Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

‘’KELELAHAN DALAM PENERBANGAN’’

DISUSUN OLEH :

Ema Husaimah (22002012)

Erwin Herdiansyah (22002013)

Fajri Anugrah (22002014)

Fanther Ristu Irvandi ( 22002015)

Fitriani L (22002016)

George Septian Pau (22002017)

Hendry Tangkeallo (22002019)

PRODI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang berkat karunianya lah

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul ‘’KELELAHAN

DALAM PENERBANGAN’’ diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi

pembaca serta bagi penulis itu sendiri.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi

pengetahuan kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat wakttu.

Penulis menyadari bahwa terdapat keterbatasan yang dimiliki dalam penyusunan

makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun. semoga laporan ini

bermanfaat dan dapat memberikan hal positif bagi penulis dan pembaca.

Makassar, 7 Desember 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................... 1

KATAPENGANTAR .............................................................................................. 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

a. Latar belakang ........................................................................................ 4


b. Rumusan masalah .................................................................................. 5
c. Tujuan..................................................................................................... 5
d. Manfaat .................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

a. Pengertian kelelahan ............................................................................. 6


b. Jenis jenis kelelahan ............................................................................... 6
c. Penyebab kelelahan ............................................................................... 7
d. Dampak kelelahan .................................................................................. 12
e. Pencegahan kelelahan ........................................................................... 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 15

a. Kesimpulan ............................................................................................ 15
b. Saran ..................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi kesehatan dan performa pilot menjadi isu penting dalam


keselamatan penerbangan, karena bagaimanapun pilot adalah ujung tombak
keselamatan dalam dunia penerbangan. Salah satu isu yang terus berkembang
dalam penyelidikan kesehatan pilot adalah isu keletihan atau kelelahan (fatigue)
pilot. Kelelahan merupakan penyumbang terbesar yang mempengaruhi
performa pilot, khususnya dalam penyelenggaraan maskapai komersial.
Banyak penelitian memfokuskan pada pengoperasian rute-rute menengah
dimana tugas serta perjalanan melibatkan wilayah penerbangan yang panjang
dan waktu perjalanan yang melewati batas waktu. Penelitian Eriksen CA (2006)
menyatakan bahwa pola kerja para pilot sering memiliki faktor yang terhubung
dengan meningkatnya kelelahan pilot yang dilaporkan. Pilot yang bertugas
dengan penerbangan jarak pendek sering dilaporkan mengalami pola kerja
yang kurang teratur karena permulaan kerja yang awal dan selesai kerja yang
lebih lama dari jadwal yang ditentukan, dimana hal ini dapat mengganggu
rutinitas tidur normal dan meningkatnya penyebab kelelahan. Berbeda dengan
pilot yang menerbangkan pesawat jarak jauh, pola kerja pilot yang
menerbangkan jarak pendek melibatkan beberapa lepas landas dan
pendaratan yang menuntut beban kerja sehari penuh. Lebih dari itu,
penerbangan dengan jarak pendek hanya dikemudikan oleh dua pilot yang
tidak memberi kesempatan beristirahat selama penerbangan bila dibandingkan
dengan penerbangan jarak jauh yang diawaki oleh tiga pilot. Penelitian tentang
pilot masih sedikit di Indonesia padahal tugas pilot adalah sentral dalam
keselamatan penerbangan. Untuk mengetahui sejauhmana dampak pilot
dengan jadwal penerbangan jarak pendek atau jadwal penerbangan dengan
pilihan pulang pergi (return flight) di Indonesia, maka perlu dilakukan pengkajian
mengenai tingkat kelelahan pilot di maskapai komersial di Indonesia yang
berfokus pada penerbangan jarak pendek dan melakukan penerbangan pulang
pergi (return flight). Upaya mewujudkan keselamatan dalam dunia penerbangan

