Anda di halaman 1dari 19

Mengenai persiapan jihad, Allah 

Ta’ala berfirman,

‫َوَأعِ ُّدوا لَ ُه ْم َما اسْ َت َطعْ ُت ْم مِنْ قُ َّو ٍة َومِنْ ِربَاطِ ْال َخي ِْل‬

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan

dari kuda-kuda yang ditambat” (QS. Al Anfal: 60). Yang dimaksud dengan kekuatan apa

saja, ditafsirkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan memanah (HR. Muslim no.

1917).

Namun perlu dipahami bahwa perlombaan atau musabaqoh itu ada dua macam: dengan

taruhan dan tanpa taruhan.

Perlombaan Tanpa Taruhan

Hukum asalnya boleh berlomba tanpa taruhan seperti lomba lari, perahu, balapan burung,

keledai, gajah dan lomba tombak. Pendapat jumhur (mayoritas ulama) membolehkan setiap

perlombaan yang tanpa taruhan secara mutlak.

Ibnu ‘Abidin –salah seorang ulama Hanafiyah- berkata,

ُ ‫َوَأمَّا ال ِّس َب‬


‫اق ِباَل جُعْ ٍل َف َيجُو ُز فِي ُك ِّل َشيْ ٍء‬

“Adapun perlombaan tanpa taruhan, itu boleh dalam berbagai macam bentuknya.” (Roddul

Muhtar, 27: 20, Asy Syamilah)

Ibnu Qudamah –ulama Hambali- berkata,


ٍ ‫ َفَأمَّا ْال ُم َسا َب َق ُة ِب َغي ِْر عِ َو‬. ‫ض‬
‫ َف َتجُو ُز‬، ‫ض‬ ٍ ‫ َو ُم َسا َب َق ٌة ِبع َِو‬، ‫ض‬
ٍ ‫ْن ؛ م َُسا َب َق ٌة ِب َغي ِْر عِ َو‬ َ ‫َو ْال ُم َسا َب َق ُة َعلَى‬
ِ ‫ضرْ َبي‬
‫م ُْطلَ ًقا مِنْ َغي ِْر َت ْق ِيي ٍد ِب َشيْ ٍء م َُعي ٍَّن‬

“Perlombaan itu ada dua macam: perlombaan tanpa taruhan dan dengan taruhan. Adapun

perlombaan tanpa taruhan, itu boleh secara mutlak tanpa ada pengkhususan ada yang

terlarang.” (Al Mughni, 11: 29)

Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah (15: 79) disebutkan,

‫فإن كانت المسابقة بغير جعل فتجوز من غير تقييد بشيء معيّن‬

“Jika musabaqoh (perlombaan) dilakukan tanpa adanya taruhan, itu boleh pada setiap bola

tanpa pengkhususan.”

Dalil dari penjelasan di atas adalah hadits dari ‘Aisyah di mana ia pernah berlomba lari

bersama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa adanya taruhan. Dari ‘Aisyahradhiyallahu

‘anha, beliau menceritakan bahwa,

ُ ‫ت َف َسا َب ْق ُت ُه َف َس َب ْق ُت ُه َعلَى ِرجْ لَىَّ َفلَمَّا َح َم ْل‬


‫ت اللَّحْ َم‬ ْ ‫َأ َّن َها َكا َن‬
ْ َ‫ فِى َس َف ٍر َقال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِّ‫ت َم َع ال َّن ِبى‬

َ ‫َسا َب ْق ُت ُه َف َس َب َقنِى َف َقا َل « َه ِذ ِه ِبت ِْل‬


.» ‫ك ال َّس ْب َق ِة‬

Ia pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safar. ‘Aisyah lantas berlomba

lari bersama beliau dan ia mengalahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala ‘Aisyah

sudah bertambah gemuk, ia berlomba lari lagi bersama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

namun kala itu ia kalah. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ini balasan

untuk kekalahanku dahulu.” (HR. Abu Daud no. 2578 dan Ahmad 6: 264. Syaikh Al Albani

mengatakan bahwa hadits ini shahih)


Penjelasan di atas adalah pendapat jumhur atau mayoritas ulama. Ulama Hanafiyah

memiliki pendapat yang sedikit berbeda. Mereka memberi syarat lomba yang dibolehkan

hanyalah pada empat lomba, yaitu lomba pacuan kuda, pacuan unta dan memanah,

ditambah lomba lari. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Huraihah, Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda,

‫الَ َس َب َق ِإالَّ فِى َنصْ ٍل َأ ْو ُخفٍّ َأ ْو َحاف ٍِر‬

“Tidak ada taruhan dalam lomba kecuali dalam perlombaan memanah, pacuan unta, dan

pacuan kuda.” (HR. Tirmidzi no. 1700, An Nasai no. 3585, Abu Daud no. 2574, Ibnu Majah

no. 2878. Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani). Mengenai dalil bolehnya lomba lari diambil

dari hadits ‘Aisyah yang telah disebutkan. Artinya, perlombaan selain empat lomba yang

telah disebutkan asalnya adalah haram menurut ulama Hanafiyah. Dikeluarkan dari haram

karena ada dalil pengecualian.

