Anda di halaman 1dari 25

RESUME CASE STUDY

WOC
FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN (UPH)


KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA

PANDUAN PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa: Loni Budi Rosanti (01501190133)


TempatPraktik : RSUS LV Lt.5
Periode Pemberian Askep :

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : An.A
Alamat :Jalan Permata Indah no 9 Binongan, Kelapa Dua
Tempat/ Tgl Lahir : 1 Ferbuari 2008
Agama : Kristen Protestan
NamaAyah/ Ibu : Tn. S
SukuBangsa : Suku Jawa
PekerjaanAyah : Wiraswasta
Pendidikan Ayah : SLTA Sederajat
PekerjaanIbu : Ibu Rumah Tangga
PendidikanIbu : SLTA Sederajat

II. KELUHAN UTAMA


Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal : Selama masa kehamilan, ibu anak A rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan , tidak
ada keluhan namun jarang munum vitamin.
b. Intranatal : Ibu melahirkan saat berusia 22 tahun pervagina di bidan. Saat lahir anak A langsung
menangis, BBL 2900 gr.
c. Postnatal : Anak A lahir tidak ada kelainan, gerak aktif, mendapatkan imunisasi yang lengkap

III. RIWAYAT KESEHATAN MASALALU


a. Penyakit waktu kecil: Keluarga pasien mengatakan anaknya pernah mengalami penyakit
demam thypoid saat usia 8 tahun
b. Pernah di rawat di RS: Pasien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit
c. Obat-obatan yang digunakan : Pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat rutin tetapi
pasien sering mengonsumsi paracetamol saat mengalami demam tinggi.
d. Tindakan (operasi) : Pasien mengatakan tidak pernah dilakukan tindakan operasi
e. Alergi : Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
f. Imunisasi: Keluarga pasien mengatakan anaknya menerima imunisasi lengkap

IV. RIWAYAT KELUARGA (disertai Genogram)

Keluarga An. A tidak memiliki Riwayat penyakit turunan atau penyakit menular.
V. RIWAYATSOSIAL
a. Yang mengasuh: Keluarga Inti
b. Hubungan dengan anggota keluarga: Anak A merupakan anak kandung dari kedu aorang
tuanya dan memiliki hubungan baik .
c. Hubungan dengan teman sebaya: Pasien mengatakan memiliki hubungan pertemanan
yang baik dengan teman-temannya
d. Pembawaan secara umum: Pasien mengatakan hubungannya dengan lingkungan sekitar baik
dan pasien pernah terlibat dalam kegiatan karang taruna di masyarakat
e. Lingkungan rumah :Pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih dan memiliki banyak
tanaman
Data tambahan : -

VI. KEBUTUHAN DASAR


a. Makanan yang disukai/ tidak disukai: Pasien mengatakan menyukai makanan cepat saji,
seperti burger, sosis goreng dan kentang goreng
Selera : Pasien mengatakan sebelum sakit memiliki nafsu makan yang tinggi karena dalam
satu hari, pasien menghabiskan empat hingga lima porsi makanan tetapi saat sakit pasien mengalami
penurunan nafsu makan.
Alat makan yang dipakai: Pasien mengatakan peralatan yang digunakan saat makan adalah piring,
garpu dan sendok
Makan/jam : Pasien mengatakan akan makan setiap merasa lapar, sekitar 5-6 jam sekali/hari
2. Pola tidur: Pasien mengatakan pola tidurnya baik, pasien tidur setiap jam 10 malam dan bangun pada
jam 7 pagi namun setelah tidur pasien hanya tidur sekitar 5-6 jam .
3. Mandi: Pasien mengatakan mandi dua kali sehari setiap pagi dan sore
4. Aktifitas bermain: Pasien mengatakan sering menghabiskan waktunya untuk bermain dengan teman
sebayanya namun selama sakit pasien menghabiskan waktu dengan menonton tv dan membaca buku.
5. Eliminasi: Pasien mengatakan pada saat BAB, feses tampak hitam dan bercampur darah dan pola
BAK lancar.
6. Data tambahan :-

