Disusun Oleh:
NIM. M1D117031
UNIVERSITAS JAMBI
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini, perkembangan industri di berbagai negara
bergerak semakin maju. Di Indonesia hal ini memudahkan untuk menanamkan
modalnya serta mengembangkan usahanya ke negara lain. Oleh karena itu persaingan
dalam dunia usaha menjadi semakin ketat. Agar tetap dalam dapat berkiprah di era
pasar bebas yang penuh ersaingan tersebut, kualitas sumber daya manusia harus
diperhatikan salah satunya industri yang bergerak di bidang minyak. Salah satu
perusahaan industry di Indonesia yang bergerak di bidang minyak adalah CV. Perintis
Lintas Talangduku.
CV. Perintis Lintas Talangduku merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
produksi CPO hingga penimbunan minyak goreng dan minyak kelapa yang terletak di
Desa Talang Duku, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi – Provinsi
Jambi. CV. Perintis Lintas Talangduku merupakan perusahaan yang berpengaruh
terhadap indeks penjualan minyak mentah di Jambi. Kegiatan di CV. Perintis Lintas
Talangduku terbagi menjadi 2 (dua) area, yakni area tangki timbun dan area bengkel
dan workshop.
Area tanki timbun merupakan area seluruh produksi di CV. Perintis Lintas
Talangduku dalam kegiatan ini menggunakan vacum pump sebanyak 2 (unit) untuk 46
(empat puluh enam) tanki timbun di area ini. Sedangkan di area bengkel dan workshop
merupakan tempat menunjang produksi yang dimana sebagai tempat pemeliharaan
khususnya pemeliharaan kendaraan kegiatan produksi. Di area bengkel dan workshop
terdapat bengkel, workshop, stasiun bahan bakar, front office dan TPS B3 (oli dan
limbah cair) dan non-B3 (besi tua).
Area bengkel dan workshop terdapat kantor Health Safety Environment (HSE)
yang bertujuan untuk mengontrol keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan alat
pelindung diri (APD) kepada pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku. Selain K3 dan
APD, HSE juga meninjau efek kelelahan semua pekerja, mulai dari psikis, gizi, dan
beban kerja yang dirasakan.
2
Kelelahan kerja merupakan salah satu permasalahan kesehatan dan keselamatan
kerja yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan saat bekerja. Kelelahan
kerja disebabkan oleh banyak faktor baik dari faktor individu, dan juga faktor dari luar
seperti lingkungan kerja. Kelelahan kerja penting untuk diperhatikan, karena kelelahan
pada pekerja dapat berdampak terhadap penurunan produktivitas kerja dan penurunan
konsentrasi kerja. Perusahan harus mempunyai sumber daya manusia yang baik.
Perusahaan yang baik dapat terlihat dari kondisi kesehatan fisik dan psikis, keahlian,
kinerja, dan produktifitas dari pekerja diperusahaannya
Pemerintah telah membuat Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU
No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja.
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam
1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja
dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1
minggu.
Ruang lingkup yang akan dibahas yaitu penyebabkan kelelahan kerja pada pekerja.
Menurut Undang-Undang yang di uraikan di atas pekerja seharusnya bekerja selama 8
jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Dalam hal ini ada banyak faktor yang
menyebabkan kelelahan kerja jika tidak di lakukan evaluasi maka akan membuat
kondisi kesehatan fisik dan psikis, keahlian dan kinerja tidak produktifitas
Berdasarkan penjelesan diatas, kegiatan kerja praktek di CV. Perintis Lintas
Talangduku dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan kelelahan
kerja pada pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku. Oleh karena itu, kerja praktek ini
mengambil judul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku”.
Adapun tujuan pelaksanaan kerja praktek di CV. Perintis Lintas Talangduku yaitu:
1. Untuk mempelajari faktor – faktor yang menyebabkan kelelahan kerja pada
pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku
2. Untuk memperluas wawasan penulis mengenai penyebab efek kelelahan kerja
yang terjadi di CV. Perintis Lintas Talangduku
3
1. 3 Manfaat
Adapun manfaat pelaksanaan kerja praktek di CV. Perintis Lintas Talangduku yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam dunia kerja
b. Mahasiswa dapat mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan kelelahan
kerja pada pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku
c. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang di peroleh di bangku perkuliahan.
2. Bagi Program Studi Teknik Lingkungan
a. Menjalin hubungan kerja sama yang baik antara program studi Teknik
Lingkungan dengan CV. Perintis Lintas Talangduku
b. Menambah wawasan mahasiswa mengenai sistem manajemen HSE dalam
pengendalian efek kelelahan pekerja CV. Perintis Lintas Talangduku
3. Fakultas Sains dan Teknologi
a. Menjalin hubungan kerjasama yang baik antara Fakultas Sains dan teknologi
dengan CV. Perintis Lintas Talangduku
b. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan
c. Dapat meningkatkan kualitas lulusannya sehingga mampu bersaing di dunia
kerja
4. Bagi Perusahaan
a. Menjalin hubungan kerjasama yang baik antara Perusahaan dan Pihak
Universitas
b. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi perusahaan
khususnya untuk upaya mengurangi efek kelelahan pekerja di CV. Perintis
Lintas Talangduku
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2. 1 Kelelahan kerja
2.1.1 Definisi Kelelahan kerja
Kelelahan dapat dirtikan dengan kondisi menurunnya efisiensi, performa
kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus
melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Perasaan lelah tidak hanya dirasakan
setelah bekerja bisa juga dirasakan waktu sedang bekerja, terkadang sebelum
bekerja. Menurut Budiono (2003) istilah kelelahan mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-
satunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada
pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental
fatigue.
