sesuai kurikulum 2013 harus mengembangkan
scientific method di mana siswa dibelajarkan untuk mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/eksperimen, mengasosiasikan/mengolah informasi, mengkomunikasi pada langkah-
langkah pembelajaran yang dirancang.

Tabel Mata Pelajaran SMP/MTs

Mata Pelajaran Alokasi Waktu


Per Minggu
VII VIII IX
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
1. Seni Budaya 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3
3. Prakarya 2 2 2
Jumlah Alokasi Per Minggu 38 38 38

(Sumber: Permendikbud No. 68 Tahun 2013)

9
b. Pengembangan Kurikulum Di SMK (KBK)

Menurut Wahzudik (2018) kurikulum pada pendidikan SMK harus senantiasa


dikembangkan karena dalam sistem pendidikan, kurikulum mempunyai peran sentral yang
wajib diperhatikan secara teliti, karena kurikulum merupakan jantungnya pendidikan. Jika
ingin menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka harus memiliki kurikulum yang
berkualitas juga. Menurut Pardjono (2004) pendidikan kejuruan harus tetap menekankan
kepada latihan (training) supaya mampu membekali peserta didik dalam mencari
penghidupan untuk menguasai bidang pekerjaan secara professional, sehingga dapat
digunakan sebagai modal dasar untuk lulus dan bekerja nantinya.
Menurut (Mangesa and Mappiasse, 2019) sistem pembelajaran di SMK butuh
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), karena
DUDI sangat penting perannya dalam proses pembelajaran di SMK dalam melaksanakan uji
kompetensi dan praktik industri. Tujuan utama pendidikan di SMK berfokus pada
pengembangan keterampilan setiap siswa, diharapkan siswa memiliki keterampilan hasil
pembelajaran berbasis kompetensi DUDI.
Menurut Munadi (2005) SMK adalah salah satu jenjang pendidikan kejuruan di tingkat
menengah yang mengedepankan pengembangan kemampuan yg dimiliki siswa dalam
melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan kejuruan merupakan komponen dari
sistem pendidikan nasional yang menyiapkan seseorang pada suatu kelompok pekerjaan atau
satu bidang pekerjaan agar dapat bekerja. Tugas utama SMK adalah membina dan mendidik
para peserta didik supaya saat memasuki dunia kerja sudah mempunyai bekal yang cukup.
Bekal yang dimaksud adalah berupa keterampilan, pengetahuan, dan sikap professional yang
memadai. Untuk memperoleh bekal yang cukup tersebut memerlukan suatu sistem
pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.
Menurut Setiawan (2011) Efektifitas merupakan keberhasilan sebuah organisasi dalam
memperoreh dan menggunakan sumber daya untuk terwujudnya tujuan yang telah ditentukan.
Efektivitas erat kaitannya dengan ketercapaian tugas, tepatnya waktu, terlaksananya seluruh
tugas pokok, dan anggota yang aktif berpartisipasi. Sehingga, semua tugas pokok
pembelajaran dari program dapat berhasil dan dapat menggunakan sumber belajar dalam
menyukseskan kurikulum tersebut. Terdapat beberapa tahapan dan waktu panjang dalam
efektivitas pendidikan yang terkandung dalam kurikulum yang mengacu pada indikator,
antara lain:
1. Indikator input, yaitu indikator yang meliputi karakteristik fasilitas, guru, materi
pendidikan, perlengkapan, dan kapasitas manajemen.
2. Indikator proses, yaitu indikator yang meliputi administrative, alokasi waktu guru, dan
alokasi waktu peserta didik.
3. Indikator output, yaitu indikator yang hasil dalam bentuk yang peserta didik peroleh dan
dinamika sistem sekolah yang ada hubungannya dengan prestasi belajar
4. Indikator outcame, yaitu indikator yang meliputi lulusan ke tingkat pendidikan selanjutnya.

