GEDEBAGE - BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
4. Selain dari penjadwalan pengiriman bahan perlu juga penjadwalan untuk Man
Power (Tenaga Kerja) yang akan di tugaskan dilapangan sesuai dengan disiplin
keahlianya masingmasing.
5. Selain Bahan dan Tenaga Kerja yang perlu diperhatikan lagi para suplayer untuk
mendatangkan bahan bahan dari hasil pemesanan yang membutuhkan waktu
cukup lama.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas maka perlunya antisipasi dalam
pelaksanaan pekerjaan yang akan berjalan dengan memperhatikan serta
mempertimbangkan hal tersebut maka Kontraktor akan membuat penjadwalan waktu
agar pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, yang kita perhatikan
antara lain:
1. Melakukan koordinasi dengan plhak terkait dan pengontrolan baik kualitas,
kuantitas dan waktu, sehingga dapat terealisasi pelaksanaan pekerjaan tepat waktu.
2. Membuat Jadwal material sesuai dengan kebutuhan bahan/material agar dilapangan
tidak mengalami penumpukan bahan yang akan mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan.
3. Membuat penjadwalan yang tepat sesuai dengan yang tertuang dalam jadwal
pelaksanaan pekerjaan sehingga memudahkan untuk melakukan pengontrolan baik
pelaksanaan maupun tenaga kerja serta material yang di suplay.
4. Membuat Jadwal Tenaga Kerja (man power) yang efektif agar tenaga kerja untuk
pelaksanaan dilapangan dapat terealisasi sesuai waktu yang ditetapkan dalam
kontrak dan meminimalisasii waktu yang akan dilaksanakan dilapangan.
5. Perlunya suatu antisipasl untuk pengadaan barang yang sifatnya pemesanan cukup
memakan waktu diantaranya untuk konstruksi dan bahanbahan pemesanan lainnya
yang harus dilakukan lebih dini sehingga tidak mengalami hambatan.
BAB II
METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN
4. K ultur masyarakat disekitar lokasi pekerjaan dan hal-hal yang dipandang perlu dan
akan menimbulkan dampak terhadap pelaksanaan proyek.
1. Struktur Organisasi
Pelaksanaan proyek dikelola oleh suatu tim manajemen yang dipimpin seorang Site
Manager dibantu oleh tenaga teknis/Terampil beserta pembantu- pembantunya.
2. Koordinasi
Site Manager memimpin semua kegiatan proyek, baik dibidang administrasi, teknik
dan lain-lain.
Untuk masalah teknik engineering dan pelaksanaan dibantu oleh Tenaga Ahli
Arsitektur, Tenaga Ahli Mekanikal, Tenaga Ahli Elektrikal, Drafter
Untuk Masalah Keselamatan Kerja dibantu oleh Tenaga Ahli K-3
Urusan keuangan, administrasi umum dan personalia, dibantu oleh Bagian
Administrasi proyek beserta stafnya
Urusan logistik dan peralatan, dibantu oleh Bagian Logistik dan Peralatan.
sampai prosedur pengambilan sampel untuk keperluan berbagai pengujian seperti uji
kuat beton, jenis tanah, mutu pengelasan, kuat baut, dan menyangkut berbagai macam
dimensi konstruksi lainnya. Sudah selayaknya apabila upaya pengendalian mutu
mendapatkan cukup perhatian karena keterkaitannya erat dengan segi–segi
pembiayaan, perencanaan, pengadaan, dan rekayasa nilai. Semakin tinggi tuntutan
mutu, tentu memerlukan pembiayaan kegiatan yang meningkat.
Sedangkan pada tahap pelaksanaan konstruksi fisik upaya penerapan
pengendalian mutu diwujudkan melalui metode pelaksanaan konstruksi, penyediaan,
pengawasan, dan inspeksi pekerjaan. Pada prinsipnya maksud pengendalian mutu
adalah:
1. Mengarahkan agar pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi teknis dan
dokumen kontrak.
2. Mencakup pertimbangan ekonomi dalam penetapan jenis material dan metode
konstruksi yang dipakai dengan memastikan bahwa perencanaannya telah
memenuhi syarat peraturan bangunan.