VII. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosis Medis : Immune Trombositopenia Purpura
2. Tindakan operasi : Tidak ada
3. Status nutrisi : Pasien mengalami obesitas
Garis hitam menunjukan BB sesuai dengan TB actual atau saat ini dilihat dari garis tegak
lurus menuju pada garis kurva presentil 50 yaitu = 41 Kg. Jadi, TB/BB = 50/41 x 100% =
121,95 (Kesimpulan: Status gizi An. A adalah kegemukan (Obesity) )

4. Status cairan : Pasien tidak mengalami dehidrasi


5. Obat-obatan : Pasien mengonsumsi obat kortikosteroid per oral
6. Aktifitas Aktivitas harian:
Makan: 2
Ket: Mandi: 2
0: mandiri Pakaian: 2
1. Bantuan dengan alat Kerapihan: 2
2. Bantuan dengan orang BAB/BAK: 2
3. Bantuan alat dan orang Mobilisasi di tempat tidur: 0
4. Bantuan penuh

7. Tindakan keperawatan Pasien telah dilakukan tindakan pemasangan infus,


pengambilan darah dan pemberian transfusi darah

8. Hasil laboratorium Pemeriksaan LAB


Pemeriksaan Hasil
Ht 31%,
Hb 10,80 gr/Dl
Trombosit 25.000 uL

9. Hasil rontgen : Tidak ada


10. Datatambahan : Pasien mengalami penurunan nafsu makan
NB. Wajib menyertakan Grafik WHO/ CDC sesuai usia anak

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Anak A mengatakan merasa pusing dan tampak pucat
dan demam naik turun
TB/ BB(persentile) : BB 20 kg, TB 150 cm
Lingkar kepala : 45 cm
Mata : Konjungtiva tampak anemis
Hidung : Tidak terlihat deviasi hidung dan tidak terlihat sekret
Mulut : Mukosa pasien tampak lembab dan bibir tampak pucat
Telinga : Terlihat ada sedikit serumen pada kedua telinga
Tengkuk : Tampak tegak dan tidak teraba adanya nyeri tekan
serta tengkuk tampak bersih
Dada : Terdapat bintik bintik merah di daerah sekitar dada
anak A
Jantung : Pasien tidak mengalami pembesaran jantung, bunyi
jantung pasien normal dan tidak terdengar bunyi
murmur atau bunyi tambahan saat auskultasi
Paru-paru : Terdengar bunyi vesikuler saat auskultasi

Perut : Abdomen pasien tampak rounded, tidak teraba adanya pembengkakan


pada sekitar abdomen pasien, bising usus pasien saat auskultasi

RUQ 12x/mnt LUQ 10x/mnt


RLQ 10x/mnt LLQ11x/mnt
Punggung : Punggung pasien terluhat simetris

Genitalia : area genetalia pasien tampak bersih

Ekstremitas : pasien idak menalami pembtasan gerak dan kekuatan otot pasien
5555 5555
5555 5555
Kulit : Akral teraba hangat

Tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi 120 x/mnt, Suhu 37,5 C, RR 21 x/mnt

Data Tambahan Tidak ada


VII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
1. Kemandirian dan Bergaul
Pasien mengatakan sebelum sakit bisa melakukan aktivitas hariannya secara mandiri
seperti makan, mandi, berpakaian, dan lainnya.

Pasien mengatakan pergaulan dia dengan teman-temannya baik dan sering pergi ke
sekolah dan bermain bersama-sama

2. Motorik Halus
Pasien mengatakan sebelum sakit lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain
alat musik dan membaca buku
3. Kognitif dan Bahasa
Kognitif : Pekembangan otak anak meningkat sehingga mempengaruhi cara berpikir,
memilih apa yang disuka dan mampu menyelesaikan masalah
Bahasa : Bahasa yang anak gunakan sudah lengkap dan fasih, pasien berbicara dengan
perawat menggunakan bahasa indonesia
4. Motorik Kasar
Pasien mengatakan sering menghabiskan waktunya untuk bermain futsal dan
melakukan olahrga lainnya.

