Metode pelaksanaan pekerjaan ini juga memberikan penjelasan bagaimana proses atau
langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan tugasnya akan disajikan
secara lebih rinci. Dalam melaksanakan tugas perencanaan nantinya, juga didukung
dengan data penunjang yang dapat memberikan informasi tentang kondisi Daerah SUNGAI
BADERA antara lain peta topografi, peta jaringan, data Daerah Aliran sungai dan
sebagainya. Dan untuk menyelesaikan pekerjaan perencanaan yang terkait dengan
analisis desain, maka tim desain juga dilengkapi sarana komputer beserta program
yang diperlukan sesuai kebutuhan pekerjaan.
Hari kerja juga dipengaruhi dalam jumlah hujan yang mengakibatkan banjir besar
dengan anggapan pada saat hujan terjadi banjir tidak efektif terhadap progress
konstruksi. Hari hujan di hitung berdasarkan rata-rata hari hujan selama beberapa
tahun.
Untuk pekerjaan tanah termasuk galian dan timbunan tanah yang dipadatkan akan
terganggu dan harus dihentikan jika terjadi hujan diatas 5 mm/jam pemberhentian ini
berkaitan dengan mutu pelaksanaan pekerjaan tanah yang tergangu akibat terlalu
jenuh air, sedang untuk pekerjaan pembetonan harus dihentikan jika terjadi hujan
diatas 10 mm/jam. Kondisi pekerjaan pasangan atau pembetonan masih relatif lebih
tahan terhadap siraman hujan dibandingkan dengan pekerjaan tanah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan dan penyiapan bahan konstruksi
adalah:
1) Pemilihan kualitas material harus baik sehingga akan menghasilkan konstruksi
yang kuat dan stabil.
2) Penyimpanan material harus baik sesuai dengan sifat dan kepekaan material
terhadap kondisi lingkungan sekitar agar tidak mengurangi mutu dan kualitas
material tersebut.
3) Penyediaan material yang cukup sesuai dengan pekerjaan yang sedang
berlangsung.
4) Penumpukan material (stocking material) harus baik sehingga urutan
pemakaian material konstruksi sesuai dengan urutan kedatangan material.
5) Memonitoring setiap material yang masuk dan keluar untuk menjaga stock
material agar tidak mengganggu konstruksi saat sedang dibutuhkan.
2.4 MOBILISASI
1) Personil
Personil inti yang ditempatkan dilapangan meliputi : Logistik, Administrasi Proyek,
Site Enginner, yang handal dan berpengalaman agar dapat dicapai hasil yang tepat
waktu, mutu dan manfaat.
2) Peralatan
Setelah pekerjaan persiapan selesai maka pengiriman peralatan yang menunjang
pekerjaan yang meliputi truck, pick up, molen, stamper, vibrator, excavator,
motor grader, compactor, pompa air dan peralatan pendukung lainnya.
3) Bahan material
Bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan dikirim pada awal
ataupun sebelum pelaksanaan pekerjaan dilakukan. Meliputi pasir urug, semen,
batu kali, batu belah, pasir beton, kayu cetakan, paku, besi beton dan bahan
lainnya.
Pada bahan yang mudah mengeras seperti semen, penyimpananya harus
diperhatikan karena apabila penyimpanan semen terlalu lama dan penyusunan
semen terlalu tinggi maka akan mengakibatkan tumpukan semen terbawah akan
cepat mengeras karena semen terbawah menerima beban yang berlebih, sebaiknya
Semen, ditumpuk maksimal 10 sak, Untuk penyimpanan maksimal adalah selama 1
(satu) bulan. Tumpukan semen sebaiknya diberi alas berupa balok kayu dan papan
kayu supaya semen jangan sampai menyentuh lantai langsung dan jangan terkena
air.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
4) Bagian QA dan K3
Memasang rambu-rambu/tanda-tanda Keselamatan Kerja sesuai standar /
persyaratan yang ada.
