Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Tata Kalimat

Dosen Pengampu : Akhmad Humaidi, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Nama : Ifah (3061956072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANJARMASIN

APRIL

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur milik Allah SWT. Hanya karena izin-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Jangan lupa saya panjatkan salawat serta salam junjungan Nabi
Besar Muhammad saw. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang membayar-
Nya.Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa dan Sastra Banjar
yang berjudul ( Tata Kalimat Bahasa Banjar). Dalam makalah ini saya menguraikan mengenai kalimat
internal yang terdiri dari frase, klausa, dan kalimat.Dalam penyelesaian makalah ini, saya mendapatkan
bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika saya berterima
kasih kepada Bapak Akhmad Humaidi, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Bahasa dan Sastra Banjar .

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu saya mengharapkan adanya
saran dan kritik yang membangun demi perbaikan makalah mendatang. Harapan saya semoga makalah
ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Banjarmasin, 10 April 2022

penulis
Daftar Isi
BAB I...............................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................................5
TATA KALIMAT (SINTAKSIS)..............................................................................................................................................5
2.1 Klausa.........................................................................................................................................................................5
2.1.1 Klasifikasi Klausa................................................................................................................................................5
1. Klausa Bebas...........................................................................................................................................................5
2. Klausa Terikat...........................................................................................................................................................7
2.2 Kalimat...................................................................................................................................................................... 8
2.2.1 Unsur-unsur Kalimat...........................................................................................................................................8
1. Subjek.......................................................................................................................................................................8
2. Predikat.................................................................................................................................................................... 9
3. Objek.........................................................................................................................................................................9
4. Pelengkap...............................................................................................................................................................10
2.2.2 Jenis Kalimat.....................................................................................................................................................10
2.2.2.1 Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa..........................................................................................................10
2.2.2.2 Kalimat Berdasarkan Bentuknya................................................................................................................14
2.2.2.3 Kalimat Berdasarkan Sifatnya....................................................................................................................16
2.2.2.4 Kalimat Berdasarkan Pengisi Predikat........................................................................................................17
BAB III.......................................................................................................................................................................... 18
PENUTUP...................................................................................................................................................................... 18
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................................................................18
3.2 Saran......................................................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTKA.......................................................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan manusia


di dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan.
Kedua bentuk komunikasi ini tentunya membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai
untuk menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi dalam
berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa khususnya keterampilan dalam
penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk berkomunikasi. Penyusunan kalimat, akan berawal
dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan
membentuk sebuah frasa, klausa bahasa banjar, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah
kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga pentinglah pemahaman mengenai sintaksis bahasa
banjar agar komunikasi menjadi efektif dan efisien. Bagi guru sekolah dasar, memiliki keterampilan
berbahasa merupakan suatu modal untuk mengembangkan kompetensi siswa-siwanya dalam
berkomunikasi. Untuk itulah dalam makalah ini saya membahas mengenai sintaksis beserta
struktur internal kalimatnya yang berupa frasa, klausa, dan kalimat dalam bahasa banjar itu sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

TATA KALIMAT (SINTAKSIS)

2.1 Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas predikat (P) baik disertai subjek (S), objek
(O), dan keterangan (ket) atau tidak (Ramlan, 2001: 79).
Keraf (1984:137) mengemukakan bahwa klausa adalah satuan konstruksi yang di dalamnya
terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional yang dalam tata bahasa lama dikenal
dengan istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan.

2.1.1 Klasifikasi Klausa


Berdasarkan distribusi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas klausa bebas dan klausa
terikat.

1. Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klausa yang berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna. Syarat untuk
menjadi kalimat sempurna yang harus terpenuhi adalah unsur subjek dan predikat. Hal ini dikarenakan
unsur-unsur tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna dan merupakan kelengkapan dari
suatu kalimat.
Perhatikan contoh berikut:
(1) Abah tulak 'ayah pergi'
(2) Duduk! 'duduk'

(3) Ulun ‘saya’