10
Menurut Sinurat (2019) terdapat tiga pendekatan utama dalam pengembangan dan
penyusunan kurikulum SMK, yaitu:
1. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu berhubungan dengan
kemampuan dalam perefleksian suatu pekerjaan yang berfokus pada tingkat kecakapan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan seseorang berdasarkan standar industry.
2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Luas, yaitu berhubungan dengan kemampuan
intelektual dan emosional yang dimiliki seseorang yang diharapkan hasil lulusan SMK mampu
mengembangkan secara terus-menerus di lapangan.
3. Pendekatan Kurikulum Berbasis Produksi, yaitu media pembelajarannya menggunakan proses
produksi dan mengenalkan peserta didik dengan lingkungan kerjanya secara nyata.
Menurut Munadi (2005: 262) penilaian berbasis kelas mengidentifikasi kompetensi dan hasil
belajar yang sudah dicapai yang memuat sasaran, prinsip, serta pelaksanaan penilaian yang
berkelanjutan. Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki 2 ciri yaitu: (1) secara keseluruhan,
sistem penilaiannya berdasar pada kegiatan belajar di kelas; dan (2) terdapat identifikasi
kompetensi sebagai kriteria hasil belajar yang hendak dicapai oleh peserta didik. Menurut
(Wibowo, 2016) lulusan SMK memiliki peran dalam terpenuhinya kebutuhan dunia kerja sebagai
tenaga kerja tingkat menengah. Sehingga, selain dituntut untuk menguasai kompetensi sesuai
bidang nya juga harus mampu melakukan pengembangan diri agar tetap bisa berkompetisi untuk
saat ini maupun di masa mendatang dengan menyesuaikan tuntutan zaman.
Menurut Munadi (2005: 264) pada dasarnya, penyelenggaraan dan pengajaran pendidikan di
SMK adalah usaha untuk membekali peserta didik supaya setelah lulus mampu menangani
pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh dunia usaha dan dunia industri.
Agar dapat mencapai keberhasilan tentunya hendak didukung dengan keberhasilan akademik di
sekolah. Keberhasilan akademik itu juga sering disebut dengan istilah hasil belajar yang mampu
menumbuhkan perilaku tertentu bagi peserta didik. Menurut Wardiman Djojonegoro dalam
Munadi (2005: 264) terdapat delapan komponen perilaku utama yang harus dimiliki oleh peserta
didik atau lulusan SMK, yaitu:
1. Mempunyai keterampilan dasar yang luas dan kuat untuk mengembangkan dan menyesuaikan
diri sesuai dengan perkembangan IPTEK
2. Sanggup dalam hal pengumpulan, penganalisisan, dan penggunaan data dan informasi
3. Sanggup menyampaikan informasi dan ide
4. Sanggup menyusun pengorganisasian kegiatan
5. Dapat bekerja sama dalam berkelompom dalam kerja
6. Dapat memecahkan masalah
7. Berfikir logis dan dapat menggunakan teknik-teknik matematika
8. Menguasai bahasa Inggris

Menurut Wibowo dalam Widiyanto (2010: 104) terdapat tiga hal yang menyebabkan tidak
sesuainya antara SMK dengan dunia usaha dan dunia industry, yaitu:
1. Tidak semua SMK dapat mencetak lulusan yang adaptif dengan dunia kerja, karena tidak
tersedianya fasilitas atau laboratorium kerja yang layak dan modern
2. Apabila ditinjau dari aspek tenaga pengajar, banyak guru SMK yang ketinggalan zaman atau
kurang update keahliannya dalam perkembangan zaman, sehingga akan menghasilkan lulusan
tanpa aadanya kompetensi yang mencukupi.

11
3. Belum efektif dan efisiennya program-program yang ditawarkan SMK saat ini.
Kurikulum pada pendidikan SMK harus senantiasa dikembangkan karena dalam sistem
pendidikan, kurikulum mempunyai peran sentral yang wajib diperhatikan secara teliti, karena
kurikulum merupakan jantungnya pendidikan. Jika ingin menghasilkan lulusan yang berkualitas,
maka harus memiliki kurikulum yang berkualitas juga. Oleh karena itu, Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) sudah seyogyanya untuk dikembangkan dan diimplementasikan pada jenjang
pendidikan menengah terutama pada Sekolah Menengah Kejuruan(SMK). Kurikulum Berbasis
Kompetensi merupakan rancangan pembelajaran dimana kompetensi-kompetensi yang ada dapat
dicapai oleh peserta didik pada akhir pembelajaran.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki karakteristik umum dalam


pelaksanaannya di lapangan, diantaranya sebagai berikut (1)Berupa kompetensi dasar tidak hanya
isi materi; (2) digunakan untuk membentuk kemampuan peserta didik tidak hanya pemaparan
materi; (3) lebih menekankan proses pembelajaran dan tidak hanya pengajaran oleh guru; (4)
mengarah pada upaya mendapatkan pengalaman belajar tidak hanya sebatas perolehan
pengetahuan; (5) metode yang dilakukan secara terpadu dan menyatu; (6) membangun proses
pembelajaran yang sah, orisinil dan penuh makna; (7) berpedoman pada perubahan maju yang
berkelanjutan dan belajar dengan tuntas. Dalam mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi
dengan memperhatikan tahapan yang ada diantaranya yakni : (1) identifikasi kebutuhan; (2)
analisis dan pengukuran kebutuhan pendidikan; (3) penyusunan desain kurikulum; (4) validitasi
kurikulum; (5) implementasi kurikulum dan ;(6) evaluasi kurikulum. Pada dasarnya,
penyelenggaraan dan pengajaran pendidikan di SMK adalah usaha untuk membekali peserta didik
supaya setelah lulus mampu menangani pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan kriteria yang
diinginkan oleh dunia usaha dan dunia industri. Agar dapat mencapai keberhasilan tentunya
hendak didukung dengan keberhasilan akademik di sekolah. Keberhasilan akademik itu juga
sering disebut dengan istilah hasil belajar yang mampu menumbuhkan perilaku tertentu bagi
peserta didik.

