Anda di halaman 1dari 42

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BADERA

2.1 TINJAUAN UMUM


Perencanaan yang telah dibuat oleh perencana diwujudkan melalui pelaksanaan
pekerjaan di lapangan oleh kontraktor. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang
sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik,
sehingga dapat diperoleh hasil yang baik, tepat waktu, berkualitas dan sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Metode pelaksanaan konstruksi ini disusun berdasarkan hasil desain pekerjaan DI Sungai
badera. Laporan ini merupakan pedoman pelaksanaan konstruksi sebagai petunjuk untuk
pelaksanaan pembangunan desain di Daerah Aliran sungai Sungai badera dan
dapat melengkapi pedoman yang bersifat umum didalam buku dokumen lelang,
spesifikasi teknis umum dan khusus serta pedoman yang berlaku umum di Indonesia.

Metode pelaksanaan pekerjaan ini juga memberikan penjelasan bagaimana proses atau
langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan tugasnya akan disajikan
secara lebih rinci. Dalam melaksanakan tugas perencanaan nantinya, juga didukung
dengan data penunjang yang dapat memberikan informasi tentang kondisi Daerah SUNGAI
BADERA antara lain peta topografi, peta jaringan, data Daerah Aliran sungai dan
sebagainya. Dan untuk menyelesaikan pekerjaan perencanaan yang terkait dengan
analisis desain, maka tim desain juga dilengkapi sarana komputer beserta program
yang diperlukan sesuai kebutuhan pekerjaan.

2.2 SUASANA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN SALURAN


Suasana kerja dalam pelaksanaan pekerjaan saluran pada Daerah SUNGAI BADERA ini
meliputi jumlah hari kerja, jumlah jam kerja per minggu, material konstruksi, peralatan
konstruksi, kesehatan dan keselamatan kerja serta sarana dan prasarana lainnya yang
direncanakan sesuai dengan standar mutu pelaksanaan konstruksi pada umumnya di
Indonesia. Beberapa hal yang bersifat khusus akan dijelaskan dalam uraian di bawah.

2.2.1 HARI KERJA


Pelaksanaan pekerjaan direncanakan denggan anggapan hari kerja adalah 6 hari dalam
satu minggu dan kecuali hari sabtu dan minggu dan dikurangi dengan hari libur
nasional sebanyak 13 hari dan tambahan libur 7 hari pada hari raya idul fitri secara
umum.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BADERA

Hari kerja juga dipengaruhi dalam jumlah hujan yang mengakibatkan banjir besar
dengan anggapan pada saat hujan terjadi banjir tidak efektif terhadap progress
konstruksi. Hari hujan di hitung berdasarkan rata-rata hari hujan selama beberapa
tahun.
Untuk pekerjaan tanah termasuk galian dan timbunan tanah yang dipadatkan akan
terganggu dan harus dihentikan jika terjadi hujan diatas 5 mm/jam pemberhentian ini
berkaitan dengan mutu pelaksanaan pekerjaan tanah yang tergangu akibat terlalu
jenuh air, sedang untuk pekerjaan pembetonan harus dihentikan jika terjadi hujan
diatas 10 mm/jam. Kondisi pekerjaan pasangan atau pembetonan masih relatif lebih
tahan terhadap siraman hujan dibandingkan dengan pekerjaan tanah.

2.2.2 JAM KERJA


Pelaksanaan pekerjaan ini didasarkan atas anggapan satu shif kerja diperhitungkan
dalam 8 jam untuk semua jenis pekerjaan. Dengan demikian setiap minggu
melaksanakan 40 jam kerja untuk satu shif. Jam kerja tambahan dapat dilakukan
dengan menggunakanan shif tambahan diluar jam kerja yang telah ditetapkan.
Penambahan shif jam kerja tidak direncanakan dalam analisa metode pelaksanaan
pekerjaan namun demikian dalam pelaksanaan pekerjaan kontraktor dapat
melaksanakan penambahan shif kerja sebagai pekerjaan lembur (over time).

2.2.3 MATERIAL KONSTRUKSI


Penyediaan bahan dan peralatan konstruksi bangunan pada suatu proyek memerlukan
manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran proyek. Pengadaan bahan dan
peralatan konstruksi bangunan disesuaikan dengan tahapan pekerjaan yang sedang
berlangsung. Penempatan material yang tepat dan seefisien mungkin perlu
diperhatikan untuk dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan.
Sebagian besar material konstruksi yang digunakan seperti semen, besi tulangan
beton, besi baja dan besi profil, bahan bakar minyak, oli dan pelumas, agregat, batu,
tanah bahan timbun, dan bahan bahan konstruksi lain yang dibutuhkan semua
direncanakan, dan diperoleh dari pasar/supplier setempat.
Jika material yang dibutuhkan untuk konstruksi ternyata belum terdapat pada pasaran
bebas dan menghendaki pembelian khusus secara import maka spesifikasinya harus
sesuai sebagaimana direncanakan dan harus mendapatkan persetujuan konsultan
pengawas dan atau direksi pekerjaan.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BADERA

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan dan penyiapan bahan konstruksi
adalah:
1) Pemilihan kualitas material harus baik sehingga akan menghasilkan konstruksi
yang kuat dan stabil.
2) Penyimpanan material harus baik sesuai dengan sifat dan kepekaan material
terhadap kondisi lingkungan sekitar agar tidak mengurangi mutu dan kualitas
material tersebut.
3) Penyediaan material yang cukup sesuai dengan pekerjaan yang sedang
berlangsung.
4) Penumpukan material (stocking material) harus baik sehingga urutan
pemakaian material konstruksi sesuai dengan urutan kedatangan material.
5) Memonitoring setiap material yang masuk dan keluar untuk menjaga stock
material agar tidak mengganggu konstruksi saat sedang dibutuhkan.

2.2.4 PERALATAN KONSTRUKSI


Apabila tidak disebutkan khusus, maka peralatan kontruksi yang digunakan pada
umumnya adalah peralatan yang secara umum dapat diusahakan secara lokal di
Kabupaten, peralatan yang direncanakan diusahakan sudah sering dan lazim digunakan
oleh para kontraktor di seluruh wilayah Indonesia dan menggunakan teknologi yang
sudah dikuasi.
Penempatan peralatan konstruksi yang tepat dan efisien perlu diperhatikan untuk
dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Dengan penempatan material yang
baik dan tertata rapih akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan kerja.
Peralatan konstruksi berperan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek
konstruksi. Peralatan konstruksi membantu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
sukar dikerjakan dengan tenaga manusia. Penggunaan peralatan konstruksi dapat
mempercepat waktu pelaksanaan, mempermudah pelaksanaan dan meningkatkan
efektifitas suatu pekerjaan.
Jika pelaksana menggunakan peralatan yang harus didatangkan secara khusus harus
mendapatkan ijin dan pengesahan dari konsultan pengawas dan direksi pekerjaan.
Berdasarkan analisa kondisi lapangan, pengaruh cuaca, dan tata cara kerja maka dapat
diperkirakan besarnya kapasitas kerja untuk masing-masing alat.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BADERA
2.2.5 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
a) Kesehatan
Perlu diperhatikan kesehatan para karyawan khususnya dan masyarakat lingkungan
proyek pada umumnya jangan sampai timbul adanya penyakit menular dan
penyakit-penyakit lainnya yang sangat berbahaya yang akan menghambat
pelaksanaan proyek. Perlu secara periodik dilakukan pengecekan terhadap
berbagai kemungkinan penyakit serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
b) Keselamatan Kerja
Alat-alat Bantu untuk pengaman dan peralatan lainnya perlu disediakan oleh
Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Peralatan-peralatan tersebut
seperti: Alat pengaman untuk memanjat, pekerjaan pelistrikan, pekerjaan di air,
untuk pada operator alat berat, dan lainya. Untuk penanganan awal bila terjadi
kecelakan kerja disediakan pula kotak P3K dan obat-obatan untuk keperluan
penanganan darurat.
c) Keamanan
Perlu pengadaan petugas keamanan, guna mengamankan lingkungan pekerjaan dan
perusakan peralatan dari orang yang tidak bertanggung jawab. Petugas harus
mengadakan kerja sama dengan petugas keamanan resmi dari pemerintah.

2.3 PEKERJAAN PERSIAPAN


2.3.1 PERIZINAN DAN KELENGKAPAN ADMINISTRASI
Pekerjaan persiapan dilaksanakan baik fisik di lapangan mulai dari pekerjaan
mobilisasi alat dan personil, pembersihan sampai dengan pembuatan perizinan kepada
pemerintah daerah dengan tembusan beberapa dinas yang terkait dan kepolisian
sampai dengan desa di lokasi pekerjaan. Pekerjaan ini dapat dilaksanakan oleh
kontraktor dengan baik mengingat sudah cukup banyaknya pekerjaan sejenis. Tidak
ada jenis kegiatan kegiatan yang menggunakan teknologi tinggi dalam persiapan
pekerjaan ini, namun demikian dalam melaksanakan pekerjaan ini kontraktor perlu
mendapatkan pengawasan mulai dari pekerjaan persiapan sampai selesainya pekerjaan
agar mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal pekerjaan koordinasi antar dinas
terkait sangat penting untuk menghindari konflik selama masa konstruksi.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BADERA
2.3.3 BRAK KERJA DAN KANTOR LAPANGAN
Untuk pekerjaan kecil tidak diperlukan brak kerja dan kantor lapangan karena bisa
kerja sama dengan melalui swakelola P3A setempat. Adapun untuk pekerjaan
Konstruksi Bendung Sungai badera maka diperlukan brak kerja dan kantor lapangan yang
dapat ditempatkan di lokasi dekat dengan Bendung Sungai badera atau menyewa
rumah yang ada di sekitar lokasi pekerjaan.
Bangunan prasarana dan fasilitas penunjang konstruksi harus disiapkan terlebih dahulu
disertai batas kebutuhan lahan proyek (project boundary), untuk mendukung
kelancaran pekerjaan utama dan keselamatan kerja.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam brak kerja antara lain:
1) Perlu adanya pembersihan dan bahan-bekas pembersihan serta bongkaran dibawa
keluar lokasi untuk kenyamanan dalam bekerja.
2) Brak kerja dan kantor lapangan yang dibuat tidak permanen dan tidak menganggu
ruangan lokasi yang dikerjakan.
3) Waktu pelaksanaan pembuatan brak yang tidak permanen diperkirakan 1 minggu
pada saat pekerjaan persiapan dan tidak membutuhkan alat berat.