5) Pekerjaan Bangunan Fasilitas
Pekerjaan bangunan fasilitas yang meliputi bangunan kantor direksi (direksi keet)
dan perlengkapannya, MCK, pemasangan papan informasi proyek dll.
Penyedia Jasa harus membangun, menyediakan, memasang, memelihara,
membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya Kontrak harus memindahkan
atau membuang semua bangunan kantor darurat, gudang-gudang penyimpanan,
barak-barak pekerja dan bengkel-bengkel yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan
pengawasan pelaksanaan konstruksi.
6) Uitzet (MC-0)
Uitzet atau Perhitungan Volume Awal bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya
untuk masing-masing pekerjaan dan untuk pekerjaan dan untuk mengetahui waktu
pelaksanaan serta alat-alat berat yang akan digunakan. Sebagai dasar perhitungan
MC 0% (Mutual Check 0%) bersama pihak penyedia jasa dan pihak Direksi yang akan
menghasilkan gambar potongan memanjang dan potongan melintang.
Gambar 2.2 Pengukuran Pemasangan Patok Center Line Dan Pembuatan Stake Out
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
7) Shop drawing
Pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan ada unit bangunan yang harus
dikerjakan pembuatannya di luar areal proyek dan karena sifat kekhususannya
harus dan terpaksa dikerjakan oleh subkontraktor, maka sebelumnya subkontraktor
yang bersangkutan diharuskan membuat dan menyerahkan gambar bentuk unit
bangunan tersebut, lengkap dengan perhitungan konstruksinya.
Shop Drawing yang disiapkan tersebut harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan,
diperiksa, dikoreksi apabila perlu dan untuk selanjutnya disahkan oleh Pemilik
Proyek.
Gambar unit bangunan atau Shop Drawing tersebut harus secara lengkap memuat:
- Bentuk unit bangunan serta dimensinya
- Material yang akan dipakai serta spesifikasinya
- List komponen unit bangunan yang memuat :
a. panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan
b. berat per satuan komponen setiap unit bangunan
c. jumlah komponen unit bangunan, dll.
2.4.1 PEKERJAAN PEMBERSIHAN (LAND CLEARING)
Penyedia Jasa harus memulai pembersihan sebelum pekerjaan pembangunan dimulai
antara lain:
a) Pada saluran yang akan dilakukan perbaikan dipasang patok sebagai acuan
pembersihan lahan. Kemudian dilakukan pembersihan dari kotoran seperti puing-
puing, onggokan sampah, pohon-pohon dan termasuk bangunan yang harus
dibongkar.
b) Bahan-bahan hasil pembongkaran tersebut harus dibuang, kecuali bila ada
ketentuan lain yang disetujui Direksi.
c) Semua kerusakan terhadap pekerjaan dan milik umum atau perseorangan yang
diakibatkan pekerjaan pembersihan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus
diperbaiki atau diganti oleh Penyedia Jasa.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.4.2 PEKERJAAN KUPASAN
Pekerjaan kupasan dimaksudkan untuk perbaikan tanggul saluran.
a) Setelah lahan dipastikan bersih kemudian dilakukan pengupasan permukaan tanah
pada rencana perbaikan tanggul, untuk perbaikan tanggul yang lebar dengan
volume yang banyak dapat menggunakan bulldozer sedangkan perbaikan tanggul
yang volumenya sedikit dapat menggunakan alat manual seperti cangkul sehingga
lumpur dan tanah humus terbuang.
manusia sedangkan untuk saluran yang besar dan pekerjaan konstruksi Bendung Karet
Sungai badera dilakukan dengan bantuan alat berat.
2.6.3 ALAT BERAT PENGGALI DAN PENGANGKUT
Jenis peralatan penggali untuk dipakai antara lain: Exavator, Dump truck dan
Bulldozer. Meskipun jarang, dredging dipergunakan untuk menggali tanah dari area
basah/terendam (submerged area).