Unsur utama sebagai pengendali mutu selama tahap konstruksi fisik adalah
pengawas lapangan, yang mana bertanggung jawab agar kegiatan harian kontraktor
memberi hasil akhir sesuai dengan spesifikasi teknis kontrak. Sebagai contoh,
pengawas akan memeriksa apakah material dasar yang dipakai untuk membuat beton
telah memenuhi standar, bahwa material dicampur dengan perbandingan
perbandingan unsure yang benar, dan bahwa telah dilakukan pengujian terhadap
sample adukan beton, dan sebagainya. Kadang-kadang juga diperlukan bagi
perencana dan para ahli yang terlibat untuk melakukan inspeksi dan pemeriksaan
pekerjaan langsung di lapangan. Sehingga seringkali bermanfaat untuk menyusun
program pengendalian berupa bagan matriks tanggung jawag yang menunjukan
kapan, di mana, dan oleh siapa pemeriksaan di perlukan.
Biaya konstruksi dimaksudkan untuk pembiayaan tenaga kerja terampil,
peralatan, material, metode dan pengawasan. Sedangkan biaya pengendalian mutu
adalah pembiayaan untuk memonitor dan memeriksa mutu, termasuk untuk
membetulkan, mengganti, atau memperbaiki kerusakan yang terjadi. Peningkatan
kesesuaian mutu adalah upaya agar mutu meningkat sehingga sesuai benar dengan
standar ketentuan menurut spesifikasi teknis. Sudah tentu untuk tuntutan mutu
yang semakin tinggi jelas akan memerlukan upaya yang lebih berat.
Dengan demikian untuk mengupayakan peningkatan mutu pekerjaan
langsung dari sumber daya dan metode konstruksi, perlu ditopang dengan anggara
keuangan lebih banyak. Atau dengan lain kalimat, biaya langsung konstruksi akan
menjadi semakin meningkat. Sementara itu, untuk memproses pekerjaan atau barang
dengan standar rencana mutu yang semakin menurun atau berkurang. Maka dengan
berpijak pada dua keadaan pembiayaan dengan pola yang berbeda tersebut, tentunya
harus diupayakan prinsip optimalisasi untuk menetapkan standar mutu terbaik yang
dapat dicapai dalam setiap perencanaan tertentu. Mutu optimum dicapai apabila
jumlah biaya merupakan nilai yang minimum.
konstruksi terutama dalam hal pengerahan sumber daya lainnya. Berpijak pada
kenyataan keadaan yang sangat tergantung tersebut, akan lebih baik apabila
penjadwalan kegiatan pengadaan dijadikan satu dengan operasi konstruksi. Pada
penjadwalan cara jaringan kerja dengan lintasan kritis misalnya, dicantumkan pula
kegiatan- kegiatan pengadaan sehingga dapat diikuti dengan jelas kapan sesuatu
proses pengadaan material tertentu harus sudah dimulai, dan kapan saat paling
lambat sesuatu material harus sudah tersedia dilapangan, dan seterusnya.
Dengan cara demikian akan terlihat jelas betapa sangat berpengaruhnya
kegiatan pengadaan terhadap operasi konstruksi keseluruhan, bahkan mungkin
termasuk sebagai kegiatan yang terletak pada lintasan kritis misalnya, dicantumkan
pula kegiatan-kegiatan pengadaan sehingga dapat diikuti dengan jelas kapan sesuatu
proses pengadaan sehingga dapat diikuti dengan jelas kapan sesuatu proses
pengadaan material tertentu harus sudah dimulai, dan kapan saat paling lambat
sesuatu material harus sudah tersedia dilapangan, dan sebagainya.
Pada proyek-proyek konstruksi bangunan infrastruktur atau industri yang tidak
terlalu rumit, kira - kira 60% dari pembiayaan proyek dibelanjakan untuk keperluan
pengadaan material. Mengingat porsi biaya pengadaan material cukup besar, maka
sudah selayaknya lah jika diberikan cukup perhatian dalam upaya pengendaliannya.
Landasan pengendalian biaya pengadaan material berbeda dengan yang diterapkan
pada pengendalian biaya tenaga kerja dan peralatan. Untuk pengadaan tenaga kerja
dan peralatan, pengendalian biaya lebih didasarkan pada kriteria yang berkaitan
dengan pencapaian tingkat produktivitas kinerjanya.
