FISIK (1945-1949) DALAM FILM SOEGIJA (2012) & SANG KIAI (2013)
Sandy Allifiansyah
ABSTRACT
The binary opposition is a common way to drive the story. It is a basic way of
thinking in popular movies. Through the method of narrative and semiotic
analysis, this research reveals how binaries and the role of Hasyim Asy'ari as the
leaders of Islam and Soegijapranata as Catholic leaders in the effort to defend
Indonesia's independence during the physical revolution. The semiotics square
concept of Greimas is used to understand and dissect the binary opposition
structures contained in the historical narratives seen in Soegija (2012) and Sang
Kiai (2013).
173
III. Situasi Akhir adalah sebuah Posisi Karakter-Karakter dalam
situasi saat sebuah Skema Aktan Dua Biopic
keseimbangan kembali Sebuah narasi tidak mungkin
didapatkan. Keseimbangan bergerak tanpa adanya karakter-
tersebut ditandai dengan karakter yang memiliki peran dan
tercapainya sebuah objek dan keunikan masing-masing. Terlebih
cita-cita. bila kita berbicara tentang narasi-
narasi yang ada dalam film-film
Tahapan fungsional ini bersifat layar lebar populer, maka masing-
tentatif, artinya setiap narasi bisa masing karakter selalu memiliki
dibedah sesuai kebutuhan dan setiap karakter –karakter tertentu yang
narasi juga memiliki ciri khasnya melekat dalam narasi. Berdasarkan
masing-masing. Sehingga sangat logika Greimassian, posisi dari
mungkin terjadi pengembangan dari karakter-karakter ini didasarkan pada
tahap-tahap transformasi ini. aksi, motif, tema dan keadaan dari
Tahapan-tahapan yang tersaji dalam aktan-aktan dalam sebuah narasi.
model fungsional ini sebenarnya Satu aktan bisa direpresentasikan
adalah sebuah unsur makro yang oleh beberapa karakter, dan beberapa
mempunyai unsur miskroskopik aktan, dapat diperankan oleh karakter
dalam membedah narasi. Unsur yang sama (Danesi, 2004:144).
miskroskopik atau unsur terkecil Dalam dua biopic tentang dua
tersebut adalah logika-logika tokoh agama, yakni Soegijapranata
semantik yang dibangun berdasarkan dan Hasyim Asy’ari, pola aktan ini
logika matematis untuk membedah kembali terlihat. Narasi yang
alur cerita secara detail. Unsur dimainkan di dalamnya, di bangun
sintaktis itu adalah dasar untuk menggunakan struktur tersebut.
membedah relasi-relasi antar aktan Tokok-tokoh utama yang diangkat
sehingga membentuk unsur makro kisah hidupnya, memerankan lebih
seperti yang tertera pada bagan dari satu aktan. Selain itu, gerak
model fungsional (Budniakiewicz, narasi juga ditentukan oleh aksi-aksi
1992:32). para penolong (helper) dari sang
174
tokoh utama atau pun subjek untuk Berikut adalah posisi masing-
mendapatkan objek yang mereka masing karakter dalam dua film
tuju. Tidak ketinggalan pula aspek biopic:
konteks keadaan yang menyelimuti
narasi. Kedua film ini mencangkup
rangkaian peristiwa serupa, yaitu
pendudukan Jepang, kemerdekaan,
hingga agresi militer Belanda yang
berujung pada pengkuan kedaulatan.