Bila scraper digunakan untuk menggali, tambahan alat angkut sudah tidak diperlukan
lagi. Bila dipergunakan alat penggali lainnya, masih diperlukan alat angkut berapa
truck atau belt conveyor.
2.6.4 PENGAWASAN
Pengawasan dilakukan oleh pengawas (inspector), kemudian dilaporkan kepada Tenaga
Ahli (Engineer). Perhatikan kedalaman galian dan tersedianya peralatan untuk
melaksanakan, yang harus disiapkan oleh pelaksana/kontraktor. Pengawas harus lapor
atas kondisi dan perbedaan hasil pengukuran terhadap spesifikasi, dengan demikian
bila diperlukan perbaikan dapat segera dilakukan.
Perbedaan tersebut antara lain:
Galian tidak menghasilkan sebagaimana yang diharapkan atau tipe material
yang diinginkan. Pelaksana harus melakukan uji yang meyakinkan bahwa
material sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Material terlalu basah atau kering untuk dapat dipadatkan dengan baik. Selama
penggalian dan proses pengambilan material, pengawas harus melakukan
observasi terhadap semua adjusment yang dibuat terhadap kandungan air.
Beberapa contoh lokasi tanah buangan (Disposal Area) ditentukan dibeberapa titik
seperti berikut ini:
Gambar 2.13 Lokasi 4 Pembuangan Hasil Galian Tanah Dan Sedimen (Disposal Area)
Gambar 2.14 Lokasi 5 Pembuangan Hasil Galian Tanah Dan Sedimen (Disposal Area)
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.7 TIMBUNAN
Untuk pekerjaan saluran aliran sungai dengan volume tanah relatif kecil maka
pekerjaan timbunan dilaksanakan dengan peralatan manual. Timbunan adalah
pekerjaan urugan kembali material yang di gali sebelumnya. Hasil timbunan
dirapikan dengan cangkul dan dipadatkan dengan alat yang tersedia sesuai dengan
gambar.
2) Musim Kemarau
Sebagaimana diketahui, bahwa kadar air pada material timbunan harus didalam batas
spesifikasi selama pelaksanaan penimbunan dan seyogyanya penambahan air dihindari.
Hal ini pada musim kering tak selalu dimungkinkan.
Bila material dalam kondisi kering dan waktu pengangkutan dan penebaran atau di
lapangan terlalu kering untuk dipadatkan, maka harus ditambahkan air yang
dipancarkan, setelah material ditebar dan sebelum digilas untuk dipadatkan. Jumlah
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
air yang harus ditambahkan dan pengadukan yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa
kelembaban akan merata tersebar keseluruh lapisan, tergantung pada kehalusan dan
plastisitas dari tanah. Menyiram air pada tanah dapat dilakukan dengan menggunakan
tangki air. Pancaran air harus tidak boleh langsung ke tanah dengan tekanan tinggi,
karena akan menjadikan material yang lembut tercuci. Pengawas dan pelaksana harus
mencapai kesepakatan mengenai jumlah air yang harus ditambahkan pada luasan
tertentu, setelah melalui beberapa percobaan.
Kondisi tanah yang kasar dan kurang liat, akan lebih mudah pemberian airnya hingga
merata. Sangat sukar untuk mencapai distribusi kelembaban yang merata pada tanah
lempung plastis yang mengandung gumpalan, tanpa merendamnya beberapa hari.
1) Pemeriksaan Bekisting
Posisi dan kondisi bekisting harus diperiksa sesuai dengan shop drawing yang telah
direncanakan. Bekisting harus lurus sesuai dengan as-nya, tegak, dan tidak bocor.
Bekisting juga harus kuat, tidak mudah bocor, terpasang dengan kokoh agar tidak
bergeser karena getaran dan tekanan adukan beton selama proses pengecoran.