Sedangkan untuk pengadaan material lebih didasarkan pada pengendalian dan
pemantauan terhadap komitmen-komitmen yang telah dibuat atau ditetapkan.
Sehingga sebagai umpan balik adalah informasi-informasi yang berkaitan dengan :
permintaan kebutuhan, penawaran, kuotasi harga, pesanan pembelian, subkontrak
pengadaan, dokumen pengiriman, dokumen penerimaan, dokumen pengujian, faktur-
faktur dan sebagainya. Sebagai misal, sewaktu menerbitkan surat perintah (pesanan)
pembelian merupakan saat-saat ditegakkannya komitmen mengenai volume material,
harga, maupun biayanya.
Jika program pengendalian didasarkan pada penyerapan dana dari
pembelanjaan aktual, sudah tentu akan selalu dalam posisi terlambat dan sukar untuk
BAB III
METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN
Pekerjaan Persiapan merupakan bagian dari Pekerjaan awal pada saat pelaksanaan
pekerjaan yang akan dimulai, dimana harus dilakukan beberapa tahapan pelaksanaan
pekerjaan persiapan dan penunjang yang meliputi :
1. Penandatanganan Naskah Dokumen Kontrak, SPMK, dan SPL dll, oleh kedua belah
pihak.
2. Pemasangan Papan Nama Proyek
3. Pembersihan Lapangan
4. Pembuatan Direksi Keet dan Gudang
5. Penyediaan Perlengkapan Keselamatan Pekerja dan P3K
6. Penyediaan listrik kerja
7. Penyediaan Air Kerja
8. Mobilisasi Bahan dan Alat
9. Dokumentasi / Pelaporan
10. System Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
DOKUMEN KONTRAK
ISI :
1. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pemborongan
2. SPL
3. SPMK
4. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak)
5. Pernyataan Kesanggupan Melaksanakan Pekerjaan
6. Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen
7. Dll. (Kelengkapan Administrasi)
DOKUMEN PELAPORAN
b. Membuat pemotretan :
Untuk kesehatan pekerja, kami akan menyediakan sarana air bersih dan sanitasi yang
baik sesuai dengan standar yang telah disyaratkan yang didalamnya termasuk
perlindungan asuransi dari Astek/Jamsostek.
Keselamatan selalu yang terdepan bagi pekerjaan proyek dengan demikian kami akan
menyediakan alat-alat atau perlengkapan keselamatan kerja seperti helm, sepatu
proyek, sarung tangan, safety belt, jaring pengaman, peralatan P3K, dan lain-lain.
Tata laksana proyek bagi Pelaksana Konstruksi (Kontraktor) perlu disusun setelah
rekanan tersebut ditunjuk selaku pelaksana proyek (Pemenang Lelang). Pada
hakekatnya pelaksanaan proyek di dalam suatu perusahaan, hanyalah merupakan
satuan tugas yang khusus akan menangani proyek bersangkutan, sebagai sub
koordinasi dari tugas pokok dan fungsi perusahaan yang telah mengadakan kontrak
kerjasama dengan pihak/instansi lain pemilik proyek yang dimaksud.
c. Sumberdaya Peralatan
Penggunaan peralatan dimaksudkan untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan,
dengan lebih mempertimbangkan optimalisasi terhadap “BMW” yakni Biaya, Mutu
dan Waktu.
Dengan demikian peralatan disiapkan secara selektif menurut pertimbangan
Kegunaan alat sesuai dengan pekerjaan
Jenis alat sesuai dengan volume pekerjaan
Operator/petugas yang mampu mengoperasikan alat bersangkutan
Keandaian dan produktivitas alat
Biaya operasional penggunaan alat dibandingkan produktivitasnya
d. Sumberdaya Finansial
Pekerjaan pelaksanaan konstruksi adalah pekerjaan yang menuntut kemampuan
profesional. Proyek pelaksanaan konstruksi bukanlah komoditas dagangan yang
siap diperjual belikan dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja. Oleh karena itu
dalam pelaksanaannya diperlukan sumberdaya finansial, sekalipun hanya berupa
modal awal bekerja.