Perlombaan dengan Taruhan

Perlombaan dengan taruhan asalnya masih dibolehkan. Namun yang dibolehkan di sini

adalah khusus pada lomba tertentu, tidak untuk setiap lomba. Jumhur berpendapat tidak

bolehnya lomba dengan taruhan selain pada lomba memanah, pacuan kuda, dan pacuan

unta. Demikian pula dikatakan oleh Az Zuhri.

Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa lomba hanya boleh dalam empat hal, yaitu

lomba pacuan kuda, pacuan unta, memanah dan lomba lari sebagaimana keterangan di

atas.
Ulama Syafi’iyah meluaskan lagi perlombaan yang dibolehkan dengan taruhan pada setiap

lomba yang nanti berperan serta dalam jihad. Adapun lomba adu ayam, burung, dan domba

tidaklah termasuk dalam hal ini dan jelas tidak dibolehkan karena bukan termasuk sarana

untuk jihad (Disarikan dari Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah). Imam Nawawi dalam Minhajul

Tholibin berkata, “Segala lomba yang mendukung peperangan (jihad) dibolehkan dengan

taruhan.”

Termasuk pula lomba yang dibolehkan dengan taruhan adalah lomba hafalan Qur’an dan

lomba ilmiah dalam agama.

Ibnul Qayyim rahimahullah ditanya, “Apakah boleh melakukan perlombaan menghafal Al

Qur’an, hadits, fikih dan ilmu yang bermanfaat lainnya yang ditentukan manakah yang benar

manakah yang salah dan perlombaan tersebut menggunakan taruhan?”

Kata Ibnul Qayyim, “Pengikut Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam Asy Syafi’i melarang hal

tersebut. Sedangkan ulama Hanafiyah membolehkannya. Guru kami, begitu pula Ibnu ‘Abdil

Barr dari ulama Syafi’iyah membolehkan hal ini. Perlombaan menghafal Qur’an tentu saja

lebih utama dari lomba berburu, bergulat, dan renang. Jika perlombaan-perlombaan tadi

dibolehkan, maka tentu saja perlombaan menghafal Al Qur’an (dengan taruhan) lebih utama

untuk dikatakan boleh.” (Al Furusiyah, Ibnul Qayyim, hal. 318)

Ibnul Qayyim di tempat lain berkata, “Jika taruhan dibolehkan dalam memanah, pacuan

kuda dan pacuan kita karena terdapat dorongan untuk belajar pacuan dan sebagai

persiapan untuk jihad, maka tentu saja lomba dalam hal ilmu diin (agama) dan penyampaian

hujjah padahal dengan itu akan membuka hati dan memuliakan Islam, maka itu lebih layak

dibolehkan.” (Al Furusiyah, Ibnul Qayyim, hal. 97)


Bentuk Taruhan

Untuk lomba yang dibolehkan dengan taruhan seperti yang disebutkan sebelumnya, ada

syarat taruhan yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Taruhan harus jelas dalam hal jumlah dan sifat (ciri-ciri).

2. Boleh taruhan dibayarkan saat lomba atau boleh sebagiannya ditunda (dicicil).

3. Taruhan tersebut bisa jadi ditarik dari salah satu peserta dari dua peserta yang ikut lomba.

Salah satunya mengatakan, “Jika engkau mengalahkan saya dalam lomba memanah, maka

saya berkewajiban memberimu Rp.100.000”. Ini dibolehkan dan tidak ada khilaf di antara

para ulama dalam pembolehan bentuk taruhan semacam ini. Namun ingat sekali lagi bentuk

ini berlaku antara dua orang atau dua kelompok.

4. Taruhan tersebut bisa pula ditarik dari pihak lain semisal dari imam yang diambil dari kas

Negara (baitul maal). Karena lomba semacam ini jelas manfaatnya dan turut membantu

dalam pembelajaran jihad sehingga bermanfaat luas bagi orang banyak.