4
merupakan tanggung jawab semua pihak. Sudah selayaknya penelitian ini
memfokuskan pada upaya-upaya untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan
penerbangan khususnya oleh faktor yang disebabkan oleh manusia (human
factors). Tugas pilot tidaklah mudah, karena faktor keselamatan akan selalu
berada pada tanggung jawabnya ketika mengemudikan pesawat mulai dari
lepas landas sampai mendarat di tempat tujuan. Oleh karena itu dibutuhkan
kesehatan dan performa pilot yang prima ketika melaksanakan tugas tersebut.
Kelelahan merupakan penyumbang terbesar bagi terjadinya human factor,
meski penelitian belum banyak mengungkap prosentase kelelahan sebagai
faktor yang dominan dalam kecelakaan yang telah terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kelelahan dalam penerbangan
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk mengetahuai apa saja kelelahan
dalam penerbangan
2. Tujuan Khusus
Agar penyusun dapat mengetahui kelelahan yang terdapat dalam
penerbangan
D. Manfaat Makalah
Agar pembaca dapat mengetahui kelelahan-kelelahan apa saja yang
terdapat dalam penerbangan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kelelahan
Para ahli banyak berpendapat mengenai kelelahan (fatigue). Fatigue
sendiri berasal dari definisi kata “fatigare” yang artinya adalah hilang lenyap
(waste-time). Secara umum dapat dikatakan bahwa kelelahan (fatigue)
adalah perubahan dari keadaan yang lebih kuat ke keadaan yang lebih
lemah. Kelelahan ini sendiri merupakan kondisi yang ditandai dengan
perasaan lelah dan menurunkan kesiagaan serta berpengaruh kepada
produktifitas kerja. Banyak definisi kelelahan yang berkembang dikarenakan
oleh konsep kelelahan yang bersifat majemuk sehingga banyak definisi
kelelahan diwarnai oleh sudut pandang masing-masing.
B. Kelelahan dalam Penerbangan
1. Jenis-jenis Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu berdasarkan:
a. Proses
- Kelelahan otot ialah menurunnya kinerja sesudah mengalami
stress tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan
kelambanan gerak.
- Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu
perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan
kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas, antara lain :
a. Kelelahan visual, yaitu ketegangan yang terjadi pada organ
visual (mata).
b. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
pekerjaan mental atau intelektual (proses berpikir).
c. Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem
psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan
keterampilan.

6
d. Kelelahan monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton, atau lingkungan
kerja yang sangat menjemukan.
e. Kelelahan kronis, yaitu yaitu kelelahan yang disebabkan
olehakumulasi efek jangka panjang.
f. Kelelahan sirkandian, yaitu bagian dari ritme siang-malam
dan memulai periode tidur yang baru. Pengaruh-pengaruh
tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan
menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan
seseorang berhenti bekerja (beraktifitas).
C. Penyebab kelelahan dalam penerbangan sebagai berikut :
- Jam kerja
Adapun pengaturan jam kerja personel, khususnya awak pesawat
diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan KM 43 tahun 2009
tentang perubahan persyaratan sertifikasi dan operasi perusahaan
angkutan udara yang melakukan penerbangan tanggal 8 Mei 2009
dengan lampiran CASR 121 (Amandemen 6) Subpart P yang diatur
dengan pengertian sebagai berikur:
1) Flight Time atau Jam Terbang adalah kurun waktu pesawat mulai
bergerak dengan kekuatan mesin sendiri sampai dengan berhenti
dan seluruh mesin dimatikan dalam suatu misi penerbangan.
Contoh: Jam Terbang penerbangan Jakarta ke Surabaya adalah 1
jam 20 menit. Jika dalam sehari awak pesawat dijadual dinas
Jakarta – Surabaya pp 2 kali maka jumlah akumulasi Jam Terbang
adalah 5 jam 20 menit

2) Duty Period atau Flight Duty Time atau Jam Kerja adalah kurun
waktu awak pesawat melapor untuk dinas terbang sampai dengan
pesawat berhenti dan semua mesin dimatikan. Pada maskapai
Garuda Indonesia, ketentuan waktu melapor untuk tugas terbang
adalah 1 jam 30 menit, khusus di Bandara Soekarno-Hatta dan 1
jam untuk semua bandara lain. Contoh; jika awak pesawat dijadual

7
dinas terbang Jakarta – Surabaya 2 kali PP maka jumlah akumulasi
Jam Kerja adalah 5 jam 20 menit (Jam Terbang) ditambah 1 jam 30
menit (waktu melapor) ditambah 3 kali 40 (waktu transit di
Surabaya, Jakarta dan Surabaya) sehingga secara akumulasi Jam
Kerja adalah 8 jam 50 menit. Misalnya pesawat mengalami
keterlambatan atas berbagai sebab maka jumlah akumulasi Jam
Kerja tetap diperhitungkan sampai ketibaan terakhir pada jadual
dinas hari itu (ditambah dengan sebanyak waktu tunggu
keterlambatan)