2.3.4 JARINGAN LISTRIK


Jaringan listrik sudah sampai di lokasi pekerjaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1) Untuk operasional kantor lapangan dapat menggunakan menyewa jaringan listrik
dari rumah penduduk atau kantor pengairan setempat.
2) Kebutuhan listrik untuk di lapangan guna pengoperasian alat listrik dan kerja lebur
perlu disediakan secara terpisah dengan menggunakan genset.
3) Perlu adanya koordinasi dengan PLN untuk menghindari adanya pemadaman listrik
secara mendadak sehingga ada persiapan untuk menggunakan genset atau
alternatif lainnya.

2.3.5 PENGADAAN AIR


Pengadaan air bersih baik untuk keperluan MCK dan kebutuhan konstruksi harus
disediakan dalam pekerjaan persiapan. Untuk keperluan pelaksanaan konstruksi perlu
adanya air yang bersih diluar lokasi pekerjaan karena air yang berasal dari Sungai KB.1
di Lokasi Bendung Sungai badera tidak cukup jernih. Hal ini untuk tetap
mempertahankan mutu bahan dan material selama pelaksanaan konstruksi. Pengadaan
air untuk kebutuhan MCK bagi pekerja dapat membeli/menyalurkan air dari sumur di
perumahan penduduk yang tidak begitu jauh.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.3.7 KEAMANAN DAN TINDAKAN DARURAT
Pelaksanaan keamanan dapat dilakukan secara khusus oleh perusahaan kontraktor dan
harus mengadakan koordinasi dengan petugas keamaan yang formal di tingkat desa
(Hansip/Jagabaya) dan keamanan kecamatan (Polsek dan Koramil). Kontraktor harus
melaksanakan koordinasi keamanan minimum rutin setiap bulan untuk mencegah
kemungkinan gangguan sedini mungkin.

2.4 MOBILISASI
1) Personil
Personil inti yang ditempatkan dilapangan meliputi : Logistik, Administrasi Proyek,
Site Enginner, yang handal dan berpengalaman agar dapat dicapai hasil yang tepat
waktu, mutu dan manfaat.
2) Peralatan
Setelah pekerjaan persiapan selesai maka pengiriman peralatan yang menunjang
pekerjaan yang meliputi truck, pick up, molen, stamper, vibrator, excavator,
motor grader, compactor, pompa air dan peralatan pendukung lainnya.
3) Bahan material
Bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan dikirim pada awal
ataupun sebelum pelaksanaan pekerjaan dilakukan. Meliputi pasir urug, semen,
batu kali, batu belah, pasir beton, kayu cetakan, paku, besi beton dan bahan
lainnya.
Pada bahan yang mudah mengeras seperti semen, penyimpananya harus
diperhatikan karena apabila penyimpanan semen terlalu lama dan penyusunan
semen terlalu tinggi maka akan mengakibatkan tumpukan semen terbawah akan
cepat mengeras karena semen terbawah menerima beban yang berlebih, sebaiknya
Semen, ditumpuk maksimal 10 sak, Untuk penyimpanan maksimal adalah selama 1
(satu) bulan. Tumpukan semen sebaiknya diberi alas berupa balok kayu dan papan
kayu supaya semen jangan sampai menyentuh lantai langsung dan jangan terkena
air.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
4) Bagian QA dan K3
Memasang rambu-rambu/tanda-tanda Keselamatan Kerja sesuai standar /
persyaratan yang ada.
5) Pekerjaan Bangunan Fasilitas
Pekerjaan bangunan fasilitas yang meliputi bangunan kantor direksi (direksi keet)
dan perlengkapannya, MCK, pemasangan papan informasi proyek dll.
Penyedia Jasa harus membangun, menyediakan, memasang, memelihara,
membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya Kontrak harus memindahkan
atau membuang semua bangunan kantor darurat, gudang-gudang penyimpanan,
barak-barak pekerja dan bengkel-bengkel yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan
pengawasan pelaksanaan konstruksi.
6) Uitzet (MC-0)
Uitzet atau Perhitungan Volume Awal bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya
untuk masing-masing pekerjaan dan untuk pekerjaan dan untuk mengetahui waktu
pelaksanaan serta alat-alat berat yang akan digunakan. Sebagai dasar perhitungan
MC 0% (Mutual Check 0%) bersama pihak penyedia jasa dan pihak Direksi yang akan
menghasilkan gambar potongan memanjang dan potongan melintang.

Bangian surveyor antara lain :


a. Berdasarkan gambar desain, Surveyor mengukur situasi lapangan.
b. Mengolah data pengukuran dan menuangkannya dalam Gambar Kerja/ Shoop
Drawing untuk diserahkan ke Direksi Pekerjaan.
c. Surveyor membuat Patok-patok (Bouwplank) yang menunjukkan batas-batas
dan kedalaman galian.
d. Dalam pengukuran surveyor harus mengikatkan dengan BM/CP yang sudah
terpasang sebelumnya.

Gambar 2.2 Pengukuran Pemasangan Patok Center Line Dan Pembuatan Stake Out
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
7) Shop drawing
Pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan ada unit bangunan yang harus
dikerjakan pembuatannya di luar areal proyek dan karena sifat kekhususannya
harus dan terpaksa dikerjakan oleh subkontraktor, maka sebelumnya subkontraktor
yang bersangkutan diharuskan membuat dan menyerahkan gambar bentuk unit
bangunan tersebut, lengkap dengan perhitungan konstruksinya.
Shop Drawing yang disiapkan tersebut harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan,
diperiksa, dikoreksi apabila perlu dan untuk selanjutnya disahkan oleh Pemilik
Proyek.
Gambar unit bangunan atau Shop Drawing tersebut harus secara lengkap memuat:
- Bentuk unit bangunan serta dimensinya
- Material yang akan dipakai serta spesifikasinya
- List komponen unit bangunan yang memuat :
a. panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan
b. berat per satuan komponen setiap unit bangunan
c. jumlah komponen unit bangunan, dll.
2.4.1 PEKERJAAN PEMBERSIHAN (LAND CLEARING)
Penyedia Jasa harus memulai pembersihan sebelum pekerjaan pembangunan dimulai
antara lain:
a) Pada saluran yang akan dilakukan perbaikan dipasang patok sebagai acuan
pembersihan lahan. Kemudian dilakukan pembersihan dari kotoran seperti puing-
puing, onggokan sampah, pohon-pohon dan termasuk bangunan yang harus
dibongkar.
b) Bahan-bahan hasil pembongkaran tersebut harus dibuang, kecuali bila ada
ketentuan lain yang disetujui Direksi.

Gambar 2.3 Pembuangan puing-puing bangunan dan pohon keluar area

c) Semua kerusakan terhadap pekerjaan dan milik umum atau perseorangan yang
diakibatkan pekerjaan pembersihan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus
diperbaiki atau diganti oleh Penyedia Jasa.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.4.2 PEKERJAAN KUPASAN
Pekerjaan kupasan dimaksudkan untuk perbaikan tanggul saluran.
a) Setelah lahan dipastikan bersih kemudian dilakukan pengupasan permukaan tanah
pada rencana perbaikan tanggul, untuk perbaikan tanggul yang lebar dengan
volume yang banyak dapat menggunakan bulldozer sedangkan perbaikan tanggul
yang volumenya sedikit dapat menggunakan alat manual seperti cangkul sehingga
lumpur dan tanah humus terbuang.

Gambar 2.4 Pembersihan dan Pengupasan

b) Pada lokasi tanah yang normal, "kupasan" harus dikerjakan sekurang-kurangnya


sedalam 25 cm dan meliputi minimal 50 cm di luar tapak kaki timbunan rencana,
atau apabila dalam gambar ditentukan lain.
c) Jika di lapangan dijumpai kondisi tanah yang bersifat khusus, kedalaman kupasan
ditentukan oleh Direksi secara tertulis.
d) Pekerjaan "kupasan" hanya boleh dilakukan pada lokasi yang segera akan ditimbun.
e) Bahan hasil kupasan harus dibuang di tempat pembuangan sesuai petunjuk Direksi.
Kupasan permukaan di bawah tempat buangan tidak diperlukan, termasuk juga
tempat yang telah dibersihkan.