Pada kalimat (1) mempunyai unsur subjek dan predikat. Abah 'ayah' berfungsi sebagai unsur
subjek karena merupakan orang yang melakukan tindakan, sedangkan tulak 'pergi' berfungsi sebagai
unsur predikat karena merupakan tindakan dari pelaku. Berbeda dengan kalimat (2) Duduk dan (3)
Ulun 'saya'. Kalimat-kalimat tersebut hanya mempunyai satu unsur saja. Kalimat duduk! hanya
mempunyai satu unsur predikat, serta kalimat ulun 'saya' hanya mempunyai satu unsur subjek saja.
Kalimat apabila mempunyai satu unsur inti saja baik berupa subjek atau predikat, kalimat tersebut
dikatakan kalimat tidak sempurna.
Klausa bebas bila ditinjau berdasarkan jenis katanya yang berfungsi sebagai predikat dapat
dibedakan menjadi:
1. Klausa Verbal
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja.
Contoh:
(1) Siti manyanga iwak.
'Siti menggoreng ikan.'

(2) Amir guring di kamar.


'Amir tidur di kamar.'

(3) Acil tulak ka pasar.


'Bibi pergi ke pasar.'

Contoh-contoh kalimat di atas termasuk klausa verbal karena klausa tersebut predikatnya
terdiri atas kata kerja, yaitu manyanga 'menggoreng', guring 'tidur', tulak 'pergi'.

Klausa verbal bila ditinjau dari unsur internalnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
(a) Klausa Transitif
Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang
memerlukan objek.
Contoh:
(1 )Ading memasang baju. S P O 'Adik memakai baju.'

(2) Kaka manyipak bola.


S P O 'Kakak menendang bola.'

(3) Sidin mambaca buku. S P O


'Beliau membaca buku.'

(b) Klausa Intransitif


Klausa intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja intransitif, yaitu kata kerja
yang tidak memerlukan objek.
Contoh:
(1) U din balajar rajin banar.
S P K 'Udin belajar rajin sekali.'
(2) Adins bamainan sampai sore.
SP K
'Ading bermain sampai sore.

(3) Inya bukah pina laju banar.


SP K
'Dia lari tampak cepat sekali.'

© Klausa Nonverbal
Klausa nonverbal ialah klausa yang predikatnya terdiri dari kata selain kata kerja (kata
benda, sifat, dan sebagainya).
Contoh:
(1) Nininva guru mangaji kuran.
S P 'Neneknya guru mengaji Alqur'an.'
(2) Umanya himung banar.
S P 'Ibunya senang sekali.'
(3) Sapinya anam ikung.
S P 'Sapinya enam ekor.'
Pada contoh (1) termasuk kalimat yang predikatnya kata benda, yaitu guru mangaji Alquran
'guru mengaji Alqur'an', contoh (2) termasuk kalimat yang predikatnya kata sifat, yaitu himung banar
'senang sekali', dan contoh (3) predikatnya kata bilangan anam ikung 'enam ekor'.

2. Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak berdiri sendiri sebagai kalimat sempurnanya, hanya
mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna.
Klausa terikat apabila ditinjau berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi:
1. Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina.
Contoh: Bubuhan nang umpat pamainan nitu ditangkapi pulisi.
'Orang-orang yang ikut permainan itu ditangkap polisi.'
2. Klausa Adjektif

Klausa adjektif adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adjektif.

Contoh:

(1) Urang nangpina marista nitu si Aluh. 'Orang yang kelihatan sedih itu si Aluh.'

(2) Kakanak halus nitu adingnya Ati. 'Anak kecil itu adiknya Ati.'

3. Klausa Adverbial
Klausa adverbial adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adverbia.
Contoh:
Udin bulik ka Kandangan menjadi Udin bulik ka kampung halamannya.
'Udin pulang ke Kandangan' menjadi 'Udin pulang ke kampung halamannya.'

2.2 Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh. Pikiran
yang utuh itu dapat diwujudkan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam bentuk lisan ditandai dengan
alunan titi nada, keras lembutnya suara, dan sela jeda, serta diakhiri nada selesai. Dalam bentuk tulisan
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.

2.2.1 Unsur-unsur Kalimat


Di samping berunsur subjek dan predikat, kalimat dapat dibangun dari unsur yang lebih
kompleks. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Abah manzirimi duit pas awal bulan. 'Ayah mengirimi uang ketika
S P O Pel K S P O Pel
awal bulan.'
K
Berdasarkan contoh di atas, sebuah kalimat dapat tersusun dari unsur yang berupa subjek,
predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing unsur
tersebut.