Posisi Karakter-Karakter
dalam Aktan Film Soegija (2012)
175
Tabel Posisi Karakter-Karakter
dalam Aktan Film Sang Kiai (2012)
Kholiq
Militer Tebuireng
Wachid Wachid Hasyim Sekutu Santri
Hasyim Hasyim Tebuireng Masyarakat
Harun
Militer Indonesia
Wahab Hizbullah Belanda Hizbullah
Abdi
Chasbullah Umat Islam
Santri Hamzah Mallaby Pemuda jawa
Utusan Tebuireng Surabaya
Masyarakat
Bung Mansergh Militer
Surabaya
Karno Harun Masyarakat Belanda
Sari
Harun Surabaya
Pemuda Masyarakat
Surabaya Nyai Hasyim Zainal Khamid Surabaya
Asy’ari
Mustafa
Bung
Santri
Tomo Tebuireng
Saifudin
Santri di Zuhri
Jawa
Shumubu
176
Berbicara mengenai posisi tengan pancaroba perubahan struktur
karakter dalam aktan. Maka posisi- pemerintahan, hingga meletusnya
posisi tersebut akan selalu bersifat proklamasi kemerdekaan dan
tentatif. Artinya, seperti yang revolusi fisik. Skema disusun sesuai
diungkapkan sebelumnyan masing- dengan alur narasi dan penceritaan,
masing karakter bisa menempati sekaligus memperlihatkan watak dan
lebih dari satu posisi aktan, semua itu posisi masing-masing karakter dalam
sangat bergantung pada aksi mereka historiografi Indonesia yang tersaji
sepanjang jalannya narasi. Tak secara visual.
jarang pula ada sebuah transformasi Varian posisi tematis dari
perubahan sifat karakter yang masing-masing karakter dalam aktan
menyebabkan dirinya berbelok dari yang mencangkup lima peristiwa
satu kutub biner, ke kutub biner penting sepanjang film, dapat dilihat
lainnya. Masing-masing aktan di dalam bab lampiran. Posisi karakter
bawah ini adalah pemetaan dalam aktan-aktan film Soegija
berdasarkan periode-periode penting (2012) mampu dijadikan sebagai
yang terjadi sepanjang narasi dua acuan untuk melihat konsistensi dari
biopic. silogisme naratologi yang telah
disusun sebelumnya. Lima peristiwa
a. Varian Aktan-Aktan dalam penting dalam film Soegija
Film Soegija (2012) mencangkup adegan-adegan kunci
Pemetaan aktan film Soegija (2012) sepenajng film. Mulai dari
terangkum dalam 5 skema yang pengangkatan Soegijapranata sebagai
memuat 5 peristiwa penting Uskup Agung hingga peristiwa
sepanjang narasi. Karakter yang revolusi nasional. Dari lima
menempati masing-masing posisi perisitiwa tersebut, Romo Soegija
aktan, berkisar pada entitas-entitas menempati posisi sender dan subjek.
gereja Katolik yang membaur dengan Artinya ia berperan aktif sebagai
para pemuda dan berbagai destinator pemberi perintah
keberagaman kultur masyarakat sekaligus sekaligus subjek yang aktif
Semarang dan Yogyakarta di tengah-
177
bergerak mengejar tujuan dan arah pada warga republik. Hal ini
narasi. ditunjukkan saat dirinya terlibat
Secara keseluruhan film dalam aksi penempatan paksa
Soegija (2012) tidak menunjukkan keuskupan di Semarang yang
adanya perubahan transformasi dipimpin oleh Romo Soegija. Saat
karakter. Hampir seluruhnya Jepang menduduki tanah air,
bertindak konsisten sepanjang Nobuzuki melindungi Lingling dari
jalnnya narasi. Satu-satunya karakter ancaman pembunuhan yang akan
yang berada ditengah-tengah dua dilakukan oleh salah seorang tentara
kutub biner adalah tokoh bernama Jepang, scene (30).
