Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

DI CV. PERINTIS LINTAS TALANGDUKU

(27 JULI – 28 AGUSTUS 2020)

“FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI CV. PERINTIS
LINTAS TALANG DUKU”

Disusun Oleh:

NIKITA APRILIA SAVITRY

NIM. M1D117031

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini, perkembangan industri di berbagai negara
bergerak semakin maju. Di Indonesia hal ini memudahkan untuk menanamkan
modalnya serta mengembangkan usahanya ke negara lain. Oleh karena itu persaingan
dalam dunia usaha menjadi semakin ketat. Agar tetap dalam dapat berkiprah di era
pasar bebas yang penuh ersaingan tersebut, kualitas sumber daya manusia harus
diperhatikan salah satunya industri yang bergerak di bidang minyak. Salah satu
perusahaan industry di Indonesia yang bergerak di bidang minyak adalah CV. Perintis
Lintas Talangduku.
CV. Perintis Lintas Talangduku merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
produksi CPO hingga penimbunan minyak goreng dan minyak kelapa yang terletak di
Desa Talang Duku, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi – Provinsi
Jambi. CV. Perintis Lintas Talangduku merupakan perusahaan yang berpengaruh
terhadap indeks penjualan minyak mentah di Jambi. Kegiatan di CV. Perintis Lintas
Talangduku terbagi menjadi 2 (dua) area, yakni area tangki timbun dan area bengkel
dan workshop.
Area tanki timbun merupakan area seluruh produksi di CV. Perintis Lintas
Talangduku dalam kegiatan ini menggunakan vacum pump sebanyak 2 (unit) untuk 46
(empat puluh enam) tanki timbun di area ini. Sedangkan di area bengkel dan workshop
merupakan tempat menunjang produksi yang dimana sebagai tempat pemeliharaan
khususnya pemeliharaan kendaraan kegiatan produksi. Di area bengkel dan workshop
terdapat bengkel, workshop, stasiun bahan bakar, front office dan TPS B3 (oli dan
limbah cair) dan non-B3 (besi tua).
Area bengkel dan workshop terdapat kantor Health Safety Environment (HSE)
yang bertujuan untuk mengontrol keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan alat
pelindung diri (APD) kepada pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku. Selain K3 dan
APD, HSE juga meninjau efek kelelahan semua pekerja, mulai dari psikis, gizi, dan
beban kerja yang dirasakan.

2
Kelelahan kerja merupakan salah satu permasalahan kesehatan dan keselamatan
kerja yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan saat bekerja. Kelelahan
kerja disebabkan oleh banyak faktor baik dari faktor individu, dan juga faktor dari luar
seperti lingkungan kerja. Kelelahan kerja penting untuk diperhatikan, karena kelelahan
pada pekerja dapat berdampak terhadap penurunan produktivitas kerja dan penurunan
konsentrasi kerja. Perusahan harus mempunyai sumber daya manusia yang baik.
Perusahaan yang baik dapat terlihat dari kondisi kesehatan fisik dan psikis, keahlian,
kinerja, dan produktifitas dari pekerja diperusahaannya
Pemerintah telah membuat Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU
No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja.
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam
1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja
dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1
minggu.
Ruang lingkup yang akan dibahas yaitu penyebabkan kelelahan kerja pada pekerja.
Menurut Undang-Undang yang di uraikan di atas pekerja seharusnya bekerja selama 8
jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Dalam hal ini ada banyak faktor yang
menyebabkan kelelahan kerja jika tidak di lakukan evaluasi maka akan membuat
kondisi kesehatan fisik dan psikis, keahlian dan kinerja tidak produktifitas
Berdasarkan penjelesan diatas, kegiatan kerja praktek di CV. Perintis Lintas
Talangduku dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan kelelahan
kerja pada pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku. Oleh karena itu, kerja praktek ini
mengambil judul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku”.