Modal awal akan kami siapkan dan dialokasikan untuk menutupi biaya pekerjaan
persiapan, uang muka pemesanan bahan serta pembelian atau peminjaman
peralatan, hingga diperoleh angsuran pembayaran dari proyek. Selanjutnya prestasi
pekerjaan fisik lapangan terus dipacu agar dapat segera ditagihkan
pengangsurannya, sehingga cash flow proyek benar-benar dapat dijalankan.
Gambaran pengelolaan sumberdaya finansial dalam pelaksanaan konstruksi proyek
secara keseluruhan, diwujudkan dalam kerangka alokasi pembiayaan berikut :
Pembiayaan Manajemen Rutin kantor Perusahaan, merupakan bentuk kontribusi
biaya setiap proyek bagi kebutuhan rutin perusahaan
Pembiayaan Manajemen proyek, merupakan bentuk biaya tak langsung terhadap
pelaksanaan proyek.
Pembiayaan Konstruksi Proyek, merupakan bentuk biaya langsung terhadap
pelaksanaan proyek
Sisa Hasil Usaha, merupakan keuntungan yang diperoleh atas pengelolaan
pelaksanaan konstruksi proyek, dengan perhitungan adalah nilai netto proyek
dikurang dengan jumlah seluruh pembiayaan tersebut
e. Rencana Kerja
Rencana kerja dipersiapkan dan disusun sebagai panduan bagi seluruh kinerja Tim
Pelaksana Proyek, agar pelaksanaan kegiatan bisa tepat guna dan berhasil guna.
Rencana kerja memuat substansi sebagai berikut :
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Network Planning
Strategi dan Tatacara Penanganan berbagai persoalan dalam pelaksanaan
kegiatan lapangan
Pembersihan Lapangan
Sebelum pelaksanaan Proyek Pekerjaan Pembangunan Sarana dan Prasarana
Stadion Bandung Lautan Api lokasi yang akan dilaksanakan setelah serah terima
lapangan dilaksanakan.
Pembersihan Akhir Proyek pekerjaan berupa sampah– sampah organik dan non
organik harus dibersihkan dan disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
Pada bagian pintu gerbang, tiang sebagai pegangan dari engsel‐engsel dibuat
berbeda dari tiang‐tiang pagar keliling yang lain, (lebih besar) dan ditanam pada
pondasi cor setempat agar dapat menahan pintu‐pintu gerbang tersebut dengan
stabil.
Listrik Kerja
Penyediaan Listrik Kerja yang merupakan
kebutuhan wajib dalam pelaksanaan pekerjaan
ini seperti untuk mesin – mesin kerja, untuk
penerangan, kerja lembur, Peralatan Kantor
Lapangan dll. Penyambungan akan dilakukan
dengan memasang sambungan sementara dari
PLN khusus proyek dengan tetap genset kami persiapkan untuk mengantisipasi
jika terjadi gangguan listrik dari PLN.
Uizet/Pengukuran Kembali
Pekerjaan pengukuran kembali ini akan kami laksanakan secara bersamaan
dan simultan di lokasi sehingga pekerjaan persiapan dapat selesai pada saat
bersamaan dan simultan pula. Pengukuran ulang perlu dilaksanakan untuk ceking
kembali antara ukuran yang ada pada gambar rencana terhadap keadaan lahan
yang akan di bangun.
Untuk memulai pelaksanaan, yang pertama kali harus dilakukan ialah pekerjaan
pengukuran dengan cara membuat suatu titik tolak / titik duga yang disebut
BM (Bench Mark) berupa patok Pipa dengan diameter 2” setinggi 100 cm dari
muka tanah asli dengan ditanam dengan kuat sedalam 100 cm, untuk permukaan
atas lantai ubin (P + 0.00) adalah permukaan lantai dasar bangunan seperti tertera
dalam gambar kerja ataupun apabila BM sudah ada di sekitar lokasi, maka kami
akan menggunakannya sebagai titik acuan atau BM proyek ini agar seragam
dengan bangunan yang sudah ada.
Bench Mark merupakan titik tetap sebagai referensi ukuran posisi horisontal dan
posisi vertikal semua detail di dalam site dan sekitarnya. Selanjutnya dapat
dilakukan pengukuran dengan menggunakan benang-benang, unting-unting,
penyipat datar serta alat ukur biasa.