Nobuzuki, seorang tentara Jepang Setali tiga uang dengan
yang sudah ada sejaka pemerintahan Nobuzuki, karakter Hendrik, seorang
kolonial, bahkan dekat dengan wartawan asal Belanda, juga
keluarga Tionghoa. Kedekatan ini memiliki kesamaan. Posisinya
didasari pada pengalaman personal sebagai seorang Belanda, dan
dirinya yang teringat anaknya yang kedekatannya dengan militer
ia klaim seusia dengan Lingling, Belanda, tentunya memberikan kesan
seorang putri keluarga Tionghoa. antagonis di awal narasi. Akan tetapi,
Bahkan pada scene (59) saat setelah bergeraknya narasi, Hendrik
konfrontasi pelucutan senjata dengan justru menaruh perhatian
Barisan Pemuda Semarang, kemanusiaan yang lebih kepada
Nobuzuki rela mengorbankan dirinya republik. Dimulai dari saat Hendrik
sendiri. Bahkan ia juga digambarkan mencegah Robert, seorang tentara
simpatik terhadap lagu berjudul Belanda untuk bertindak kasar
Bengawan Solo yang dimainkan oleh kepada para pemuda buta huruf
Suwito. (yang pada akhirnya menjadi
Kendati demikian, dalam film gerilyawan). Hendrik juga menjalin
Soegija, dirinya dinarasikan tidak hubungan asmara dengan Mariyem,
bisa melepaskan kewajibannya seorang jemaat gereja yang bertindak
sebagai seorang perwira militer yang sebagai perawat.
sudah tentu wajib bersifat represif
178
Jenis paradoks karakter cerita. Perbedaannya hanya pada
semacam ini, lazim kita temui dalam wujud entitas hirarki yang kini
kisah-kisah dongeng, di mana melibatkan entitas pesantren dengan
terdapat karakter yang tampak kasat Kiai Hasyim Asy’ari sebagai sosok
mata berperan antagonis, tetapi karismatik dibelakangnya.
malah berlaku sebaliknya. Selama Selebihnya, film Sang Kiai (2013)
jalannya narasi film, karakter bercerita tentang periode yang serupa
Nobuzuki dan Hendrik bertindak dengan Soegija (2012), yakni soal
konsisten. Artinya, semenjak awal, agama dan perjuangan
aksi mereka berdua memang telah mempertahankan kedaulatan
memberikan kesan bahwa mereka republik. Terdapat lima peristiwa
akan bertindak lebih lembut kepada kunci yang melibatkan beragam
republik. Dalam perspektif ala Propp, karakter dalam film Sang Kiai
kita bisa menyebut mereka sebagai (2013). Dua peristiwa melibatkan
donor atau sosok yang memberikan tarik ulur kebijakan dan konfrontasi
bantuan kepada hero. Pola ini terlihat dengan Jepang. Dalam peristiwa
serupa dalam kerangka Greimassian, inilah, resistensi dalam tubuh
bahwa paradoks karakter fisik pesantren dan Islam dinarasikan
Nobuzuki dan Hendrik menjadi secara gamblang.
mitos yang melekat dalam diri Menarik untuk dicermati posisi
mereka, bahwa ciri fisik yang dan Harun dan Hamzah yang
sedemikian rupa, adalah oposisi dari mengalami transformasi sedemikian
karakter fisik kaum pembela rupa. Dua karakter ini mengalami
republik. sebuah transformasi peran yang
berbasis pada aksi mereka sepanjang
b. Varian Aktan-Aktan dalam jalannya plot narasi. Pada fase awal
Film Sang Kiai (2013) cerita, Harun adalah seorang santri
Aktan film Sang Kiai (2013) disusun yang dekat dengan Kiai Hasyim,
dengan logika yang sama dengan bahkan Kiai Hasyim sendiri yang
aktan film Soegija (2013), yakni melamarkannya dengan Sari, hingga
berdasar pada alur dan kronologis akhirnya menikah. Akan tetapi, pada
179
periode perundingan diplomatik yang bekerja untuk militer Jepang.
dengan Jepang menyangkut Hamzah kemudian bergabung
pelipatgandaan hasil bumi, Harun dengan para santri dan Hizbullah
kecewa dengan kebijakan Kiai untuk berperang melawan sekutu,
Hasyim dan memutuskan untuk setelah diberi nasihat oleh Kiai
keluar dari Tebuireng. Hasyim tentang Islam.