1. 2 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan pelaksanaan kerja praktek di CV. Perintis Lintas Talangduku yaitu:
1. Untuk mempelajari faktor – faktor yang menyebabkan kelelahan kerja pada
pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku
2. Untuk memperluas wawasan penulis mengenai penyebab efek kelelahan kerja
yang terjadi di CV. Perintis Lintas Talangduku

3
1. 3 Manfaat

Adapun manfaat pelaksanaan kerja praktek di CV. Perintis Lintas Talangduku yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam dunia kerja
b. Mahasiswa dapat mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan kelelahan
kerja pada pekerja di CV. Perintis Lintas Talangduku
c. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang di peroleh di bangku perkuliahan.
2. Bagi Program Studi Teknik Lingkungan
a. Menjalin hubungan kerja sama yang baik antara program studi Teknik
Lingkungan dengan CV. Perintis Lintas Talangduku
b. Menambah wawasan mahasiswa mengenai sistem manajemen HSE dalam
pengendalian efek kelelahan pekerja CV. Perintis Lintas Talangduku
3. Fakultas Sains dan Teknologi
a. Menjalin hubungan kerjasama yang baik antara Fakultas Sains dan teknologi
dengan CV. Perintis Lintas Talangduku
b. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan
c. Dapat meningkatkan kualitas lulusannya sehingga mampu bersaing di dunia
kerja
4. Bagi Perusahaan
a. Menjalin hubungan kerjasama yang baik antara Perusahaan dan Pihak
Universitas
b. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi perusahaan
khususnya untuk upaya mengurangi efek kelelahan pekerja di CV. Perintis
Lintas Talangduku

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2. 1 Kelelahan kerja
2.1.1 Definisi Kelelahan kerja
Kelelahan dapat dirtikan dengan kondisi menurunnya efisiensi, performa
kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus
melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Perasaan lelah tidak hanya dirasakan
setelah bekerja bisa juga dirasakan waktu sedang bekerja, terkadang sebelum
bekerja. Menurut Budiono (2003) istilah kelelahan mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-
satunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada
pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental
fatigue.
Kerja fisik yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta
memerlukan konsentrasi yang terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan
fisiologis dan penurunan produktifitas untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor
psikis yang mengakibatkan kelelahan. Kelelahan kerja dapat menyebabkan
menurunnya kinerja pekerja sehingga akan menurunkan produktifitas sehingga
berpengaruh pada perilaku kerja.
Kelelahan kerja termasuk suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan
adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan dan
kebosanan. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun,
dan kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas yang berlebihan. Kelelahan
akibat kerja juga sering kali diartikan sebagai menurunnya performa kerja dan
berkurangnya kekuatan dan ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
aktifitas yang biasanya dilakukan.
2.1.2 Penyebab Kelelahan Bekerja
Berdasarkan penyebabnya kelelahan terbagi menjadi dua yaitu kelelahan
fisiologis dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor
fisik atau kimia yaitu suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan,
circadian rhythms, dan lain-lain. Sedangkan kelelahan psikologis disebabkan oleh

5
faktor psikosoial yang baik di tempat kerja maupun dirumah atau masyarakat
sekeliling.
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan
peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi
kelangsungan aktivitas otot. Atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk
sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga
menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.