Bisa pula taruhan tersebut berasal dari iuran peserta (yang lebih dari dua peserta), seperti

masing-masing misalnya menyetorkan iuran awal sebesar Rp.100.000 dan hadiah untuk

pemenang akan ditarik dari iuran tersebut. Bentuk ketiga ini disebut rihan (taruhan). Jumhur

ulama tidak membolehkan taruhan semacam ini karena ada pihak yang rugi dan ada yang

beruntung. [Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 24: 128-129]

Taruhan yang Berbau Judi

Perlombaan selain yang disebutkan di atas seperti perlombaan bola, balapan

motor,perlombaan catur yang menggunakan taruhan dengan dipungut dari iuran peserta, ini
jelas terlarang karena bukan bertujuan untuk menegakkan agama Allah atau jalan melatih

untuk berjihad. Bahkan perlombaan semacam itu termasuk dalam bentuk perjudian yang

jelas haramnya. Jelaslah bagaimana bentuk perjudian saat ini yang dikemas dengan

berbagai trik. Seperti lomba voli yang diikuti peserta dengan syarat setiap peserta

membayar uang pendaftaran Rp.100.000 lalu hadiahnya dipungut dari uang pendaftaran

tersebut, ini jelas masuk dalam judi.

Sedangkan taruhan yang dilakukan di antara sesama penonton (misal dari para penonton

pacuan kuda atau memanah), tidak dibolehkan dalam perlombaan yang masuk kategori

boleh dengan taruhan. Karena yang boleh memakai taruhan di sini adalah sesama para

peserta sebagaimana penjelasan di atas.

Bahaya Judi

Hati-hatilah dengan judi, wahai saudaraku! Allah Ta’ala berfirman,

‫ان َفاجْ َت ِنبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم‬ َ ‫صابُ َواَأْل ْزاَل ُم ِرجْ سٌ مِنْ َع َم ِل ال َّشي‬
ِ ‫ْط‬ َ ‫ِين َآ َم ُنوا ِإ َّن َما ْال َخمْ ُر َو ْال َميْسِ ُر َواَأْل ْن‬
َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬

َ ‫ُت ْفلِح‬
‫ُون‬

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban

untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka

jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 90)

Lihatlah permusuhan sesama muslim bisa muncul akibat judi. Judi pun benar-benar telah

memalingkan dari dzikrullah. Sadarilah!


‫ص َّد ُك ْم َعنْ ذ ِْك ِر هَّللا ِ َو َع ِن‬
ُ ‫مْر َو ْال َميْسِ ِر َو َي‬
ِ ‫ضا َء فِي ْال َخ‬ َ ‫ِإ َّن َما ي ُِري ُد ال َّش ْي َطانُ َأنْ يُوق َِع َب ْي َن ُك ُم ْال َعد‬
َ ‫َاو َة َو ْال َب ْغ‬

َ ‫صاَل ِة َف َه ْل َأ ْن ُت ْم ُم ْن َته‬
‫ُون‬ َّ ‫ال‬

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di

antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari

mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan

itu).” (QS. Al Maidah: 91)

Bahkan judi itu lebih berbahaya dari riba. Sebagaimana Ibnu Taimiyah rahimahullahberkata,

‫ ومفسدة‬, ‫ مفسدة أكل المال بالحرام‬: ‫إنّ مفسدة الميسر أعظم من مفسدة الرّبا أل ّنه يشتمل على مفسدتين‬

‫ ولهذا ح ّرم الميسر قبل‬, ‫ إذ يصد عن ذكر هّللا وعن الصّالة ويوقع في العداوة والبغضاء‬, ‫اللّهو الحرام‬

. ‫تحريم الرّبا‬

“Kerusakan maysir (di antara bentuk maysir adalah judi) lebih berbahaya dari riba.

Karenamaysir memiliki dua kerusakan: (1) memakan harta haram, (2) terjerumus dalam

permainan yang terlarang. Maysir benar-benar telah memalingkan seseorang dari dzikrullah,

dari shalat, juga mudah timbul permusuhan dan saling benci. Oleh karena

itu, maysirdiharamkan sebelum riba.” (Dinukil dari Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 39: 406)

Maysir yang disebutkan dalam ayat di atas sebenarnya lebih umum dari judi. Kata Imam

Malik rahimahullah, “Maysir ada dua macam: (1)  bentuk permainan seperti dadu, catur dan

berbagai bentuk permainan yang melalaikan, dan (2) bentuk perjudian, yaitu yang

mengandung unsur spekulasi atau untung-untungan di dalamnya.” Bahkan Al Qosim bin

Muhammad bin Abi Bakr memberikan jawaban lebih umum ketika ditanya mengenai apa itu

maysir. Jawaban beliau, “Setiap yang melalaikan dari dzikrullah (mengingat Allah) dan dari
shalat, itulah yang disebut maysir.” (Dinukil dari Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 39: 406). Dari

penjelasan Imam Malik menunjukkan ada permainan yang terlarang yaitu catur dan dadu.

Dua permainan ini disebut maysir.

Demikian bahasan kami seputar hukum taruhan. Moga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq

was sadaad.

@ Sabic Lab, Riyadh KSA, 18 Muharram 1433 H

www.rumaysho.com
Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa
pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang.. Pemain yang
kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan
ditentukan sebelum pertandingan dimulai.