Sikap Harun yang tidak Transformasi dari peran Harun
menyukai hal-hal yang bersifat dan Hamzah ini ditentukan oleh
diplomatik, sudah ia tunjukkan di motif mereka (Propp, 1968:87).
awal narasi saat ia memilih untuk Karakter Harun seolah-olah bergerak
bergabung dengan gerilyawan, scene dari protagonis menuju antagonis,
(68) saat Kiai Hasyim ditawan oleh tetapi tidak demikian kenyataannya
Jepang. Ia pun bertindak secara menjelang akhir narasi. Ia berbalik
sepihak saat rakyat dipaksa mendukung kebijakan Sang Kiai
menyerahkan hasil bumi kepada bahkan berujung pada pengorbanan
Jepang dengan menyerang militer dirinya demi republik. Pengorbanan
Jepang dan memprovokasi rakyat dari Harun adalah simbolisasi bahwa
agar mengambil kembali hasil bumi dirinya telah kembali. Mereka berdua
mereka. Bahkan terjadi pula mengalami transformasi secara
perpecahan di kalangan Islam dengan gradual, seperti yang diungkapkan
eksekusi mati Zainal Mustafa oleh Greimas pada tahun 1983. Perubahan
militer Jepang sebagai puncaknya. karakter secara gradual ini
Sampai pada akhirnya Harun sebenarnya adalah kritik dari
mengalami sebuah fase realisasi pemikiran tentang struktur Greimas
menjelang dikeluarkannya resolusi yang dianggap terlalu biner dan
jihad, bahwa ide-ide Kiai Hasyim berlebihan dari sisi estetis (Martin &
tentang pelatihan militer, Hizbullah, Ringham,2000:6).
dan lain sebagainya, ternyata Film Sang Kiai (2013)
berdampak signifikan di masa depan. menunjukkan adanya perubahan
Sikap Harun ini berbanding terbalik karakter secara gradual itu. Harun
dengan Hamzah, seorang penerjemah bergerak menjauh dari titik pusat
180
pesantren. Sebuah titik pusat tempat 2. Peta Oposisi Biner Semiotics
berkumpulnya karakter protagonis Square Greimas
dalam narasi film, menuju Konsep semiotics square dari
pengasingan diri bersama istrinya. Ia Greimas digunakan untuk memahami
kemudian kembali bersama teman- dan membedah struktur oposisi biner
teman pesantrennya yang kini telah yang terdapat dalam narasi
bergerak atas nama bangsa di bawah kesejarahan yang tampak dalam film
bendera Hizbullah. Adegan saat Soegija (2012) dan Sang Kiai (2013).
Harun tidak berani menemui Kiai Struktur oposisi biner ini didasari
Hasyim dan hanya memiliki nyali atas aksi dari masing-masing
untuk sekedar menyentuh sorbannya individu atau kelompok terhadap
sang kiai, adalah simbol dari peristiwa (event). Konsep semiotics
penyesalan dan realisasi. square ini digunakan untuk
Lain halnya dengan Hamzah memetakan biner-biner dan
yang bertransformasi menuju arah kontradiksi di dalam narasi dua
protagonis dari antagonis yang biopic. Sebab, setelah struktur teks
ditunjukkan lewat peran seorang film dianalisis menggunakan
penerjemah bagi militer Jepang. Ia silogisme aktan Greimas, ditemukan
bergeser menjadi bagian dari fakta bahwa terdapat pola dan
Hizbullah bahkan ikut terlibat hingga struktur yang dipertahankan dan
akhir narasi saat pasukan Hizbullah menjadi pemicu jalannya narasi
harus lari dari pesantren setelah kesejarahan yang tervisualisasi lewat
tempat mereka menuntut ilmu film.
tersebut dibumihaguskan oleh tentara Kedua film biopic ini
Belanda yang datang dengan menggunakan cara berpikir
membonceng sekutu. Hamzah adalah strukturalis yang menggunakan pola
bagian dari entitas di luar isotop oposisi biner untuk menggerakkan
protagonis yang bergerak menuju narasi. Pihak republik atau pribumi
isotop protagonis bernama pesantren. sangat dikontraskan dengan pihak
asing (Jepang dan Belanda). Narasi
kesejarahan dibangun dengan cara
181
berpikir demikian. Pihak republik para tokoh utama terdapat di
dikonotasikan sebagai putih, dalamnya.