Gambar 2.5 Pembuangan Hasil Kupasan


METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.5 PELAKSANAAN KONSTRUKSI SALURAN SUNGAI BADERA
2.5.1 URUTAN DAN ALTERNATIF PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Pelaksanaan pekerjaan Rehab di Sungai badera direncanakan akan dilaksanakan
bertahap sesuai dengan anggaran yang tersedia. Dengan mempertimbangkan
keterbatasan kondisi hidrologi, khususnya permasalahan aliran air sungai pada musim
hujan dan pengaliran aliran sungai yang kontinyu maka rencana pengerjaannya di buat
dengan membagi giliran pembagian air sesuai dengan golongan yang telah ada, dimana
ruas saluran dan yang akan dibangun pemberian airnya digilir untuk pengerjaan
kontruksi dan alur yang lainnya tetap untuk pelayanan aliran sungai.
2.5.2 ALTERNATIF PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Pemilihan alternatif dalam pelaksanaan konstruksi sangat diperlukan dalam proses
merencanakan, mengatur, memimpin, mengorganisir dan mengendalikan suatu proyek
oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan secara optimal. Fungsi dasar dalam
merencanakan alternatif dalam konstruksi terdiri dari pengelolaan-pengelolaan lingkup
kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar
merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek.
Pelaksanaan Rehab di Sungai badera untuk pekerjaan saluran dan konstruksi
Bendung Sungai badera dimana jadwal pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan
Operasional di lapangan maka pihak pemberi pekerjaan bisa membagi item-item
pekerjaan yang perlu penanganan khusus maupun item-item pekerjaan yang bisa
dikerjakan sendiri oleh daerah maupun oleh swakelola P3A setempat, dengan
berkoordinasi secara berlanjut kepada pemberi pekerjaan.Tahapan pekerjaan
pelaksanaan untuk pekerjaan saluran dan konstruksi Bendung Sungai badera
dilaksanakan dengan tetap menjaga operasi aliran sungai. Untuk pengangkutan hasil
galian tanah dengan menggunakan dump truk dengan diamankan atau perlu
pengaturan jalan sehingga tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan pengguna
jalan lainnya.
Evaluasi kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal pelaksanaan dibuat periode
mingguan dan bulanan. Bila terjadi keterlambatan pelaksanaan bagian pekerjaan harus
segera ditanggulangi penyebab keterlambatan tersebut.
2.5.3 PEKERJAAN SALURAN DAN BANGUNAN
Pekerjaan saluran Daerah SUNGAI BADERA dibuat sesuai dengan gambar hasil desain
perencanaan. Beberapa tipikal pekerjaan saluran dibuat sesuai dengan tingkat
kerusakan yang ada di lapangan. Perbaikan saluran dengan tingkat kerusakan kecil
direncanakan masih menggunakan pasangan batu kali dan saluran dengan tingkat
kerusakan yang berat diperbaiki dengan menggunakan pembetonan.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.6 PEKERJAAN GALIAN


Pekerjaan galian mencakup semua galian yang berhubungan dengan pekerjaan saluran
pada Daerah SUNGAI BADERA diantaranya dinding saluran aliran sungai, gorong-gorong,
bangunan-bangunan pengelak, sadap, corongan, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang
ada galiannya sesuai gambar. Pekerjaan galian pada saluran ini dengan menggunakan
peralatan manual untuk volume galian kecil dan menggunakan alat berat jika volume
tanah besar.

2.6.1 GALIAN TANAH DAN SEDIMENTASI


Dalam setiap pekerjaan konstruksi hampir ditemui pekerjaan tanah. Dalam hal
pekerjaan ini hasil pekerjaan tanah dapat berupa tanah hasil galian dan hasil
sedimentasi. Bahan /material hasil galian tanah yang lama digunakan kembali sebagai
material urugan. Material yang dihasilkan dari kegiatan pembersihan, pengupasan dan
galian yang tidak dapat digunakan sebagai bahan urug kembali harus dibuang ke
tempat yang aman dan tidak mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan.
Lokasi tempat penimbunan material buangan dalam volume kecil direncanakan di sisi
tanggul kiri dan kanan saluran maupun bangunan. Untuk volume sedimen yang besar
dapat dibuang diluar lokasi pekerjaan (Paling Jauh ± 5 km) di tempat yang telah
ditentukan dan mudah untuk dijangkau kendaraan seperti drum truck.

2.6.2 RENCANA PELAKSANAAN GALIAN TANAH


Metode pelaksanaan dan detail rencana produksi material, untuk pembangunan dan
operasi peralatan harus disiapkan oleh pelaksana dan disetujui oleh Direksi. Rencana
pelaksanaan dapat dikaji ulang berdasarkan kondisi lapangan dan persetujuan dan
kemudian diikuti pada waktu pelaksanaan.
Dalam pekerjaan galian tanah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pekerjaan galian
tanah secara manual (dengan tenaga manusia) dan dengan menggunakan alat berat.
Untuk pekerjaan saluran sedang dan kecil dapat dilakukan galian dengan tenaga
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

manusia sedangkan untuk saluran yang besar dan pekerjaan konstruksi Bendung Karet
Sungai badera dilakukan dengan bantuan alat berat.
2.6.3 ALAT BERAT PENGGALI DAN PENGANGKUT
Jenis peralatan penggali untuk dipakai antara lain: Exavator, Dump truck dan
Bulldozer. Meskipun jarang, dredging dipergunakan untuk menggali tanah dari area
basah/terendam (submerged area).
Bila scraper digunakan untuk menggali, tambahan alat angkut sudah tidak diperlukan
lagi. Bila dipergunakan alat penggali lainnya, masih diperlukan alat angkut berapa
truck atau belt conveyor.

2.6.4 PENGAWASAN
Pengawasan dilakukan oleh pengawas (inspector), kemudian dilaporkan kepada Tenaga
Ahli (Engineer). Perhatikan kedalaman galian dan tersedianya peralatan untuk
melaksanakan, yang harus disiapkan oleh pelaksana/kontraktor. Pengawas harus lapor
atas kondisi dan perbedaan hasil pengukuran terhadap spesifikasi, dengan demikian
bila diperlukan perbaikan dapat segera dilakukan.
Perbedaan tersebut antara lain:
Galian tidak menghasilkan sebagaimana yang diharapkan atau tipe material
yang diinginkan. Pelaksana harus melakukan uji yang meyakinkan bahwa
material sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Material terlalu basah atau kering untuk dapat dipadatkan dengan baik. Selama
penggalian dan proses pengambilan material, pengawas harus melakukan
observasi terhadap semua adjusment yang dibuat terhadap kandungan air.

2.6.5 KONTROL KANDUNGAN AIR PADA MATERIAL TIMBUNAN


Kandungan air daro borrow pit (sumber galian/lubang galian) dapat berubah karena
hujan, penguapan dan pengolahan tanah. Bagaimanapun juga, sebelum bahan
timbunan diangkut ke tempat penimbunan, spesifikasi mengharuskan kontraktor untuk
menyiapkan material pada sumber galian, agar memiliki kandungan air sedekat
mungkin dengan kandungan air rencana, antara lain dengan cara:
Tanah Kering
Didaerah kering rata-rata kandungan air di sumber galian secara alami 10-15%
dibawah persyaratan untuk dipadatkan. Dalam keadaan demikian, borrow area
harus dibasahi sampai kedalaman 1,5 - 4,5 m dari permukaan.
Pembasahan borrow area dapat dilakukan dengan penyiraman/mengalirkan air
dengan membuat tanggul kecil atau dengan sistem sprinkle.
Apabila sumber galian tidak dapat dibasahi, sprinkle bisa ditambahkan pada waktu
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

pelaksanaan penggalian, sehingga air bisa bercampur dengan tanah, melalui


rippered, hauled, dumped dan spreaded.
Tanah Basah
Tahapan pertama untuk mengeringkan atau menjaga kandungan air pada borrow
pit adalah dengan aliran sungai permukaan pada borrow pit tersebut. Cara
ini dilakukan dengan membuat saluran aliran sungai dan membuat permukaan
sumber galian miring menuju saluran. Hal ini akan mengurangi penyerapan air
hujan.
Tanah yang basah, dapat dikeringkan dengan cara dibajak (ripping), sehingga
mengisi tanah dengan udara sampai kedalaman beberapa centimeter.

2.6.6 PENCAMPURAN MATERIAL


Pencampuran dua atau lebih jenis tanah mungkin diperlukan, apabila dijumpai adanya
perbedaan lapisan tanah pada borrow area. Pertimbangan diperlukannya pencampuran
tanah adalah, sebagai berikut:
Untuk mendapatkan material, yang karakteristiknya bisa diterima, sebagai bahan
timbunan suatu zona.
Agar lapisan-lapisan tanah yang beragam dapat dimanfaatkan sebagai bahan
timbunan.
Untuk memproduksi sejumlah material yang memenuhi syarat spesifikasi.
Apabila material yang harus dicampur berupa perlapisan horisontal. Penggalian dengan
alat power shovel pada arah vertikal akan dapat mencampur material tersebut.
Apabila dengan cara tersebut hasil pencampurannya belum memenuhi syarat, maka
pencampuran ulang perlu dilakukan pada hasil galian.
Kontrol pelaksanaan dengan melakukan pengecekan ketebalan pemotong lapisan,
proporsi yang benar pada setiap lapisan dan memastikan bahwa material tercampur
dengan sempurna.
Pencampuran bermacam material dari bermacam sumber, dapat dilakukan dengan
membuat stock piling, satu lapis untuk setiap sumber dan dibuat berlapis-lapis.
Metode ini cukup mahal dan jarang dilakukan.
Batu yang diperkenankan didaerah timbunan, diameternya maksimumnya 75% dari
ketebalan lapisan yang telah terpadatkan. Material yang lebih besar ukurannya
dibuang dengan menggunakan tangan atau rake dozer, keluar dari daerah timbunan
atau pada waktu masih di borrow area. Pembuangan batu yang terlalu besar didaerah
kedap air sukar dilakukan dan cukup mahal.

2.6.7 STOCK PILLING


Bila kemajuan pekerjaan galian di borrow area berjalan jauh lebih cepat dibandingkan
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
pemadatan didaerah timbunan atau lokasi borrow area jauh dari tanggul maka
dianjurkan untuk membuat stock pile dekat dengan daerah timbunan tersebut.
Filter/aliran sungai material juga sering di stock, bila material tersebut harus
didatangkan dari jauh. Harus dijaga baik-baik stock pile/aliran sungai material, untuk
menghindari segregation/pemisahan dan pencemaran.
Pada waktu penurunan material filter, harus hati-hati. Uji gradasi dilakukan di tempat
stock pile dan juga ditempat timbunan, agar tidak menyimpang dari spesifikasi. Untuk
menghindari segregasi, penuangan material harus cukup jauh dari material lain dan
alat berat tidak boleh melintas diatas stock pile.
Parit aliran sungai disediakan untuk menjauhkan aliran air hujan dari daerah stok pile.
Uji gradasi harus dilakukan dari contoh yang diambil dari beberapa lokasi di stock pile,
demikian pula setelah penempatan didaerah timbunan. Semua jenis material di stock
pile harus diperiksa kualitasnya.