Undian dapat dipandang sebagai perjudian dimana aturan mainnya adalah dengan cara menentukan
suatu keputusan dengan pemilihan acak. Undian biasanya diadakan untuk menentukan pemenang
suatu hadiah.

Contohnya adalah undian di mana peserta harus membeli sepotong tiket yang diberi nomor. Nomor
tiket-tiket ini lantas secara acak ditarik dan nomor yang ditarik adalah nomor pemenang. Pemegang
tiket dengan nomor pemenang ini berhak atas hadiah tertentu.

Aspek hukum[sunting]
Banyak negara yang melarang perjudian sampai taraf tertentu, Karena perjudian mempunyai
konsekuensi sosial kurang baik, dan mengatur batas yurisdiksi paling sah tentang undang-undang
berjudi sampai taraf tertentu. Beberapa negara-negara Islam melarang perjudian, hampir semua
negara-negara mengatur itu. Kebanyakan hukum negara tidak mengatur tentang perjudian, dan
memandang sebagai akibat konsekuensi masing-masing, dan tak dapat dilaksanakan oleh proses
yang sah sebagai undang-undang. Dengan begitu organisasi kriminal sering mengambil alih
penyelenggaraan dariutang perjudian besar, kadang-kadang menggunakan metode yang kejam,
seperti mafia, triad, atau yakuza.

Beberapa masalah dalam perjudian:

 Beberapa orang akan menjadi ketagihan. Mereka tidak dapat berhenti berjudi, dan kehilangan
banyak uang.
 Kadang-kadang judi tidaklah adil. Jika anda menang atau kalah, maka anda harus membayar
sejumlah uang.
Beberapa perjudian yang sama sering dinamakan lotre, lotto (atau lottery), ada
beberapa negara yang mengadakan perjudian ini. Biasanya, mereka harus menebak 7 dari 45 atau
50 nomor yang benar sebelum di undi.

Macam perjudian yang populer di indonesia :