c. Pengembangan Kurikulum Di SMA (Kurikulum Merdeka)

Struktur kurikulum SMA terdiri atas 2 (dua) Fase yaitu fase E untuk kelas X, dan Fase F
untuk kelas XI dan kelas XII.

Struktur kurikulum untuk SMA/MA terbagi menjadi 2 (dua) kegiatan penting, yaitu:

1. Pembelajaran intrakurikuler; dan

2. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Dalam struktur kurikulum merdeka SMA ini, kegiatan pembelajaran intrakurikuler


untuk setiap mata pelajaran mengacu pada capaian pembelajaran. Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila memiliki alokasi waktu sekitar 30% (tiga puluh persen) total jam pelajaran
per tahun. Dalam pelaksanaannya, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilakukan secara
fleksibel, baik secara muatan maupun secara waktu pelaksanaan. Secara muatan, projek ini
harus mengacu pada capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase peserta didik dan
tidak harus dikaitkan dengan capaian pembelajaran pada mata pelajaran. Sedangkan secara
pengelolaan waktu pelaksanaan, projek ini dapat dilaksanakan dengan menjumlah alokasi

12
jam pelajaran projek dari semua mata pelajaran dan jumlah total waktu pelaksanaan masing-
masing projek tidak harus sama.

Mata pelajaran pilihan terdiri dari kelompok MIPA, IPS, serta Bahasa dan Budaya.
Selain itu, juga ada mata pelajaran lainnya seperti Prakarya, Kewirausahaan dan Vokasi.
Setiap peserta didik diperbolehkan untuk memilih 4-5 mata pelajaran dari minimal dua
kelompok mata pelajaran pilihan. Maksimal pengambilan pada satu kelompok mata pelajaran
pilihan adalah berjumlah 3 mata pelajaran.

Alokasi total jam pelajaran (JP) yang disediakan oleh kurikulum ini adalah 42-47 jam
pelajaran. Dari total jam pelajaran tersebut, 20-25 JP diperuntukkan untuk mata pelajaran
pilihan. Mata pelajaran dari kelompok MIPA, IPS serta Bahasa dan Budaya diberikan alokasi
waktu masing-masing 5 jam pelajaran. Sedangkan untuk mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan mendapatkan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Dam mata pelajaran Vokasi
mendapatkan waktu maksimal 5 jam pelajaran. 

Dalam kurikulum SMA 2022 ini, sekolah atau satuan pendidikan dapat menambahkan
muatan lokal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan karakteristik daerah.
Sekolah dapat menambahkan muatan tambahan sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan secara fleksibel, melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut:

1. Mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain;

2. Mengintegrasikan ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila; dan/atau

3. Mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri.

Kurikulum Merdeka mencakup tiga tipe kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

1. Pembelajaran intrakurikuler yang dilakukan secara terdiferensiasi sehingga


peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi. Hal ini juga memberikan keleluasaan bagi guru untuk memilih
perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didiknya.
2. Pembelajaran kokurikuler berupa projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila,  berprinsip pembelajaran interdisipliner yang berorientasi pada
pengembangan karakter dan kompetensi umum.
3. Pembelajaran ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan
sumber daya satuan pendidik.
Kurikulum yang diusung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,
Nadiem Makarim, ini memiliki beberapa keunggulan. Menurut beliau keunggulan Kurikulum
Merdeka yang pertama adalah Kurikulum Merdeka lebih sederhana dan mendalam karena
kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta
didik pada fasenya. 

Keunggulan kurikulum merdeka yang kedua adalah tidak ada program peminatan bagi
siswa jenjang SMA. Guru dan siswa memiliki kemerdekaan dalam kegiatan belajar mengajar.
Siswa diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan
aspirasinya, dan guru dapat mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta

13
didik. Pihak sekolah juga memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola
kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.