Bench Mark tersebut harus dijaga dan dipelihara mulai dari saat pelaksanaan
hingga berakhirnya pekerjaan. Untuk mencapai keakuratan pengukuran untuk
posisi horizontal digunakan alat ukur Theodolite, sedangkan untuk posisi vertikal
digunakan dengan alat ukur Waterpass.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk menghasilkan akurasi pasangan
dinding, lantai dan plafond serta kemiringan saluran drainase yang merupakan
masalah rumit bagi sebuah bangunan, kami akan membuat Patok Ukur (BM) ini
sebanyak 2 buah sesuai dengan yang disyaratkan.
Bouwplank
Sebelum pekerjaan galian tanah konstruksi
dikerjakan, terlebih dahulu dikerjakan
Pemasangan bouwplank dilakukan dengan
tiang dari Borneo ukuran 5/7 cm atau dolken,
dan papan horizontal dari papan kayu kelas II dengan ukuran t = 3 cm dan lebar
15 cm, jarak tiang berkisar antara 1,5 meter.
Permukaan bagian atas dibuat Rata/Waterpass. Pada titik As rencana dipasang
tanda-tanda dari paku, dan setelah dilakukan pengecekan kembali bersama direksi
lapangan/konsultan pengawas, atas kebenarannya dari semua ukuran segera
diberi tanda dengan cat merah. Papan bouwplank akan kami pasang pada jarak 2
meter dari garis bangunan terluar agar tidak longsor.
Pompa Air : digunakan untuk menyedot air dari dalam sumur atau untuk
mengeringkan air hujan dari dalam galian tanah.
Theodolit/
Waterpass : digunakan untuk pengukuran sudut maupun ketinggian
dimana diperlukan presisi yang akurat.
Perancah (scaffolding)
a. Perancah dengan tinggi lebih dari 5
m dari permukaan dibangun oleh
orang yang mempunyai kompetensi
sebagai scaffolder. Seluruh perancah
diinspeksi oleh orang yang
berkompeten pada saat: sebelum
digunakan, sekurang-kurangnya
seminggu sekali saat digunakan,
setelah cuaca buruk atau gangguan
lain yang dapat mempengaruhi
stabilitasnya, jika perancah tidak pernah digunakan dalam jangka waktu
lama.
b. Hasil inspeksi harus dicatat, termasuk kerusakan yang diperbaiki saat
inspeksi. Catatan tersebut ditandatangani oleh orang yang melakukan
inspeksi.
c. Orang yang melakukan inspeksi memastikan bahwa:
Tersedia akses yang cukup pada lantai kerja perancah.
Semua komponen tiang diletakkan di atas pondasi yang kuat dan
dilengkapi dengan plat dasar. Jika perlu, gunakan alas kayu atau cara
lainnya untuk mencegah tiang bergeser dan/atau tenggelam.
Alat
Pertukangan : Alat pertukangan merupakan peralatan penunjang
lainnya seperti, Gergaji Kayu, Palu, Bor Listrik, Mesin Slep
dll merupakan alat bantu pertukangan.
Alat
Perlengkapan : Cangkul, Sekop, Linggis, hoist (alat kerekan),
safety belt, jaring pengaman dll, merupakan peralatan bantu
dalam berbagai hal sesuai kebutuhan pekerjaan dan
keselamatan pekerja.
Adapun alat-alat lainnya atau alat berat (non-standar) yang sekiranya perlu
kami datangkan ke lokasi proyek tidak kami cantumkan disini untuk
mempersingkat sajian metodologi yang kami susun ini.
2. PEKERJAAN STRUKTUR
1. PEKERJAAN TANAH
a. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi Strauss Pile dan Pondasi Pile Cap
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan-peralatan serta alat-
alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga
pekerjaan galian tanah dapat dilaksanakan dengan hasil yang baik dan
sempurna.
Metoda Pelaksanaan :
Sebelum pelaksanaan penggalian kami akan memasangan bouwplank
sebagai patok dasar pengukuran bangunan.