2. 2 Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Bekerja


2.2.1 Shift kerja
Shift kerja adalah periode waktu dimana suatu kelompok pekerja
dijadwalakan bekerja dengan waktu tertentu. Shift kerja 24 jam dibagi secara
bergiliran dalam waktu 2 jam. Para pekerja dibagi atas kelompok kerja dan pada
umunya lama giliran kerja tiap kelompok kerja yaitu 8 jam.
Secara umum shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai
pengganti atau tambahan kerja siang hari yang sering di lakukan. Shift kerja
disebut sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jama kerja yang
tidak teratur.
2.2.2 Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikontrol. Walaupun
tidak banyak penelitian yang menyebutkan bahwa penyesuaian terhadap
lingkunagn baik panas maupun dingin bergantung pada usia seseorang, akan
tetapi beberapa pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan usia seseorang
berhubungan terhadap penurunan aktivitas fisik yang terkait dengan penyesuaian
tubuh dengan lingkungan panas.
Menurut suma’mur (1996) menyebutkan bahwa seseorang yang berumur
muda sanggup melakukan pekerjaan berat, dan sebaiknya jika seseorang sudah
berumur lanjut akan merasa cepat lelah dan tidak dapat bergerak dengan leluasa
ketika melaksanakan tugasnya sehingga mempengaruhi kinerjanya. kemampuan
untuk melalukan pekerjaan dengan baik setiap individu berbeda dan dapat juga
dipengaruhi oleh umur tersebut.
2.2.3 Status gizi
Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada produktivitas dan
efesiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila
6
kekurangan baik secara kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan
terganggu.
Status gizi pekerja dapat diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT),
dimana hasil pengukuran dibandingkan dengan standar yang di tetapkan Depkes
RI. Peningkatkan IMT lebih tinggi berhubungan dengan peningkatan kelelahan
kerja. Menurut WHO (1985) menyatakan bahwa batasan berat badan normal
orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia
istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai
usia harapan hidup lebih panjang.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan( Kg)
IMT =
Tinggibadan ( m ) x Tinggi badan(m)
Atau bisa juga Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat badan (dalam
meter2)
2.2.4 Status kesehatan
Kelelahan dapat berasal dari gaya hidup yang tidak teratur. Salah satu
penyebab kelelahan bekerja adalah kondisi kesehatan pekerja. Menurut Hastuti
(2015) menyatakan bahwa secara fisiologis tubuh manusia diibaratkan sebagai
suatu mesin yang mengkonsumsi bahan bakar sebagai sumber energinya.
Diketahui jam kerja yang panjang lebih berpengaruh terhadap terjadinya
kelelahan jika dipengaruhi oleh faktor kesehatan. Kesegaran jasmani dan rohani
adalah penunjang penting produktivitas seseorang dalam kerjanya. Kesegaran
tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus menerus dipelihara selama
bekerja bahkan sampai setelah berhenti bekerja.
2.2.5 Beban kerja
Beban kerja dapat ditentukan dengan merujuk kepada jumlah kalori yang
dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan per satuan waktu. Estimasi panas
metabolik dapat dilakukan dengan menilai pekerjaan. Adapun klasifikasi beban
kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan
dapat dilihat pada tabel 2.1.

7
Tabel 2.1 Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan dalam
melakukan pekerjaan
Kategori Kcal/Jam

Pekerjaan Ringan Sampai dengan 200 kcal/jam

Pekerjaan Sedang 200-350 kcal/jam

Pekerjaan Berat Lebih dari 350 kcal/jam


Sumber : ACGIH 1997 dalam Dowell 2004

2.2.6 Lingkungan kerja


Di tempat kerja terdapat banyak beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, dan faktor
psikologis. Menurut Silastuti, (2006) bahwa faktor lingkungan seperti suhu,
kebisingan, pencahayaan, vibrasi, dan ventilasi akan berpengaruh terhadap
kenyamanan fisik, sikap mental, dan kelelahan kerja.
1. Tekanan Panas
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 Tahun 1999 tentang
NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja, definisi iklim kerja atau tekanan panas
adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan, gerakan udara,
dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat pekerjaannya. Temperatur yang dianjurkan di tempat kerja
adalah 24 - 26º C. Suhu kering pada kelembaban 85% - 95% dan suhu basah
antara 22 - 30º C, suhu tersebut merupakan suhu normal di Indonesia.
2. Kebisingan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51 tahun 1999, Nilai Ambang
Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan
merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus
tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Nilai ambang batas
(NAB) intensitas bising adalah 85 dBA dan waktu bekerja maksimum adalah 8
jam per hari. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan
adalah dengan menggunakan sound level meter dengan satuan intensitas
kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah desibel (dBA). Alat ini mampu
mengukur kebisingan diantara 30 -130 dBA dan dari frekuensi 20-20000 Hz.
Alat kebisingan yang lain adalah yang dilengkapi dengan octave band analyzer
dan noise dose meter.

8
2.2.7 Waktu kerja
Pemerintah telah membuat Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1,
UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan
jam kerja. Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya
adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk
karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam
dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.
2.2.8 Jenis kelamin
Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum
wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik laki-laki.
Menurut Tarwaka et al (2004) bahwa masalah pada pekerja wanita dapat
disebabkan oleh periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah
tangga sehingga gangguan menstruasi, aborsi, gangguan tidur dan kelelahan
sering terjadi.