VIII. INFORMASI LAIN (PENGOBATAN/LABORATORIUM)


Hasil pemeriksaan LAB

Pemeriksaan Hasil
Ht 31%,
Hb 10,80 gr/Dl
Trombosit 25.000 Ul
NO DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
1. DS: Trombositopenia Resiko perdarahan
- Pasien mengatakan pada saat BAB, feses
tampak hitam dan bercampur darah
- Pasien mengatakan bahwa pasien merasa
pusing.
DO:
- Terdapat bitnik bitnik merah di daerah
sekitar dada anak A
- Pasien tampak pucat
- Hasil pemeriksaan LAB
Ht: 31%,
Hb: 10,80 gr/Dl
Trombosit: 25.000 uL
Hasil Pemeriksaaan TTV:
TD 100/60 mmHg,
Nadi 120 x/mnt
Suhu 37,5OC
RR 21 x/mnt
2. DS : Kadar hb turun Ketidakefektifan perfusi jaringan
- Pasien mengatakan bahwa pasien merasa
pusing dan lemas
DO :
- Konjungtiva pasien tampak anemis
- Bibir pasien tampak pucat
- Hasil pemeriksaan LAB
Ht: 31%,
Hb: 10,80 gr/Dl
Trombosit: 25.000 uL
Hasil Pemeriksaaan:
TD 100/60 mmHg,
Nadi 120 x/mnt
Suhu 37,5OC
RR 21 x/mnt
DS : Kelemahan fisik Intoleran aktivitas
- Pasien mengatakan merasa pusing
DO :
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak membutuhkan bantuan
orang lain untuk beraktivitas harian

Diagnosa / Masalah Keperawatan

1. Risiko perdarahan b.d trombositopenia d.d melena ( feses tampak hitam dan terdapat
bercak darah )
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d penurunan kadar hb d.d pasien merasa pusing
dan pucat
3. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum d.d pasien dibantu orang lain saat
beraktivitas

Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


(NANDA, Kriteria hasil (NIC) (Nuryani, 2016)
2018) (NOC)
Dx1. Risiko Setelah dilakukan MANDIRI MANDIRI
perdarahan b.d tindakan keperawatan - Monitor vital sign (Nuryani, 2016)
trombositopenia selama 3x24 jam - Kaji adanya - Untuk
perdarahan tidak terjadi tanda-tanda mengetahui
lagi dengan criteria perdarahan keadaan umun
hasil : - Observasi adanya pasien dan
- Tekanan darah darah dalam mencegah
dalam batas sekresi cairan timbulnya tanda
normal sistol dan tubuh . klinis seperti
diastole - Pertahankan ptekie dan
- Hemoglobin dan bedrest selama epistaksis
hematokrit dalam perdarahan - Penurunan
batas normal KOLABORASI jumlah trombosit
- Kolaborasi merupakan tanda-
pemberian obat. tanda adanya
- Pantau hasil perforasi
periksaan pembuluh darah
laboratorium - Untuk mencegah
terutama atau mnegontrol
trombosit, perdarahan
hematokrit dan - Aktivitas klien
hemoglobin. yang tidak
EDUKASI terkontrol dapat
- Anjurkan menyebabkan
meningkatkan terjadinya
asupan untuk Perdarahan dan
menghindari mencegah
konstipasi komplikasi
- Anjurkan segera
melapor jika KOLABORASI
terjadi (Haeran, 2020)

perdarahan - Untuk mencegah


dan mengontrol
jika terjadi
perdarahan
- Untuk
mengetahui
adanya kebocoran
plasma darah dan
kemungkinan
terjadinya
perdarahan

EDUKASI
(Qurohman, 2020)
- untuk mencegah
perdarahan
apabila adanya
trauma perut
- Untuk membantu
klien
mendapatkan
penanganan
secepat mungkin