3) Rest Period atau Kurun Istirahat atau Jam Istirahat adalah kurun
waktu istirahat total antara jadual saat ini dengan jadual berikutnya.
Khusus di Garuda Indonesia, ResPeriod diperhitungkan minimal 9
jam (sesuai batasan minimum CASR) ditambah waktu tempuh
kendaraan dari rumah/hotel ke bandara atau sebaliknya sehingga
minimum menjadi rata-rata 12 jam. Khusus untuk Bandara
Soekarno-Hatta, memperhitungkan kemacetan lalu-lintas maka
Rest Period minimum adalah 15 jam. Rest Period yang lebih dari 9
jam diatur tersendiri sesuai dengan jadual dinas. Pada beberapa
jadual dinas yang relatif panjang maka Rest Period dapat diberikan
dari 9 jam s/d 24 jam. Garuda Indonesia memberian Rest Period
selama 24 jam yang disebut Duty Free. Hal ini untuk mengakomodir
sebuah persyaratan CASR bahwa awak pesawat harus mengalami
istirahat total (minimal 24 jam) dalam kurun waktu 7 hari dinas. Duty
Free dapat diberikan atau terjadi di home base atau di out-station
(misalnya menginap di luar kota atau luar negeri sepanjang lebih
dari 24 jam). Rest Period tersebut adalah waktu istirahat minimum
sebagaimana diatur CASR untuk keperluan istirahat total (total rest)
sebelum dinas terbang kembali demi keselamatan dan keamanan
penerbangan. Adapun waktu istirahat untuk keperluan pribadi,
misalnya bersosialisasi, olah raga, hobi, liburan dan sebagainya
diatur tersendiri yang disebut sebagai Day Off. Day Off disebut

8
sebagai hari libur yang bukan karena alasan libur di home base
dimana pemberiannya minimal 8 hari Day Off dalam satu bulan
kalender. Day Off juga diberikan untuk penjadualan dinas menginap
(multidays duty) dengan pola perhitungan sekitar 2/5 kali jumlah
hari dinas dalam satu penjadualan (ada tabel khusus dari 2 hari s/d
8 hari Day Off). Mengingat bahwa penjadualan awak pesawat tidak
mengenal hari maka dalam sistim penjadualan yang dipergunakan
1 (satu) hari penjadualan dihitung sebagai 24 jam sedangkan Day
Off dihitung berdasarkan hari kalender (00:00 sd 23:59). Selain Day
Off, awak pesawat juga diberikan Annual Leave (Cuti) dengan
besaran dari 18 s/d 35 hari kalender (bukan hari kerja) setiap tahun
tergantung dan disesuaikan dengan lamanya masa kerja di
perusahaan. Secara umum semua personel yang berkualifikasi
dalam industri penerbangan diatur secara ketat sistim penjadualan
dinas dengan ketentuan dasar sebagai berikut: 1. Maksimum Flight
Time (Jam Terbang) adalah 9 jam dalam penjadualan 24 jam 2.
Maksimum Duty Period (Jam Kerja) adalah 14 jam dalam
penjadualan 24 jam 3. Minimum Rest Period (Jam Istirahat) adalah
9 jam sebelum jadual dinas berikutnya (menjadi 12 jam atau 15 jam
di Jakarta). Sesuai CASR 121, hanya pilot atau para penerbang
yang diatur batasan Jam Terbang (Flight Time), sementara profesi
lain termasuk Awak Kabin hanya diatur batasan Jam Kerja (Duty
Period) dan Jam Istirahat (Rest Period). Adapun Batasan
Maksimum Jam Terbang (Flight Time) untuk penjadualan
penerbang untuk jadual 2 pilot yaitu Pilot in Command dan Copilot
sbb:
a. 9 jam terbang dalam 24 jam penjadualan;
b. 30 jam terbang dalam 7 hari berturut-turut;
c. 110 jam terbang dalam satu bulan kalender;
d. 1050 jam terbang dalam satu tahun kalender.

9
Batasan Penjadualan 3 pilot yaitu Pilot in Command dan Copilot ditambah

1 pilot dapat diperpanjang sbb:

1) 12 jam terbang dalam 24 jam penjadualan;

2) 120 jam terbang dalam 30 hari;

3) 300 jam terbang dalam 90 hari.

Batasan Penjadualan 4 pilot yaitu Pilot in Command dan Copilot ditamba

2 pilot atau lebih dapat diperpanjang sbb:

1) 14,5 jam terbang dalam 24 jam penjadualan jika diberikan kursi untuk
istirahat

2) 18 jam terbang dalam 24 jam penjadualan jika diberikan tempat tidur


untuk istirahat.