2. 3 Pengukuran kelelahan bekerja


Metode pengukuran kelelahan ada beberapa cara, diantaranya sebagai berikut :
2.3.1 Kualitas dan Kuantitas Kerja yang Dilakukan
Pada metode ini, kualitas kerja digambarkan sebagai waktu bekerja yang
dilakukan pekerja, proses kerjaan yang dilakukan setiap waktu, dan sosial dan
perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas digambarkan terjadinya
frekuensi kecelakaan yang dapat menyebabkan terjadinya kelelahan bekerja.
2.3.2 Perasaan Kelelahan Secara Subyektif
Pada metode ini, menggunakam metode kuesioner yang dapat mengukur
tingkat kelelahan subyetif. Metode yang digunakan adalah metode interview ke
pekerja. Sehingga kita bisa mengolah data lebih akurat.

2. 4 Dampak Kelelahan Bekerja


2.4.1 Gejala Kelelahan
Ada beberapa gejala yang menunjukkan melemahnya di saat melakukan
pekerjaan yaitu perasaan berat di kepala yang akan menjadi lelah seluruh badan,
kaki merasa berat, menguap, merasa berat pada mata, kaku dan canggung dalam
gerakan, mengantuk, dan mau baring. Ada pula gejala yang menunjukkan
9
melemahnya motivasi yaitu merasa susah berfikir, lelah berbicara, mudah gugup,
tidak dapat berkonsentrasi, tidak focus perhatiannya, cepat lupa akan kegiatannya,
kurang percaya diri, cemas terhadap suatu hal, sikap tidak terjaga dan tidak dapat
tekun dalam melakukan pekerjaan yang ada.
2.4.2 Penanggulangan kelelahan
Kelelahan kerja dapat dikurangi dengan pengolahan kondisi pekerjaan dan
lingkungan kerja di tempat kerja. Misalnya seperti menerapkan jam kerja dan
istirahat yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat,
memberikan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik. Untuk
menghindari terjadinya kelelahan kerja diperlukannya keseimbangan antara
proses aktivitas dan sumber awal terjadinya kelelahan dengan melakukan proses
pemulihan. Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara berbagai cara yaitu
memberikan waktu istirahat yang cukup baik dan terjadwal sehingga akan
mengurangi tingkat kelelahan kerja yang terjadi.

10
BAB III

DESKRIPSI UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Perusahan CV. Perintis Lintas Talangduku


CV. Perintis Lintas Talangduku berdiri pada tanggal 7 Januari 2004. Berawal dari
usaha milik keluarga yang mulanya bergerak di bidang gudang/pendistribusian beras
dan garam yang beralamatkan di Jl. Raya Pelabuhan Talangduku, Desa Talang Duku,
Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi.
Seiring berjalannya waktu, usaha ini mulai berkembang menjadi lebih besar dan
mampu melebarkan usahanya ke bidang perdagangan sembako dengan skala yang lebih
besar (Supermarket). Setelah berkembang bidang perdagangan sembako, usaha ini
memulai usaha untuk membuat tangki penimbunan Crude Palm Oil (CPO), minyak
goreng, minyak kelapa dan transportasi darat (pengangkutan). Dari sinilah CV. Perintis
Lintas Talangduku terbentuk.
CV. Perintis Lintas Talangduku pertama kali membangun Tangki Timbun CPO
dengan kapasitas 700 ton. Tangki ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara
hasil produksi CPO dari pabrik kelapa sawit sebelum disalurkan via darat (truk tangki)
dan via perairan (kapal). Semakin lama usaha ini berkembang sehingga mampu
membangun tangki dalam skala dan kapasitas yang lebih besar dari tangki sebelumnya.

Gambar 3.1 Tangki pertama CV. Perintis Lintas Talangduku


Saat ini CV. Perintis Lintas Talangduku mempunyai tangki timbun yang
berjumlah 40 tangki dengan kapasitas yang berbeda-beda (1000 ton - 3500 ton). Dalam

11
upaya mempermudah proses ekspor CPO ke konsumen, CV. Perintis Lintas
Talangduku membangun fasilitas Pusat Logistik Berikat (PLB).