sedangkan pihak penjajah Berikut ini adalah peta oposisi
dikonotasikan sebagai hitam. Kedua biner berdasarkan konsep semiotics
titik ekstrem ini saling bertubrukan square dari Greimas yang
di masa pra kemerdekaan, menunjukkan bahwa ada pola dan
kemerdekaan, hingga pasca struktur yang dipelihara dalam dua
kemerdekaan, dengan dua tokoh biopic. Struktur ini sekaligus menjadi
agama berada di pihak republik. penggerak jalannya narasi film. Peta
Skema semiotics square oposisi biner di bawah dibagi
sebenarnya adalah bentuk pemetaan menjadi 4 bagan, di mana masing-
atas logika konjungsi dan disjungsi masing film mengisi 2 bagan.
serta relasinya dalam teks narasi Peta semiotics square dari
(Greimas,1987:49). Dalam semiotics Greimas ini membantu kita untuk
square, terdapat kontradiksi dan menemukan kemungkinan-
pertentangan antar subjek-subjek kemungkinan lain dari sebuah sistem
dalam teks (Chandler,2002:106). penandaan. Contoh paling sederhana
Setelah melalui fase analisis panjang adalah kita harus menemukan simbol
menggunakan silogisme aktan atau bahasa baru untuk menyebut
Greimas, ditemukan dua entitas besar entitas yang tidak termasuk dalam
dari biopic Soegija (2012) dan Sang golongan “bukan laki-laki” dan
Kiai (2013). Terdapat dua pola “bukan perempuan”. Dari pemetaan
entitas yang dipertahankan, yakni ini, akan lahir entitas-entitas baru
kutub Indonesia, kutub Jepang, dan yang ternyata ada dalam kehidupan
kutub Belanda. Ketiga kutub ini diisi nyata tetapi belum kita beri sebutan
oleh elemen-elemen yang memiliki untuk eksistensinya. Dari dua film
fungsi yang saling mendukung dan biopic yang dibedah, kita bisa pula
bertentangan satu sama lain. menemukan posisi-posisi yang unik
Ketiganya saling bersinggungan ketika dua kutub antara Indonesia
dengan kutub Indonesia, tempat dengan Jepang bertemu, atau
berbagai elemen karakter termasuk
182
Indonesia dengan Belanda Dua karakter yang bertentangan
dipertemukan. itulah yang coba disajikan oleh
Ada pihak-pihak tertentu yang kedua biopic tentang tokoh agama
ternyata menjadi negasi atau bahkan ini. Bukannya cara berpikir demikian
tidak termasuk di dalamnya, tetapi keliru dan harus ditinggalkan dalam
ada dalam narasi. Contohnya tradisi pascamodern, tetapi dalam
Muhammad Al Amin Al Husain koridor film populer, struktur biner
sebagai ketua kongres muslim terkadang tetap dipelihara. Sang
sedunia atau perwakilan Vatikan, antagonis yang diwujudkan sebagai
yang bahkan tidak ada hubungannya tokoh utama dan protagonis yang
dengan entitas Indonesia sebagai diwujudkan sebagai pengganggu,
bangsa, tetapi mereka tetap menjadi pertempuran yang wajib
mempunyai kepentingan politis dan ada, karena mudah dipahami oleh
menjadi bagian dalam jalannya penonton sehingga mampu bersaing
narasi biopic. Adanya kontradiksi dengan film komersial lainnya.