- Stres Kerja (Job Stress)


Stres pekerjaan atau job stress berasal dari istilah latin “stringere”
yang mempunyai arti ketegangan dan tekanan. Menurut Wirawan
(2012) stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan untuk muncul
sebagai akibat tingginya tuntutan lingkungan kepada
seseorang. Ficham dan Rhodes dalam Ashar (2008) mengatakan
bahwa stres disimpulkan
dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku, psikologikal, dan
somatik sebagai hasil dari tidak/kurang adanya kecocokan antara
manusia dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya
untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secera efektif.
Sopiah (2008) mendefinisikan stres kerja sebagai suatu respon adaptif
terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam
kesehatan seseorang. Stres sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu
distress dan eustress. Distress adalah derajat penyimpangan fisik,
psikis dan perilaku dari fungsi sehat. memotivasi orang agar dapat
mencapai tujuan, mengubah lingkungan dan berhasil dalam

10
menghadapi tantangan hidup. Ivancevich dan Matteson dalam Luthans
(2011), menyatakan bahwa stres kerja sebagai suatu respon adaptif
(tanggapan penyesuaian) yang dimediasi oleh perbedaan individu dan
atau proses psikologi, sebagai akibat dari aksi lingkungan, situasi atau
peristiwa yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau psikologi secara
berlebihan terhadap seseorang. Sedangkan Beehr and Newman seperti
dikutip oleh Luthans (2011) mengartikan stres keja sebagai sebuah
kondisi yang terjadi sebagai hasil interaksi antara pegawai dengan
pekerjaan mereka dan ditandai oleh perubahan manusia yang memaksa
mereka menjadi menyimpang
dari fungsi normal.
- Kinerja Pekerjaan (Job Performance).
Bernandi dan Rusell, (dalam Riani, 2011) menyatakan bahwa
performance adalah catatan yang dihasilkan dari fingsi suatu pekerjaan
tertentu atau kegiatan selama periode tertentu. Sedangkan menurut
Sinambela dkk (2012) kinerja didefinisikan sebagai kemmapuan
pegawai dalam melakukan keahlian tertentu. Dengan demikian
pengukuran kinerja sorang pegawai sangatlah perlu, karena dengan
kinerja tersebut dapat diketahui seberapa jauh kemampuan pegawai
tersebut dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
Untuk itu diperlukan penetuan kriteria yang jelas dan terukur serta
ditetapkan secara bersama-sama sebagai acuan. Byars dan Rue (dalam
Harsuko, 2011). menyatakan bahwa kinerja merupakan derajat
penyusunan tugas yang mengatur pekerjaan seseorang, sehingga
kinerja dapat disebut sebagai kesediaan seseorang atau kelompok
orang untuk melakukan kegiatan atau menyempurnakannya sesuai
dengan tanggung jawabnya dengan hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Harsuko (2011) melanjutkan dengan menyatakan bahwa
kinerja adalah sejauh mana seseorang telah melakukan peran dirinya
dalam melaksanakan strategi organisasi, baik untuk mencapai sasaran
khusus yang berhubungan dengan peran perorangan dan atu dengan
memperlihatkan kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi.

11
Kinerja adalah suatu konsep multi dimensional yang mencakup tiga
aspek yaitu sikap (attitude), kemampuan (ability) dan prestasi
(accomplishment).
D. Dampak Kelelahan Kerja
Beberapa bentuk kelelahan yang terjadi pada dunia kerja merupakan
suatu kondisi kronis ilmiah. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu
sebab tunggal seperti terlalu beban kerja, namun juga oleh tekanan-
tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang.
Bila keadaan seperti ini berlarut-larut maka akan muncul tanda-tanda
memburuknya kesehatan yang lebih tepat disebut “kelelahan klinis atau
kronis”. Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya muncul selama
periode stress atau sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat
akan sangat mengancam setiap saat perasaan lelah kerap kali muncul
ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya bekerja, misalnya berupa
perasaan “kebencian” yang bersumber dari terganggunya emosi. Sejumlah
orang kerap kali menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
1. Munculnya tanda-tanda kelelahan psikosomatis yang berpengaruh pula
pada waktu-waktu absent dari pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa
penyebab ketidak hadiran di tempat kerja, adalah dikarenakan yang
bersangkutan membutuhkan waktu istirahat yang lebih banyak.
2. Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis dan kesulitan-
kesulitan lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu bentuk
kelelahan kronis dan sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan
maslah kejiwaan. Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif
dan objektif antara lain:
a. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing;
b. Tidak/kurang mampu berkonsentrasi;
c. Berkurangnya tingkat kewaspadaan;
d. Persepsi yang buruk dan lambat;
e. Tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja;
f. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