2.6.8 PROSES PELAKSANAAN GALIAN TANAH


Rencana pengerukan, jenis alat, rencana lokasi buangan sedimen atau lumpur
sementara, lokasi buangan lumpur akhir harus mendapat persetujuan Direksi sebelum
pelaksanaan. Uji galian mungkin diperlukan untuk mengetahui apakah produksi galian
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tenaga ahli yang berpengalaman perlu ditempatkan di lokasi pengerukan, agar
mendapatkan produksi galian yang optimum.
Pelaksana harus memasang tanda-tanda pengerukan agar tidak membahayakan lalu
lintas kapal nelayan serta mengoptimalkan kerja alat keruk dan alat bantu lainnya.
Pemasangan peil schaal diperlukan untuk mengukur kedalaman pengerukan yang telah
dilaksanakan. Over dredge pada pelaksanaan pengerukan ditambah tebal 0,5 meter
dari gambar rencana galian alur sungai dimana volume tambahan ini sudah termasuk
dalam BOQ.
Sebelum mengerjakan penggalian tanah, ada faktor-faktor yang wajib yang perlu
diperhatikan demi mendukung keselamatan dan kesehatan kerja tersebut, antara lain:
1) Perhatikan aspek keamanan di sekitar lokasi proyek dengan membuat pagar
pelindung.
2) Para pekerja harus melakukan pekerjaan sesuai dengan tanggungjawabnya masing-
masing.
3) Pemeriksaan terhadap batas tanah wajib dilakukan secara tepat dan akurat.
4) Perhatikan lokasi pembuangan tanah galian terutama di lokasi yang berukuran
sempit.
5) Pemeriksaan terhadap dimensi dan elevasi kedalaman galian.
6) Pengaturan metode penggalian, pembuangan, dan penumpukan tanah.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
7) Penyediaan tangga sementara untuk galian tanah yang memiliki kedalaman lebih
dari 1 meter.
8) Penyesuaian tipe galian tanah dengan kondisi tanah yang aktual.
9) Pembuatan galian sisi miring dan pelebaran lubang untuk jenis tanah yang
berlumpur.
10) Pemasangan struktur penahan tanah sesegera mungkin pada jenis tanah runtuhan.
11) Penyediaan mesin pompa air untuk tanah yang mengandung sumber mata air.
12) Pengecekan kembali ketepatan ukuran dan elevasi kedalaman galian tanah.

Langkah-langkah yang harus dikerjakan untuk melakukan pekerjaan galian tanah


antara lain:
1) Membuat gambar shop drawing untuk pekerjaan galian tanah agar pekerjaan
dilapangan sesuai dengan desain yang telah direncanakan. Kemudian ajukan
gambar tersebut ke pengawas pekerjaan untuk direalisasikan.
2) Lakukan persiapan kerja termasuk penyiapan alat-alat pembantu pelaksanaan
pekerjaan.
3) Tentukan posisi titik ukur tetap selanjutnya lakukan pengukuran terhadap ukuran
dan elevasi galian tanah.
4) Berikan tanda pada hasil pengukuran memakai patok kayu atau sejenisnya.
5) Pelaksanaan galian tanah dilakukan menggunakan alat berat dengan kapasitas
sesuai dengan kebutuhan volume tanah.
6) Memasang patok kayu dan benang sebagai acuan untuk mendukung proses
penggalian tanah.
7) Menggali tanah dengan berdasar pada patok dan benang yang sudah dipasang
sebelumnya.
8) Buang sisa galian tanah ke tempat yang tidak mengganggu kelancaran pekerjaan.
Bisa dilakukan disisi kanan dan kiri tanggul sungai.
9) Lakukan penggalian tanah ini hingga mencapai ukuran lebar dan kedalaman sesuai
gambar perencanaan.
10) Periksa kedalaman galian tanah setiap ukuran tertentu menggunakan theodolit
dan alat ukur lainnya.
11) Keluarkan air yang muncul di dalam galian tanah memakai mesin pompa supaya
tidak menghambat pekerjaan.
12) Singkirkan benda-benda yang ditemukan selama penggalian seperti sampah,
potongan kayu, dan bebatuan.
13) Setelah proses penggalian tanah rampung, tahap berikutnya adalah
pekerjaan pemadatan tanah.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.6.9 TEMPAT BUANGAN (DISPOSAL AREA)
Hasil pengerukan tanah untuk volume kecil ditempatkan di sisi kanan dan kiri tanggul
sungai. Jika jumlah galian tanah terlalu besar maka dapat dilakukan pada disposal
area diluar lokasi pekerjaan.

Gambar 2.9 Pembuangan Tanah Galian Pada Disposal Area

Beberapa contoh lokasi tanah buangan (Disposal Area) ditentukan dibeberapa titik
seperti berikut ini:

Gambar 2.10 Lokasi 1 Pembuangan Hasil Galian Tanah (Disposal Area)


METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Gambar 2.11 Lokasi 2 Pembuangan Hasil Galian Tanah (Disposal Area)

Gambar 2.12 Lokasi 3 Pembuangan Hasil Galian Tanah (Disposal Area)


METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Gambar 2.13 Lokasi 4 Pembuangan Hasil Galian Tanah Dan Sedimen (Disposal Area)

Gambar 2.14 Lokasi 5 Pembuangan Hasil Galian Tanah Dan Sedimen (Disposal Area)
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.7 TIMBUNAN
Untuk pekerjaan saluran aliran sungai dengan volume tanah relatif kecil maka
pekerjaan timbunan dilaksanakan dengan peralatan manual. Timbunan adalah
pekerjaan urugan kembali material yang di gali sebelumnya. Hasil timbunan
dirapikan dengan cangkul dan dipadatkan dengan alat yang tersedia sesuai dengan
gambar.

2.7.1 PELAKSANAAN TIMBUNAN PADA CUACA YANG KURANG BAIK


1) Musim Hujan
Pelaksanaan timbunan dimusim hujan akan menghadapi masalah, didalam hal menjaga
agar kadar air layak, tidak berlebihan. Penimbunan material kedap air jangan sampai
dilaksanakan pada waktu hujan, meskipun dapat diteruskan diantara waktu hujan.
Kadar air pada material timbunan dapat dikurangi pada waktu tidak ada hujan, dengan
membajak dan mengaduk-adukannya sebelum dipadatkan. Dianjurkan untuk
memadatkan lapisan material secepat mungkin setelah digelar, untuk menghindari
hujan.
Pemadatan dengan Rubber tire rollers lebih baik dari pada Sheeps foot rollers, dalam
kondisi sering hujan, karena menghasilkan permukaan yang halus, sedangkan Sheeps
foot roller menghasilkan permukaan yang kasar, sehingga basah bila terkena hujan.
Bila bahaya hujan mengancam, Sheeps foot rollers digunakan untuk pemadatan secara
menyeluruh, kemudian diakhiri dengan Smooth drum roller steel atau rubber untuk
meratakan permukaan lapisan.
Pneumatic tire roller lebih cepat dibandingkan Smooth drum roller, sehingga lebih
sering digunakan alat pemadat permukaan, dari bahaya ancaman hujan.
Permukaan lapisan dapat dibuat miring didalam pelaksanaannya, agar air hujan dapat
mengalir segera dan tidak mengakibatkan kubangan, sehingga material timbunan
menjadi sangat basah. Setelah hujan sering terjadi kubangan, sehingga diperlukan
kecepatan dari kontraktor untuk membuat parit kecil, dipergunakan untuk membuang
air, keluar dari timbunan tanah. Sering dilakukan setelah hujan, permukaan timbunan
digores/dikupas sampai mendapatkan tanah kering.

2) Musim Kemarau
Sebagaimana diketahui, bahwa kadar air pada material timbunan harus didalam batas
spesifikasi selama pelaksanaan penimbunan dan seyogyanya penambahan air dihindari.
Hal ini pada musim kering tak selalu dimungkinkan.
Bila material dalam kondisi kering dan waktu pengangkutan dan penebaran atau di
lapangan terlalu kering untuk dipadatkan, maka harus ditambahkan air yang
dipancarkan, setelah material ditebar dan sebelum digilas untuk dipadatkan. Jumlah
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
air yang harus ditambahkan dan pengadukan yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa
kelembaban akan merata tersebar keseluruh lapisan, tergantung pada kehalusan dan
plastisitas dari tanah. Menyiram air pada tanah dapat dilakukan dengan menggunakan
tangki air. Pancaran air harus tidak boleh langsung ke tanah dengan tekanan tinggi,
karena akan menjadikan material yang lembut tercuci. Pengawas dan pelaksana harus
mencapai kesepakatan mengenai jumlah air yang harus ditambahkan pada luasan
tertentu, setelah melalui beberapa percobaan.
Kondisi tanah yang kasar dan kurang liat, akan lebih mudah pemberian airnya hingga
merata. Sangat sukar untuk mencapai distribusi kelembaban yang merata pada tanah
lempung plastis yang mengandung gumpalan, tanpa merendamnya beberapa hari.

