Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

MATAKULIAH INTERAKSI OPT


DAN IDENTIFIKASI HAMA
DAN DIAGNOSIS PENYAKIT

Gusti Ngurah Ari Darmawan


E28120033

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
Judul : Laporan Praktikum Lapangan Matakuliah Interaksi OPT
dan Identifikasi Hama dan Diagnosis Penyakit
Nama : Gusti Ngurah Ari Darmawan
Stambuk : E 281 20 033
Kelas : Proteksi 2

Palu, Desember 2022

Menyetujui,

Koordinator Asisten Asisten Penanggung Jawab

Riwan Budi Santoso S.P


Rohman Lugito S.P

Disahkan oleh :
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Mata Kuliah Interaksi OPT dan
Indentifikasi Hama dan Diagnosis
Penyakit

Dr. Asrul SP.,MP


NIP 197203122000031001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan ini

dengan judul “Laporan Lengkap Praktikum Lapangan Matakuliah Interaksi OPT

dan Identifikasi Hama dan Diagnosis Penyakit”. Laporan ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Entomologi dan Fitopatologi

Selama pelaksanaan praktikum ini penulis banyak mendapatkan arahan,

bimbingan, serta dorongan berbagai pihak sehingga pelaksanaan praktikum dan

penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar. Oleh karenanya,

dengan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar

besarnya kepada:

1. Dr. Asrul, SP.,MP, Selaku dosen penanggungjawab praktikum mata kuliah

Interaksi OPT dan Identifikasi Hama dan Diagnosis Penyakit Tanaman

2. Rohman Lugito SP, Selaku koordinator asisten praktikum mata kuliah

Interaksi OPT dan Identifikasi Hama dan Diagnosis Penyakit Tanaman

3. Riwan Budi Santoso SP, Sebagai asisten penanggungjawab praktikum mata

kuliah Interaksi OPT dan Identifikasi Hama dan Diagnosis Penyakit Tanaman

Akhir kata, Alhamdulillahi Rabbil Alamin semoga Allah SWT Memberikan imbalan

yang setimpal atas kebaikan dan jasa jasa mereka, serta tulisan ini mendapatkan ridho-

nya dan bermanfaat bagi semua pihak.

Palu, Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Identifikasi Morfologi Serangga Hama.................................................. 3
2.2 Organisme Pengganggu Tanaman ......................................................... 4
2.3 Gejala Serangan Penyakit Tanaman ...................................................... 6

III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................. 7
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 7
3.3 Cara Kerja .............................................................................................. 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Interaksi OPT ......................................................................................... 8
4.2 Identifikasi Hama ................................................................................... 10
4.3 Diagnosis Penyakit ................................................................................. 12

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14


5.2 Saran....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN
LAPORAN TEMPAT
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Morfologi Serangga…………………………………………………..8
2. Tipe Morfologi Serangga…………………………………………….10
3. Metamorfosis Serangga……………………………………………....12
4. Penyakit Tanaman…………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Identifikasi hama dan diagnosis penyakit tanaman merupakan salah satu

kegiatan dalam bidang pertanian yang cukup kompleks mulai dari pengenalan hama

pada suatu lingkungan sampai dengan diagnosis awal penyakit tanaman akibat dari

lingkungan maupun dampak lain dari serangan hama.

Interaksi OPT dengan tanaman adalah salah satu bentuk interkasi antara

beberapa jenis OPT(Organisme Pengganggu Tanaman) dengan tanaman budidaya

sebagai bentuk interaksi timbal balik antara tanaman dengan OPT. OPT

digolongkan menjadi tiga yaitu hama, penyakit, dan gulma.

Hama merupakan semua serangga maupun binatang yang aktifitasnya dapat

mengakibatkan timbulnya kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu dari segi ekonomis.

Keberadaan serangga hama tergantung pada jenis ekosistem tanaman yang tumbuh

karena tidak semua serangga hama dapat tumbuh dan berkembang pada lokasi yang

sama antar satu dengan yang lain (Setiawan & Maulana, 2019).

Penyakit pada tanaman dapat disebabkan oleh berbagai jenis pathogen

seperti bakteri, virus, jamur dan nematoda. Gejala dan tanda akibat dari serangan

pathogen tersebut juga berbeda, hal tersebut diakibatkan oleh perbedaan cara

menginveksi dari setiap pathogen (Sari & Inayah, 2020).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilaksanakan praktikum “Eksplorasi

Serangga dan Penyakit Tanaman” untuk menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai jenis serangga dan penyakit yang terdapat pada lahan pertanian.