1. Subjek
Subjek adalah unsur kalimat yang ada dalam sebuah kalimat. Subjek memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
1.Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.
2.Tidak didahului kata depan atau preposisi.
3.Dapat disertai kata ini atau itu.
4.Dapat merupa kata/kelompok kata benda atau kelas kata yang lain yang dapat memiliki salah satu
ciri subjek.

2. Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau menerangkan subjek. Keterangan itu
berhubungan dengan apa, berapa, mengapa, atau bagaimana subjek. Predikat memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
1. Berupa jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa atau berapa.
2. Dapat disertai kata pengikar tidak atau bukan.
3. Dapat disertai adverbia seperti ingin, mau, akan.
4. Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan.
5. Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kelompok kata sifat, atau kelompok kata benda,
kata atau kelompok kata bilangan.

3. Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau yang menderita akibat perbuatan
subjek. Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Terdapat dalam kalimat berpredikat verba transitif.


2. Langsung mengikuti predikat.
3. Tidak dapat didahului kata depan atau preposisi.
4. Menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.
5. Dapat berupa kata atau kelompok kata benda atau anak kalimat (ditandai dengan kata
penghubung bahwa).
6. Dapat diganti dengan bentuk -nya.

4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang menerangkan predikat, tetapi tidak dikenai perbuatan
subjek. Pelangkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Melengkapi makna kata kerja (predikat).
2. Terdapat dalam kalimat berpredikat kata keija dwitransitif.
3. Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek di dalam kalimat itu.
4. Tidak didahului kata depan.
5. Berupa kata/kelompok kata benda, kata/ kelompok kata sifat atau klausa.
6. Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.
7. Tidak dapat digantikan dengan -nya.
8. Cenderung tidak dapat dilesapkan.

5. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai hal
yang dinyatakan di dalam kalimat, keterangan kalimat bahasa Indonesia tidak wajib hadir. Selain
itu letaknya pun bebas. Keterangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, penyerta, alat.


2.Memiliki keleluasaan letak/tempat (dapat di awal, di akhir, atau menyisip di antara subjek dan
predikat).
3.Didahului kata depan seperti ke, di, dari, pada, dalam, dengan atau kata penghubung/konjungsi
jika berupa anak kalimat.
4.Tanpa kata depan jika berupa kata seperti kemarin, sekarang, tadi, nanti.
5.Dapat berupa kata, frase, atau klausa.

2.2.2 Jenis Kalimat


Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan jumlah klausa, bentuknya, sifatnya, serta
berdasarkan predikatnya.

2.2.2.1 Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa


Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu (1) kalimat tunggal
dan (2) kalimat majemuk (Djajasudarma dalam Putrayasa, 2007:26).

(1) Kalimat Tunggal


Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa terikat (Cook,
1971:38; Elson and Pickett, 1969:123). Alwi, et al, (2003:338) mengemukakan bahwa kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal ini berarti bahwa konstituen untuk tiap
unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam
kalimat tunggal terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Dalam kalimat tunggal tidak mustahil
terdapat unsur manasuka, seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Hal senada juga dikemukakan
Keraf (1991:194) kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh
diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak
membentuk pola yang baru.
Kridalaksana (2001:95) mengemukakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang terjadi dari
satu klausa bebas. Chaer (2003:243) mengatakan bahwa kalau klausanya hanya satu, kalimat
tersebut disebut kalimat tunggal. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa atau
satu konstituen SP. Unsur inti kalimat tunggal adalah subjek dan predikat (Rusyana dan Samsuri,
1976:29).
Dengan demikian, kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa atau
dua unsur inti subjek dan predikat dan dapat diperluas dengan satu atau lebih unsur tambahan tetapi
tidak membentuk pola baru.

a. Ciri-ciri Kalimat Tunggal


Ciri-ciri kalimat tunggal sebagai berikut:
1. Terdiri dari unsur inti subjek dan predikat.
2. Dapat diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan.
3. Hasil dari perluasan tersebut tidak boleh membentuk pola baru.
4. Boleh ditambah dengan objek dan keterangan.
Contoh penggunaan kalimat tunggal sebagai berikut:
 Urang itu kai kami. 'Orang itu kakek kami.'