 Togel
 Sabung ayam
 SDSB
 Pakong
 judi pertandingan
 judi kartu (poker, gaplek, remi, domino, Blackjack)
 judi aduan (menggunakan binatang)
 judi panjang.
MAKALAH TENTANG PERJUDIAN KARYA ANAK SMANSA I BATANG
TATANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjudian merupakan suatu permainan
dimana permainan tersebut dipertaruhkan untuk memilih satu pilihan dari beberapa
pilihan. Diantara pilihan tersebut ,hanya satu pilihan saja yang dianggap benar. Pemain
yang dianggap benar akan menjadi seorang pemenang ,dan pemain yang kalah taruhan
akan memberikan taruhan kepada si pemenang tersebut . Dalam masyarakat
Indonesia ,permainan ini sangat sering dimaikan,bahkan dijadikan mata pencaharian .
Permainan ini pun dimainkan dari kelas konglomerat sampai kelas bawah . Permainan
haram inipun telah banyak dimainkan oleh remaja, bahkan ketika mereka masih
dilingkungan sekolah meskipun ,masih sekolah taruhan yang mereka pasang berkisar
antara puluhan sampai ratusan ribu .Perjudian sangat tidak menguntungkan dan dapat
merusak perilaku remaja . Oleh karena itu ,dalam makalah ini penulis akan memaparkan
tentang maraknya perjudian dikalangan remaja. B. Masalah Adapun masalalah yang
akan dibahas sebagai berikut 1.`Apa dampak perjudian bagi remaja? 2. Bagaimana cara
meminimalisasi perjudian ? C. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut
1. Untuk mendeskripsikan dampak perjudian bagi remaja 2. Untuk mendeskripsikan cara
meminimalisasi perjudian dikalangan remaja D. Manfaat Adapun manfaat yang dapat
diperoleh sebagai berikut 1. Bagi remaja, agar tidak terjerumus dalam perjudian. 2. Bagi
Orang Tua , agar dapat menjaga anak- anaknya dari perjudian BAB II PEMBAHASAN A.
Apa dampak perjudian bagi remaja Adapun dampak perjudian bagi remaja sebagai
berikut : 1. Rusaknya moral remaja Perjudian memberikan dampak berupa rusaknya
moral remaja karena perjudian merupakan permainan yang melanggar
norma ,etika ,dan agama . 2. Menjerumuskan remaja ke prilaku negatif lainnya. Jika
seorang anak tidak mempunyai uang untuk berjudi, maka bisa saja ia mencuri uang
orang tuanya. 3. Membuat ketagihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perjudian merupakan suatu permainan dimana permainan tersebut dipertaruhkan untuk
memilih satu pilihan dari beberapa pilihan. Diantara pilihan tersebut ,hanya satu pilihan
saja yang dianggap benar. Pemain yang dianggap benar akan menjadi seorang
pemenang ,dan pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhan kepada si
pemenang tersebut . Dalam masyarakat Indonesia ,permainan ini sangat sering
dimaikan,bahkan dijadikan mata pencaharian . Permainan ini pun dimainkan dari kelas
konglomerat sampai kelas bawah . Permainan haram inipun telah banyak dimainkan
oleh remaja, bahkan ketika mereka masih dilingkungan sekolah meskipun ,masih
sekolah taruhan yang mereka pasang berkisar antara puluhan sampai ratusan
ribu .Perjudian sangat tidak menguntungkan dan dapat merusak perilaku remaja . Oleh
karena itu ,dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang maraknya perjudian
dikalangan remaja. B. Masalah Adapun masalalah yang akan dibahas sebagai berikut
1.`Apa dampak perjudian bagi remaja? 2. Bagaimana cara meminimalisasi perjudian ?
C. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut 1. Untuk mendeskripsikan
dampak perjudian bagi remaja 2. Untuk mendeskripsikan cara meminimalisasi perjudian
dikalangan remaja D. Manfaat Adapun manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut 1.
Bagi remaja, agar tidak terjerumus dalam perjudian. 2. Bagi Orang Tua , agar dapat
menjaga anak- anaknya dari perjudian BAB II PEMBAHASAN A. Apa dampak perjudian
bagi remaja Adapun dampak perjudian bagi remaja sebagai berikut : 1. Rusaknya moral
remaja Perjudian memberikan dampak berupa rusaknya moral remaja karena perjudian
merupakan permainan yang melanggar norma ,etika ,dan agama . 2. Menjerumuskan
remaja ke prilaku negatif lainnya. Jika seorang anak tidak mempunyai uang untuk
berjudi, maka bisa saja ia mencuri uang orang tuanya. 3. Membuat ketagihan ELOH
FAUZAN PONSEL/EKORAHMANTO
Sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam pasal 2 UU No.7 Tahun 1974 tentang
penertiban perjudian menurut hukum pidana Islam. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui
perspektif hukum pidana Islam terhadap tindak pidana perjudian dalam UU No.7 Tahun 1974, serta
sanksinya bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam pasal 2 UU No.7 Tahun 1974. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan normatif. Sumber
data dalam penelitian ini terbagi dua yakni, sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun
data primer dalam penelitian skripsi ini adalah UU No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dan
KUHP. Sumber data sekunder adalah data yang mendukung atau data tambahan bagi data primer.
Skripsi ini merupakan bentuk penelitian kualitatif tentang sebuah produk UU, maka metode tersebut
dapat digunakan untuk menguraikan secara menyeluruh tentang tindak pidana perjudian menurut UU
No.7 Tahun 1974, data yang dipakai adalah data yang bersifat deskriptif (data tekstular) yang hanya di
analisis menurut isinya. Sehingga menghasilkan sebuah analisis obyektif dan sistematis. UU No. 7 Tahun
1974 adalah peraturan perundang-undangan yang melakukan perubahan terhadap KUHP tetapi secara
parsial. Adapun beberapa ketentuan yang tersebut adalah merubah ancaman-ancaman pidana yang
terdapat :(a)dalam pasal 303 (1) KUHP menjadi pidana penjara selama-lamanya 10 tahun atau denda
sebanyak-banyaknya 25 juta rupiah (b)dalam pasal 542 (1) KUHP menjadi pidana penjara selama-
lamanya 4 tahun atau denda sebanyak-banyaknya 10 juta rupiah, (c)dalam pasal 542 (3) KUHP menjadi
pidana penjara selama-lamanya 6 tahun atau denda sebanyak-banyaknya 15 juta rupiah, dan merubah
sebutan pasal 542 KUHP, menjadi pasal 303 bis. UU No. 7 Tahun 1974 merupakan ketentuan atau
peraturan perundang-undangan yang menetapkan dan merubah beberapa ketentuan yang ada dalam
KUHP. Adapun perumusan dan penetapan ketentuan sanksi pidana oleh pembentuk UU diatur dalam
pasal 303 dan 303 bis. UU No. 7 Tahun 1974, menyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian
sebagai kejahatan dan dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1974 tersebut maka ancama pidana
perjudian diperberat. Menurut hukum Islam, segala bentuk perjudian dapat dianggap sebagai sebuah
tindak kejahatan (jarimah) serta bisa terancam hukuman, jika dilihat dari hukum Islam, maka larangan
tentang perjudian dirangkaikan dengan khamar. Berdasarkan hal dimaksud, cukup beralasan jika
perjudian termasuk salah satu tindak pidana, yang sanksi hukumnya disejajarkan dengan tindak pidana
khamar. Semua Ulama dari keempat mazhab sepakat bahwa seorang pemabuk harus dihukum cambuk
40 kali dera. Dengan demikian para ulama tidak ada kesepakatan mengenai berapa banyak seseorang
dihukum cambuk. Tujuan hukum Islam (maqasid al-tasyri) yaitu menjaga lima hal kepentingan manusia
memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara keturunan, memelihara akal, dan memelihara harta.
Sanksi pidana atau pemidanaan merupakan salah satu sarana untuk menanggulangi masalah-masalah
sosial dalam mencapai tujuan, yaitu kesejahteraan masyarakat. Syariat Islam menjatuhkan sanksi
terhadap tindak pidana (jarimah) yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran maupun Hadits dengan tazir.
Ketentuan tazir merupakan suatu kewenangan Ulil al-Amri (pemerintah), dalam hal ini hakimlah yang
menentukan sanksi terhadap pelaku tindak pidana.