12
Gejala-gejala yang timbul ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi
dan efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut
menifestasinya timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya
tenaga maka hal ini biasa disebut sebagai kelelahan Klinis.Dalam kondisi
ini gejala kelelahan terjadi tidak hanya selama masa stres atau segera
sesudahnya tetapi laten hampir sepanjang waktu. Perasaan kelelahan
sering hadir pada bangun di pagi hari, saat sebelum pekerjaan
dimulai.Bentuk kelelahan sering disertai dengan perasaan enggan untuk
bekerja, yang bersifat emosional. Orang yang lelah sering menunjukkan
gejala berikut:
1. Peningkatan ketidakstabilan psikis (quarrelsomeness dan perilaku yang
terkait);
2. Depresi (kekhawatiran tak berdasar);
3. Melemahnya/keengganan untuk bekerja;
4. Meningkatkan kemungkinan terserang penyakit.
Terdapat pula anda-tanda fisik yang jelas dan datang dari gangguan
psikosomatik, istilah ini adalah sebutan untuk gangguan fungsional dari
sirkulasi tubuh yang dinilai sebagai manifestasi eksternal dari konflik
psikologis.Beberapa gejalanya adalah:
1. sakit kepala;
2. Kepeningan;
3. Sulitnya tidur;
4. denyut jantung tidak teratur;
5. banyak berkeringat;
6. kehilangan nafsu makan;
7. Pencernaan bermasalah
E. Pencegahan Kelelahan
1. Tidur
Tidur adalah suatu cara istirahat yang sangat baik. Tidur harus cukup.
Lama tidur sering tidak sama tiap individu. Untuk awak pesawat rata-
rata delapan jam sehari. Akomodasi harus baik, jauh dari gangguan-

13
gangguan dan keributan, harus dipisahkan dengan yang bukan awak
pesawat. Kalau memungkinkan, pilot dipisahkan dari crew yang lain.
2. Masa off duty
Harus digunakan sebaik-baiknya dan santai. Jangan sampai malah
melelahkan. Misalnya esoknya mau terbang malamnya begadang
sampai malam.
3. Masa cuti
Harus diambil dan dijalani dengan sebaik-baiknya, terutama penting
untuk mencegah chronic fatigue. Masa bersama, bersenang-senang
dengan keluarga sangat berguna untuk mengembalikan kesamaptaan
fisik dan mental awak pesawat.
4. Selama operational duty
Harus diperhatikan dan diikuti reaksi penerbangannya. Kalau ada hal-
hal yang mencurigakan harus cepat diambil tindakan. Yang penting
setiap selesai tugas harus istirahat sempurna.
5. Penyediaan fasilitas istirahat pada pesawat
Ini pada pesawat angkut dimana waktu penerbangannya lama dan ada
crew pengganti.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fatigue berasal dari Bahasa Latin “Fatigare” yang berarti hilang lenyap
(waste time). Secara umum dapat diartikan sebagai perubahan dari keadaan
yang lebih kuat ke keadaan yang lebih lemah. Holding et.al (1983)
mendefinisikan kelelahan sebagai perubahan khusus pada performa, seperti
penurunan performa kerja atau meningkatnya tingkat kesalahan sebagai akibat
dari waktu kerja yang berlebih. Macdonald mencoba mendeskripsikan
kelelahan sebagai tingkatan yang beragam, yang diikuti dengan berkurangnya
kapasitas sebagai efek kumulatif yang ditimbulkan dari aktivitas fisik dan atau
psychological.
Kelelahan diatur secara pusat oleh otak. Terdapat sruktur susunan syaraf
pusat yang sangat penting dalam mengontrol fungsi secara luas dan
konsekuen yaitu reticular formation atau sistem penggerak pada medulla yang
dapat meningkatkan dan mengurangi sensitivitas dari cortex cerebri. Keadaan
dan perasaan lelah merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu
cortex cerebri yang dipengaruhi oleh sistem penghambat (inhibisi) dan sistem
penggerak (aktivasi) yang saling bergantian Jenis-jenis Kelelahan antara lain :
Acute Skill Fatigue Penyebab kelelahan jenis ini terutama adalah faktor
kejiwaan dan faktor fisiologis penerbangan. Faktor-faktor fisiologis seperti
hipoksia, kadar gula darah yang rendah, kekurangan cairan tubuh atau baru
sembuh dari sakit akan melemahkan ketahanan terhadap adanya beban
psikologis di atas hal yang sama terjadi apabila keadaan lingkungan kurang
menguntungkan, misalnya cuaca buruk, turbulensi, bising di dalam ruangan
kokpit maupun pada headphones, suhu yang terlalu panas atau dingin dan lain
sebagainya.
Cummulative fatigue, adalah kelelahan yang disebabkan kelelahan fisik atau
mental yang terjadi pada periode waktu tertentu. Salah satu penyebab
kelelahan ini adalah kurangnya waktu istirahat. Chronic fatigue, merupakan