 Abah manukar peci hanyar. 'Ayah membeli kopiah baru.'

 Bajauh! 'Pergi!'

(2) Kalimat Majemuk


Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang bagian-
bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola yang baru di samping pola
yang sudah ada (Keraf, 1991:199). Chaer (2003:243) mengatakan kalau klausa di dalam sebuah
kalimat terdapat lebih dari satu, kalimat itu disebut kalimat majemuk. Atmojo, et al, (1991:119) juga
mengemukakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas (Kridalaksana,
2001:94; Tangan 1985:7). Verhaar (1999:275) juga mengatakan bahwa kalimat majemuk adalah
kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Purba, et al. (2002:149) mengatakan kalimat majemuk
adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai kesatuan. Dengan
demikian, sifat kalimat majemuk selalu berwujud dua klausa atau lebih dan akan terjadi hubungan
antarklausa yang ada pada kalimat itu.

a. Ciri-ciri Kalimat Majemuk


Ciri-ciri kalimat majemuk sebagai berikut:
1. Hasil penggabungan atau perluasan dari kalimat tunggal.
2. Mempunyai unsur inti yang ganda, baik subjek, predikat, maupun objek.
3. Menggunakan kata tugas.
4. Mempunyai induk kalimat dan anak kalimat.
b. Jenis-jenis Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu: (1) kalimat majemuk
setara, (2) kalimat majemuk rapatan, dan (3) kalimat majemuk bertingkat (Putrayasa, 2007:55).
1. Kalimat Majemuk Setara
Alwi, et al. (2001:24) mengemukakan bahwa kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk
yang unsur-unsurnya sederajat atau setara. Artinya, unsur yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah
daripada unsur yang lainnya. Masing-masing unsur yang membentuk kalimat majemuk itu dapat
berdiri sendiri. Keraf (1991:200) mengemukakan hal yang sama bahwa kalimat majemuk setara adalah
kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat, tidak ada pola
kalimat yang menduduki suatu fungsi yang lebih tinggi dari pola yang ada.
Purba, et al. (2002:149) juga mengemukakan hal yang senada bahwa dalam kalimat majemuk
setara, hubungan antara klausa yang satu atau dengan klausa yang lain dalam satu kalimat menyatakan
hubungan koordinatif/sederajat/setara. Kridalaksana (2001:94) mengatakan bahwa kalimat majemuk
setara adalah kalimat yang terdiri dari klausa-klausa bebas.
Putrayasa (2007:55) mendefinisikan bahwa kalimat majemuk setara adalah gabungan dari
beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dengan kata lain, unsur-
unsur kalimat tunggal yang digabungkan mempunyai kedudukan yang setara. Jadi, kalimat majemuk
setara diberi nama sesuai dengan jenis hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat yang
digabungkan.
Selanjurnya, Putrayasa (2007:55) mengatakan bahwa secara garis besar, kalimat majemuk
setara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kalimat majemuk
setara sejalan, (2) kalimat majemuk berlawanan, dan (3) kalimat majemuk penunjukkan. Kalimat
majemuk setara sejalan adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu tidak berlawanan atau
pengertiannya sejalan. Kemudian yang dimaksud dengan kalimat majemuk setara berlawanan adalah
kalimat-kalimat yang digabungkan itu mengandung makna pertentangan. Selanjutnya, kalimat
majemuk setara penunjukkan adalah bagian kalimat satu menunjuk kembali pada bagian lain.

Contoh:

 Inya makan dan minum di rumah unda. 'Dia makan dan minum di rumah saya.'
 Ikam umpat aku atawa umpat inya bulik? 'Kamu ikut saya atau ikut dia pulang?'
 Ading sudah rajin balajar, tapi nilai ulangannya masih haja randah.
2. Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang terjadi dari penggabungan beberapa
kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau dituliskan sekali saja (Putrayasa, 2007:57).
Kemudian Putrayasa (2007:57) membagi kalimat majemuk rapatan menjadi: (1) kalimat majemuk
rapatan sama subjek, (2) kalimat majemuk rapatan sama predikat, (3) kalimat majemuk rapatan sama
objek, dan (4) kalimat majemuk rapatan sama keterangan. Pemberian nama ini sesuai dengan unsur
kalimat yang dirapatkan. Contoh:
Contoh:

Maling itu dihajar, disepak-sepak, habis itu disimbur lawan banyu.