Implementasi & Evaluasi

Hari Pertama

Hari / tanggal Diagnosa Pukul Implementasi Evaluasi Nama &


Paraf
Rabu, 2 Risiko perdarahan 08.00 Memonitor vital S :
maret 2022 b.d trombositopenia sign - Pasien
Hasil : mengatakan
TD : 90/80, gusinya
S : 38C. berdarah
N : 112x/menit, - Pasien
RR : 13X/menit . mengatakan
terdapat bercak
darah dalam
fesesnya
- Pasien
mengatakna
masih merasa
pusing
O
- Pasien tampak
pucat
- Pasien tampak
lemas
A : Masalah risiko
perdarahan belum
teratasi
P : Intervensi Ns. L
dilanjutkan
08.05 mengkaji adanya
tanda-tanda
perdarahan.
H : gusi berdarah
Ns. L
08.10 Observasi adanya
darah dalam
sekresi cairan tubuh
H : feses terdapat
Ns. L
bercak darah .
09.00 Mempertahankan
bedrest selama
perdarahan
H : pasien sudah
tidur yang cukup
Ns. L
yaitu selama 8 jam

09.15 Berkolaborasi
dalam pemberian
obat.
H : pasien
mendapatkan obat
Ns. L
kortikosteroid
09.30 Memantau hasil
periksaan
laboratorium
terutama trombosit,
hematokrit dan
hemoglobin.
H : Hasil lab
menunjukkan
adanya penurunan
kadar hemoglobin
dan trombosit Ns. L
09.45 Menganjurkan
meningkatkan
asupan untuk
menghindari
konstipasi
H : pasien
mengatakan tidak
napsu makan
Ns. L

10.00 Menganjurkan
segera melapor jika
terjadi perdarahan
H : ibu pasien
melaporkan tanda
Ns. L
tanda perdarahan

Hari Kedua

Hari/Tanggal Diagnosa Pukul Implementasi Evaluasi Nama


& paraf
Kamis, 3 Risiko perdarahan 08.00 Memonitor vital S :
maret 2022 b.d trombositopenia sign -Pasien mengatakan
H: masih sedikit
TD : 100/90, pusing
S : 36,5 C. - Pasien
N : 80 x/menit, mengatakan
RR : 15X/menit . masih ada
bercak darah
dalam feses
- Pasien
mengatakan
sudah makan
dan minum jus
jambu
- Pasien
mengatakan
gusi tidak
berdarah
O:
- Pasien tidak
terlihat pucat
A : Masalah risiko
perdarahan teratasi
sebagian
P : Intervensi
Ns. L
dilanjutkan

08.10 Mengkaji adanya


tanda-tanda
perdarahan.
H : pasien
mengatakan gusi
nya sudah tidak
berdarah Ns. L

08.13 Mengobservasi
adanya darah dalam
sekresi cairan tubuh
H : pasien
mengatakan masih
ada bercak dalam
feses

Ns. L
09.00 Berkolaborasi
dalam pemberian
obat
H : Pasien
meminum obat
kortikosteroid dari
dokter Ns. L
09.10 Memantau hasil
periksaan
laboratorium
terutama trombosit,
hematokrit dan
hemoglobin.
H : Hasil lab pasien
menunjukkan sudah
terjadi peningkatan
dalam trombosit Ns. L
09.20 Menganjurkan
meningkatkan
asupan untuk
menghindari
konstipasi
H : napsu makan
pasien meningkat
Ns. L