2.7.2 UJI COBA PENIMBUNAN (TRIAL EMBANKMENT)


Pelaksanaan uji coba penimbunan dimaksudkan untuk mendapatkan:
1) Tipe alat pemadat yang paling efektif.
2) Ketebalan lapisan penghamparan.
3) Jumlah lintasan atau frekwensi pemadatan.
4) Besar penurunan lapisan penghamparan sebelum dan sesudah dipadatkan.
5) Jumlah air pembasahan yang diperlukan untuk mendapatkan kadar air secara
merata pada lapisan tersebut mencapai optimum.
6) Konfirmasi parameter desain dengan sifat-sifat fisik pada saat pemadatan.
Pelaksanaan uji harus dilakukan dengan teliti, bila tidak hasilnya akan diragukan.
Perencanaan dan spesifikasi uji lapangan disiapkan oleh perencana (design engineer),
walaupun pelaksanaannya dilakukan oleh kontraktor.
Pencatatan data harus yang mutakhir dan dibuat kurvanya setiap hari. Perubahan
program uji mungkin diperlukan, untuk mendapatkan informasi yang akurat. Format
pencatatan dan data yang diperlukan, disiapkan oleh perencana. Semua hasil penelitian
harus dicatat, meskipun kelihatannya tidak merupakan hal yang penting pada waktu itu.
Foto dan catatan-catatan visual di lapangan sangat penting, yang suatu saat dapat
menjawab persoalan-persoalan yang membingungkan, yang didalam pelaksanaan uji
lapangan, sehingga terjamin data yang diperlukan.
Uji gradasi batuan, harus dilakukan sebelum maupun sesudah pemadatan selesai.
Perbandingan kurva gradasi sebelum dan sesudah uji pemadatan akan menunjukkan
berapa banyak partikel yang rusak / remuk pada waktu pengangkutan dan pemadatan.
Ketebalan lapisan harus diukur. Kepadatan material setelah dipadatkan harus
menentukan langsung dengan menggunakan cara konvensional atau cara tak langsung
dengan memeriksa penurunan lapis pemadatan. Bila pemadatan lapisan ditentukan dari
pembacaan penurunan.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pengukuran harus dilakukan secara seksama, agar diperoleh hasil pengukuran yang rill
pada lapisan tidak termasuk penurunan pondasi ataupun lapisan dibawahnya.

2.7.3 URUGAN KEMBALI


Pekerjaan urugan kembali mencakup material-material yang memenuhi syarat dalam
spesifikasi untuk timbunan, yang harus ditempatkan dan dipadatkan berdekatan
dengan jembatan atau bangunan-bangunan lainnya seperti ditunjukkan dalam gambar
dan sesuai petunjuk Direksi. Urugan kembali harus ditempatkan dan dipadatkan secara
lapis demi lapis memanjang dan menerus dengan tebal lapisan yang sudah dipadatkan
tidak boleh lebih dari 150 mm. Sebelum melaksanakan pengurugan kembali kembali
yang berdekatan dengan bangunan-bangunan, lokasi yang akan diurug harus
dibersihkan dari sisa-sia bekisting dan pekerjaan sementara lainnya. Pemadatan
dilaksankan dengan alat pemadat yang sesuai dan dioperasikan dengan tangan,
sehingga mencapai kepadatan tertentu tanpa merusak bangunan yang ada.

2.8 PEMADATAN TANAH


2.8.1 ALAT BERAT UNTUK PEMADATAN
Macam alat berat untuk pemadatan material timbunan antara lain sheep foot roller,
vibratory steel wheel roller.
Ada beberapa peralatan pengangkut dan alat perata berfungsi pula sebagai pemadat,
disamping tugas pokoknya sebagai alat pembawa dan perata.

2.8.2 ALAT PEMADAT YANG DIOPERASIKAN DENGAN TANGAN


Tempat yang sangat terbatas dan sempit untuk dipadatkan, seperti halnya yang
berdekatan dengan dinding beton, pipa instrumen dan tebing tumpuan/abutment,
digunakan hand operation tampers atau vibrator plate compactors. Vibrator plate
compactors hanya efektif bila dipakai pada tanah tak berkohesi.

2.8.3 ALAT PENEBAR DAN PEMADAT


Alat penebar dan pemadat pada daerah timbunan yang dapat dipakai antara lain:
1) Crawler dan Tire Tractors Dozers
Tractor ini digunakan untuk menyeret dan sebagai alat pemadat dan jika dilengkapi
dengan dozer blade untuk mendorong dan menggelar material dan untuk membuang
butiran material timbunan yang lebih besar dari yang disyaratkan.
2) Disks/Cakram
Disks ditarik dengan traktor roda karet atau crawler tractor. Disks digunakan pula
untuk menggores/membuat kasar permukaan pada lapisan terdahulu, sebelum
dipadatkan.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.9 PEMADATAN TANAH KEDAP DAN SEMI KEDAP AIR
2.9.1 DEFINISI
Beberapa hal yang perlu diketahui tanah kedap dan semi kedap air yaitu:
1) Material kedap air, termasuk lempung (CH dan CL), pasir lempungan atau gravel
(SC atau GS) dan lempungan lanau.
2) Material semi kedap air, termasuk lanau (ML) dan pasir lanau atau gravel (SM -
atau GM).
3) Lanau, lanau pasir, sering kali digunakan sebagai material timbunan.

2.9.2 SPESIFIKASI PEMADATAN


1) Spesifikasi pemadatan harus mencantumkan syarat-syarat penting pemadatan
seperti: batas air, ketebalan lapisan, peralatan pemadat dan banyaknya lintasan
pemadatan dan harus dicek dengan cermat, apakah pelaksanaannya sudah selesai.
2) Spesifikasi peralatan biasanya mencantumkan tipe dan kapasitas peralatan untuk
pemadatan dan pelaksana diwajibkan untuk menyampaikan kepada pengguna jasa,
data-data mengenai pabrik pembuat peralatan dan spesifikasi peralatannya.
3) Jadi data harus diperiksa kembali kesesuaiannya terhadap keperluan pekerjaan di
lapangan, untuk meyakinkan bahwa peralatan tersebut dapat digunakan untuk
pemadatan dengan baik.
Bila menggunakan Sheepfoot atau Tamping roller, harus dicek terlebih dahulu
beberapa hal sebagai berikut:
a) Diameter dan panjang drum
b) Berat kosong dan berat balast
c) Pengaturan kaki (panjang dan luas permukaan)
Bila mempergunakan Rubber-tired roller, harus diadakan pengecekan:
a) Tekanan ban
b) Jarak ban
c) Ballasted Wheel Load
Bila menggunakan Vibratory roller, harus diadakan pengecekan terhadap:
a) Berat (static weight)
b) Impacted dynamic force
c) Operating frequency of vibrator
d) Diameter dan panjang drum
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Spesifikasi harus jelas bila menjumpai pemadatan khusus, antara lain:
1) Alat Berat
Bila kondisi memungkinkan, alat berat digunakan untuk memadatkan tanah yang
berdekatan dengan tebing tumpuan (abutment) atau dinding konstruksi beton,
maka konstruksi permukaan timbunan harus dimiringkan 1 : 6 (v : h), dari tebing
tumpuan atau dinding konstruksi beton, selebar 2,4 m - 3,6 m. Hal tersebut akan
memungkinkan alat berat melakukan pemadatan tanah langsung, yang
bersentuhan dengan tebing tumpuan atau konstruksi beton tersebut. Untuk
mencegah kerusakan pondasi saat penimbunan lapis pertama material kedap air,
dianjurkan untuk menggunakan pneumatic tired roller.
2) Alat pemadat tangan (Hand Compactor)
Bila alat berat tidak dimungkinkan untuk memadatkan lapisan kedap air yang
berdekatan dengan tebing tumpuan atau dinding konstruksi beton, maka material
timbunan yang kontak langsung dengan batu atau beton, dipadatkan dengan
menggunakan alat pemadat yang lebih kecil (hand operated power tamper),
dengan lapisan yang lebih tipis (10 cm).
Ketebalan lapisan pemadatan akan ditentukan berdasarkan jenis material dan alat
pemadat yang dipergunakan. Material semi atau kedap air, biasanya ketebalan
pemadatan antara 15 - 20 cm, dengan frekuensi pemadatan antara 18 - 12 kali,
peralatan yang dipergunakan sheepsfoot atau padfoot roller. Bila material kedap
air, maksimum ketebalan-lapisan 15 cm dengan minimum kepadatan (densitas)
tertentu. Bila menggunakan pemadat dengan permukaan halus, setelah
pemadatan dilakukan pengkasaran permukaan hasil pemadatan terlebih dahulu,
sebelum dilakukan penimbunan lapisan berikutnya, untuk menjamin hubungan
yang baik antara lapisan.
Untuk daerah dasar dan sandaran (abutment, bangunan beton dan sebagainya)
pemadatan harus dilakukan secara manual/tamping rammer atau dengan tire
roller, dengan ketebalan lapisan setelah dipadatkan maksimum 10 cm. Pengerasan
permukaan yang pemadatannya secara manual, menggunakan manual pula seperti
halnya peralatan penggaruk. Hal ini dilakukan karena permukaan pemadatan
biasanya halus.
Kadar air dan kepadatan material di lapangan, berhubungan erat dengan kadar air
optimum dan kepadatan maksimum yang dikehendaki berkisar >_ 95 % maksimum
kepadatan kering, sedangkan toleransi kadar air pada waktu dipadatkan tercantum
didalam spesifikasi sehubungan dengan kadar air optimum. dari material tersebut.
Tiap-tiap jenis tanah mempunyai harga yang berbeda-beda mengenai "kepadatan
maksimum dan kadar air optimum yang berbeda-beda". (Hubungan antara kadar
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
air dan kepadatan material dari berbagai macam campuran material inti).
Dianjurkan agar kepadatan dan kadar air pada setiap kali pemadatan harus
dibandingkan dengan hasil uji laboratorium untuk jenis tanah yang sama.
Bila material yang telah dipadatkan di lapangan tidak sesuai dengan hasil uji
kepadatan di laboratorium, maka harus dilakukan uji pemadatan pada material
tersebut. Disarankan agar dilakukan uji pemadatan ulang oleh pelaksana lapangan
sebelum dilakukan timbunan, untuk meyakinkan konsistensi dengan harga
optimum pada waktu desain dengan tanah yang sama.
Pada tahap desain telah dilakukan perkiraan parameter: shear strength,
permeability dan karakteristik deformasi dan material timbunan. Sifat-sifat
tersebut bervariasi, tergantung pada kepadatan dan kadar air dari tanah yang
dipadatkan. Inilah sebabnya maka timbunan tanah harus diperlakukan
sebagaimana mestinya, bila tidak, asumsi desain tidak akan terpenuhi, dan
menimbulkan kesulitan terhadap konstruksi. Jadi, kepadatan dan kadar air yang
diinginkan tidak dapat sembarangan, tapi sangat spesifik untuk sesuatu alasan
tertentu.
Ketiga syarat pada waktu pemadatan yang harus terpenuhi, antara lain:
a) Bila kadar air diluar angka yang disyaratkan meskipun persyaratan
kepadatan terpenuhi, tanah harus ditimbun ulang dan dipadatkan kembali.
b) Bila minimum kepadatan tidak dapat tercapai, meskipun kadar air
memenuhi persyaratan dan sejumlah frekwensi pemadatan telah
dilaksanakan, dilakukan penelitian ulang terhadap borrow area.
c) Didalam beberapa hal, bila timbunan tidak memenuhi persyaratan mengenai
kepadatan dan kadar airnya, maka material timbunan tersebut harus
dibongkar kembali dan diganti.