Pemeriksaan ini meliputi:
a. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi)
b. Kemungkinan elevasi tidak tepat
c. Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horisontal maupun vertikal
d. Kebersihan lokasi pengecoran
e. Pemeriksaan sambungan bekisting
f. Pemeriksaan perkuatan bekisting
g. Pemasangan beton decking
2) Acuan Cetakan
Acuan cetakan dibuat sedemikian agar sesuai dengan bentuk dan ukuran beton yang
akan dihasilkan. Acuan dan cetakan harus dibuat dengan konstruksi yang kekar dan
kaku, agar bentuk dan ukurannya tidak mudah berubah selama proses pengecoran.
Dengan memperhatikan hal sebagai berikut:
a) Material
Umumnya diusahakan agar dapat digunakan berulangkali, maka pemilihan material
harus memiliki kekuatan, kekakuan dan keawetan yang memadai. Selain harus
mudah dibongkar pasang juga kecil daya serap airnya dan setelah dibuka
menghasilkan permukaan beton yang baik.
b) Desain
Acuan harus cukup kuat dan kekar agar mampu menahan beban berat beton,
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
sehingga bentuk dan posisi beton tidak berubah. Konstruksi acuan juga mudah
dibongkar pasang dan aman dengan ketepatan yang akurat serta melindungi beton
dari kemungkinan kerusakan. Maka fabrikasi panel bekisting perlu diperhatikan
Sambungan-sambungan pada acuan harus betul-betul rapat air, sehingga air semen
dalam adukan beton tidak mudah keluar. Sambungan perlu diatur dalam posisi
tegak lurus atau sejajar sumbu konstruksi beton, agar lebih mudah diperoleh acuan
yang mempunyai posisi, bentuk dan dimensi yang tepat serta mencegah kebocoran.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Jalur-jalur coakan harus diadakan pada setiap sudut acuan agar sudut beton lebih
tumpul, guna mencegah rusaknya sudut-sudut tersebut waktu acuan dibongkar.
Penyangga acuan harus mampu memikul beban vertikal dan horizontal tanpa
adanya lenturan maupun deformasi.
c) Persiapan
Sebelum dilakukan pengecoran permukaan dalam acuan diberi cairan pelumas,
agar beton tidak melekat pada dinding acuan serta memudahkan pembongkaran
tanpa merusak permukaan beton. Pasak-pasak dan batang-batang baja yang
menonjol pada permukaan beton harus dibuang dan lubang- lubangnya harus
ditutup dengan adukan semen sehingga diperoleh permukaan beton yang halus dan
rata.
d) Pemasangan
Sebelum acuan dipasang, tanah dasar harus diratakan dan bila perlu diberikan
lapisan perkuatan untuk meningkatkan daya dukung yang diinginkan serta
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Biasanya pada dinding ada tulangan memanjang yang menembus stop end, untuk
memudahkan pembongkaran digunakan panel:
Untuk sambungan dinding kasusnya sama dengan stopend akan terjadi lendutan.
e) Pemeriksaan
Setelah pemasangan acuan maka harus diperiksa dengan teliti kemungkinan adanya
lengkungan-lengkungan yang tidak diinginkan, lubang-lubang yang menyebabkan
kebocoran air semen dan penyangga acuan yang kurang kuat harus segera
ditambah serta pemeriksaan penahan jarak besi dengan acuan sudah mencukupi
agar saat pengecoran kedudukan besi tulangan tidak berubah. Pemeriksaan ini
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
dilakukan juga selama pelaksanaan pengecoran sehingga dapat diantisipasi hal-hal
yang dapat merusak kualitas kualitas beton yang dihasilkan. Serta harus dilakukan
pemeriksaan pada bracing dinding sebegai berikut :
Menahan angin dari segala arah
Menahan benturan pada saat pengecoran , biasanya benturan sling crane/bucket
Membantu vertical bekisting atas dengan meng-adjust pipe support.