Deskripsi Alternatif :

Sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam pasal 2 UU No.7 Tahun 1974 tentang
penertiban perjudian menurut hukum pidana Islam. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui
perspektif hukum pidana Islam terhadap tindak pidana perjudian dalam UU No.7 Tahun 1974, serta
sanksinya bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam pasal 2 UU No.7 Tahun 1974. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan normatif. Sumber
data dalam penelitian ini terbagi dua yakni, sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun
data primer dalam penelitian skripsi ini adalah UU No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dan
KUHP. Sumber data sekunder adalah data yang mendukung atau data tambahan bagi data primer.
Skripsi ini merupakan bentuk penelitian kualitatif tentang sebuah produk UU, maka metode tersebut
dapat digunakan untuk menguraikan secara menyeluruh tentang tindak pidana perjudian menurut UU
No.7 Tahun 1974, data yang dipakai adalah data yang bersifat deskriptif (data tekstular) yang hanya di
analisis menurut isinya. Sehingga menghasilkan sebuah analisis obyektif dan sistematis. UU No. 7 Tahun
1974 adalah peraturan perundang-undangan yang melakukan perubahan terhadap KUHP tetapi secara
parsial. Adapun beberapa ketentuan yang tersebut adalah merubah ancaman-ancaman pidana yang
terdapat :(a)dalam pasal 303 (1) KUHP menjadi pidana penjara selama-lamanya 10 tahun atau denda
sebanyak-banyaknya 25 juta rupiah (b)dalam pasal 542 (1) KUHP menjadi pidana penjara selama-
lamanya 4 tahun atau denda sebanyak-banyaknya 10 juta rupiah, (c)dalam pasal 542 (3) KUHP menjadi
pidana penjara selama-lamanya 6 tahun atau denda sebanyak-banyaknya 15 juta rupiah, dan merubah
sebutan pasal 542 KUHP, menjadi pasal 303 bis. UU No. 7 Tahun 1974 merupakan ketentuan atau
peraturan perundang-undangan yang menetapkan dan merubah beberapa ketentuan yang ada dalam
KUHP. Adapun perumusan dan penetapan ketentuan sanksi pidana oleh pembentuk UU diatur dalam
pasal 303 dan 303 bis. UU No. 7 Tahun 1974, menyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian
sebagai kejahatan dan dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1974 tersebut maka ancama pidana
perjudian diperberat. Menurut hukum Islam, segala bentuk perjudian dapat dianggap sebagai sebuah
tindak kejahatan (jarimah) serta bisa terancam hukuman, jika dilihat dari hukum Islam, maka larangan
tentang perjudian dirangkaikan dengan khamar. Berdasarkan hal dimaksud, cukup beralasan jika
perjudian termasuk salah satu tindak pidana, yang sanksi hukumnya disejajarkan dengan tindak pidana
khamar. Semua Ulama dari keempat mazhab sepakat bahwa seorang pemabuk harus dihukum cambuk
40 kali dera. Dengan demikian para ulama tidak ada kesepakatan mengenai berapa banyak seseorang
dihukum cambuk. Tujuan hukum Islam (maqasid al-tasyri) yaitu menjaga lima hal kepentingan manusia
memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara keturunan, memelihara akal, dan memelihara harta.
Sanksi pidana atau pemidanaan merupakan salah satu sarana untuk menanggulangi masalah-masalah
sosial dalam mencapai tujuan, yaitu kesejahteraan masyarakat. Syariat Islam menjatuhkan sanksi
terhadap tindak pidana (jarimah) yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran maupun Hadits dengan tazir.
Ketentuan tazir merupakan suatu kewenangan Ulil al-Amri (pemerintah), dalam hal ini hakimlah yang
menentukan sanksi terhadap pelaku tindak pidana.
Banyak orang yang menyebut forex adalah judi. Lalu definisi judi sendiri bagaimana sih?
Apakah memang pas kalau forex dikatakan judi secara telak? Di artikel ini akan diulas
mengenai bentuk-bentuk judi beserta penjelasan yang mendukungnya. Dengan
demikian tidaklah sulit untuk membedakan mana yang judi dan mana yang tidak. Yuk
kita ikuti ulasannya.