2.9.3 DASAR-DASAR PEMADATAN


1) Tanah dengan kadar butiran halus tertentu, dapat dipadatkan dengan sejumlah
energi tertentu untuk mendapatkan kepadatan maksimum. Namun untuk
mendapatkan kepadatan maksimum, tanah harus mempunyai spesifikasi kadar air
tertentu. Kadar air yang menghasilkan kepadatan maksimum adalah kadar air
optimum. Kepadatan maximum dan kadar air optimum ditetapkan di laboratorium
dengan memadatkan lima atau lebih contoh tanah yang sama jenisnya, namun
dengan kadar air yang berbeda, dengan menggunakan test prosedur yaitu "standard
compaction effort" (Eart Manual, USBR Des. E-10).
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2) Dari variabel yang mempengaruhi kepadatan tanah, adalah pemadatan (alat berat
dengan sejumlah lintasan dan ketebalan tanah tertentu) dan kucuran air kedalam
tanah. Bila kadar air pada lapisan tanah yang sedang dipadatkan berbeda dengan
kadar air optimum, tidak akan dihasilkan kepadatan maksimum. Pada deviasi lebih
besar, akan didapatkan kepadatan lebih rendah. Tanah dengan kadar air dalam
kondisi kering atau pada kondisi optimum, penambahan lintasan pemadatan pada
umumnya akan menambah kepadatan.
3) Tanah dengan kadar air lebih besar dari pada kadar air optimum, penambahan
pemadatan akan berakibat tanah terpotong, namun tidak menambah kepadatan
(over compaction).
Usaha pemadatan lapisan tanah akan berhasil, dengan menambah sejumlah lintasan
pemadatan atau dengan mengurangi ketebalan lapisan dengan kadar air optimum.

2.9.4 PROSEDUR KONTROL PEMADATAN TANAH SECARA SEDERHANA


Kontrol secara sederhana dilakukan baik berdasarkan penglihatan maupun pengukuran
secara kasar. Ini bukan cara kontrol yang akurat, namun harus ditindak lanjuti
dengan cara yang lebih teliti lagi.
Untuk mendapatkan estimasi yang lebih teliti dan akurat, pengawas harus waspada
didalam menentukan ukuran pada semua kondisi, yang dimungkinkan nantinya dapat
menimbulkan perselisihan.
Perencana harus mengadakan uji coba dan bagian kecil suatu konstruksi, yang
merupakan awal dari pekerjaan timbunan yang besar dengan demikian pengawas,
desainer dan kontraktor dapat menjadi paham yang perilaku dan karakteristik
material timbunan dan kemampuan dari peralatan, yang digunakan untuk pemadatan.
Medan kerja yang tidak kritis, sering digunakan sebagai tempat uji coba. Desainer harus
memberi pengertian kepada pengawas, untuk memahami secara keseluruhan material
timbunan, sebelum dimulainya pekerjaan penimbunan. Di laboratorium lapangan,
dilaksanakan beberapa uji pemadatan, agar dapat memahami perbedaan dan perilaku
dari material timbunan dan mengenali kapan material tersebut terlalu basah atau
kering dan kapan kondisi kadar air optimum. Juga "Atterberg limits" untuk butiran
tanah halus dan penampilan tanah saat mencapai plastic limit dan kapan tanah
mendekati pencapaian kadar air optimum.
Pengawas dengan mengambil segenggam tanah, secara visual harus dapat membuat
estimasi kadar air yang ada didalamnya, apakah sudah optimum (dengan deviasi
kadar air lebih kurang 1%). Setiap tanah dapat diperkirakan kadar airnya. Cara
sederhana adalah dengan mengambil sedikit tanah dan digelintirkan menggunakan
kedua telapak tangan dan diperkirakan kedekatannya dengan plastik limit.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.9.5 UJI DAN PENGAMBILAN CONTOH TANAH PADA SAAT PELAKSANAAN
Uji kepadatan lapangan (Field Density Test) dan pengambilan contoh tanah timbunan
yang telah dipadatkan dilakukan untuk dua maksud:
a) Meyakinkan apakah kualitas timbunan sudah sesuai dengan persyaratan desain.
b) Melengkapi dokumen pelaksanaan dengan cara pengumpulan data riil pada waktu
pelaksanaan timbunan.
Uji lapangan terdiri dari data-data kadar air, kepadatan dan pengelompokan kualifikasi
tanah timbunan. Data terdiri dari contoh tanah yang tidak rusak, pada lokasi terpilih di
daerah timbunan sewaktu pelaksanaan.
Desainer harus memonitor uji lapangan tersebut, untuk meyakinkan apakah
pelaksanaan di lapangan selaras dengan perkiraan desainer.
Uji kepadatan harus sering dilakukan pada saat awal timbunan, pada setiap kali
setelah pemadatan dan pengawas akan menjadi terbiasa dengan perilaku material
timbunan dan prosedur pemadatan yang memenuhi syarat, sehingga banyaknya uji
lapangan bisa dikurangi. Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi uji dan
jumlah contoh tanah yang diambil. Banyaknya uji tergantung pada tipe material dan
tingkat kekritisan dari timbunan terhadap seluruh pekerjaan. Contoh material harus
diambil dari lokasi yang mewakili daerah, berdasarkan pengecekan lapangan.
Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, sistematika rencana uji dan pengembalian
contoh tanah, harus dibuat pada awal pekerjaan. Lokasi uji telah diprogramkan
sebagai uji rutin dan dilaksanakan pada lokasi yang telah ditetapkan. Uji rutin harus
dilaksanakan untuk tiap (750 - 2300 m³) material yang telah dipadatkan dan bahkan
lebih sering pada daerah timbunan yang sempit, yang volumenya sedikit seperti halnya
pada tubuh bendungan bagian atas. Pada lapisan pertama di atas pondasi, uji harus
dilaksanakan lebih banyak untuk meyakinkan pemadatannya baik, terutama pada
permukaan kontak dengan pondasi, merupakan daerah yang penting.

2.9.6 PEMADATAN PADA TEBING TUMPUAN ATAU DINDING KONSTRUKSI BETON


Pada daerah tebing tumpuan atau dinding konstruksi beton, alat berat sering masih bisa
digunakan bila ruang gerak masih memungkinkan (smooth abutment, spillway wall,
conduit barrels, control tower dan sebagainya).
Alat pemadat tangan dapat digunakan pula pada daerah yang berdekatan dengan
konstruksi tipis, seperti halnya wing walls, guide walls dan sebagainya, dimana bila
menggunakan alat-alat berat, mungkin merusak bangunan tersebut. Alat pemadat
tangan, digunakan pada daerah yang berdekatan dengan batuan yang kasar dan tak
beraturan, tebing tumpuan yang miring, dimana alat berat tak dapat mendekat untuk
memadatkan lapisan tanah kedalam permukaan batu yang tak beraturan dan ruang
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
gerak alat-alat besar tak memungkinkan.
Tebing tumpuan (abutment) biasanya dapat dibentuk dengan penggalian atau
menggunakan dental concrete untuk menghindari penggunaan alat pemadat.
Material kedap air yang ditimbun berdekatan dengan beton, harus didahului dengan
lapisan yang butirannya halus.
Tanah harus cukup plastis untuk dapat mengisi rongga bentuk yang tidak beraturan pada
permukaan tebing tumpuan dan yang dapat melekat dengan baik pada pondasi.
Kelembaban bisa naik sedikit (optimum plus 2%) untuk menjadikan daerah tersebut
lebih plastis.

2.10 PEKERJAAN PENGERINGAN SELAMA PELAKSANAAN


Gambar, metode pelaksanaan pekerjaan, pengeringan dibuat oleh Penyedia Jasa dan
dimintakan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen. Pengeringan air harus dilakukan
selama pelaksanaan pekerjaan saluran, aliran sungai dan bangunan atau sesuai petunjuk
Direksi. Penyedia Jasa harus memasang, memelihara semua pipa dan peralatan lain yang
diperlukan untuk pengeringan air agar lokasi pekerjaan bebas dari air sehingga
pekerjaan konstruksi dapat dilakukan sesuai dengan syarat-syarat. Penyedia Jasa
bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan akibat banjir atau kegagalan
pengeringan air atau pekerjaan pengamanan.
Kisdam, semua tanggul atau pengeringan air sementara harus segera dibongkar atau
diratakan sehingga kelihatan baik dan tidak mengganggu kelancaran aliran air setelah
pekerjaan perbaikan bangunan dan saluran selesai.
Cara pengeringan air yang dilakukan oleh Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan
Direksi, dan tidak boleh mengganggu jalannya air yang dibutuhkan untuk pengairan pada
jaringan pengairan yang ada.
Apabila pelaksanaan pekerjaan berada di bawah muka air tanah, air tersebut supaya
dipompa dahulu sebelum dilakukan penggalian.
Pengeringan air dilakukan sedemikian rupa, sehingga dapat dipelihara kestabilan dari
dasar dan sisi miring yang digali sehingga semua pelaksanaan konstruksi dikerjakan pada
keadaan kering.