Ruang galian sekeliling dinding penahan tanah atau saluran akan diurug
kembali dengan material seperti tercantum dalam gambar perencanaan
dan diurug lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm yang dipadatkan
hingga mencapai peil tanah urug seperti diperlihatkan dalam gambar
rencana
o Bahan Lapis Pondasi Bawah harus ditempatkan dan ditimbun di tempat yang
bebas dari lalu-lintas serta saluran -saluran dan lintasan air di sekitarnya.
o Lapis Pondasi Bawah tersebut dicampur dilapangan ruas jalan yang ber –
sangkutan dengan menggunakan tenaga kerja atau motor grader. Pengadukan yang
merata diperlukan dan bahan tersebut harus dipasang dalam lapisan-lapisan melebihi
20 cm tebalnya atau ketebalan lain seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik agar
dapat mencapai tingkat pemadatan yang ditetapkan.
o ketebalan Lapis Pondasi Bawah terpasang harus sesuai dengan Gambar
Rencana dan seperti dinyatakan dalam Daftar Penawaran, atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan untuk memenuhi kondisi lapis bawah
dasar yang sebenarnya.
Penghamparan dan Pemadatan
o Penghamparan akhir LPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang Jalan
yang diminta harus dilaksanakan dengan kelonggaran kira-kira 15%, penurunan
ketebalan untuk pemadatan lapisan-lapisan Lapis Pondasi Bawah. Segera setelah
penghamparan dan pembentukan akhir masing-masing lapisan harus didapatkan
sampai lebar penuh Lapis Pondasi Bawah permukaan, dengan menggunakan mesin
gilas roda baja atau mesin gilas roda ban Pneumatic atau peralatan pemadat lain yang
disetujui oleh Direksi Teknik.
o Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan bahan Lapis Pondasi Bawah
akan bergerak secara gradual dari pinggir ke tengah, sejajar dengan garis sumbu jalan
dan harus terus menerus sampai seluruh permukaan telah didatarkan secara merata.
Pada bagian-bagian super elevasi, kemiringan melintang Jalan atau kelandaian yang
terjal, penggilasan harus bergerak dari bagian yang lebih rendah ke bagian jalan yang
lebih tinggi. Setiap ketidakteraturan atau bagian ambles yang mungkin terjadi, harus
dibetulkan dengan menggaru atau meningkatkan dan menambahkan bahan Lapis
Pondasi Bawah untuk membuat permukaan tersebut mencapai bentuk dan ketinggian
yang benar
o Bagian-bagian yang sempit di sekitar Kerb atau dinding yang tidak
dipadatkan dengan mesin gilas, harus dipadatkan dengan pemadat atau mesin tumbuk
yang disetujui.
o Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga dalam batas-batas
3% kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari kadar air o ptimum dengan
penyemprotan air atau pengeringan seperlunya, dan bahan Lapis Pondasi Bawah
dipadatkan untuk menghasilkan kepadatan yang ditetapkan, ke seluruh ketebalan
penuh masing-masing lapisan, mencapai 100% kepadatan kering maksimum yang
ditetapkan yang sesuai dengan AASHTO T99 (PB – 0111)
Lapis Pondasi Atas Agregat
Lapis Pondasi Atas Jalan merupakan lapisan struktur utama di atas Lapis Pondasi
Bawah (atau di atas lapis tanah dasar dimana tidak dipasang Lapis Pondasi Bawah).
Pembangunan Lapis Pondasi Atas terdiri dari pengadaan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, penyiraman dengan air, dan pemadatan agregat batu atau kerikil alami
pilihan dalam Lapis Pondasi Atas, di atas satu Lapis Pondasi Bawah atau di atas lapis
tanah dasar yang telah disiapkan.
Penyiapan Lapis Pondasi Atas :Pencampuran dan Penghamparan Lapis Pondasi
Atas :
3. PEKERJAAN ARSITEKTUR
PENGENDALIAN MUTU
Mutu yang diharapkan :
- Ukuran yang tepat
- Acuan koordinasi dengan pekerjaan sipil
- Rencana inspeksi setiap tahapan pekerjaan
- Rencana kerja detail dan urutan kerja yang jelas
- Gambar kerja yang akurat
Lingkup pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga kerja, penyiapan peralatan kerja,
bahan- bahan/material serta alat-alat bantu lainnya yang diperlukan agar pekerjaan
ini dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan.
Metoda Pelaksanaan :
PENGENDALIAN MUTU
Mutu yang diharapkan :
Ketebalan plesteran yang sama dan rata
Plesteran dam Acian yang halus dan bersih
Plesteran dan Acian yang tidak gampang retak dan pecah