Gambar 3.2 Plang Nama Pusat Logistik Berikat (PLB)

Gambar 3.3 Kantor Pusat Logistik Berikat (PLB) CV. Perintis Lintas Talangduku

3.2 Logo CV. Perintis Lintas Talangduku


Logo CV. Perintis Lintas Talangduku tidak pernah mengalami perubahan dari
pertama kali di sahkan sampai sekarang ini (2004-2020). Berikut dibawah ini adalah
gambar dan arti logo dari CV. Perintis Lintas Talangduku.

Gambar 3.4 Logo CV. Perintis Lintas Talangduku


Arti dari logo diatas adalah sebagai berikut.
1. Biru : Melambangkan Komitmen, Dedikasi dan Tanggung Jawab.
2. Merah : Melambangkan Keuletan, Ketegasan dan Keberanian.
3. Kuning : Melambangkan fokus utama usaha CPO

12
Dan huruf P, L dan T merupakan akronim dari Perintis Lintas Talangduku.

3.3 Visi dan Misi CV. Perintis Lintas Talangduku


Visi dan Misi CV. Perintis Lintas Talangduku adalah sebagai berikut:
3.3.1 Visi
Menjadikan CV. Perintis Lintas Talangduku Total Solution Company yang
terkemuka di Indonesia di bidang barang dan jasa dengan menempatkan
kebutuhan pelanggan sebagai prioritas utama.
3.3.2 Misi
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan
internal dan eksternal yang dilakukan secara berkesinambungan.
2. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap karyawan untuk tumbuh
dan berkembang bersama dengan perusahaan.
3. Memelihara keseimbangan antar kerja dan kebutuhan pribadi berdasarkan
tanggung jawab, dedikasi dan keahlian.

3.4 Struktur Organisasi CV. Perintis Lintas Talangduku


Struktur manajemen utama CV. Perintis Lintas Talangduku terdiri dari satu
Persero Komanditer, satu Direktur yang dibantu oleh satu orang Wakil Direktur.
Kemudian dibagi ke dalam beberapa Divisi, yitu divisi HSE, divisi Quality control,
divisi logistik dan divisi administrasi, divisi laboratorium, divisi timbangan, divisi
bulking, divisi maintanance dan divisi mekanik yang masing-masing dikepalai satu
orang kepala. Struktur organisasi utama CV. Perintis Lintas Talangduku dapat dilihat
pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Struktur Organisasi CV. Perintis Lintas Talangduku

13
3.5 Struktur Organisasi dan Kebijakan HSE
CV. Perintis Lintas Talangduku memiliki struktur organisasi HSE dan Kebijakan
yang menjadi acuan HSE CV. Perintis Lintas Talangduku untuk mewujudkan
Keselamatan dan Kesehatan dalam Bekerja.
3.5.1 Struktur Organisasi HSE
Struktur Organisasi HSE di CV. Perintis Lintas Talangduku dapat dilihat
pada Gambar 3.6 dibawah ini.

Gambar 3.6 Struktur Organisasi HSE di CV. Perintis Lintas Talangduku


3.5.2 Kebijakan HSE
CV. Perintis Lintas Talangduku pada seluruh kegiatannya dalam
penyediaan barang dan jasa berkomitmen mengutamakan aspek Quality, Health,
Safety dan Environment (QHSE), sehingga tercapai operasional dan QHSE yang
terbaik dan berkesinambungan dengan tujuan.
Adapun Tujuan dan Sasaran HSE CV. Perintis Lintas Talangduku adalah
sebagai berikut.
1. Tujuan :
Melindungi Tenaga Kerja, Tamu dan Mitra Kerja.
2. Sasaran :
Zero Incident, Zero Illness dan Zero Environment Case.
Untuk mencapai Tujuan dan Sasaran di atas maka Manajemen berkomitmen
untuk:
1. Patuh
Mematuhi dan melaksanakan peraturan dan perundangan, standard, dan
sistem tata kerja QHSE.
2. Ekosistem
Melakukan pengelolaan lingkungan secara konsisten dan berkelanjutan
sehingga tidak merusak ekosistem yang ada pada lingkungan usaha.

