Anda di halaman 1dari 6

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


Kampus UPR Jl. Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah 73111
Telp.085390498103Email :semafkupr19@gmail.com

Esai

Tema “Membangun karakter mahasiswa kedokteran dengan jiwa kepemimpinan yang Kritis, Berempati,
Bertanggung Jawab dan Luar Biasa guna mendukung Indonesia Emas for the better future”

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu pemegang peran dalam


mengembangkan karakter dalam berkehidupan, karena dalam pendidikan
mencakup lebih dari kata ilmu dan mengajarkan hal-hal baik. Berdasarkan
aturan yang termuat dalam nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Pendidikan
adalah ilmu yang memiliki tujuan guna menciptakan suasana belajar dan
dalam pembelajaran sehingga pelajar yang terlibat di dalamnya dapat
mengembangkan kapasitas untuk kecerdasan, berpikir kritis, pengendalian
diri, kekuatan spiritual, budi pekerti yang baik dan keterampilan guna dapat
mewujudkan Indonesia Emas.

Indonesia yang saat ini pada era revolusi 4.0 yang mana perpaduan
dari kemajuan teknologi serta biologis. Di era revolusi 4.0 ini semakin
sedikit aktivitas pada tempat geografis. Hal itu disebabkan kegiatan yang
dilakukan kini telah bertransisi dari manual menjadi digital ( Sumartono &
Huda, 2020).

Hubungan dari dunia pendidikan dan juga era saat ini adalah dalam
proses pembelajaran pada dunia pendidikan ini di tuntut agar dapat
menyesuaikan pada perkembangan zaman yaitu kemajuan teknologi.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
dapat digunakan sebagai fasilitas dalam memperlancar pembelajaran. Pada
dunia pendidikan ini terdapat harapan yang sebagai penggerak
mengembangkan pendidikan karakter.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Kampus UPR Jl. Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah 73111
Telp.085390498103Email :semafkupr19@gmail.com

Namun, dalam penerapan pendidikan karakter masih minim pada


generasi era saat ini. Yang dilakukan remaja di zaman ini tidak jauh dengan
media sosial. Banyak penggunaan media sosial dengan tidak benar guna
mencari sensasi sehingga apa yang dilakukan adalah hal negatif. Aktivitas
seperti ini secara tidak langsung memicu kegiatan yang lebih parah dan
dilakukan oleh remaja dan dewasa lainnya.

PEMBAHASAN

Kepemimpinan dalam Pendidikan Kedokteran

Pada dunia pendidikan yang semakin kompleks dokter dituntut


menjadi sosok yang ideal sesuai konsep yang direncanakan oleh WHO yang
mana seorang dokter harus memiliki konsep the five stars doctor yang
terdiri dari kemampuan dokter untuk menjadi health care provider, decision
maker, community leader, manager dan Communicator. Kepemimpinan
pada seorang dokter menuntut kemampuan yang mempengaruhi klien dalam
komunikasi efektif sehingga bisa bekerja sama dalam program promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Oleh karena itu nantinya seorang dokter
tidak hanya berperan sebagai praktisi medis atau klinisi namun juga
berperan sebagai pemimpin dan manajer.

Teori dan Pendekatan Kepemimpinan

Agar dapat terwujud jiwa kepemimpinan diharuskan dapat mengetahui


konsep teori-teori kepemimpinan yang dapat dilihat dari berbagai literatur
yang menyatakan bahwa kepemimpinan itu dilahirkan, bukan dibuat. Teori
yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat perilaku organisasi.

Orientasi perilaku mencoba membuktikan bahwa pendekatan yang bersifat


social learning pada jiwa kepemimpinan titik pada teori ini menegaskan
adanya faktor penentu yang timbal balik pada jiwa kepemimpinan ini.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Kampus UPR Jl. Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah 73111
Telp.085390498103Email :semafkupr19@gmail.com

Selanjutnya Thoha. (1996:250-254) membuat teori dan pendekatan


kepemimpinan sebagai berikut :

1. Teori Sifat

Pada teori sifat, terdapat analisis ilmiah tentang kepemimpinan yang


memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri titik seorang
pemimpin berdasarkan teori sifat ini ditandai dengan adanya tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan bawahannya. Namun tingkat
kecerdasan jauh lebih tinggi dari bawahnya juga tidak efektif dikarenakan
bawahan menjadi tidak dapat memahami apa yang diinginkan pemimpin
atau tidak dapat memahami gagasan dan kebijaksanaan yang diatur oleh
pemimpin. Oleh karena itu idealnya seorang pemimpin memiliki kecerdasan
yang tidak terlalu tinggi dari bawahannya.

2. Teori Kelompok

"Dalam teori kelompok, untuk dapat mencapai tujuannya maka terdapat


pertukaran yang positif di antara pemimpin dan anggotanya, terutama pada
dimensi pemberian perhatian kepada para anggota, dapat dikatakan
memberikan dukungan yang positif terhadap perspektif teori kelompok".

3. Teori Situasional dan Model Kontijensi

Pada teori ini kepemimpinan model Fiedler mengemukakan ada dua hal
yang dijadikan target yaitu adanya identifikasi faktor-faktor yang sangat
penting dan kedua memperkirakan perilaku dan gaya kepemimpinan yang
paling efektif dalam situasi.