VIII. PEMBAHASAN KASUS


Immune Thrombocytopenia Purpura ( ITP ) merupakan penyakit autoimun yang
ditandai dengan rendahnya jumlah trombosit dan meningkatnya risiko perdarahan.
Jumlah trombosit yang rendah disebabkan oleh proses penghancuran trombosit yang
dimediasi oleh system antibody bersama dengan gangguan produksi trombosit
(Wijaya, 2019)
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan merasa pusing, demam naik turun,
tampak pucat, dan terdapat bintik-bintik merah disekitar dada , akral teraba hangat,
dan napsu makan berkurang. Pasien dilakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil
tanda-tanda vital : TD : 100/60 mmHg, N : 120x/menit, S : 37,5 C , RR : 21x/menit
dan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil kadar HB 10,80 gr/Dl , Ht 31 %,
trombosit 25.000 uL , selain itu pasien juga dilakukan pemeriksaan fisik.
Menurut (Sari, 2018) pasien dengan ITP akan mengalami penurunan jumlah
trombosit 100.000/µL , perdarahan pada gusi, tampak binti-bintik merah, adanya
bercak dalam feses dimana hal tersebut juga dialami oleh pasien .
Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan saya mengangkat masalah
keperawatan yaitu risiko perdarahan b.d trombositopenia d.d tampak bercak darah
dalam feses, ketidakefektifan perfusi jaringan b.d penurunan kadar hb d.d pasien
merasa pusing dan pucat, intoleran aktivitas b.d kelemahan umum d.d pasien dibantu
orang lain saat beraktivitas. Diagnosa prioritas yang saya angkat yaitu Risiko
perdarahan b.d trombositopenia.
Intervensi yang saya lakukan yaitu memonitor vital sign, mengkaji adanya tanda-
tanda perdarahan, mengobservasi adanya darah dalam cairan sekresi, berkolaborasi
dlam pemberian obat, memantau hasil lab, menganjurkan untuk meningkatkan
asupan, dan menganjurkan untuk lapor jika terjadi perdarahan.
Intervensi dilakukan selama 2x24 jam dimana di hari pertama masalah risiko
perdarahan belum teratasi dan intervensi dilanjutkan, dan dihari kedua masalah
keperawatan teratasi Sebagian dan intervensi dilanjutkan.

EBP
ITP merupakan kelainan perdarahan yang disebabkan oleh adanya destruksi
trombosit normal akibat antibody dan gangguan produksi megakariosit yang ditandai
dengan adanya penurunan jumlah trombosit yaitu kurang dari 100.000/Ul, adanya
bercak dalam feses, petekie, gusi berdarah (Sari, 2018)
Kortikosteroid merupakan  obat yang mengandung hormon steroid berfungsi
untuk menghambat produksi zat yang menimbulkan peradangan dalam tubuh,
serta sebagai imunosupresan dalam menurunkan aktivits dan kerja sistem
imun.Obat ini biasanya digunakan untuk mengobati penyakit autoimun
contohnya ITP (Wijaya, 2019)
Menurut (Sari, 2018) pasien itp mempunyai gambaran klinis yaitu
perdarahan kulit seperti hematom dan petekie dan bisa juga di akibatkan oleh
trombositopenia. Kortikosteroid dapat diberikan jika mengalami perdarahan
berat yang mengancam jiwa dan dapat diberikan dalam dosis tinggi yaitu
4mg/kg/hari ( maksimal 180 mg/hari ) dengan efek samping hipertensi, nyeri
perut, hiperglikemia,dll.
Menurut (Hardjoeno, 2012) pemberian obat kortikosteroid pada apsien ITP
bertujuan untuk meningkatkan jumlah trombosit melalui beberapa mekanisme
untuk mengurangi kemampuan makrofag yang dapat merusak trombosit,
mengurangi sintesis autoantibodi, menghambat pengikatan trombosit dengan
autoantibodi, meningkatkan trombopoeitin, dan menstimulasi progenitor
megakariosit.
Oleh karena itu saran yang dapat saya berikan yaitu tetap berkolaborasi
dengan dokter dalam pomberian obat kjortikosteroid dengan memperhatikan
dosis yang dibutuhkan sesuai kondisi pasien untuk mencegah terjadinya
kompliaksi yang lebih parah.

IX. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Pasien An. A berusia 14 tahun dengan diagnose medis immune thrombocytopenia
purpura datang dengan keluhan merasa pusing, tampak pucat dan terlihat adanya
bitnik-bintik merah diarea dada , TD : 100/60 mmHg, N : 120x/menit, S : 37,5 C , RR :
21x/menit HB 10,80 gr/Dl , Ht 31 %, trombosit 25.000 uL, tampak bercak darah dalam
feses dengan masalah keperawatan utama yaitu risiko perdarahan b.d trombositopenia.
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan mengobsevasi adanya darah dalam cairan
sekresi dan berkolaborasi dalam pemberian obat kortikosteroid pasien mengalami
perubahan yaitu kadar trombosit sedikit meningkat namun masih terdapat bercak darah
dalam dalam feses dan masalah belum teratasi sehingga intervensi harus dilanjutkan.