1
1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis serangga hama dan

penyakit serta untuk mengetahui bagaimana interaksi antara tanaman dengan OPT

di wilayah pertanian Desa Labuan Toposo, Kecamatan Labuan, Kabupaten

Donggala, Sulawesi Tengah.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi Morfologi Serangga Hama

2.1.1 Caput

Caput merupakan kapsul keras yang mengandung otot-otot besar, kepala

belalalang keras karena mengalami sklerotisasi. Sebagian pusat utama dari sisem

saraf dinamakan subseropphagela ganglion. Belalang memiliki sepasang antena

yang menonjol diluar kapsul dengan dua mata majemuk yang bervariasi dalam

bentuk dan tonjolan. Mata belalang banyak mengandung kelompok unit masing-

masing tersusunn dari sistem lensa yang fungsinya untuk memfokuskan sinar dari

sejumlah kecil sensori. Beberapa pasang anggota badan tambahan yang

dimodifikasi untuk, mengunyah atau untuk menelan, menusuk atau menghisap dan

membentuk bagian-bagian mulut (Sari, 2017).

2.1.2 Toraks

Toraks adalah bagian tubuh diantara caput dan abdomen, yang dimana pada

bagian toraks terbagi menjadi 3 segmen yaitu segmen toraks depan (protoraks),

segmen toraks tengah (mesotoraks), dan segmen toraks belakang (metatoraks).

Pada serangga yang memiliki sayap, sayap berada pada bagian segmen meso dan

mesotoraks, dan secara bersamaan 2 segmen ini disebut juga sebagai pterotoraks

yang dihubungkan dengan kepala oleh leher atau serviks (Fatiah, 2019). Insekta

yang bersayap (pterygota) bagian mesotoraks dan metatoraks masing-masing

terdapat sayap. Pada tiap-tiap ruas terdapat satu pasang tungkai (Waskita, 2018).
2.2.3 Abdomen

Abdomen merupakan tempat organ dalam berada, yang mana fungsi-fungsi

fisiologis tubuh berada di abdomen. Abdomen berfungsi untuk menampung sistem

pencernaan, ekskretori dan reproduksi. Abdomen pada serangga primitif tersusun

atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh bagian seperti selaput (membran). Jumlah

ruas untuk tiap spesies tidak sama. Sebagian besar ruas abdomen tampak jelas

terbagi menjadi tergum (bagian atas) dan sternum (bagian bawah), sedangkang

pleurun (bagian tengah) tidak tampak. Perbedaan kelamin jantan dan betina dapat

dilihat jelas pada bagian abdomen ini. Pada abdomen serangga betina terdapat 10

ruas tergum dan 8 ruas sternum sedangkan pada serangga jantan terdapt 10 ruas

tergum dan 9 ruas sternum (Lidya, 2019).

2.2 Organisme Penganggu Tanaman

2.2.1 Hama

Hama tanaman berupa hewan yang memiliki ukuran yang dapat dilihat oleh

mata telanjang. Pengamatan terhadap serangan hama tanaman dapat dilakukan

terhadap; gejala pada serangan atau tubuh serangga hama itu sendiri, Sebagian

besar serangga hama juga berperan sebagai serangga vektor yang menularkan

berbagai pathogen penyebab penyakit. Hama menyerang tanaman secara langsung,

pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, buah atau keseluruhan

bagian tanaman (Talitha et al., 2020).

4
2.2.2 Penyakit

Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan seluruh atau sebagaian

organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-

hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal

tanaman (Ruswandari et al., 2020).

Penyakit pada tanaman budidaya biasanya disebabkan oleh Cendawan,

Bakteri, dan Virus. Cendawan merupakan suatu kelompok jasad hidup yang

menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak,

berkembang biak dengan spora, tetapi tidak memiliki klorofil. Cendawan tidak

mempunyai batang, daun, akar dan sisem pembuluh darah seperti pada tumbuhan

tingkat tinggi lainnya (Musrianti, 2021).