15
kelelahan akut yang terus terakumulasi dalam tubuh akibat dari tugas yang
terus-menerus tanpa pengaturan jarak tugas yang baik atau teratur.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan
1. Faktor psikologis : kecemasan, penundaan penerbangan yang tidak
menentu, rute penerbangan yang membosankan.
2. Faktor fisik : kondisi fisik yang tidak dit, jam terbang yang terlalu
banyak, jam terbang istirahatnya (rest hour) yang kurang, beban
pekerjaan serta tugas-tugas sampingan yang terlalu besar.
3. Faktor fisiologis : hipoksia, masalah perbedaan waktu (time zone
difference), suhu dan kelembaban udara, bisisng dan getaran.

Gejala Awal Fatique

Gejala Subjektif

1. Sakit kepala yang tak jelas sebabnya,


2. Hilangnya nafsu makan,
3. Diarem banyak berkemih,
4. Fisik lesu.

Gejala Objektif

1. Tension tremor,
2. Respons kaget meningkat,
3. Bertambahnya konsumsi rokok dan alkohol,
4. Bertambahnya nafsu seks,
5. Mudah tersinggung, mencari kesalahan,
6. Terlalu kritik, cemas dan takut, preokupasi dan absent mindedness,
7. Tidak tegas, gagal bergaul,
8. Mengambil risiko yang tak perlu dalam penerbangan.

Gejala Akhir Fatique

Gejala Subjetif merupakan gangguan yang tak jelas pada penglihatan dan
pendengaran, gangguan dada yang tak jelas (nyeri dada sebelah kiri,
palpitasi, sukar bernapas), sensasi panas saat berkemih, konsentrasi dan

16
tingkat keasaman yang tinggi, susah buang air besar dan perut membesar,
perasaan tidak enak atau sakit pada tungkai yang tak jelas, sukar tidur dan
tak dapat beristirahat, tidak sanggup berkonsentrasi lama, nafsu seks
berkurang, pingsan mendadak.

Gejala Objektif merupakan berkurangnya respons kaget, kondisi bingung


dan penuh ketakutan, merasa tidak/kurang berharga, berkurangnya minat-
semangat-perhatian-ingatan, berkurangnya kebersihan pribadi, tidak suka
bergaul, timbul kedutan pada pelupuk mata dan otot wajah, timbul gagap
dan gangguan irama jantung.

Gejala-gejala kelelahan

1. Dalam mengontrol pesawat : kecepatan reaksi berkurang, control yang


kurang halus, ketepatan waktu terganggu

2. Konsentrasi menurun, mudah lupa, timbul kesalahan-kesalahan dalam


melakukan tugas yang sederhana dan rutin misalnya dalam
membuat gliding angle serta speed pada saat pendaratan.
3. Apatis waktu sudah membuat kesalahan, performance yang rendah.
4. Menunda-nunda dalam membuat keputusan.

5. Tidak teliti dalam mengawasi seluruh

6. Mudah tersinggung, kurang rasional.

7. Semangat kerja menurun.

8. Memotong hal-hal yang kurang dianggap perlu, melewati beberapa


daftar check list.
9. Denyut nadi serta frekuensi pernapasan meningkat.

10. Susah tidur, pencernaan terganggu, berat badan menurun

B. Saran
1. Kepada Pilot dan CO Pilot dianjurkan untuk beristirahat yang cukup setelah
selesai bekerja.
2. Pada saat istirahat dianjurkan kepada Pilot dan Co Pilot untuk melakukan
relaksasi dan peregangan otot-otot tubuh yang terasa sakit.

17
3. Mengatur gizi seimbang dengan konsumsi sayur dan buah-buahan.
4. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi gula.
5. Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari.
6. Untuk mengurangi kelelahan fisik, bagi Pilot dan Co pilot disarankan untuk
mengatur waktu perjalanan yang efektif.

18

Anda mungkin juga menyukai