Anda di halaman 1dari 6

Memberantas budaya korupsi

Apa itu korupsi


Korupsi merupakan perbuatan busuk yang mempunyai daya rusak yang sangat luar biasa antara lain
mempengaruhi perekonomian nasional, meningkat kemiskinan dan ketimpangan sosial, merusak
mental dan budaya bangsa, mendistorsi hukum, dan mempengaruhi kualitas layanan publik. Semakin
tinggi korupsi di suatu negara, bisa dipastikan negara tersebut tidak sejahtera/maju dan layanan
publiknya memprihatinkan. Sebaliknya, negara yang sangat rendah tingkat korupsinya, maka negara
tersebut sejahtera/ maju, kehidupan sosial dan pelayanan publiknya baik. Oleh sebab itu, korupsi
bukanlah budaya, namun kemungkinan bisa membudaya
Beberapa kasus korupsi yang telah terjadi di
indonesia
1. Kasus penyerobotan lahan di Riau Kejaksaan Agung berhasil mengungkap
kasus korupsi yang menyeret PT Duta Palma Group. Pemilik PT Duta Palma
Group Surya Darmadi ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi
penyerobotan lahan bersama mantan Bupati Indragiri Hulu (Inhu) periode
1998-2008. Surya Darmadi diduga melakukan korupsi dalam penyerobotan
lahan seluas 37.095 hektar di wilayah Riau melalui PT Duta Palma Group.
2. Kasus PT TPPI Kasus korupsi yang menyeret PT Trans-Pacific
Petrochemical Indotama (TPP) menempati peringkat kedua dengan kerugian
negara mencapai Rp 2,7 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 37,8
triliun. Dalam kasus ini, mantan Kepala BP Migas,
Raden Priyono dan mantan Deputi Finansial Ekonomi dan
Pemasaran BP Migas, Djoko Harsono telah divonis 12 tahun penjara.
Sayangnya, mantan Presiden Direktur PT TPPI, Honggo Wendratno yang
divonis 16 tahun penjara kini masih berstatus buron.

mengapaharusmembahas
pemberantasan budaya korupsi
Di Indonesia perilaku korupsi juga sudah ada dan mengalami pasang surut sejak masa kerajaan-kerajaan di
Nusantara. Korupsi berlanjut terus pada masa Kolonial Belanda, Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi.
Bahkan Begawan Ekonom Indonesia, Prof. Sumitro Joyohadikusumo, pada awal tahun 1980-an, menengarai 30
persen dana APBN dikorupsi.
Budaya Korupsi atau Korupsi yang Membudaya
Melihat sejarah panjang korupsi di atas, dan “massif”-nya perilaku korupsi yang terus berkembang sampai
dikategorikan sebagai extraordinary crime, terbersit dalam pikiran kita, apakah korupsi merupakan budaya turun-
temurun sejak dulu?
Budaya (bahasa Sansekerta yaitu Buddhaya kata jamak dari kata Buddhi ) artinya adalah segala hal yang
berhubungan dengan budi dan akal manusia. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan
perilaku positif yang berasal dari akal budi manusia. Jika parameternya adalah akal budi, maka perilaku yang
dihasilkan oleh budaya, mempunyai unsur kebaikan dan memberikan manfaat untuk masyarakat.

Pandangan agama terhadap korupsi


Bagaiamana Alkitab menceritakan tentang korupsi? Dari Kitab Kejadian sampai Wahyu kata ‘korupsi’ hampir
tidak ditemukan. Akan tetapi, untuk menunjuk substansi tindakan
‘korupsi’, Alkitab menggunakan terminologi ‘mencuri’. Dalam ‘dekalog’ atau ‘sepuluh firman’ mencuri itu
termasuk salah satu dosa atau kejahatan yang digarisbawahi oleh Allah sendiri.
Mencuri berarti mengambil barang yang bukan miliknya. Tidak dikatakan secara eksplisit dalam Alkitab tentang
mencuri barang milik bersama. Ada sejumlah kisah dalam Alkitab yang menceritakan korupsi yang berarti
mencuri barang milik bersama sesuai dengan termilogi sekarang. Seperti yang tertulis pada
alkitab:
Padamuorang menerimasuapuntukmencurahkandarah, engkaumemungutbungauang atau
mengambilribadan merugikansesamamudenganpemerasan, tetapiAku kaulupakan,
demikianlahfirmanTuhanALLAH&. Aku akanmenyerakkanengkaudi antarabangsa-bangsa dan
menghamburkanengkaukesemuanegeri dan Aku akanmengikiskenajisanmudari padamu.
Yehezkiel22:12,15

Bagaimana memberantas
budaya korupsi
Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah dilakukan melalui berbagai cara, namun hingga saat ini
masih saja terjadi korupsi dengan berbagai cara yang dilakukan oleh berbagai lembaga. Terdapat beberapa
bahaya sebagai akibat korupsi, yaitu bahaya terhadap:
masyarakat dan individu, generasi muda, politik, ekonomi bangsa dan birokrasi. Terdapat
hambatan dalam melakukan pemberantasan korupsi, antara lain berupa hambatan: struktural, kultural,
instrumental, dan manajemen. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah
untuk mengatasinya, antara lain: mendesain dan menata ulang pelayanan publik, memperkuat
transparansi, pengawasan dan sanksi, meningkatkan pemberdayaan perangkat pendukung dalam
pencegahan korupsi. Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 korupsi
diklasifikasikan ke dalam: merugikan keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam
jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan dalam pengadaan, gratifikasi. Dalam rangka pemberantasan
korupsi perlu dilakukan penegakan secara terintegrasi, adanya kerja sama internasional dan regulasi yang
harmonis.
Karena itulah sebagai generasi muda kita harus mencegah dan memberantas korupsi dengan kejujuran

Sas agama
Oktavianus Tata
12 multimedia B

Anda mungkin juga menyukai