Judi dalam hukum syar’i disebut maysir dan qimar yang merupakan "transaksi
dengan dilakukan oleh dua belah pihak untuk pemilikan suatu barang atau
jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara
mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu aksi atau peristiwa".

Judi menurut pandangan Islam sudah jelas dilarang. Apalagi dengan kondisi sosial
masyarakat kita yang menganggap judi sebuah pekerjaan biasa dan wajar. Bahkan sering
ada anggapan bahwa judi itu boleh dilakukan. Pertentangan dalam masyarakat
seringkali muncul tentang kebolehan berjudi. Tapi menurut pandangan Islam, judi
merupakan perbuatan yang haram dilakukan. Sesuai hadist Bukhari & Muslim di bawah
ini :
"Barangsiapa berkata kepada rekannya mari bermain judi, maka hendaklah ia
bersedekah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu tidak halal seorang muslim menjadikan permainan judi sebagai alat
untuk menghibur diri dan mengisi waktu senggang. Begitu juga tidak halal seorang
muslim menjadikan permainan judi sebagai alat mencari uang dalam situasi apapun.

Sebenarnya kalau dinalar, berjudi memang merugikan karena secara matematika


peluang untuk menang berjudi itu sangat kecil, apalagi kalau pemainnya bermacam-
macam. Memang banyak alasan logis (dan ilmiah) dibalik larangan maupun anjuran
dalam agama Islam. Allah SWT telah memperingatkan dgn tegas mengenai bahaya judi
ini, dimana dalam Surat Al Maidah ayat 2  yang artinya “…..Dan tolong menolonglah
kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran....”

Kerugian dari berjudi yaitu kecanduan yang negatif. Artinya, akan mendorong
pihak yang kalah untuk mengulangi lagi, barangkali dengan ulangan yang kedua itu
dapat menutup kerugiannya yang pertama. Sedang yang menang, karena didorong oleh
lezatnya menang, maka ia tertarik untuk mengulangi lagi. Kemenangannya yang sedikit
itu mengajak untuk dapat lebih banyak. Sama sekali dia tidak ada keinginan untuk
berhenti. Dan makin berkurang pendapatannya, makin dimabuk oleh kemenangan
sehingga dia beralih dari kemegahan kepada suatu kesusahan yang mendebarkan.

Dalam mengklasifikasikan sesuatu permainan sebagai judi, para ulama telah


mensyaratkan ciri-ciri berikut :
- Ia disertai oleh dua orang/lebih atau dua kumpulan manusia/lebih.
- Setiap pihak mempertaruhkan sesuatu harta atau manfaat.
- Mana-mana pihak yang menang akan memperolehi harta atau manfaat dari pihak yang
kalah.

Ada beberapa hikmah yang dapat dijadikan pelajaran kenapa judi diharamkan, yaitu :

1. Yang menang mendapatkan rejeki tanpa bekerja keras


2. Yang kalah jadi melarat tiba-tiba
3. Menimbulkan permusuhan antar pemain
4. Jiwa pemain judi bertambah kasar, karena bermaksud jahat hendak mengalahkan lawan
5. Menimbulkan banyak sakit karena banyak duduk, banyak pikiran, selalu sibuk berkeluh
kesah, dan takut kalah
6. Menyia-nyiakan harta dan kekayaan sehingga jatuh melarat dan terhina di tengah
masyarakat, tetangga dan keluarga
7. Memperbanyak pencuri, perampok karena kehabisan uang atau modal untuk bermain
judi

Dengan demikian pandangan Islam tentang judi sangatlah komprehensif dan jelas apa
yang diakibatkan dari permainan judi.  Hobi untuk judi akan merusak waktu dan
aktivitas hidup dan menyebabkan si pemain tamak. Mereka mau mengambil hak milik
orang tetapi tidak mau memberi, menghabiskan barang tetapi tidak dapat berproduksi.
Selamanya pemain judi sibuk dengan permainannya, sehingga lupa akan kewajibannya
kepada Tuhan, kewajibannya akan diri, kewajibannya akan keluarga dan kewajibannya
akan umat. Jadi hindari bertrading ala judi untuk mendapatkan manfaat dan
keberkahan.