14
3. Legal
Melakukan sertifikasi dari setiap peralatan kerja yang membutuhkan
sertifikasi dalam pengoperasiannya.
4. Integral
Mengintegrasikan aspek HSE dalam setiap kegiatan operasional mulai dari
tahap rancang bangun sampai tahap pasca operasional.
5. Training
Memberikan pelatihan HSE dan Kompetensi terhadap pekerja sehingga
pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, aman dan selamat secara efektif dan
efisien.
6. Audit
Melakukan audit atas penerapan QHSE di dalam perusahaan baik dalam
kegiatan sehari-hari maupun dalam kegiatan proyek di lokasi klien/mitra
kerja, dan melakukan peningkatan kedepan yang berkelanjutan atas audit
yang dilakukan.

3.6 Deskripsi Kegiatan CV. Perintis Lintas Talangduku


Secara umum, kegiatan produksi CV. Printis Lintas Talangduku terbagi ke dalam
2 (dua) area. Yakni areal tangki timbun dan area bengkel dan workshop.
3.6.1 Area Tangki Timbun
Secara umum seluruh proses produksi terjadi diarea ini. Waktu operasi
tempat penimbunan adalah 8 (delapan) jam sampai 16 (enam belas) jam setiap
harinya yang terbagi ke dalam 2 (dua) shift kerja dengan jumlah hari kerja dalam
satu minggu adalah 6 hari. Jumlah tangki timbun yang dimiliki CV. Perintis
Lintas Talangduku saat ini seluruhnya berjumlah 40 (empat puluh) tangki timbun
dengan kapasitas total antara 1.000 ton sampai 3.500 ton, dengan Mitra Kerja
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di wilayah Provinsi Jambi serta dari beberapa daerah
lain di Pulau Sumatera.
Kegiatan operasional tangki timbun dimulai dari perhitungan CPO yang
dibawa truk tangki yang masuk ke lokasi menggunakan jembatan timbang untuk
kemudian dicatat. Setelah itu truk tangka pembawa CPO akan mengeluarkan

15
CPO pada tempat curah ditepat unloading CPO. Setelah itu CPO akan di pompa
ke tangki timbun menggunakan vacuum pump.

Gambar 3.7 Tangki Timbun CPO


Dalam menunjang kegiatan produksi, CV. Perintis Lintas Talangduku
menggunakan peralatan Vacum pump sebanyak 2 (dua) unit berkekuatan 200
ton/jam dan genset sebanyak 3 (tiga) unit berkekuatan 165 kVA, 500 kVA dan
1000 kVA yang diperoleh dari CV. Perintis Lintas Talangduku. Sebagai sumber
listrik utama, CV. Printis Lintas Talangduku menggunakan listrik yang berasal
dari PLN dengan kapasitas terpasang 375 kVA dan rata-rata pemakaian tiap
bulannya adalah 336 kVA. Sedangkan sumber air untuk kegiatan operasi
diperoleh dari air sungai yang tidak diolah berkapasitas 2.500 m3/bulan. Izin
penggunaan air permukaan akan berkoordinasi dengan dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi.

Gambar 3.8 Unloading ke tangki timbun


Jumlah dermaga yang dimiliki CV. Perintis Lintas Talangduku saat ini
berjumlah 5 (lima) dermaaga dimana dermaga yang intensif digunakan adalah 4
(empat) buah, 1 (satu) dermaga lainnya disewakan kepada pihak ketiga dimana
pengelolaan lingkungan dan pemantauan hidup terkait penggunaan dermaga
tersebut merupakan kewajiban dari pihak ke tiga.