Keunggulan lain dari Kurikulum Merdeka ini adalah lebih relevan dan interaktif.
Pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan proyek yang dapat memberikan kesempatan
lebih luas kepada siswa untuk lebih aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, seperti isu
lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan
kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

Menteri Nadiem Makarim juga mengatakan bahwa sekolah dapat memilih tiga opsi
dalam mengimplementasikan kurikulum ini pada Tahun Ajaran 2022/2023. Pertama, sekolah
menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka tanpa mengganti kurikulum
satuan pendidikan yang sedang diterapkan. Opsi kedua, sekolah dapat menerapkan
Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan oleh pemerintah.
Dan opsi ketiga, sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri
berbagai perangkat ajar.

d. Pengembangan Kurikulum Di MA (KTSP)

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat 16
berbunyi kurikulum adalah separangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada ayat 20 berbunyi, kurikulum
tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan.

Salah satu perubahan yang menonjol pada KTSP dibanding dengan kurikulum
sebelumnya adalah KTSP bersifat desentralistik. Artinya, segala tata aturan yang
dicantumkan dalam kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah
pusat, dalam KTSP sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk dikembangkan
dan diputuskan oleh pihak di daerah atau sekolah. Meski terdapat kebebasan untuk
melakukan pengembangan pada tingkat satuan pendidikan, namun pengembangan kurikulum
harus mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).

Rumusan-rumusan ini mengandung beberapa hal, yaitu: (a) kurikulum harus berupa
rencana yang berisi visi, misi dan tujuan satuan pendidikan, struktur kurikulum yang lengkap
sampai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran; (b) kurikulum mengandung pengaturan
bagi pelaksana kurikulum yang memberikan rambu-rambu dalam mengimplementasikannya
yang harus ditaati oleh semua komponen satuan pendidikan; (c) kurikulum ini karena disusun
dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan, maka disebut dengan istilah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan atau disingkat KTSP.

Satuan pendidikan memiliki otoritas penuh dalam menyusun dan mengembangkan


KTSP sesuai dengan visi, misi, dan tujuan madrasah . Untuk mewujudkan hal tersebut satuan
pendidikan dapat melakukan inovasi dan mengembangkan KTSP pada struktur kurikulum,

14
beban belajar, mengembangkan strategi, muatan lokal, ekstrakurikuler dan kebutuhan
prioritas madrasah.

Secara umum tujuan diterapkan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong madrasah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum. Sedangkan secara khusus tujuannya adalah: (a) meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif madrasah dalam mengembangkan
kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. (b) meningkatkan
kepedulian warga madrasah dalam mengembangkan kurikulum melalui pengambilan
keputusan bersama. (c) meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan.

Pengembangan KTSP diserahkan kepada satuan pendidikan dengan pertimbangan


sebagai berikut: (a) madrasah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan
bagi dirinya, (b) madrasah lebih mengetahui potensi input, tingkat perkembangan, dan
kebutuhan peserta didik yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan, (c) madrasah dapat mengambil keputusan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
madrasah, (d) memberikan peluang kepada warga madrasah dan masyarakat untuk
mengembangkan kurikulum guna menciptakan iklim demokratis, transparan, akuntabel,
efektif dan efesien, (e) madrasah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan kepada
pemerintah, orang tua dan masyarakat, (f) memberikan peluang kepada madrasah untuk
berkompetisi secara sehat dengan madrasah atau satuan pendidikan lainnya (g) madrasah
dapat dengan cepat merespon aspirasi masyarakat dan perkembangan iptek di era digital dan
disruptif yang berkembang dengan cepat dan sulit diprediksi.

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,


kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif
terhadap perbedan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan ekstar
kurikuler secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna
dan tepat antar subtansi.

15
3. Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan


(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan termasuk
di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia industri. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan sosial, keterampilan akademik dan
keterampilan vokasional sangat penting.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Subtansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan
mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.

6. Belajar Sepanjang Hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan


peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang, serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk


membangun kehidupan bermasyrakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan
daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan 4 pilar kebangsaan yaitu
Pancasila, UUD 1945, Bhinekka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

Hal-hal yang harus dimasukkan tim pengembang kurikulum madrasah dalam dokumen KTSP
dokumen 1 sebagai berikut:

1) Mata pelajaran dan alokasi waktu

Mata pelajaran adalah seluruh mata pelajaran yang diajarkan di madrasah dengan tetap
berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam KMA Nomor 184 Tahun 2019
tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah. Sedangkan alokasi waktu adalah
alokasi waktu yang tersedia setiap mata pelajaran. Madrasah dapat menambah beban belajar
maksimal 6 jam pelajaran. Penambahan 6 jam pelajaran tersebut sudah termasuk di dalamnya
mata pelajaran muatan lokal.