Bakteri adalah salah satu jenis makhluk kecil (organisme) yang Sebagian

besar termasuk saprofit (hidup menumpang didalam tubuh makhluk lain, dapat

merugikan makhluk yang di tumpangi) (Badan LitBang Pertanian, 2019).

Virus adalah pathogen obligat (hanya dapat hidup pada organisme hidup),

ukuran virus sangat kecil dan terdiri atas komposisi kimia yaitu protein dan nuclead

acid, virus bersifat parasitic dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada

semua bentuk organisme hidup (Bella et al., 2018).

2.2.3 Gulma

Gulma merupakan sebutan untuk tumbuhan atau sekelompok tumbuhan

yang dianggap menganggu, khususnya menganggu tanaman budidaya. Gulma

menjadi permasalahan di dunia pertanian karena dianggap sebagai tanaman

penganggu, sehingga berkompetisi dengan tanaman budidaya dalam mendapatkan

5
nutrisi pertumbuhan, itu terjadi karena dengan adanya gulma menyebabkan

terjadinya persaingan dalam memperebutkan nutrisi dengan tanaman budidaya

sehingga dapat menurunkan hasil tanaman (Usman et al. 2016).

2.3 Gejala Serangan Penyakit Tanaman

Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan seluruh atau sebagaian

organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-

hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal

tanaman (Ruswandari et al., 2020).

Gejala penyakit tanaman merupakan kelainan atau penyimpangan dari

keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan gejala

penyakit dapat dilihat dengan mata telanjang. Berdasarkan sifatnya gejala penyakit

pada tanaman terbagi menjadi dua tipe yaitu ; gejala lokal dan gejala sistemik.

Berdasarkan bentuknya gejala penyakit tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu ;

gejala morfologi, dimana gejala ini merupakan gejala luar pada tanaman yang dapat

diketahui melalui rasa, bau, raba dan dapat ditunjukan oleh seluruh bagian

tumbuhan/organ tumbuhan. Gejala histologi, gejala yang hanya dapat diketahui

melalui pemeriksaan mikroskopis (Cahyaningrum et al., 2017).

Gejala histologi dibedakan menjadi 3 tipe gejala yaitu ; gejala

nekrotik,gejala nekrotik ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian seperti nekrosis,

hidrosis dan klorosis. Gejala yang kedua yaitu gejala hipoplastik, gejala ini adalah

akibat dari tumbuhan mengalami gangguan pertumbuhan sel. Gejala ketiga adalah

hiperplastik, gejala ini muncul pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan

melebihi batas wajar (Sari dan Inayah, 2020).

6
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 17-18 Desember 2022

mulai dari pukul 09:00-15:30 WITA, kegiatan praktikum mengambil tempat pada

lahan pertanian Desa Labuan Toposo, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini berupa swapnet, tali rafia,

patok kayu, handphone/kamera dslr, dan alat tulis menulis.

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu spesimen serangga

yang berasal dari beberapa ordo, spesimen tanaman yang memiliki gejala serangan

peyakit tanaman

3.3 Cara Kerja

Membuat plot dengan ukuran 2x2 m di lahan pertanian budidaya padi pada

bagian ujung dan tengah areal perawahan, melakukan pengamatan terhadap

serangga yang berada didalam plot tersebut, serta melakukan pengamatan terhadap

gejala penyakit yang terdapat pada tanaman padi

Mengumpulkan setiap serangga yang telah didapatkan pada wadah yang

telah disiapkan, mengamati serangga apa saja yang terperangkap, mengamati

kembali serangga yang telah di tangkap menggunakan swapnet untuk mengetahui

morfologi serangga tersebut, serta mengamati gejala serta tanda dari tanaman yang

diduga terkena penyakit.

7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Interaksi OPT dengan Tanaman

Setelah melakukan pengamatan terhadap plot tanaman padi didapati

interkasi serangga hama sebagai berikut;

Gambar 1. Walang Sangit (Leptocorisa oratorius)

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bagaimana walang sangit yang

hinggap pada bulir padi, walang sangit merupakan salah satu serangga yang

tergolong pada serangga hama, termasuk dalam ordo hemiptera walang sangit

merupakan serangga hama yang seringkali dijumpai pada tanaman padi, dengan

tipe mulut menusuk-mengisap memudahkan walang sangit dalam menyerap sari

dari bulir padi sehingga menyebabkan bulir padi menjadi kosong.