antar kutub yang saling bertentangan Terlebih lagi, karena dua film ini
atau menjadi bagian di luar kedua adalah film berlatarbelakang sejarah,
kutub, menghasilkan pola pikir yang unsur yang menempatkan Indonesia
disebut Greimas sebagai isotopi yang sebagai pihak yang berjuang karena
berarti sifat-sifat khas yang akan penjajahan kolonialisme, harus
selalu dipercaya melekat dalam ditonjolkan. Hal tersebut perlu agar
simbol dan penandaan pada objek penonton usia muda setidaknya
(Martin & Ringham,2000:77). Pada mengerti bahwa kemerdekaan bangsa
dua film biopic ini, isotopi dari Indonesia tidak diraih dengan
Indonesia adalah pihak yang terjajah, mudah, dan perjuangan itu diraih atas
berjuang melawan kolonialisme, usaha keras berbagai elemen,
bersatunya unsur spiritual dan termasuk dari kaum gereja dan
nasionalisme. Sedangkan isotopi bagi pesantren.
Jepang dan Belanda adalah penjajah,
kesewenang-wenangan, kekerasan.
183
Film Soegija (2012) adalah seorang pemimpin gereja
Mungkin sebelum kemunculan film katholik. Ia juga dihormati oleh
biopic tentang dirinya, sosok uskup kaum kolonial, terbukti saat adegan
pribumi pertama ini hanya dikenal di awal film, Romo Soegija
dan dipelajari oleh pemeluk katholik berdakwah di hadapan para jemaat
dan murid-murid yang mendalami yang mayoritas berkulit putih. Sosok
teologi. Di Semarang, nama Soegija diperankan oleh Nirwan
Soegijapranata sudah diabadikan Dewanto, seorang seniman asal
sebagai nama salah satu universitas ibukota yang diklaim oleh Garin
berbasis Katolik. Di ibukota Jawa Nugroho mendekati ciri fisik dari
Tengah, nama Soegija cukup Romo Soegija. Film Soegija (2012)
kondang. Di kota inilah sang romo memperlihatkan 17 adegan kunci
memimpin sebuah keuskupan yang saat sang romo berhadap-hadapan
pada perkembangannya, memiliki langsung dengan penguasa kolonial.
kontribusi dalam memobilisasi masa Narasi film menunjukkan sebuah
di era perjuangan dan revolusi fisik. kronologi historiografi yang lazim
Romo Soegija ternyata seorang kita ketahui. Periode Jepang,
loyalis republik yang tidak kemerdekaan, agresi militer Belanda,
diragukan. Pernyataannya bahwa hingga pengakuan kedaulatan. Romo
seorang yang seratus persen katholik, Soegija berada di tengah-tengah
maka ia harus pula seratus persen pusaran era pancaroba tersebut.
republik, menunjukkan sikapnya Saat Romo Soegija mempertahankan gereja dari
yang tidak orthodoks terhadap ajaran pendudukan militer Jepang
186
Rekonstruksi sejarah Dengan terlibatnya Romo Soegija
berikutnya yang muncul dalam film dalam memberikan pesan kepada
Soegija (2012) adalah saat pemerintah pusat mengenai hal
konfrontasi pelucutan senjata dengan tersebut, penonton diajak untuk
tentara Jepang. Pertempuran yang memahami peran sang romo dalam
ada dalam scene ini dicatat oleh peristiwa berdarah tersebut.
Benedict Anderson dimulai ketika penonton diajak untuk
tentara elit Jepang menolak untuk memahami peran sang romo dalam
menyerahkan persenjataan mereka peristiwa berdarah tersebut.
dan memilih untuk tetap berjaga di
barak mereka yang terdapat di Gambar Lantip dan anggota Barisan Pemuda
Djatingaleh (Anderson,1972:147). berdiskusi sebelum berangkat menuju Yogyakarta
bahwa Maria menikah dengan Joseph hanya ada dalam percakapan sehari-
Jesus lahir (Ruiz, 2010). Film karya aspek fotografi dan sinema media
sosok Maria dalam arti tindakan dan sebagainya. Mitos dalam kesejarahan
bahwa dirinya adalah Maria atau ibu maka unsur mitos sering diwujudkan
garis batas pertahan Republik. Narasi Analisis narasi dan semiotik yang
dan jasa para syuhada yang pasti menyajikan sebuah fakta empiris
200