16
Di samping itu madrasah dapat merelokasi jam pada mata pelajaran tertentu untuk mata
pelajaran lain sebanyak-banyaknya 6 jam pelajaran untuk keseluruhan relokasi. Madrasah
dapat melakukan relokasi jam pelajaran dengan pertimbangan kebutuhan peserta didik,
akademik, dan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Merelokasi jam pelajaran
bukan karena pertimbangan kekurangan atau kelebihan guru.

2) Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang


disesuikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan dan tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.

Muatan lokal merupakan satu mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.
Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal atau lebih
untuk setiap semester. Muatan lokal setiap tingkatan kelas bisa berbeda-beda jenisnya.

Rambu-rambu penyusunan muatan lokal adalah sebagai berikut :

a) Lingkup muatan lokal dapat berupa : bahasa daerah, kesenian islami, teknologi, riset, serta
hal-hal yang menjadi ciri khas madrasah yang bersangkutan

b) Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan

c) Mata pelajaran muatan lokal perlu dilengkapi dengan KI dan KD yang dikembangkan oleh
satuan pendidikan. Alokasi waktu muatan lokal minimal 2 jam dan maksimal 6 jam

d) Pembelajaran beberapa muatan lokal setiap semester bisa berbeda-beda

e) Madrasah dapat menyelenggarakan lebih dari satu muatan lokal. Setiap peserta didik dapat
mengikuti minimal 1 (satu) muatan lokal dan maksimal 3 (tiga) muatan lokal yang
diselenggarakan madrasah.

3) Ketuntasan belajar

Ketuntasan belajar adalah tingkat kecakapan kompetensi setelah peserta didik mengikuti
kegiatan pembelajaran yang diukur dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal yang
harus dicapai siswa pada setiap mata pelajaran.

Setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.
Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus

menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan


rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar terus
menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

17
4) Kenaikan Kelas

Kriteria kenaikan kelas berdasarkan ketuntasan hasil belajar pada setiap mata pelajaran baik
aspek sikap, aspek pengetahuan maupun aspek keterampilan. Ketuntasan belajar pada
kenaikan kelas adalah ketuntasan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Jika terdapat mata
pelajaran yang tidak mencapai KKM pada semester ganjil atau genap, maka:

a) Dihitung rerata nilai mata pelajaran pada semester ganjil dan genap.

b) Nilai rerata setiap aspek dibandingkan dengan KKM pada mata pelajaran tersebut. Jika
hasil pada nilai rerata lebih dari nilai KKM, maka aspek mata pelajaran tersebut dinyatakan
TUNTAS, dan sebaliknya jika nilai rerata kurang dari nilai KKM, maka aspek mata pelajaran
tersebut dinyatakan BELUM TUNTAS. Selanjutnya jika rerata kedua aspek tuntas maka
mata pelajaran tersebut dikatakan TUNTAS, dan sebaliknya minimal satu aspek tidak tuntas
maka mata pelajaran tersebut dikatakan BELUM TUNTAS.

Berikut kriteria kenaikan kelas pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Paket.
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun pelajaran
yang diikuti.
2. Predikat sikap minimal BAIK.
3. Predikat kegiatan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan minimal BAIK sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
4. Tidak memiliki lebih dari 2 (dua) mata pelajaran yang masing-masing capaian
pengetahuan dan/atau keterampilan di bawah KKM. Apabila ada mata pelajaran yang tidak
mencapai KKM pada semester ganjil dan/atau semester genap, maka nilai akhir mata
pelajaran diambil dari rata-rata nilai mata pelajaran pada semester ganjil dan genap untuk
aspek yang sama.
5. Satuan pendidikan dapat menambahkan kriteria sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran.
2. Sistem Kenaikan Kelas tidak berlaku pada madrasah penyelenggara Sistem Kredit
Semester (SKS)
5) Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah memenuhi kriteria:
(a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
(b) Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal BAIK;
(c) Lulus Ujian Madrasah

18
BAB III

PENUTUP
3.1 SARAN
Kurikulum bersifat dinamis dan harus terus dikembangkan atau diadaptasi sesuai konteks,
karena kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan zamannya. Tetapi pada
kenyataannya perubahan atau pengembangan kurikulum yang seringkali terjadi dilakukan
atas dasar tren yang berkembang didunia pendidikan ataupun kebijakan politik yang berimbas
ke dunia pendidikan. Saran dari kelompok kami sebaiknya hasil evaluasi lah yang seharusnya
menjadi bahan untuk pengembangan atau perubahan kurikulum pada waktu berikutnya, agar
mencapai pendidikan yang bermutu dengan standar yang jelas.

19

Anda mungkin juga menyukai