Kerja fisik yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta
memerlukan konsentrasi yang terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan
fisiologis dan penurunan produktifitas untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor
psikis yang mengakibatkan kelelahan. Kelelahan kerja dapat menyebabkan
menurunnya kinerja pekerja sehingga akan menurunkan produktifitas sehingga
berpengaruh pada perilaku kerja.
Kelelahan kerja termasuk suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan
adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan dan
kebosanan. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun,
dan kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas yang berlebihan. Kelelahan
akibat kerja juga sering kali diartikan sebagai menurunnya performa kerja dan
berkurangnya kekuatan dan ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
aktifitas yang biasanya dilakukan.
2.1.2 Penyebab Kelelahan Bekerja
Berdasarkan penyebabnya kelelahan terbagi menjadi dua yaitu kelelahan
fisiologis dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor
fisik atau kimia yaitu suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan,
circadian rhythms, dan lain-lain. Sedangkan kelelahan psikologis disebabkan oleh
5
faktor psikosoial yang baik di tempat kerja maupun dirumah atau masyarakat
sekeliling.
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan
peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi
kelangsungan aktivitas otot. Atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk
sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga
menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.
7
Tabel 2.1 Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan dalam
melakukan pekerjaan
Kategori Kcal/Jam
8
2.2.7 Waktu kerja
Pemerintah telah membuat Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1,
UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan
jam kerja. Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya
adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk
karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam
dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.
2.2.8 Jenis kelamin
Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum
wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik laki-laki.
Menurut Tarwaka et al (2004) bahwa masalah pada pekerja wanita dapat
disebabkan oleh periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah
tangga sehingga gangguan menstruasi, aborsi, gangguan tidur dan kelelahan
sering terjadi.
10
BAB III
11
upaya mempermudah proses ekspor CPO ke konsumen, CV. Perintis Lintas
Talangduku membangun fasilitas Pusat Logistik Berikat (PLB).
Gambar 3.3 Kantor Pusat Logistik Berikat (PLB) CV. Perintis Lintas Talangduku
12
Dan huruf P, L dan T merupakan akronim dari Perintis Lintas Talangduku.
13
3.5 Struktur Organisasi dan Kebijakan HSE
CV. Perintis Lintas Talangduku memiliki struktur organisasi HSE dan Kebijakan
yang menjadi acuan HSE CV. Perintis Lintas Talangduku untuk mewujudkan
Keselamatan dan Kesehatan dalam Bekerja.
3.5.1 Struktur Organisasi HSE
Struktur Organisasi HSE di CV. Perintis Lintas Talangduku dapat dilihat
pada Gambar 3.6 dibawah ini.
14
3. Legal
Melakukan sertifikasi dari setiap peralatan kerja yang membutuhkan
sertifikasi dalam pengoperasiannya.
4. Integral
Mengintegrasikan aspek HSE dalam setiap kegiatan operasional mulai dari
tahap rancang bangun sampai tahap pasca operasional.
5. Training
Memberikan pelatihan HSE dan Kompetensi terhadap pekerja sehingga
pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, aman dan selamat secara efektif dan
efisien.
6. Audit
Melakukan audit atas penerapan QHSE di dalam perusahaan baik dalam
kegiatan sehari-hari maupun dalam kegiatan proyek di lokasi klien/mitra
kerja, dan melakukan peningkatan kedepan yang berkelanjutan atas audit
yang dilakukan.
15
CPO pada tempat curah ditepat unloading CPO. Setelah itu CPO akan di pompa
ke tangki timbun menggunakan vacuum pump.
16
Gambar 3.9 Dermaga CV. Perintis Lintas Talangduku
Dalam area ini terdapat beberapa bangunan selain tangki timbun dan
dermaga, yaitu tempat ibadah, kantor dan jembatan timbang, kantin, tempat
pencampuran air, pos jaga dermaga, bengkel darurat, dan tempat curah minyak.
3.6.2 Area Bengkel dan Workshop
Area bengkel dan workshop secara umum merupakan area tempat
menunjang proses produksi dimana pada area ini semua kebutuhan untuk
kegiatan pemeliharaan khususnya pemeliharaan Kendaraan dilakukan. Di area ini
terdapat bengkel, workshop, stasiun bahan bakar, dan TPS B3 (oli dan limbah
cair) dan non-B3 (besi tua).
Bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi saat ini adalah solar
yang berasal dari stasiun bahan bakar milik sendiri dengan kebutuhan sebesar
11.000 liter/bulan yang habis dipakai (tidak ada sisa). Sebagai pelumas,
digunakan oli dan minyak gemuk yang berjumlah 600 liter/bulan oli dan 30
kg/bulan minyak gemuk. Sisa oli yang sudah digunakan penanganan sisanya
adalah dikumpulkan ditempat penampungan limbah B3 sementara, lalu kemudian
diproses manifest kepada pihak ketiga (Perusahaan transportir dan pengelola
limbah B3), sedangkan minyak gemuk habis terpakai.
17
Gambar 3.10 Stasiun Bahan Bakar
18
BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
19
Pemberian tugas khusus dari pembimbing
lapangan
Penyusunan laporan awal kerja praktek
2. II
3. III
4. IV
5. V
20
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, dkk. 2003. Kelelahan (Fatigue) Pada Tenaga Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Edisi ke – 2. Semarang; Universitas Diponogoro.
Hastuti DD, 2015. Hubungan antara Lama Kerja dengan Kelelahan pada Pekerja Konstruksi
di PT. Nusa Raya Cipta Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 Tahun 1999 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
Silastuti A, 2006. Hubungan Antara Kelelahan dengan Produktivitas Tenaga Kerja di bagian
Penjahitan PT. Bengawan Solo Garment Indonesia. Universitas Negeri Semarang
Suma’mur.P.K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Toko Gunung
Agung
Tarwaka B, S. & Sudiajeng, L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta. UNIBA
21