LEAFLET
DAFTAR PUSTAKA
Amin, h. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic- noc
edisi revisi jilid 3. Jogakarta: mediaction publishing.

haeran, d. (2020). Asuhan keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue. Buletin
kesehatan vol.4 no.2 , 80-97.
Hardjoeno. (2012). Clinical pathology and medical laboratory. Indonesian journal vol. 16. No. 3,
100-151.
Nanda. (2018). Nanda-i diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta:
penerbit buku kedokteran egc

Nuryani, s. (2016). Asuhan keperawatan anak dengue haemoragik fever dengan fokus study
resiko perdarahan di rsud bendan kota pekalongan. Semarang: poltekkes kemenkes
semarang.

Qurohman, t. (2020). Asuhan keperawatan pada anak dengue hemoragic fever ( dhf ) dengan
masalah keperawatan peningkatan suhu tubuh (hipertermi ) diruangan kalimaya atas
rsu. Dr.slamet garut. Bandung: universitas bhakti kencana.
Safinaz, f. (2015). Asuhan keperawatan pada an.f dengan dengue hemoragic fever ( dhf ) di
ruang mawar rsud kraton kabupaten pekalongan. Pekalongan: stikes muhammadiyah
pekajangan.
Sari, t. T. (2018). Immune thrombocytopenic purpura. Jurnal sari pediatri, vol. 20, no. 1, 58-64.
Wijaya, s. (2019). Immune thrombocytopenia. Jurnal cdk vol.46 no 11, 658-661.
LEMBAR PERNYATAAN KASUS RESUME

Nama Mahasiswa : Loni Budi Rosanti

Pengambilan Kasus : Tanggal 2 Maret 2022

Inisial anak : A.n A

Laki laki / perempuan Usia anak: 14 tahun 1 bulan 15 hari

MR: 12-12-1903-22

Masuk RS Tanggal: 1 Maret 2022

Diketahui Preceptor/ Perawat Senior ruangan perawatan anak:

Tanggal: ……………….. Nama:………………… Tanda tangan:………………..


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


FORM CATATAN KETERAMPILAN - PEDIATRIC NURSING II

Nama / RS : Loni B. Rosanti / RSUS LV Inisial pasien : An. A Dx Medis : ITP

Tanggal & Nama dilakukan


Kompetensi keterampilan dan tanda tangan HN/ Jumlah
Perawat Ruangan
1. Pengukuran tanda-tanda 4/3/22
vital Clayrine

2. Mengkaji adanya tanda- 4/3/22


tanda perdarahan Clayrine

3. Mengobservasi adanya 4/3/22


darah dalam cairan sekresi Clayrine

4. Pemberian obat oral 4/3/22

Clayrine

5. Berkolaborasi dalam 4/3/22


pemeriksaan di Clayrine
laboratorium
6. Mengajarkan tentang 4/3/22
nutrisi Clayrine

7. Mengajarkan segera lapor 4/3/22


jika terjadi perdarahan Clayrine

8. Memandikan anak 4/3/22

Clayrine

9. Pemeriksaan fisik anak 4/3/22

Clayrine
10. Pemeriksaan antropometri 4/3/22
anak Clayrine

11. Memasang infus pada anak 4/3/22

Clayrine

12. Menghitung tetesan infus 4/3/22

Clayrine

13. Mengedukasi tanda dan 4/3/22


gejala perdarahan Clayrine

14. Memonitor status cairan 4/3/22


anak Clayrine

15. Memonitor mobilitas fisik 4/3/22


anak Clayrine

16. Memberika posisi semi 4/3/22


fowler Clayrine

Siloam Hospital, 4 Maret 2022

(Loni Budi Rosanti-01501190133)

Anda mungkin juga menyukai