f) Pembongkaran
Acuan baru dapat dibongkar setelah beton betul-betul mengeras sehingga kuat
memikul beratnya sendiri serta beban tambahan dan tidak ada lagi beban yang
harus dipikul oleh acuan tersebut. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan hati-
hati agar tidak merusak beton. Untuk mengetahui tingkat kekuatan yang talah
dicapai oleh beton dalam proses pengerasannya, diambil dari contoh blok-blok
beton untuk pengujian yang telah diadakan pengujian sebelumnya dan pengujian
langsung dilapangan menggunakan Hammer test. Karena contoh blok beton lebih
mudah dipadatkan dan dirawat dibandingkan dengan beton dilapangan. Urutan
pembongkaran dilaksanakan dari bagian-bagian yang bebannya paling ringan
dilanjutkan pada bagian dengan beban yang lebih berat dan bagian yang lebih
penting.
3) Pemeriksaan Penulangan
Pekerjaan penulangan harus sudah selesai dan diperiksa sebelum pelaksanaan
pengecoran. Pemeriksaan pemasangan tulangan dimaksudkan untuk mengetahui
ukuran, ketepatan letak, sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang sesuai dengan
spesifikasi sesuai gambar desain.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pemeriksaan ini berkaitan dengan:
a. Spesifikasi tulangan dalam hal ini (Φ10-150)
b. Pemeriksaan sambungan antar pembesian
c. Pemeriksaan kekuatan bendrat pengikat
d. Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi daya rekatan
5) Pengecoran Beton
Pekerjaan pengecoran dapat dilakukan bila pemasangan bekisting telah selesai
dilakukan. Sebelum pengecoran dilaksanakan tanah dasar atau lantai kerja untuk alas
pengecoran harus dibasahi sampai jenuh demikian pula besi tulangannya. Adukan
beton yang diangkut dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
diminimalisasi terhadap sinar matahari atau penguapan yang berlebih agar tidak
terjadi penyusutan berlebihan. Apabila terjadi penyusutan berlebih pada adukan beton
maka pengecoran akan lebih sukar mencapai beton dengan kualitas yang baik karena
sukar dikerjakan kecuali mengencerkan adukan dengan menambah air semen kembali
dengan memperhatikan perbandingan faktor air semen yang disyaratkan. Perlu
diadakan pemeriksanan terhadap bagian dalam acuan harus bersih dari bahan organic
ataupun sampah-sampah yang mengurangi mutu beton.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pada sambungan beton lama dan baru permukaan beton lama harus dikasarkan
demikian pula besi tulangannya harus dibersihkan dengan sikat kawat agar
memperoleh lekatan yang baik. Sambungan ini jika diperlukan dapat dibasahi dengan
air semen atau lem beton yang tersedia dipasaran. Proses pengiriman beton readymix
tidak boleh lebih dari dua jam semenjak mixer truck meninggalkan maxing plant
menuju lokasi proyek. Bila truk tiba melebihi batas waktu tersebut akan membuat
beton mengeras. Maka dari itu sebelum beton dikeluarkan dari truk dilakukan uji
slumpt test. Bila hasil uji slumpt test masih sesuai peraturan yaitu 12 ± 2 beton masih
dapat diterima dan dapat digunakan. Pemadatan adukan beton pada acuan dapat
menggunakan alat concrete vibrator atau alat lainnya disesuaikan dengan tingkat
kebutuhannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran dan penempatan waller:
Dinding memanjang kearah vertical
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
KICKERS (SEPATU DINDING BETON)
Fungsi Kickers :
Menjaga konsistensi kelurusan dinding
Menjaga konsistensi lebar dinding
Tempat overlapping bekisting kearah vertical
Kickers membuat rapat sambungan sehingga air semen tidak keluar.
Pelaksanaan pengecoran segmen struktur pondasi dinding Sungai badera sebagai
berikut:
1) Sebelum pengecoran dimulai, lakukan penyedotan air ke saluran pangilahan
sungai yang sudah disediakan, areal harus dalam keadaan air tidak menggenang dan
areal harus dibersihkan dahulu dari kotoran seperti sampah, sisa kawat
bendrat, potongan kayu, dan kotoran lain yang dapat menghambat proses
pengecoran, dengan menggunakan compressor.