2.10.1 PENGALIHAN SEMENTARA DARI SALURAN ALIRAN SUNGAI YANG ADA


Penyedia Jasa tidak diperbolehkan mengganggu saluran aliran sungai yang ada selama
pelaksanaan pekerjaan. Bila pengalihan sementara dari saluran aliran sungai yang ada
merupakan satu-satunya penyelasaian masalah, maka Penyedia Jasa supaya
menyerahkan rencana pengalihan sementara untuk mendapatkan persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen. Setelah rencana itu disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen,
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
pelaksanaan pekerjaan pengalihan sementara harus sesuai dengan rencana yang telah
disetujui.
Pada pekerjaan di Sungai badera pengalihan air dilakukan dengan menggunakan sand
back atau karung pasir yang ditumpuk. Penggunaan sand back untuk kisdam hanya
dilakukan maksimal 3 kali pemakaian atau tergantung kondisi sand back tersebut.
Bila dalam pemakaian sekali sudah rusak maka harus diganti dengan sand back yang
baru.

2.11 PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG


Sebelum proses pengecoran dimulai dinding saluran dimulai, harus dilakukan
pengecekan yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Pemeriksaan Bekisting
Posisi dan kondisi bekisting harus diperiksa sesuai dengan shop drawing yang telah
direncanakan. Bekisting harus lurus sesuai dengan as-nya, tegak, dan tidak bocor.
Bekisting juga harus kuat, tidak mudah bocor, terpasang dengan kokoh agar tidak
bergeser karena getaran dan tekanan adukan beton selama proses pengecoran.
Pemeriksaan ini meliputi:
a. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi)
b. Kemungkinan elevasi tidak tepat
c. Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horisontal maupun vertikal
d. Kebersihan lokasi pengecoran
e. Pemeriksaan sambungan bekisting
f. Pemeriksaan perkuatan bekisting
g. Pemasangan beton decking

2) Acuan Cetakan
Acuan cetakan dibuat sedemikian agar sesuai dengan bentuk dan ukuran beton yang
akan dihasilkan. Acuan dan cetakan harus dibuat dengan konstruksi yang kekar dan
kaku, agar bentuk dan ukurannya tidak mudah berubah selama proses pengecoran.
Dengan memperhatikan hal sebagai berikut:

a) Material
Umumnya diusahakan agar dapat digunakan berulangkali, maka pemilihan material
harus memiliki kekuatan, kekakuan dan keawetan yang memadai. Selain harus
mudah dibongkar pasang juga kecil daya serap airnya dan setelah dibuka
menghasilkan permukaan beton yang baik.
b) Desain
Acuan harus cukup kuat dan kekar agar mampu menahan beban berat beton,
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
sehingga bentuk dan posisi beton tidak berubah. Konstruksi acuan juga mudah
dibongkar pasang dan aman dengan ketepatan yang akurat serta melindungi beton
dari kemungkinan kerusakan. Maka fabrikasi panel bekisting perlu diperhatikan

Sambungan-sambungan pada acuan harus betul-betul rapat air, sehingga air semen
dalam adukan beton tidak mudah keluar. Sambungan perlu diatur dalam posisi
tegak lurus atau sejajar sumbu konstruksi beton, agar lebih mudah diperoleh acuan
yang mempunyai posisi, bentuk dan dimensi yang tepat serta mencegah kebocoran.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jalur-jalur coakan harus diadakan pada setiap sudut acuan agar sudut beton lebih
tumpul, guna mencegah rusaknya sudut-sudut tersebut waktu acuan dibongkar.
Penyangga acuan harus mampu memikul beban vertikal dan horizontal tanpa
adanya lenturan maupun deformasi.

c) Persiapan
Sebelum dilakukan pengecoran permukaan dalam acuan diberi cairan pelumas,
agar beton tidak melekat pada dinding acuan serta memudahkan pembongkaran
tanpa merusak permukaan beton. Pasak-pasak dan batang-batang baja yang
menonjol pada permukaan beton harus dibuang dan lubang- lubangnya harus
ditutup dengan adukan semen sehingga diperoleh permukaan beton yang halus dan
rata.
d) Pemasangan
Sebelum acuan dipasang, tanah dasar harus diratakan dan bila perlu diberikan
lapisan perkuatan untuk meningkatkan daya dukung yang diinginkan serta
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

menghindari terjadinya penurunan yang tidak merata. Apabila tanah dasar


merupakan urugan maka sebelumnya harus dipadatkan dengan baik. Jika acuan
ditempatkan pada dasar sungai yang airnya mengalir maka perlu dilakukan
pengamanan seperlunya.
Berdasarkan sabuk bekisting dinding terdiri dari :

Sistem pengikat dinding dibagi 3 grup:


1. HE-BOLTS:
2. SHE-BOLTS
3. THROUGH-TIES
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

INSTALLATION OF WALL TIES

1. Pasang kedua rangka bekisting


2. Pasang SHE-BOLTS dari satu sisi
3. Pasang wing nut & washers
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Pasang salah satu rangka, bekisting, konus conduit dan bar-ties


2. Pasang rangka bekisting sisi lain
3. Pasang washer dan wingnut

Biasanya pada dinding ada tulangan memanjang yang menembus stop end, untuk
memudahkan pembongkaran digunakan panel:

Untuk sambungan dinding kasusnya sama dengan stopend akan terjadi lendutan.

e) Pemeriksaan
Setelah pemasangan acuan maka harus diperiksa dengan teliti kemungkinan adanya
lengkungan-lengkungan yang tidak diinginkan, lubang-lubang yang menyebabkan
kebocoran air semen dan penyangga acuan yang kurang kuat harus segera
ditambah serta pemeriksaan penahan jarak besi dengan acuan sudah mencukupi
agar saat pengecoran kedudukan besi tulangan tidak berubah. Pemeriksaan ini
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
dilakukan juga selama pelaksanaan pengecoran sehingga dapat diantisipasi hal-hal
yang dapat merusak kualitas kualitas beton yang dihasilkan. Serta harus dilakukan
pemeriksaan pada bracing dinding sebegai berikut :
Menahan angin dari segala arah
Menahan benturan pada saat pengecoran , biasanya benturan sling crane/bucket
Membantu vertical bekisting atas dengan meng-adjust pipe support.

f) Pembongkaran
Acuan baru dapat dibongkar setelah beton betul-betul mengeras sehingga kuat
memikul beratnya sendiri serta beban tambahan dan tidak ada lagi beban yang
harus dipikul oleh acuan tersebut. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan hati-
hati agar tidak merusak beton. Untuk mengetahui tingkat kekuatan yang talah
dicapai oleh beton dalam proses pengerasannya, diambil dari contoh blok-blok
beton untuk pengujian yang telah diadakan pengujian sebelumnya dan pengujian
langsung dilapangan menggunakan Hammer test. Karena contoh blok beton lebih
mudah dipadatkan dan dirawat dibandingkan dengan beton dilapangan. Urutan
pembongkaran dilaksanakan dari bagian-bagian yang bebannya paling ringan
dilanjutkan pada bagian dengan beban yang lebih berat dan bagian yang lebih
penting.

3) Pemeriksaan Penulangan
Pekerjaan penulangan harus sudah selesai dan diperiksa sebelum pelaksanaan
pengecoran. Pemeriksaan pemasangan tulangan dimaksudkan untuk mengetahui
ukuran, ketepatan letak, sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang sesuai dengan
spesifikasi sesuai gambar desain.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pemeriksaan ini berkaitan dengan:
a. Spesifikasi tulangan dalam hal ini (Φ10-150)
b. Pemeriksaan sambungan antar pembesian
c. Pemeriksaan kekuatan bendrat pengikat
d. Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi daya rekatan

4) Pemeriksaan Peralatan Pengecoran dan Batas Pengecoran


Memeriksa kembali semua peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk mengecor
beton, mulai dari molen beton, vibrator, sekop, hingga cangkul yang akan digunakan
dalam proses pengecoran.
Setelah semua persiapan selesai maka proses pengecoran dapat dilakukan.