4. Teori Jalan Kecil – Tujuan (Path – Goal Theory)


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Kampus UPR Jl. Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah 73111
Telp.085390498103Email :semafkupr19@gmail.com

Pada teori ini mempergunakan kerangka teori motivasi. Hal itu dapat
mengembangkan kepemimpinan di satu pihak sangat dekat, berhubungan
dengan motivasi kerja dan pihak lain berkaitan dengan kekuasaan.

5. Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan

Pada teori ini memberikan suatu model yang dapat menjamin


kelangsungan, interaksi timbal balik antar pemimpin, dan lingkungan
maupun perilakunya sendiri titik pendekatan sosial learning pada pemimpin
dan juga anggota memiliki kesempatan yang dapat musyawarahkan
masalah yang timbul. Sehingga keduanya pimpinan dan anggota
mempunyai hubungan interaksi yang hidup dan memiliki kesadaran dalam
menemukan solusi dan menyempurnakan perilaku masing-masing dengan
memberikan penghargaan- penghargaan yang diinginkan.

Mengembangkan Rasa Empati pada Mahasiswa Kedokteran

Tantangan pada seorang profesi kedokteran yaitu perlunya penguatan


pada aspek perilaku profesional mawas diri dan juga pengembangan diri
serta komunikasi efektif sebagai dasar dari rumah bangun kompetensi
dokter Indonesia. Sesuai dengan hasil pertemuan konsil Kedokteran se-
Asean yang memberitahu bahwa karakteristik dokter yang ideal ialah
profesional, kompeten berarti kau serta memiliki kemampuan manajerial
dan kepemimpinan.

Sebagai seorang dokter diharuskan mampu memenuhi salah satu


kompetensi yaitu berkomunikasi dengan pasien dan juga keluarganya
komunikasi dapat tercapai dengan adanya pendekatan empati yang
menyeluruh baik secara verbal maupun nonverbal. Hubungan antara dokter
dan pasien dapat mendukung proses analisis, menegakkan diagnosis, lebih
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Kampus UPR Jl. Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah 73111
Telp.085390498103Email :semafkupr19@gmail.com

tepatnya memberikan efek terapeutik, dan juga dapat meningkatkan


kepatuhan pasien pada masa penyembuhan.

Saat melaksanakan tanggung jawabnya kepada seorang pasien, dokter


diharuskan memiliki sikap peduli, kasih sayang dan cinta, rasa melindungi
siap membantu memberi rasa nyaman serta empati pada pasien. Sehingga
pada sudut pandang pasien, kualitas pelayanan yang diberikan oleh seorang
dokter pada suatu empati dan tanggap akan kebutuhan pasien, pelayanan
yang sesuai berusaha memenuhi kebutuhan serta harapan mereka, dengan
memberikan cara yang ramah pada waktu mereka proses penyembuhan.

Yang diharapkan oleh seorang pasien pada saat menjalankan proses


penyembuhan adalah tanggapan dan kecepatan pada saat menangani pasien,
dengan memiliki fasilitas yang lengkap lingkungan yang bersih, empat
seseorang dokter, komunikasi yang baik antara pasien dan juga dokter,
sehingga pasien dapat menerima kenyataan yang sesuai diharapkan.

Empati diartikan sebagai suatu kemampuan yang bertujuan merasakan


atau membayangkan pengalaman emosional orang lain. Kemampuan dalam
berempati adalah bagian penting pada perkembangan sosial dan emosional,
mempengaruhi perilaku individu kepada orang lain dan juga kualitas
hubungan sosial.

Sikap empati sangat dibutuhkan oleh seorang dokter dikarenakan


dengan adanya sikap ini dokter mampu merasakan dan juga memikirkan
permasalahan yang ada pada pasien seperti yang dirasakan dan dipikirkan
oleh pasien.

PENUTUP

Dengan dibekalinya seorang mahasiswa kedokteran terhadap karakter


kepemimpinan, rasa empati yang tinggi akan sangat berpengaruh
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Kampus UPR Jl. Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah 73111
Telp.085390498103Email :semafkupr19@gmail.com

kedepannya. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk mengambil sudut


pandang orang lain untuk memahami sudut pandang orang lain tersebut,
memahami perasaan orang lain, memiliki perasaan simpati dan khawatir
terhadap orang lain dan merasakan cemas dan tidak tenang jika orang lain
mengalami kemalangan. Tingginya tingkat empati ini diharapkan dapat
menjadi bekal bagi mahasiswa untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, D. S. . (2021). MODEL VALUE CLARIFICATION


TECHNIQUE PADA PENDIDIKAN BIDAN DALAM
MEWUJUDKAN PENDIDIKAN INDONESIA EMAS 2045. Sapientia
Humana: Jurnal Sosial Humaniora, 1(01), 15–28.
HTTPS://DOI.ORG/10.26593/JSH.V1I01.4969 (Karya asli diterbitkan 14
Juni 2021)

JULAEHA, Siti. Problematika Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan


Karakter. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, [S.l.], v. 7, n. 2, hlm.
157- 182, nov. 2019. ISSN 2621-8275. Tersedia di: <https://www.riset-
iaid.net/index.php/jppi/article/view/367>. Tanggal diakses: 11 januari.
2023. doi: https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.367.

Rahayu, S. K. (2021). Penguatan Kesadaran Bela Negara Pada Remaja


Milenial Menuju Indonesia Emas. PEDAGOGIKA, 12(2), 134-151.
HTTPS://DOI.ORG/10.37411/PEDAGOGIKA.V12I2.711

Anda mungkin juga menyukai