2) Untuk pelaksanaan pengecoran pada tempat yang dapat diakses truck, maka
pengecoran struktur digunakan concrete pump yang menyalurkan beton ready mix
dari truck mixer ke lokasi pengecoran, dengan menggunakan pipa pengecoran yang
disambung-sambung menggunakan klem.
3) Sebelum beton dituang ke dalam areal cor, terlebih dahulu dilaksanakan
pemeriksaan workability dari beton berdasarkan pemeriksaan doket (dari jam
keluar batching plant sampai jam masuk proyek). Slump test dilakukan dalam
pemeriksaan workability beton dengan nilai slump 12 ± 2 cm.
4) Pemeriksaan semua daerah cold joint (daerah sambungan), dilakukan dengan cara
penyiraman calbond sebelum pengecoran, agar pertemuan antara beton lama
dengan beton baru dapat merekat dengan lebih baik.
5) Setelah beton dituang dari pipa pengecoran, kemudian beton segera diratakan
dengan menggunakan penggaruk atau cangkul dan dipadatkan dengan
menggunakan vibrator.
6) Pemadatan beton menggunakan concreate vibrator. Pemadatan dilakukan untuk
mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terjebak didalam adukan semen
yang timbul pada saat penuangan beton. Penggetaran beton harus dilakukan
dengan baik agar menghasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang diinginkan.
Kesalahan dalam penggetaran beton akan mengakibatkan penurunan mutu beton
atau menyebabkan pengecoran menjadi keropos (tidak padat dan banyak lubang).
7) Jika pengecoran dalam satu segmen terhenti di tengah jalan maka pada tempat
terakhir pemberhentian diberikan calbond.
Penggetaran beton perlu dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Alat penggetar sedapat mungkin dimasukkan ke dalam adukan beton dengan posisi
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
vertikal, tetapi dalam keadaaan khusus boleh miring sampai dengan 45’.
Penggetaran dengan sudut yang lebih besar akan menyebabkan pemisahan agregat
(segregasi).
Harus dijaga agar alat penggetar tidak mengenai bekisting atau bagian beton yang
mulai mengeras, karena akan mengakibatkan tidak lekatnya antara beton lama
dengan beton baru. Sedapat mungkin vibrator tidak terlalu cepat pada saat
penarikan agar rongga bekas jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
Penggetaran dihentikan apabila adukan beton mulai kelihatan mengkilap di sekitar
alat penggetar dan pada umumnya dicapai setelah maksimum 30 detik karena jika
terlalu lama akan menyebabkan turunnya kandungan air semen pada beton dan
akan menurunkan mutu betonnya.
Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dimana setiap lapis dipadatkan dengan
vibrator dengan maksud agar terbentuk beton yang benar-benar padat.
Pemeriksaan top level pada waktu pengecoran dengan menggunakan auto level.
Setelah itu adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil yang
sudah direncanakan.
Kemudian pengecoran dilanjutkan ke bagian lain. Selama proses pengecoran
berlangsung, tidak diperkenankan menambahkan air pada campuran beton karena
akan mengubah kualitas/mutu beton yang telah direncanakan.
Beton yang sudah rata kemudian dihaluskan.
6) Perawatan Beton
Perawatan beton dilakukan dengan menutup beton menggunakan penutup basah yaitu
dengan memakai bahan yang dapat mempertahankan moisture.
Beton harus dirawat pada suhu di atas 10’ C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-
kurangnya selama 7 hari setelah pengeoran.
Beton dikondisikan pada suhu diatas 10’ dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-
kurangnya selama 3 hari pertama setelah pengecoran.
Proses perawatan harus menjaga kondisi beton hingga beton yang dihasilkan
mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan oleh
perawatan setelah pengecoran.
Proses Pengecoran