16
Gambar 3.9 Dermaga CV. Perintis Lintas Talangduku
Dalam area ini terdapat beberapa bangunan selain tangki timbun dan
dermaga, yaitu tempat ibadah, kantor dan jembatan timbang, kantin, tempat
pencampuran air, pos jaga dermaga, bengkel darurat, dan tempat curah minyak.
3.6.2 Area Bengkel dan Workshop
Area bengkel dan workshop secara umum merupakan area tempat
menunjang proses produksi dimana pada area ini semua kebutuhan untuk
kegiatan pemeliharaan khususnya pemeliharaan Kendaraan dilakukan. Di area ini
terdapat bengkel, workshop, stasiun bahan bakar, dan TPS B3 (oli dan limbah
cair) dan non-B3 (besi tua).
Bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi saat ini adalah solar
yang berasal dari stasiun bahan bakar milik sendiri dengan kebutuhan sebesar
11.000 liter/bulan yang habis dipakai (tidak ada sisa). Sebagai pelumas,
digunakan oli dan minyak gemuk yang berjumlah 600 liter/bulan oli dan 30
kg/bulan minyak gemuk. Sisa oli yang sudah digunakan penanganan sisanya
adalah dikumpulkan ditempat penampungan limbah B3 sementara, lalu kemudian
diproses manifest kepada pihak ketiga (Perusahaan transportir dan pengelola
limbah B3), sedangkan minyak gemuk habis terpakai.

17
Gambar 3.10 Stasiun Bahan Bakar

Gambar 3.11 Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3

Gambar 3.12 Bengkel dan Truk Tangki


Kegiatan pemeliharaan berlangsung di area bengkel dan workshop.
Kegiatan ini meliputi pemeliharaan kendaraan, pengisian bahan bakar, dan
pengumpulan limbah B3 dan non-B3. Kegiatan pemeliharaan kendaraan
dilakukan secara berkala guna mencegah terganggunya proses produksi.

18
BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

4. 1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Kerja Praktek


Lokasi pelaksanaan kerja praktek adalah di CV. Perintis Talangduku yang
beralamat di Desa Talang Duku, Kecematan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi,
Provinsi Jambi. Waktu pelaksanaan kerja praktek di mulai pada 27 Juli hingga 28
Agustus 2020.

4. 2 Ruang Lingkup Kerja Praktek


Kegiatan praktek di CV. Perintis Talangduku, penulis ditempatkan dibagian HSE.
CV. Perintis Lintas Talangduku mempunyai banyak karyawan yang bekerja. Fokus
kerja praktek yang penulis lakukan yaitu pada faktor-faktor kelelahan kerja yang terjadi
di CV. Perintis Lintas Talangduku

4. 3 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek


Kerja praktek dilaksanakan mulai 27 Juli hingga 28 Agustus 2020. Adapun
jadwal kegiatan kerja praktek yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 jadwal Kegiatan Kerja Praktek

No Minggu ke- Kegiatan


1. I  Registrasi kerja praktek di CV. Perintis
Talangduku.
 Pengambilan kartu absen dari HRD CV. Perintis
Lintas Talangduku.
 Menemui Bapak Michael Refhando kepala HSE
(Health Safety Enviroment).
 Pengenalan struktur organisasi perusahaan.
 Orientasi/ pengenalan kantor hse dan orientasi di
lapangan
 Membaca contoh dokumen UKL – UPL
perusahaan dan buku-buku K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja)
 Berpartisipasi dalam pembuatam SOP (Standard
Operatingl Procedure)
 Mempelajari analisis resiko terhadap lingkungan

19
 Pemberian tugas khusus dari pembimbing
lapangan
 Penyusunan laporan awal kerja praktek
2. II
3. III
4. IV
5. V

20
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, dkk. 2003. Kelelahan (Fatigue) Pada Tenaga Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Edisi ke – 2. Semarang; Universitas Diponogoro.

Hastuti DD, 2015. Hubungan antara Lama Kerja dengan Kelelahan pada Pekerja Konstruksi
di PT. Nusa Raya Cipta Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 Tahun 1999 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

Silastuti A, 2006. Hubungan Antara Kelelahan dengan Produktivitas Tenaga Kerja di bagian
Penjahitan PT. Bengawan Solo Garment Indonesia. Universitas Negeri Semarang

Suma’mur.P.K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Toko Gunung
Agung

Tarwaka B, S. & Sudiajeng, L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta. UNIBA

Undang – undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

21

Anda mungkin juga menyukai