Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 1.

4 Budaya Positif

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan

Modul 1.3 – Budaya Positif

Assalamualaikum Wr,Wb
Salam Guru Penggerak. Kembali lagi dengan saya Wiwik Kristiani, S.Pd Calon Guru Penggerak
Angkatan 7 dari SDN 3 Dlepih Kec Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Pada
kesempatan ini saya akan menulis tentang apa yang sudah saya lakukan pada pendidikan Guru
penggerak di materi Modul 1.4 yaitu tentang Budaya Positif.

Jurnal Dwi mingguan ini harus saya tulis untuk menggambarkan refleksi saya setelah mempelajari
Modul 1.4 dan ini merupakan tugas setelah berakhirnya modul yang dipelajari sebagai seorang Calon
Guru Penggerak. Saya akan menuliskan semua pengalaman saya dan semua yang saya rasakan
selama mempelajari modul 1. 4 ini dalam artikel ini dengan model refleksi 4P yang diprakarsai oleh
Dr. Roger Greenaway yaitu:

PERISTIWA/FACT

Setelah mempelejarai modul 1.3 tentang visi guru penggerak kami melanjutkan ke modul 1.4
tentang budaya positif. Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan pembelajaran modul 1.4 sudah
dimulai pada tanggal 6 Desember 2022 dengan mempelajari materi tentang eksplorasi konsep yang
kami pelajari secara mandiri. Pada modul 1.4 tentang Budaya Positif ini banyak ilmu baru yang saya
pelajari.

Dimulai dengan kegiatan Mulai Dari Diri, dengan mempelajari sub modul dengan tujuan
pembelajaran khusus mengaktifkan pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang
konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif
di sekolah. Kemudian dilanjut ke sub modul Eksplorasi konsep yang mencakup beberapa bagian yaitu
: Disiplin positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, Lima Posisi Kontrol, Teori Motivasi, Hukuman dan
Penghargaan, Restitusi, Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas, dan yang terakhir Segitiga
Restitusi.

Pada tanggal 12 Desember 2022 kami bertemu di ruang kolaborasi yang didampingi dengan
fasilitator Bapak Ibu Tri Mulyani membahas tentang beberapa kasus murid yang ada di sekolah.
Kami dibagi menjadi 3 kelompok untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan menyelesaikan
kasus tersebut dengan segitiga restitusi, serta menjelaskan posisi kontrol.

Ruang kolaborasi dilanjutkan pada hari berikutnya yaitu pada tanggal 13 Desember 2022, pada
pertemuan ini setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi pada pertemuan sebelumnya.
Diskusi berjalan dengan baik dan lancar. Ada beberapa masukan dari teman dan Fasilitator untuk
ditambahkan dalam persentasi kami. Dan selanjutnya kami upload di LMS.

Setelah itu kami mendalami materi dalam kegiatan Elaborasi Pemahaman bersama instruktur pada
tanggal 19 Desember 2022. Pemahaman saya bertambah jelas setelah mendapat pencerahan dari
instruktur. Kemudian saya diminta untuk membuat Koneksi antar materi, mengaitkan materi
sebelumnya dengan materi sekarang. Dan di akhiri dengan membuat Aksi Nyata. Dengan harapan
setelah mempelajari sub-sub modul tersebut calon guru penggerak akan mampu menjadi motor
penggerak perubahan budaya positif di satuan Pendidikan masing-masing dengan berkolaborasi
bersama para pemangku kepentingan agar tercipta ekosistem sekolah yang lebih berpihak pada
murid sesuai dengan cita-cita luhur Ki Hadjar Dewantara.

PERASAAN/FEELING

Perasaan saya selama mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif ini adalah senang dan semakin
termotivasi untuk lebih bersemangat dalam menjalankan pendidikan guru penggerak. Selain itu saya
juga berusaha semaksimal mungkin dalam menerapkan dan menjalankan budaya positif yang
diterapkan di kelas dan di sekolah. Dimulai dari penetapan keyakinan dan kebijakan kelas yang
disepakati dan ditaati oleh seluruh murid di kelas masing-masing.

Penerapan posisi kontrol juga menjadi perhatian bagi saya, Yang dulu saya memposisikan diri pada
posisi control teman, pemantau dan penghukum sekarang belajar berada posisi kontrol manager
dalam penyelesaian permasalahan murid.

PEMBELAJARAN/FINDING

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 1.4 adalah bahwa sebagai
calon guru penggerak harus mampu menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat dalam
penerapan budaya positif disekolah yaitu posisi kontrol sebagai manajer dengan menerapkan
segitiga restitusi sebagai solusi ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas. Kenapa dengan
segitiga restitusi? karena restitusi menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat
(Gossen; 2004).

Dan saya merasakan hal tersebut memang benar, menyelesaikan masalah dengan hukuman tidak
menyelesaikan masalah justru membuat keadaan semakin rumit. Segitiga restitusi adalah
penyelesaiannya. Dengan segitiga restitusi masalah selesai dengan damai dan anak-anak pun tidak
kehilangan identitas mereka, justru mereka Kembali dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.

PENARAPAN KE DEPAN (FUTURE)

Setelah mempelajari modul 1.4 ini yaitu tentang budaya posistif maka saya lebih paham tentang
Disiplin positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, Lima Posisi Kontrol, Teori Motivasi, Hukuman dan
Penghargaan, Restitusi, Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas, Segitiga Restitusi.
Perubahan yang saya rasakan adalah saya merasa harus tergerak, bergerak dan menggerakkan
orang-orang yang ada di sekitar saya untuk segera mengetahui materi yang saya dapatkan ini. Hal
yang akan saya lakukan untuk melakukan perubahan yang positif dengan lebih memperhatikan
kebutuhan peserta didik, menggunakan posisi kontrol sebagai manager dalam menangani kasus
siswa, menerapkan segitiga restitusi dan selalu menganalisis secara reflektif dan kritis penerapan
budaya positif disekolah dengan berkolaborasi dengan warga sekolah dan berbagai pemangku
kepentingan, meskipun hal tersebut memerlukan waktu yang tidak sebentar karena melakukan
perubahan yang sudah menjadi kebiasaan tidak lah mudah. Tapi kita harus bergerak menuju
perubahan yang lebih baik.

Salam dan Bahagia.

=Guru Bergerak, Indonesia Maju=

Anda mungkin juga menyukai