Keberadaan walang sangit pada areal persawahan merupakan salah satu

bentuk interaksi nyata terhadap bagaimana ekosistem persawahan masih terawatt

dan bulir padi juga masi sehat, hal tersebut ditunjukan dengan aktifitas walang

sangit yang aktif menyerang bulir padi. Bulir padi akan mmenjadi kosong akibat

serangan walang sangit ( Meilin dan Nasamsir, 2016).

8
Kemunculan serangga diberbagai tempat yang berbeda, hal tersebut

disebabkan oleh banyaknya bahan makanan bagi serangga itu sendiri, seperti pada

serangga belalang dan ulat grayak didapati pada tanaman kangkong dan sawi,

karena pada tanaman tersebut banyak terdapat bahan makanan(Syahrin, 2019).

Gambar 2. Kepik (Nezara viridula)

Gambar 2 menunjukan keping sedang hinggap dan mengisap sari dari bulir

padi. Kepik tergolong pada serangga hama, serangga ini berasal dari ordo hemiptera

dengan tipe mulut menusuk-mengisap.

Sebagai gejala serangan hama ini serupa dengan serangan walang sangit

sama-sama menjadikan bulir padi kosong, namun terdapat perbedaan yang cukup

mencolok yaitu gejala serangan kepik pada bagian luar bulir padi yang terserang

akan terdapat bercak kehitaman, dan pada bulir padi yang telah terserang oleh kepik

namun tidak kosong dan menjadi beras maka beras yang dihasilkan menjadi pahit

dan pada beras akan berwarna hitam (Mujahipah et al. 2019).

Serangga sebagai hama adalah ketika keberadaanya merugikan

kesejahteraan manusia, estetika suatu produk, atau kehilangan hasil panen.

Serangga hama merupakan serangga yang mengganggu dan merusak tanaman baik

9
secara ekonomis atau estetis. Permasalahan serangga di bidang pertanian tidak

terlepas dari peran serangga sebagai hama, karena serangga hama inilah salah satu

penyebab berkurangnya hasil produksi pertanian( Meilin dan Nasamsir, 2016).

4.2 Identifikasi Hama

Gambar 3. Belalang (Valanga nigricornis)

Gambar 4. Kepik (Nezara viridula)

Serangga-serangga tersebut memiliki beberapa perbedaan mulai dari tipe

mulut yang terdiri atas tipe mulut pengunyah dan tipe mulut pengisap, dimana

serangga seperti capung dan belalang memiliki tipe mulut pengunyah dan kepik

memiliki tipe mulut pengisap.

10
Tungkai dan antena dari setiap serangga juga memiliki perbedaan, dimana

belalang memiliki tipe tungkai salatorial dan tipe antenna filiform, kepik hijau

memiliki tipe tungkai cursorial dengan bentuk badan pipih.

Umumnya serangga memiliki 3 bagian tubuh yaitu caput, toraks dan

abdomen, tetapi ada juga serangga yang hanya memiliki dua bagian tubuh seperti

serangga pada golongan ordo lepidoptera. Tungkai serangga berperan sebagai alat

bantu dalam berpindah lokasi yang dekat, umumnya serangga memiliki 3 pasang

tungkai tetapi ada juga yang mmemiliki 2 pasang tungkai seperti capung. Salah satu

bagian organ tubuh yang penting bagi serangga untuk berpindah dalam jangkauan

yang jauh adalah sayap, jumlah sayap dari setiap serangga berbeda, ada yang hanya

sepasang seperti tawon dan 2 pasang seperti capung.

Serangga memiliki dua antena bagian kepala (caput) yang jauh lebih

pendek dari bentuk tubuh. Belalang juga memilki femur belakang yang panjangdan

kuat sehingga dapat melompat dengan baik. Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian

utama yaitu kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen). Belalang memiliki kaki

belakang yang panjang digunakan untuk melompat dan kaki depan yang pendek

digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat

mendengar. Alat pendengaran pada belalang disebut tympanum berbentuk seperti

disk bulat yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk

memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga

manusia (Syahrin, 2019).

