Anda di halaman 1dari 3

2.

3 Peranan Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan biogas

Saccharomyces cerevisaeae merupakan jenis khamir (ragi/yeast) yang


memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Saccharomyes
cerevisiae merupakan mikroorganisme bersel satu, tidak berklorofil dan termasuk
golongan eumycetes, serta tumbuh tumbuh baik pada suhu 30oC dan pH 4,5-5.
Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu
unsur C sebagai sumber karbon, unsur N, unsur ammonium dan pepton, unsur
mineral dan Vitamin. Sel Saccharomyces cerevisaeae dapat tumbuh pada medium
yang mengandung air gula dengan konsentrasi tinggi. Saccharomyces cerevisaeae
merupakan golongan khamir yang mampu memanfaatkan senyawa gula yang
dihasilkan oleh mikroorganisme selulotik untuk pertumbuhannya. Ada beberapa
faktor yang memengaruhi pertumbuhan Saccharomyces cerevisaeae yaitu sebagai
berikut:

1. Suhu
Saccharomyces cerevisaeae mempunyai suhu optimal untuk pertumbuhan
mikroba. Suhu dibawah minimal dan diatas maksimal dapat menyebabkan
terjadinya denaturasi enzim sehingga tidak dapat tumbuh. Sebagian besar
Saccharomyces sereviciae umumnya tumbuh baik pada sushu 25-46oC.
2. Nutrisi (Zat gizi)
Khamir memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan, yaitu unsur C, ada faktor karbohidrat, unsur N, dengan
penambahan pupuk yang mengandung nitrogen, misal ZA, urea, ammonia,
mineral dan vitamin.
3. pH
Selama proses fermentasi pH pertumbuhan berpengaruh pada laju
pertumubuhan mikroorganisme. Perubahan pH media akan mempengaruhi
permeabilitas sel dan sintesisi enzim, oleh sebabitu perlu upaya untuk
memperthankan pH dan buffer. pH yang sesuai untuk mempertahankan
Saccharomyces cerevisiae adalah 2,5-4,5.

Khamir dapat tumbuh dengan baik pada kondisi aerobik, tetapi yang
bersifat fermentatif dapat tumbuh secara anaerobik meskipun dengan waktu yang
lambat. Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme fakultatif anaerob yang
dapat menggunakan baik sistem aerob maupun anaerob untuk memperoleh energi
dari pemecahan glukosa. Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan alkohol
dalam jumlah yang besar. Selain itu Saccharomyces cerevisiae dapat digunakan
sebagai starter dalam pembuatan biogas, yang mana dalam pembuatan biogas
menggunakan starter Saccharomyces cerevisiae melalui proses fermentasi. Pada
prinsipnya pembuatan biogas memerlukan beberapa proses yang berlangsung
dalam ruang tanpa oksigen (anaerob). Proses yang berlangsung secara anaerob
dalam tempat yang tertutup memberikan keuntungan secara ekologi karena tidak
menimbulkan bau yang menyebar.

Penggunaan starter berupa ragi (Saccharomyces cerevisiae) merupakan


bahan utama pembentukan gas yang dihasilkan dari digester selama proses
fermentasi. Dalam mengukur gas yang dihasikan selama proses fermentasi dapat
menggunakan manometer air sedehana dengan melihat ketinggian air yang
ditunjukkan pada manometer. Pada penelitian yang dilakukan oleh Delvis
agusman dengan penellitian menggunakan ragi sebagai starter biogas dan tanpa
ragi, mendapatkan hasil yaitu selama 21 hari proses fermentasi, gas mulai nampak
pada hari ketiga dengan tekanan sebesar 0,028 Psi dan dengan tekanan tertinggi
mencapai 0,071 Psi serta tekanan naik secara kontinu selama 21 hari. Sedangkan
pada percobaan yang tidak menggunakan ragi sebagai starter menunjukkan hasil
yaitu pada hari kelima teah menunjukkan adanya tekanan sebesar 0,014 Psi,
tekanan yang tertinggi pada pengujian tekanan tanpa ragi adalah 0,056 Psi, namun
tetap mengalami kenaikan setiap harinya. Dari hasil penelitian tersebut biogas
yang menggunakan ragi lebih tinggi 62% dari pada tekanan biogas tanpa ragi.
Pada penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa perbandingan jumlah hasil
komposisi biogas yang menggunakan ragi dan tanpa ragi. Jumlah komposisi
biogas yang menggunakan ragi memiliki jumlah gas metan (CH 4) 7,2% dan
karbon dioksida (CO2) 65,7%, sedangkan yang tanpa ragi, memiliki gas metan
(CH4) 9,9% dan karbon dioksida (CO 2) 76,3%. Perbandingan komposisi biogas
yang menggunakan ragi dan tanpa ragi memiliki perandingan yang signifikan.
Dengan proses anaerob terlihat pada biogas yang tidak menggunakan ragi dengan
hasil oksigen (O2) yaitu 0,4%. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa starter yang
digunakan sangat berpengaruh pada produksi biogas yang dihasilkan. Penggunaan
starter Saccharomiyes cerevisiae merupakan genus khamir yang mengubah
glukosa menjadi alkohol dan karbon dioksida (CO2), sehingga kandungan karbon
dioksida lebih tinggi dibandingkan gas metan yang dihasilkan selama proses
fermentasi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Syamsul bahri menunjukkan bahwa


