Anak-anak yang Tuhan anugerahkan di dalam hidup kita
merupakan kepercayaan yang harus kita pertanggungjawabkan kepadaNya. Oleh karena itu, sebagai orang beriman, kita memerlukan pedoman firman Tuhan untuk membesarkan dan mendidik mereka agar menjadi anak-anak yang berkenan di hadapanNya. Pada zaman dahulu, anak-anak tumbuh dalam masyarakat yang dengan jelas menentukan apa yang benar dan apa yang salah, dan orang tua dipandang sebagai figur yang berkuasa atas hidup mereka. Namun sekarang, akibat perubahan zaman, anak-anak kita mudah memberontak dan melakukan tindakan tak bermoral, anti- keluarga, anti-orang tua, baik di sekolah dan di media. Hal ini tidak pernah terjadi pada zaman yang lalu. Pemberontakan dan ketidaktaatan yang saat ini terjadi, merupakan akibat dari hancurnya kekuasaan orang tua. Meskipun pengaruh luar banyak mendorong anak-anak untuk menghindari peraturan-peraturan yang ketat dan kebenaran yang alkitabiah, Tuhan tetap menaruh tanggung jawab kepada orang tua untuk mengajar dan mendisiplinkan mereka. Mengajar dan Mendisiplinkan Pada masa Perjanjian Lama, Musa mengingatkan bangsa Israel akan tanggung jawab mereka kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka. “Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu” (Ulangan 4:9). Anak-anak dapat memilih dengan tepat berdasarkan pelajaran yang diajarkan. Pada saat mengajar mereka, kita tidak saja memberikan daftar peraturan yang harus ditaati, namun juga perlu menggunakan tindakan nyata untuk melatih mereka sesuai dengan standar Allah. Dengan hidup benar, orang tua memberikan pemahaman kepada anak-anak, bagaimana peraturan yang Allah berikan telah membangun seluruh hidup kita. Dengan demikian, pada saat anak-anak dewasa nanti, mereka sudah membangun kebiasaan untuk melakukan hal-hal yang benar dan melayani Tuhan melalui keputusan yang mereka ambil sendiri. Bila anak-anak kita belajar dari kesalahan mereka dan menerima koreksi yang benar, itu berarti bahwa kita telah mendidik mereka dengan benar. Namun jelas tidak ada jalan pintas di dalam mengajar anak-anak. Ajaran orang tua merupakan perjalanan yang sulit, yang dimulai sejak anak-anak lahir dan terus berlangsung selama bertahun-tahun. Anak-anak mungkin sering mengambil keputusan yang salah atau bahkan menolak ajaran kita. Inilah masa-masa di mana disiplin benar-benar diperlukan. Meskipun teori tentang disiplin yang benar sering berubah-ubah, namun Alkitab tegas mengatakan bahwa anak-anak yang tidak patuh harus menerima koreksi (pembenaran), dan hal ini harus dilakukan dengan tongkat dan teguran. “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan memermalukan ibunya” (Amsal 29:15). Sering kali orang tua bosan dalam mendisiplin anak-anak. Kadang-kadang ada hari-hari tertentu yang penuh omelan dan kemarahan, sehingga orang tua bertanya-tanya apakah mereka sudah menghancurkan hubungan kasih dengan anak-anak mereka, bahkan mereka mungkin tergoda untuk menyerah. Allah memilih dan memercayakan anak-anak kepada orang tua untuk dirawat dengan sungguh-sungguh. “Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan…” (Kejadian 18:19). Dia ingin Anda tahu bahwa koreksi yang tegas akan melatih anak-anak Anda untuk mematuhiNya. Koreksi yang konsisten dan penuh kasih akan membantu anak-anak Anda untuk belajar kebenaran yang alkitabiah, seperti disiplin diri. Abraham membesarkan anak-anaknya dengan takut akan Tuhan, karena itu Tuhan memberkatinya. Dengan menerapkan standar Allah, kita juga dapat menerima berkat Allah sebagai orang tua. Hubungan Antara Anak dan Orang Tua Di dalam Alkitab, anak-anak dipandang sebagai karunia Allah yang bisa membawa kebahagiaan dan kesedihan. Anak-anak harus dikasihi, dihargai dan dihormati seperti orang dewasa. Mereka penting dalam kerajaan Allah dan mereka tidak untuk dimusnahkan. Anak-anak juga diberi tanggung jawab: menghargai dan menghormati orang tua, peduli terhadap mereka, mendengarkan mereka, dan patuh kepada mereka. Anak-anak yang sudah dewasa dan meninggalkan orang tua mereka untuk membangun keluarga baru juga tidak pernah terbebas dari tanggung jawab untuk menghormati orang tua mereka. Sebaliknya orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberi teladan perilaku orang Kristen dewasa, mengasihi anak-anak mereka, peduli terhadap kebutuhan mereka, mengajar anak-anak dan mendisiplinkan mereka dengan sungguh-sungguh. Menjadi orang tua Kristen meliputi hal-hal berikut ini: 1.Mendengarkan 2.Mematuhi 3.Mengasihi Mengajar Ada empat cara dalam mengajar: 1. Dengan rajin. 2. Dengan berulang-ulang. 3. Secara alami.( Tidak bertele-tele) 4. Secara pribadi
Bagaimana memberi teladan yang baik?
Supaya anak-anak menjadi dapat dipercaya, Anda perlu percaya kepada diri Anda sendiri Supaya anak-anak menjadi rendah hati, Anda perlu menunjukkan kerendahan hati dengan mengakui kesalahan Anda, meminta maaf, dan meminta bantuan. Supaya anak-anak mendengarkan Anda, luangkan waktu untuk mendengarkan pandangan dan perhatian mereka dan bukan melulu menceritakan pandangan Anda sendiri. (Dalam hal ini, yang diperlukan adalah kemauan untuk mendengarkan saja, tidak harus menyetujuinya). Bagaimana mengajarkan nilai-nilai yang baik? 1. Beri penghargaan kepada anak pada saat mereka melakukan suatu tindakan moral yang baik. 2. Berikan julukan terselubung yang positif kepada anak Anda dengan tujuan memberikan rasa nyaman dan bangga dalam diri anak sehingga anak terdorong untuk melakukan tindakan positif. 3. Membangun sikap peduli. 4. Menawarkan dan menerima bantuan. 5. Belajar dari orang lain. 6. Bermain peran. 7. Memuji dan memarahi. 8. Meminta, bukan mengatakan. 9. Menjelaskan alasan. Menanamkan nilai-nilai khusus. 1. Kasih Menjadi mandiri, melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri. Didengarkan, di mana pandangan dan perasaan mereka diperhatikan. Memiliki hak pribadi dan tempat pribadi. Boleh memilih dan bersama-sama dengan teman-teman mereka 2. Hormat 3. Peduli, perhatian, dan mau berbagi 4. Mengatakan yang sesungguhnya (jujur)