Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Non konvensional adalah meliputi kultur jaringan dan rekayasa genetika yang dimana
melalui proses hubridasi (persilangan) penyeleksian calon tetua yang baik merupakan
langkah awal dalam kegiatan hubridisas.pemuliaan tanaman terbagi menjadi 2 yaitu
konvensional dan inkonvensional. Metode konvensional diantaranya yaitu 1) Teknik
persilangan, 2) Teknik introduksi, 3) Manipulasi genom dan 4) Rekayasa gen. Sedangkan
metode inkonvensional mencakup 1) Kloning gen, 2) Marka molekuler dan 3) Transfer
gen.Pemuliaan secara konvensional biasanya dilakukan dengan cara menyilangkan individu-
individu unggul untuk mendapatkan varietas baru sesuai yang diinginkan. Tanaman yang
dihasilkan diidentifikasi dan di seleksi kemurniannya dilihat secara karakter/morfologi.11
Des 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara media pembelajaran interaktif non koversional?


1.3 Tujuan dan manfaat

Mendapatkan aksesi padi lokal Bangka yang berpotensi untuk dijadikan tetua
melalui penentuan nilai variabilitas dan heritabilitas tanaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Peningkatan produktivitas padi dapat dilakukan dengan program pemuliaan tanaman


Pemulian tanaman merupakan cara untuk menghasilkan tanaman yang lebih baik dari
sebelumnya.Syukur et al. (2012), metode pemuliaan tanaman terbagi menjadi dua
yaitu pemuliaan non konvensional (menggunakan bioteknologi) dan konvensional.
Menurut Kuswandi (2015), pemuliaan non konvensional meliputi kultur jaringan dan
rekayasa genetika. Menurut Syukur et al. (2012), pemuliaan konvensional biasa
dilakukan melalui proses hibridisasi(persilangan).

Contohnya : Pemuliaan tanaman adalah kegiatan atau ilmu cabang agronomi dan genetika
terapan untuk memodifikasi genetik tanaman untuk menghasilkan karakteristik tanaman yang
diinginkan (bibit unggul) seperti masa pertumbuhan pendek (cepat menghasilkan), tahan
terhadap hama dan penyakit, mempunyai tingkat produksi tinggi, ...22 Okt 2018
2.2 Peran Non Konvensional dan konvensional

Peningkatan produktivitas tanaman umumnya merupakan tujuan yang paling sering


dilakukan pemulia dalam merakit suatu kultivar. Hal ini karena peningkatan produktivitas
berpotensi menguntungkan secara ekonomi. Bagi petani, peningkatan produktivitas
diharapkan dapat menkonpensasi biaya produksi yang telah dikeluarkan. Peningkatan
produktivitas (daya hasil per satuan luas) diharapkan akan dapat meningkatkan produksi
secara nasional. Terlebih bahwa telah terjadinya pelandaian peningkatan produktivitas
beberapa komoditas tanaman, utamanya padi. Pada dekade tahun
1960-1970-an, penggunaan varietas unggul padi dan perbaikan teknik budidaya telah mampu
meningkatkan produktivitas secara nyata. Daya hasil padi per satuan luas meningkat dari
2-3 ton/ha menjadi 4-6 ton/ha (Nugraha, 2004). Akan tetapi setelah tahun 1980-an,
peningkatan produktivitas menjadi semakin kecil. Oleh karena itu, kini di Indonesia
telah dirilis sekitar 31 kultivar hibrida padi.
Selain kultivar hibrida, beberapa tipe kultivar padi lainnya adalah tipe IRxx (tahan terhadap
hama
wereng), rasa enak (IR64) dan padi tipe baru (new plant type) seperti kultivar Ciapus dan
Gilirang.

BAB III METODOLOGI

2.3 Tujuan non konvensional dan konvesional

A. Sumber energi non konvensional yang termasuk dalam energi baru dan terbarukan
adalah energi angin, energi air, energi panas bumi, energi surya dan energi biomassa.
B. Pemuliaan secara konvensional biasanya dilakukan dengan cara menyilangkan
individu-individu unggul untuk mendapatkan varietas baru sesuai yang diinginkan.
Tanaman yang dihasilkan diidentifikasi dan di seleksi kemurniannya dilihat secara
karakter/morfologi.11 Des 2019.

BAB V KESIMPULAN

3.3 Kesimpulan

Menurut Kuswandi (2015), pemuliaan non konvensional meliputi kultur jaringan dan
rekayasa genetika. Menurut Syukur et al. (2012), pemuliaan konvensional biasa dilakukan
melalui proses hibridisasi (persilangan). Penyeleksian calon tetua yang baik merupakan
langkah awal dalam kegiatan hibridisasi.sedangkan berbeda dengan konvesional yang di
mana, Menurut Kuswandi (2015), pemuliaan non konvensional meliputi kultur jaringan dan
rekayasa genetika. Menurut Syukur et al. (2012), pemuliaan konvensional biasa dilakukan
melalui proses hibridisasi (persilangan). Penyeleksian calon tetua yang baik merupakan
langkah awal dalam kegiatan hibridisasi.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Amien, S. dan N., Carsono, 2008.Teknologi Nuklir Guna Merakit Kultivar
Unggul.http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0304/18/cakrawala/penelitian01.ht
m. [01 Februari 2012]
Anderson, R.L. dan Bancroft, T.A. 1952.Statistical Theory in Research. New York :
McGraw Hill Book Company, Inc.
Arung, E. T., Kusuma, I. W., Christy, E. O. Shimizu, K. dan Kondo, R. 2009.
Evaluation of Medicinal plants from Central Kalimantan for
antimelanogenesis. J.Nat. Med. 63 (4): 473-480.
Basuki, S. Dan A. Rahman. 1995. Regenerasi dan Pelestarian Plasa Nutfah Tembakau
Yokyakarta. Prosiding Simposium Peripi III. Yokyakarta; Peripi.
Coronel, R. E. & E.W.M Verheij. 1992. Edible Fruits and Nuts. Plant Resources of
South Easth Asia 2 Pudoc Wagenigen. 237p.
Dewi-Hayati, P.K. 2011.Buku Ajar Analisis Rancangan dalam Pemuliaan
Tanaman.Teaching Grant Program Hibah Kompetensi Berbasis Institusi (PHKI). Fakultas
Pertanian, Universitas Andalas. Padang.
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung. 2009. Langsek Manih Terancam
Punah.
Fantastico. 1996. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta.
Fatmawati. 2002. Makalah Bieotika dan Pemanfaatan Keanekaragaman Plasma Nutfah
Tumbuhan. Program Pascasarjana, IPB.
Fauza, H. dan I. Ferita.2005.Variabilitas Fenotifik dan Genetika Tiga Tipe Tanaman
Gambir Pada Dua Sentra Produksi Sumatera Barat Marka RAPD.Artikel
Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan. Universitas Andalas.
Padang. 16 hal.
Fauza H, Ferita I, Putri NE,Nelly N, Rusman B. 2015. Studi Awal Fenotipik
Plasma Nutfah Jengkol (Pithecollobium jiringa) di Padang, Sumatera Barat. Pros
Sem Nas Masy BiodivIndon 1 (1): 23-30.
Guzhov,Y. 1989. Genetics and plant breeding for agriculture. Mir

Anda mungkin juga menyukai