semakin banyak volume yang digunakan maka yield yang dihasilkan akan
semakin meningkat. Hal ini didapatkan pada saat penambahan starter 300 ml
dengan jangka waktu 6 hari yield yang dihasilkan 11,16%, 8 hari menghasilkan
12,83% dan terus mengalami peningkatan setiap harinya pada penambahan starter
400 ml. penambahan starter 400 ml dalam jangka waktu 4 hari yield yang
diperoleh 14,41%, pada waktu 6 hari 16,04%, pada waktu 8 hari 19,75%. Hal ini
disebabkan oleh semakin lama waktu fermentasi maka etanol yang dihasilkan
akan semakin banyak. Namun jika terlalau lama kandungan gula reduksi dapat
menurun, dikarenakan kandungan gula digunakan oleh khamir komersial atau
Saccharomiyes cerevisiae sebagai sumber karbon. Kandungan gula tersebut akan
dikonversi menjadi bioetanol oleh khamir (Saccharomiyes cerevisiae).
Simpulan

Penambahan ragi berupa Saccharomiyes cerevisiae menyebabkan


kandungan karbon dioksida lebih tinggi dibandingkan gas metan yang dihasilkan
selama proses fermentasi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan starter
Saccharomyes cerevisiae yang merupakan genus khamir yang mengubah glukosa
menjadi alkohol dan karbon dioksida (CO2). Semakin lama proses fermentasi akan
menyebabkan biogas yang dihasilkan akan semakin banyak, namun jika terlalu
lama biogas yang dihasilkan akan menurun dikarenakan glukosa yang terdapat
pada bahan telah habis atau berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Zely,F.D.2014.Pengaruh Waktu dan Kadar Saccharomiyes cerevisiae terhadap


Produksi Etanol dari Serabut Kelapa pada Proses Sakarifikasi dan
Fermentasi Simultan dengan Enzim Selulase.Bengkulu. Universitas
Bengkulu.

Arroyo,F.N, Orlic S. Querol, A. Barrio, E. 2009. ‘Effect og Temperature, pH and


Sugar Concentration on the Growth Parameters of Saccharomiyes
cerevisiae, S.kudriavzevii and Interspecific Hybrid’.International Journal
of Food Microbiology.Vol. 131 (2009) 120-127

Agusman,D. Rifky, Buano, A.K. 2017. ‘Pengaruh Starter Ragi dalam Proses
Pembentukan Biogas Limbah Buah. Jurnal eminar Nasional Teknoka.
Vol. 2. 2017

Bahri, S. Aji, A. Yai, F. 2018. ‘Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok
dengan cara fermentasi menggunakan Ragi Roti. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal. Vol. 7:2. 85-100

Febriyanti, A.E. Sari,C.N. Adisyahputra. 2016. ‘Efektivitas Media Pertumbuhan


Khamir Komersial (Saccharomiyes cerevisiae) untuk Fermentasi
Bioetanol dari Eceng Gondok (Eichhhornia crassipes). Jurnal Biooma.
Vol.12 (2)

Anda mungkin juga menyukai