Orientasi
Kanaya mendapati dirinya tertidur di dalam kelas. Seperti biasa, Ia akan menjadi anak
terakhir yang meninggalkan kelas karena tidak ada satu pun teman yang
membangunkannya.
Sebenarnya Kanaya tidak keberatan, tetapi jika setiap hari terus dikucilkan, Ia merasa
sedih dan tidak kuat.
Saat akan beranjak dari bangkunya, sebuah buku dan pena terjatuh dari
pangkuannya. Alisnya mengernyit.
Komplikasi
Sepanjang perjalanan pulang, Ia sudah tidak berpapasan dengan satu orang teman
pun. Bukan hal yang aneh, memang, karena matahari sudah hampir terbenam.
Kanaya mengutuk dirinya yang tidak kuat menahan kantuk menjelang jam pulang
karena Ia harus begadang membantu sang ayah membuat kerupuk.
Seandainya malam itu ayahnya pulang lebih awal, pasti Kanaya tidak perlu menahan
lapar.
Kanaya memutuskan membuka buku yang didapatkannya dan iseng menulis “Ingin
makan ayam goreng”.
Beberapa menit kemudian, terdengar ketukan dari depan pintu rumah. Kanaya
bergegas membukanya.
Seorang pengantar makanan kebingungan mencari alamat, “Apakah ini rumah
Kanaya?” yang dijawab dengan anggukan Kanaya.
Akhirnya, Kanaya menerima makanan itu dan mulai memakannya, “Apa jangan-
jangan, karena aku menulis di buku itu lantas impianku menjadi nyata?”
Komplikasi
Kanaya mengambil bukunya. Ia membaca bahwa setiap halaman hanya bisa diisi
dengan satu permintaan.
Buku itu hanya terdiri dari 3 halaman, sehingga Kanaya berpikir keras untuk menulis
hal yang benar-benar Ia inginkan.
“Aku akan meminta agar nasib keluargaku berubah agar teman-teman tidak
mengucilkanku,” lalu Kanaya menulis ‘Aku ingin menjadi orang kaya’.
Tiba-tiba, terdengar ketukan lagi dari depan pintu rumahnya. Ternyata ayahnya
sudah pulang, “Kanaya, mulai hari ini ayah tidak akan berjualan kerupuk lagi,” ujar
sang ayah.
Kanaya terkejut karena bagaimana mungkin Ia bisa kaya jika ayahnya berhenti jualan,
“Ayah mendapatkan uang dari orang yang ayah selamatkan dari kebakaran rumah.
Semua hartanya selamat dan ayah dibagi sejumlah ini,” ujar ayah Kanaya sambil
menunjuk dua koper besar berisi uang.
Kanaya menangis sambil memeluk sang ayah. Akhirnya nasib mereka bisa berubah
dan Kanaya tidak dikucilkan teman-temannya lagi.
Malam itu juga, uang yang diterima ayah Kanaya langsung dibelanjakan berbagai
keperluan.
“Pasti kamu mencuri uang, ya! Mana mungkin kamu dan ayahmu mampu membeli
sepatu dan tas mahal itu?” tuduh Nino.
Kanaya mulanya hanya diam, tetapi lama-kelamaan kesal karena Nino turut
menghasut teman-teman yang lain.
Semakin Kanaya membela diri, semakin teman-temannya tidak percaya dan semakin
menuduhnya.
“Hentikan tuduhan kalian! Atau aku akan membuat kalian semua hilang!” ancam
Kanaya yang segera disambut gelak tawa mereka.
Resolusi
“Menghilangkan kami? Sejak kapan kamu bisa sulap? Hahaha” ejek salah satu teman.
“Yang benar saja! Sudah mencuri, tidak mau mengaku, malah mau membuat kami
hilang. Sudahlah sebaiknya kamu pulang saja, Nay!” teman yang lain ikut menimpali.
Kanaya yang duduk di dekat pintu langsung lari, sedangkan teman-temannya yang
asik mengejek Kanaya tidak sempat melarikan diri. Dalam hitungan detik, bangunan
sekolah roboh tak bersisa.
Kanaya tersenyum menyeringai. Kini, tidak ada lagi orang yang akan menyakitinya. Ia
pun berbalik dan meninggalkan sekolah.
Penutup
Demikian informasi terkait cerita fantasi materi bahasa Indonesia kelas 7 SMP
beserta ciri-ciri dan elementnya lengkap yang perlu kamu ketahui.