Sumber:
http://id.shvoong.com
http://media.isnet.org
http://pustakailmudotcom.wordpress.com
.3.5 Judi adalah
Kawan Arak

Sekalipun
hiburan dan
permainan itu
dibolehkan oleh
Islam, tetapi ia
juga
mengharamkan
setiap permainan
yang dicampuri
perjudian, yaitu
permainan yang
tidak luput dari
untung-rugi yang
dialami oleh si
pemain. Dan
sudah kita
sebutkan
terdahulu tentang
sabda Nabi yang
mengatakan:

"Barangsiapa
berkata kepada
rekannya mari
bermain judi,
maka hendaklah ia
bersedekah."
(Riwayat Bukhari
dan Muslim)

Oleh karena itu


tidak halal
seorang muslim
menjadikan
permainan judi
sebagai alat
untuk menghibur
diri dan mengisi
waktu senggang.
Begitu juga tidak
halal seorang
muslim
menjadikan
permainan judi
sebagai alat
mencari uang
Pengharaman judi menurut al-Quran
Tarikh Disiarkan: 

 15 Nov, 2011

Sumber: 

 Utusan Malaysia Online

Disediakan oleh Bahagian Analisa dan Penyelidikan, Yayasan Dakwah Islam Malaysia
Sejak lama dahulu, permainan judi telah dikenal oleh manusia. Pada zaman jahiliah, masyarakat Arab
sangat gemar bermain judi. Mereka menyebut permainan itu sebagai al- Masyir.
Pada masa itu, mereka tahu dua bentuk judi, iaitu al-mukhatarah dan al-tajzi'ah. Para ulama
bersepakat bahawa judi adalah haram dalam hukum Islam, sesuai dengan firman Allah SWT dalam
surah al-Baqarah ayat 219.
AL-MUKHATARAH
Bentuk permainan al-mukhatarah, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, merupakan permainan
yang melibatkan dua orang atau lebih yang mempertaruhkan harta dan isteri mereka dalam sesuatu
permainan.
Orang yang menang berhak mengambil harta dan isteri pihak yang kalah. Harta dan isteri yang sudah
menjadi milik pemenang dapat diperlakukan sesuka hati. Jika suka, dia boleh mengahwininya. Jika
tidak, wanita itu hanya dijadikan hamba atau gundik.
AL-TAJZI'AH
Dalam at-tajzi'ah, 10 orang bermain kad daripada potongan kayu. Ada 10 keping kad, 7 kad diberi
angka 1-7, dan 3 kad kosong, sehingga semua angkanya berjumlah 28. Kemudian seekor unta
dipotong menjadi 28 bahagian.
Setiap peserta diundi untuk mengambil potongan daging sesuai dengan angka pada kad yang
didapatinya. Tiga peserta yang mendapat kad kosong dianggap kalah dan harus membayar harga
unta.
Mereka yang menang saling membanggakan diri dengan menyebut nama suku mereka. Permainan
ini sering kali berakhir dengan perselisihan, bahkan peperangan.
Kesan terhadap masyarakat
Amalan judi dan minum arak telah diterima oleh sebahagian besar masyarakat sebagai amalan yang
boleh memudaratkan institusi kekeluargaan.
Judi bukan sahaja boleh menjejaskan kemampuan kewangan seseorang individu tetapi juga boleh
melalaikan dan melekakan seseorang itu daripada menunaikan tanggungjawabnya kepada Allah
SWT dan mereka yang di bawah tanggungan seseorang itu.
Dosa besar
Para ulama setuju bahawa hukum berjudi adalah haram dalam Islam. Hal ini didasarkan pada firman
Allah SWT yang bermaksud: Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai arak dan
judi. Katakanlah: ada keduanya ada dosa besar dan ada pula beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya… (al-Baqarah: 219)
Dalam ayat lainnya disebut bahawa judi termasuk dalam perbuatan syaitan, sehingga kita mesti
menjauhinya sebagaimana firman-Nya yang bermaksud: Wahai orang-orang yang beriman! Bahawa
sesungguhnya arak, dan judi, dan pemujaan berhala, dan mengundi nasib dengan batang-batang
anak panah, adalah (semuanya) kotor (keji) dari perbuatan Syaitan. Oleh itu hendaklah kamu
menjauhinya supaya kamu berjaya. (al-Maidah: 90)
Alasan diharamkan judi juga dijelaskan dalam ayat berikutnya yang bermaksud:Sesungguhnya
syaitan itu hanyalah bermaksud mahu menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
dengan sebab arak dan judi, dan mahu memalingkan kamu daripada mengingati Allah dan daripada
mengerjakan sembahyang. Oleh itu, mahukah kamu berhenti (daripada melakukan perkara-perkara
yang keji dan kotor itu atau kamu masih berdegil)? (al-Maidah: 91)
AL-MAYSIR
Dalam bahasa Arab, judi disebut al-Maysir, yang berasal daripada akar kata yasira atau yasurayang
bererti menjadi mudah atau yasara (memudahkan).
Hal ini dapat difahami kerana judi menjanjikan keuntungan tanpa melalui cara yang wajar
sebagaimana diajarkan dalam Islam.
Muhammad Rasyid Ridha, cendekiawan Islam yang berasal dari Mesir menafsirkan katamaysir dalam
al-Quran sebagai permainan untuk mencari keuntungan tanpa menggunakan akal dan bekerja keras.
Makluman: Artikel ini dipetik secara langsung dari akhbar Utusan Malaysia Online pada 15hb November 2011

Anda mungkin juga menyukai