Gejala dari serangan dua serangga ini memiliki perbedaan dimana belalang

hanya menyerang bagian daun tanaman dan menyebabkan daun tanaman akan

11
menjadi berlubang dan sobek, gejala akibat dari serangan kepik adalah munculnya

bercak kehitaman pada helai dan bulir padi menjadi kosong, beras yang dihasilkan

menjadi hitam dan nasi terasa pahit (Meilin dan Nasamsir, 2016).

4.3 Diagnosis Penyakit

Gambar 5. Penyakit blas padi

Pada gambar 5 dditas menunjukan gejala dan tanda serangan penyakit yang

diduga disebakan oleh jamur, gejala yang timbul pada bulir padi tersebut adalah

menghitamnya bagian kulit bulir padi yang mengindikasikan telah diserang oleh

serangga hama yang kemungkinan besar adalah serangga vektor dari penyakit

tersebut. Berdasarkan tanda yang ada yaitu adanya misselium spora dapat diketahui

bahwa penyakit yang menyerang padi adalah penyakit blas padi.

Penyakit blas padi disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae

merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi hampir diseluruh areal

persawahan basah di Indonesia (Lestari et al. 2021).

12
Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah satu petani padi pengendalian

yang dilakukan untuk mengurangi dampak serangan blas padi adalah tidak dengan

menyemprotkan fungisida namun petani tersebut lebih memilih menggunakan

insectisida untuk mengendalikan serangga hama yang diduga sebagai serangga

vektor dari penyakiit tersebut.

Pengendalian secara preventif sangat penting dilakukan untuk mengurangi

serangan penyakit tanaman yang dapat mengurangi hasil produksi tanaman,

pengendalian penyakit tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida

sesuai dengan jenis penyakit, dan dapat juga dengan mengurangi keberadaan

serangga vektor dengan menggunakan insectisida(Zulaika, 2017).

13
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Serangga memiliki beberapa perbedaan mulai dari tipe mulut yang terdiri

atas tipe mulut pengunyah dan tipe mulut pengisap, dimana serangga seperti

capung dan belalang memiliki tipe mulut pengunyah dan Walang sangit

memiliki tipe mulut pengisap.

2. Tungkai dan antena dari setiap serangga juga memiliki perbedaan, dimana

belalang memiliki tipe tungkai salatorial dan tipe antenna filiform, tawon

memiliki tipe tungkai gressorial dan tipe tungkai bipectinate.

3. Serangga memiliki 3 bagian tubuh yaitu caput, toraks dan abdomen.

4. Pathogen penyebab penyakit pada tanaman berbeda-beda setiap

tanamannya

5.2 Saran

Setelah mengikuti rangkaian kegiatan praktikum observadi serangga dan

penyakit sedikit saran dari saya untuk kedepannya labih memperhatikan kondisi

waktu serta tempat yang lebih memadai agar jalannya praktikum dapat berjalan

dengan baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ardillah JS, Leksono AS, Hakim L. 2014. Diversitas Athropoda tanah di area
restorasi Ranu Pani Kabupaten Lumajang. Biotropika:Journal of Tropica
Biology 2(4): 208-213.

Azima, S. E., Syahribulan, S., Sjam, S., & Santosa, S. 2017. Analisis Keragaman
Jenis Serangga Predator Pada Tanaman Padi Di Areal Persawahan
Kelurahan Tamalanrea Kota Makassar. Bioma: Jurnal Biologi
Makassar. 2(2): 12-18.

Badan Litbang Pertanian. 2019. Mengenal Penyakit Darah Pada Pisang. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.

Bella A. A. M. et al. 2018. Sistem Pakar Diagnosis Hama dan Penyakit Tanaman
Kacang Tanah Berbasis Dekstop dengan Metode Backward Chaining.
Media Jurnal Infomatika. 8(1)

Cahyaningrum H., Prihatiningsih N., dan Soedarmono S. 2017. Intensitas dan Luas
Serangan Beberapa Isolat Fusarium oxysporum f. sp. zingiberi pada Jahe
Gajah. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia. 21(1): 16-22

Fatiah R. B. 2019. Identifikasi Serangga Hama Penyerang Daun Pada Tanaman


Tembakau (Nicotina tabacum L.) Kiara Payung Sumedang Jawa Barat.
[Skripsi]. FKIP UNPAS

Ghufron M., Nurcahyanti S. D., dan Wahyuni, W. S. 2017. Pengendalian Penyakit


Layu Fusarium Dengan Trichoderma Sp. Pada Dua Varietas Tomat. Jurnal
Agroteknologi Tropika, 6(1): 29-34.