Menjaga Batas Cor Atas


METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

DETAIL-DETAIL STOP END

5) Pengecoran Beton
Pekerjaan pengecoran dapat dilakukan bila pemasangan bekisting telah selesai
dilakukan. Sebelum pengecoran dilaksanakan tanah dasar atau lantai kerja untuk alas
pengecoran harus dibasahi sampai jenuh demikian pula besi tulangannya. Adukan
beton yang diangkut dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
diminimalisasi terhadap sinar matahari atau penguapan yang berlebih agar tidak
terjadi penyusutan berlebihan. Apabila terjadi penyusutan berlebih pada adukan beton
maka pengecoran akan lebih sukar mencapai beton dengan kualitas yang baik karena
sukar dikerjakan kecuali mengencerkan adukan dengan menambah air semen kembali
dengan memperhatikan perbandingan faktor air semen yang disyaratkan. Perlu
diadakan pemeriksanan terhadap bagian dalam acuan harus bersih dari bahan organic
ataupun sampah-sampah yang mengurangi mutu beton.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pada sambungan beton lama dan baru permukaan beton lama harus dikasarkan
demikian pula besi tulangannya harus dibersihkan dengan sikat kawat agar
memperoleh lekatan yang baik. Sambungan ini jika diperlukan dapat dibasahi dengan
air semen atau lem beton yang tersedia dipasaran. Proses pengiriman beton readymix
tidak boleh lebih dari dua jam semenjak mixer truck meninggalkan maxing plant
menuju lokasi proyek. Bila truk tiba melebihi batas waktu tersebut akan membuat
beton mengeras. Maka dari itu sebelum beton dikeluarkan dari truk dilakukan uji
slumpt test. Bila hasil uji slumpt test masih sesuai peraturan yaitu 12 ± 2 beton masih
dapat diterima dan dapat digunakan. Pemadatan adukan beton pada acuan dapat
menggunakan alat concrete vibrator atau alat lainnya disesuaikan dengan tingkat
kebutuhannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran dan penempatan waller:
Dinding memanjang kearah vertical
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
KICKERS (SEPATU DINDING BETON)
Fungsi Kickers :
Menjaga konsistensi kelurusan dinding
Menjaga konsistensi lebar dinding
Tempat overlapping bekisting kearah vertical
Kickers membuat rapat sambungan sehingga air semen tidak keluar.
Pelaksanaan pengecoran segmen struktur pondasi dinding Sungai badera sebagai
berikut:
1) Sebelum pengecoran dimulai, lakukan penyedotan air ke saluran pangilahan
sungai yang sudah disediakan, areal harus dalam keadaan air tidak menggenang dan
areal harus dibersihkan dahulu dari kotoran seperti sampah, sisa kawat
bendrat, potongan kayu, dan kotoran lain yang dapat menghambat proses
pengecoran, dengan menggunakan compressor.
2) Untuk pelaksanaan pengecoran pada tempat yang dapat diakses truck, maka
pengecoran struktur digunakan concrete pump yang menyalurkan beton ready mix
dari truck mixer ke lokasi pengecoran, dengan menggunakan pipa pengecoran yang
disambung-sambung menggunakan klem.
3) Sebelum beton dituang ke dalam areal cor, terlebih dahulu dilaksanakan
pemeriksaan workability dari beton berdasarkan pemeriksaan doket (dari jam
keluar batching plant sampai jam masuk proyek). Slump test dilakukan dalam
pemeriksaan workability beton dengan nilai slump 12 ± 2 cm.
4) Pemeriksaan semua daerah cold joint (daerah sambungan), dilakukan dengan cara
penyiraman calbond sebelum pengecoran, agar pertemuan antara beton lama
dengan beton baru dapat merekat dengan lebih baik.
5) Setelah beton dituang dari pipa pengecoran, kemudian beton segera diratakan
dengan menggunakan penggaruk atau cangkul dan dipadatkan dengan
menggunakan vibrator.
6) Pemadatan beton menggunakan concreate vibrator. Pemadatan dilakukan untuk
mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terjebak didalam adukan semen
yang timbul pada saat penuangan beton. Penggetaran beton harus dilakukan
dengan baik agar menghasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang diinginkan.
Kesalahan dalam penggetaran beton akan mengakibatkan penurunan mutu beton
atau menyebabkan pengecoran menjadi keropos (tidak padat dan banyak lubang).

7) Jika pengecoran dalam satu segmen terhenti di tengah jalan maka pada tempat
terakhir pemberhentian diberikan calbond.
Penggetaran beton perlu dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Alat penggetar sedapat mungkin dimasukkan ke dalam adukan beton dengan posisi
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
vertikal, tetapi dalam keadaaan khusus boleh miring sampai dengan 45’.
Penggetaran dengan sudut yang lebih besar akan menyebabkan pemisahan agregat
(segregasi).
Harus dijaga agar alat penggetar tidak mengenai bekisting atau bagian beton yang
mulai mengeras, karena akan mengakibatkan tidak lekatnya antara beton lama
dengan beton baru. Sedapat mungkin vibrator tidak terlalu cepat pada saat
penarikan agar rongga bekas jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
Penggetaran dihentikan apabila adukan beton mulai kelihatan mengkilap di sekitar
alat penggetar dan pada umumnya dicapai setelah maksimum 30 detik karena jika
terlalu lama akan menyebabkan turunnya kandungan air semen pada beton dan
akan menurunkan mutu betonnya.
Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dimana setiap lapis dipadatkan dengan
vibrator dengan maksud agar terbentuk beton yang benar-benar padat.
Pemeriksaan top level pada waktu pengecoran dengan menggunakan auto level.
Setelah itu adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil yang
sudah direncanakan.
Kemudian pengecoran dilanjutkan ke bagian lain. Selama proses pengecoran
berlangsung, tidak diperkenankan menambahkan air pada campuran beton karena
akan mengubah kualitas/mutu beton yang telah direncanakan.
Beton yang sudah rata kemudian dihaluskan.

6) Perawatan Beton
Perawatan beton dilakukan dengan menutup beton menggunakan penutup basah yaitu
dengan memakai bahan yang dapat mempertahankan moisture.
Beton harus dirawat pada suhu di atas 10’ C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-
kurangnya selama 7 hari setelah pengeoran.
Beton dikondisikan pada suhu diatas 10’ dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-
kurangnya selama 3 hari pertama setelah pengecoran.
Proses perawatan harus menjaga kondisi beton hingga beton yang dihasilkan
mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan oleh
perawatan setelah pengecoran.

2.13 PEKERJAAN PEMASANGAN LINING PLAT BETON PRA CETAK


Pekerjaan lining dengan plat beton pra cetak ini dilakukan dengan lokasi dan tipikal
sesuai dengan gambar desain. Secara ringkas pekerjaan pemasangan lining
digambarkan seperti berikut ini:
1) Pemesanan Dan Pengiriman Plat Beton Pra Cetak Ke Lokasi Pekerjaan
- Pemesanan plat beton pra cetak sudah termasuk pengiriman dari Pabrik
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Produksi ke lokasi proyek (On Proyek). Pemesanan dilakukan dengan jangka
waktu yang tidak terlalu lama dengan jadwal pelaksanaan dilapangan. Hal ini
untuk menghindari material precast tertumpuk terlalu lama di stock material
dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti dicuri dan lainnya.
Supllier mengirim material sesuai dengan jumlah pesanan yang akan dipasang.
- Setelah beton pracetak sampai dilokasi pengawas pekerjaan melakukan
pemeriksaan terhadap beton pracetak untuk menjaga mutu dan kualitas.
Pengawas tidak diizinkan menerima beton pracetak jika mengalami kerusakan
seperti beton pracetak yang rusak atau tidak sesuai dengan dimensi gambar
rencana.

2) Stock Plat Beton Pra Cetak Di Lokasi Proyek


- Perletakan Plat Beton Pra Cetak dilokasi proyek diusahakan dekat dengan lokasi
pemasangannya agar mudah dalam mobilisasi. Harus dipastikan stock Plat Beton
Pra Cetak dilapangan tersedia jumlahnya untuk memenuhi jadwal pemasangan.
Hal ini untuk menghindari keterlambatan pemasangan akibat kekosongan
dilapangan.
- Penyimpanan panel beton pracetak harus bebas dari kontak langsung dengan
permukaan tanah, ditempatkan pada penyangga kayu dengan ukuran seragam
yaitu balok kayu ukuran penampang minimal 7 cm x 5 cm yang kuat dan lurus
sesuai dengan lebar panel.
- Bilamana unit panel beton pracetak disusun dalam berlapis-lapis, maka jumlah
panel tidak lebih dari 5 unit panel dalam satu tumpukan, disusun masing-
masing penyangga balok kayu yang dipasang antar tiap lapisan.
- Transportasi ke lokasi pekerjaan memakai metode FIFO (first in first out).
Panel yang telah diproduksi terlebih dahulu harus diangkut kelapangan lebih
dulu. Masa tenggang waktu antara FIFO adalah paling tidak dua minggu.

4) Pemasangan Dan Penempatan Panel Beton Pracetak


- Pemasangan panel pracetak di atas pondasi harus diturunkan secara perlahan
diatur sehingga tidak terjadi kontak antara permukaan bidang oanel untuk
menghindari kerusakaan pada tepi panel beton pracetak.
- Setiap panel beton pracetak harus ditempatkan pada garis akhir dan garis tepi
terdepan yang ditetapkan sebelumnya. Ujung panel terdepan adalah ujung
dengan batang ruji melintang yang menonjol. Sebelum menempatkan panel,
slot terbalik untuk batang rujidan batangh pengikat harus diperiksa untuk
memastikan bahwa keduanya bebas dari kotoran, minyakm, atau bahan lainnya.
- Untuk menghindari chipping atau spalling tepi panel pracetak baru, harus
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
dilakukan pasak kayu atau perangkat sejenis untuk membimbing panel ke
posisi sebenarnya.
- Pembongkaran serpihan di tepi panel tidak diperkenankan menggunakan batang
baja. Daerah yang terkelupas, gompal atau spalled harus diperbaiki.
- Penempatan panel harus sejalan dengan arah longitudinal dan mengacu pada
centerline panel. Centerline setiap panel harus ditandai di tepi atas
permukaan. Tepi-tepi panel tidak digunakan untuk menyelaraskan panal saat
perakitan.
- Centerline panel harus disesuaikan dengan garis pada permukaan tanah dasar
yang diatur oleh teknisi sufveyor sebelum pemasangan panel pracetak.
- Bila panel mempunyai lidah atau alur yang harus dipasangakan sebagai
sambungan melintang, permukaan bidang yang mempunyai lidah dan alur harus
diberi bahan pengisi.
5) Pemasangan Bahan Penutup Yang Dituang
- Tidak lebih dari 4 jam sebelum menempatkan bahan-bahan penutup
sambungan, dinding sambungan harus dibersihkan untuk menghilangkan
material yang tidak dikehendaki seperti tanah dan komponen lainnya.
- Setelah pembersihan sambungan, air sambungan panel harus dihilangkan.
Prosedur pengeringan yang berakibat dapat meninggalkan residu atau lapisan di
dinding sambungan tidak boleh digunakan.
- Segera setelah sambungan bersih dan kering, bahan penutup dituangkan.
- Tekanan harus digunakan dengan memadai untuk memastikan bahwa bahan
penutup menyebar merata dan kontak penuh dengan dinding sambungan dan
berkesinambungan.
- Permukaan yang sudah selesai ditutup harus sesuai dengan dimensi dan
toleransi yang diizinkan dan semua bahan penutup yang berlebih pada
permukaan lining harus dibersihkan.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
-

Proses Pengecoran

Anda mungkin juga menyukai