S P1 P2 P3
'Pencuri itu dipukul, ditendang-tendang, setelah itu disiram dengan air.'
Kalimat Majemuk Rapatan Sama Predikat Contoh:
Rumahnya, pahumaannya, dan kabunnya dijual.
SI S2 S3 P
'Rumahnya, sawahnya, dan kebunnya dijual.'
Kalimat Majemuk Rapatan Sama Objek Contoh:
Abah manulis dan uma mangirimakan surat ini.
SI P1 S2 P2 O
'Ayah menulis dan ibu mengirimkan surat ini.'
Kalimat Majemuk Rapatan Sama Keterangan Contoh:
Ading manyapu halaman dan kaka mamasak di sumur.
SI P1 01 S2 P2 K
'Adik menyapu halaman dan kakak memasak di sumur.'

3. Kalimat Majemuk Bertingkat


Admojo, et al. (1991:124) mengemukakan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat
majemuk yang klausa-klausanya tidak mempunyai kedudukan yang sama. Hubungan klausa yang satu
dengan klausa lainnya disebut hubungan subordinatif. Ketidaksetaraan kedudukan klausa dalam
kalimat ini akan menimbulkan adanya klausa utama dan klausa sematan. Klausa utama adalah klausa
yang menjadi induk kalimat, sedangkan klausa sematan klausa yang menjadi bagian klausa utama.
Contoh: Abahnya rancak bamamai lantaran anaknya kada mau balajar. 'Ayahnya sering mengomel
sebab anaknya tidak mau belajar.'

2.2.2.2 Kalimat Berdasarkan Bentuknya


Berdasarkan bentuknya, kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.
1. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang berisi pemberitaan atau pernyataan. Kalimat berita disebut
juga kalimat deklaratif (Alwi, et al, 2001:9). Kridalaksana (2001:92) mengatakan kalimat berita atau
deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif dan pada umumnya mengandung
makna 'menyatakan atau memberitahukan sesuatu'; dalam ragam tulis biasanya diberi tanda titik (.)
atau tak diberi apa-apa pada bagian akhirnya.
Chaer (1998:349) mendefinisikan bahwa kalimat berita adalah kalimat yang isinya menyatakan
berita atau pernyataan untuk diketahui oleh orang lain (pendengar atau pembaca). Kalimat berita
dibentuk dari sebuah klausa, dua buah klausa, tiga buah klausa, atau juga lebih; atau dalam wujud
kalimat sederhana, kalimat luas rapatan, kalimat luas setara, kalimat luas bertingkat,
Inya sudah bapadah lawan unda kalau inya kada masuk sakolah.
'Dia sudah mengatakan kepada saya bahwa dia tidak masuk sekolah.'

Biar hujan unda tetap datang ka rumah ikam.


'Meskipun hujan saya tetap datang ke rumah kamu.'
2. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang biasanya digunakan untuk meminta informasi tentang
sesuatu dari lawan bicara. Kalimat tanya disebut juga kalimat interogatif (Alwi, et al, 2001:9).
Kridalaksana (2001:93) juga mengemukakan kalimat tanya atau interogatif adalah kalimat yang
mengandung intonasi interogatif dan pada umumnya mengandung makna pertanyaan; dalam ragam
tulis biasanya ditandai oleh (?).
Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi atau jawaban berupa
pengakuan, keterangan, alasan, atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 1998:350).
Selanjutnya, Ramlan (1996:33)
kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola
intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita.
Contoh:
(1) Sapa ngaran ikam ?
'Siapa nama kamu?'

(2) Buku ini sudah pian baca?


'Buku ini sudah tuan baca?'

(3) Ikamkah nang maambil iwakku?


'Kamukah yang mengambil ikanku?'

3. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung perintah atau permintaan (permohonan)
kepada lawan bicara agar lawan bicara melaksanakan atau mengeijakan apa yang diinginkan oleh
pembicara. Kalimat perintah disebut juga kalimat imperatif (Alwi, et al, 2001:9).
Kridalaksana (2001:94) juga mengemukakan bahwa kalimat perintah atau kalimat imperatif
adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif dan pada umumnya mengandung makna perintah
atau larangan; dalam ragam tulis ditandai oleh (.) atau (!). Kemudian, Cook (1971:38) mengatakan
bahwa kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa
tindakan. Contoh
 Tutupakan lawang!
'Tutup pintu!'
 Ayu kita tulakan!
'Ayo kita berangkat!'
 Kawakah ikam nang maantar bubur ini ka rumah nini!
'Bisakah kamu yang mengantar bubur ini ke rumah nenek?'

2.2.2.3 Kalimat Berdasarkan Sifatnya


Berdasarkan sifatnya kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif. Berikut
uraiannya.
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperanan sebagai pelaku atau aktor (Cook,
1971:49). Jadi dalam kalimat aktif, subjeknya melakukan tindakan secara aktif dan biasanya ditandai
dengan kata kerja.
Jenis-jenis kalimat aktif dapat dibedakan menjadi kalimat aktif transitif dan aktif intransitif.
Berikut penjelasannya.

a. Kalimat Aktif Transitif


Kalimat aktif transitif merupakan kalimat aktif yang memerlukan objek.
Contoh:
(1) Uma mamasak nasi. 'Ibu memasak nasi.'
(2) Ading balajar mambaca. 'Adik belajar membaca.'
(3) Sidin manyamir sapatu. 'Beliau menyemir sepatu.'
b. Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif merupakan kalimat aktif yang tidak memerlukan
objek. Contoh:
(4) Inya manari-nari sorangan. 'Dia menari-nari sendirian.'
(5) Sidin bahinakpina ngalih banar. 'Beliau bernapas tampak susah sekali.'
(6) Kakanakan itu babukahan haja.

2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperanan sebagai penderita. Jadi dalam kalimat
pasif, subjeknya melakukan tindakan secara pasif. Contoh:
(1) Wadai ini habis dimakan kaka. 'Kue ini habis dimakan kakak.'
(2) Kucing disepak ading. 'Kucing ditendang adik.'
(3) Bubuhannya kahausan. 'Mereka kehausan.'

2.2.2.4 Kalimat Berdasarkan Pengisi Predikat


Kalimat berdasarkan pengisi predikat maksudnya konstituen apa saja yang mengisi predikat
kalimat sehingga kalimat dapat dibedakan menjadi (1) kalimat verbal dan (2) kalimat ekusional.
Berikut penjelasannya.
1. Kalimat Verbal
(verba) atau frase verba. Contoh:
(1) Sidin maunjun. 'Beliau memancing.'
(2) Abah guring di kamar. 'Ayah tidur di kamar.'
(3) Uma manggangan asam. 'Ibu menyayur asem.'

2. Kalimat Ekusional
Kalimat ekusional adalah kalimat yang memiliki predikat bukan kata kerja (verba). Predikat
dalam kalimat ekusional dapat berupa kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva), atau kata bilangan
(numeralia). Contoh:
(1) Abah unda pulisi. 'Ayah saya polisi.'
(2) Anak sidin bungas banar. 'Anak beliau cantik sekali.'
(3) Rumah sidin 3 buah. 'Rumah beliau 3 buah.'
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur kalimat internal. Sehingga yang
menjadi wilayah kajian sintaksis adalah struktur internal kalimat yang berupa frasa, klausa, dan
kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim disebut juga
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Klausa adalah sebuah
konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif. Klausa
menjadi kalimat, hanya saja yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan
bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri dengan intonasi
final. Sedangkan kalimat itu sendiri adalah satuan bahasa yang merupakan kesatuan pikiran.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya


mahasiswa yang mengambil jurusan PGSD Kelas jenjang S1 untuk dapat meningkatkan
pemahamannya mengenai sintaksis (tata kalimat Bahasa Banjar) guna mewujudkan pelaksanaan proses
pembelajaran yang baik khususnya pembelajaran di Sekolah Dasar. Saya pun menyadari makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saya menyarankan kepada para pembaca untuk
terus menggali sumber-sumber yang mendukung pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan
datang.
DAFTAR PUSTKA

- https://dokumen.tips/documents/sintaksis-bahasa-banjar-558c823022926.html

Anda mungkin juga menyukai