Lestari, S.A., Kulsum, U. & Ramdan, E.P. 2021. Efikasi Beberapa Agen Hayati
Terhadap Penekanan Pertubuhan Pyricularia grisea Secara In Vitro.
Agrosains: Jurnal Penelitian Agronomi, 23(1): 31-36

Lidya S. 2019. Identifiaksi Jenis-Jenis Serangga Perusak Naskah Kuno di


Palembang dan Sumbangsihnya Terhadap Media Pembelajaran Biologi.
Doctoral Dissertation. UIN Raden Fatah Palembang

Meilin, A. dan Nasamsir. 2016. Serangga Dan Peranannya Dalam Bidang Pertanian
Dan Kehidupan. Jurnal Media Pertanian. 1(1): 18-28

Mujalipah., Rosa, H.O., Yusriadi. 2019. Keanekaragaman Serangga Hama dan


Musuh Alami pada Fase Pertumbuhan Tanaman Padi di Lahan Irigas.
Kalimantan Selatan: Fak Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. 2(01).
Hal: 95-101.

Musrianti M. 2021. Efektifitas Trichoderma harzianum dalam Menghambat


Pertumbuhan Colletotrichum acutatum, Colletotrichum capsici,
Colletotrichum gloesperioides Secara In Vitro. Doctoral Dissertation.
Universitas Hasanuddin

Ruswandari V. R., Ahmad S., dan Tintrim R. 2020. Uji Antagonis Jamur
Trichoderma viride dalam Menghambat Petumbuhan Jamur Patogen
Alternaria porri Penyebab Penyakit Bercak Ungu pada Tanaman Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.). e-jornal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-
Tropic). 5(2): 84-90

Sari E. K.. 2017. Spesies Ensifera (Serangga: Orthoptera) Di Kawasan Wisata


Danau Sipogas Desa Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.
Skripsi, Universitas Pasir Pengaraian

Sari W. dan Inayah S. A. 2020. Inventarisasi Penyakit Pada Dua Varietas Lokal
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Bima Brebes dan Trisula. Pro-Stek.
2(2): 64-71

Setiawan J. dan Maulana F. 2019. Keanekargaman Jenis Arthropoda Permukaan


Tanah di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas. Jurnal Pendidikan
Hayati 5(1): 39-45.

Syahrin F. A. 2019. Keanekaragaman Ordo Orthoptera (Belalang) Di Kawasan


Situs Gunung Padang Cianjur Jawa Barat Sebagai Bahan Ajar Sma.
Doctoral Dissertation, Fkip Unpas

Talitha A. M. P., Retno W., dan Rendy S. 2019. Keanekaragaman Jenis Capung
Anggota Ordo Odonata Di Area Persawahan Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember. Bioma. 8(1): 324

Waskita I. E. 2018. Studi Keanekaragaman Insekta di Kebun Kopi Jayagiri


Lembang, Kabupaten Bandung Barat Sebagai Sumber Belajar Biologi.
[Skripsi]. FKIP UNPAS
Zulaika. 2017. Pemodelan Keparahan Penyakit Blas (Pyricularia oryzae) Pada
Tanaman Padi di Kabupaten Subang. Institut Pertanian Bogor. Bogor
LAMPIRAN
Penyusun bernama GUSTI NGURAH ARI DARMAWAN,

Palopo,16 Mei 2002. Anak ketiga dari tiga bersaudara dan dari pasangan

Gusti Ngurah Suteja dan Made Puspawati. Penyusun mulai merasakan

bangku Pendidikan masuk di TK Umum Mekar Jaya, pada tahun 2007 dan

selesai pada tahun 2008.Pada tahun yang sama melanjutkan studi di SDN 123

Mekar Jaya dan selesai pada tahun 2013. Setelah itu, pada tahun yang sama melanjutkan studi di

SMPN 2 Mappedeceng dan selesai pada tahun 2017. Pada tahun yang sama melanjutkan studi di

SMAN 9 Luwu Utara dan selesai pada tahun 2020. Kemudian melanjuti studi di Unniversitas

Tadulako, Fakultas Pertanian, Program studi Agroteknologi, Palu.

Anda mungkin juga menyukai