Anda di halaman 1dari 161

1

LAPORAN CONTINUE OF CARE (COC)


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
DI KLINIK PRATAMA CANTIKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Bidan


Di Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

Eva Sartika Simbolon


NIM. 21 23 118

PROGRAM PROFESI
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
DELI TUA
2021
2

LAPORAN CONTINUE OF CARE (COC)


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N G3P2A0
USIA KEHAMILAN 25 MINGGU FISIOLOGIS
DI KLINIK PRATAMA CANTIKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Bidan


Di Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

Eva Sartika Simbolon


NIM. 21 23 118

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA


DELI TUA
2021

KATA PENGANTAR
3

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul Continuity Of Care
(COC). Laporan ini merupakan salah satu tugas dalam rangkaian Pendidikan Profesi pada
Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Johanes Sembiring,M.Pd,M.Kes. Rektor Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua
2. Peny Ariani SST,M.Keb selaku Dekan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Deli
Husada Deli Tua
3. Bd. G.F. Gustina Siregar, SST, M.Kes, selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Program Profesi
4. Bd. Nurul Aini Siagian, SST, M.Keb Selaku Pembimbing Akademik Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua
5. Kepada suami saya dan seluruh keluarga kami yang sabar dalam mendukung dan
memberikan nasehat-nasehat serta membantu baik moral maupun materi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam penyelesaikan asuhan kebidanan ini. Saya sadari
bahwa asuhan kebidanan ini masih kurang sempurna, maka dari itu saya berharap kritik dan
saran dari pembaca dan semoga bermanfaat.

Delitua, Desember 2021

Eva Sartika Simbolon

BAB I
4

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang diberikan
secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai
pada keluarga berencana. Setiap perempuan hamil akan memiliki risiko terhadap
terjadinya komplikasi kegawatdaruratan ibu dan bayi, komplikasi dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus, dan KB (Keluarga Berencana),
asuhan secara berkesinambungan atau Continuity Of Care yang diberikan oleh tenaga
kesehatan tentu mempunyai kualitas yang baik sehingga pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus, dan KB (Keluarga Berencana), ibu dan bayi
dapat hidup sehat, aman dan nyaman.
Berdasarkan undang-undang kesehatan Permenkes No 28 tahun 2017 pasal 19
yang menerangkan bahwa setiap ibu atau wanita hamil harus mendapatkan pelayanan
kesehatan dari mulai masa kehamilan sampai masa masa antara dua kehamilan dan ini
harus ada pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang diberikan secara
sistematis dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk pelaporan
kelahiran dan kematian. Asuhan yang bekesinambungan atau berkelanjutan tidak dapat
dijadikan patokakan atau standar untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, menyatakan Angka
Kematian Ibu (AKI) dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas sebesar 210 per
100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1.000
kelahiran hidup.Jika dilihat dari target global SDGs (Suitainable Development Goals)
adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami tidak tetapan dalam menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) atau dikatakan masih Fluktuatif
artinya kualitas terhadap pelayanan kesehatan masih perlu dioptimalkan yaitu bisa
diberikan dengan cara pemberian asuhan secara Continuity.
Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2016
menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 290 per
100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 23 per 1.000 kelahiran hidup.
5

Di Indonesia sendiri sebenarnya mempunyai target 102 kematian per 100.000 kelahiran
hidup. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) tahun 2018, terdorong untuk
mencari penyebab kematian ibu dan bayi di Indonesia. Pasalnya tingkat kasus kematian
ibu dan bayi di Indonesia tergolong masih tinggi, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
(AIPI) melalui program Evidence Summit memaparkan temuan yang diperoleh tentang
kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia tahun 2018. Tim peneliti memanfaatkan
data dari 7.831 literatur untuk mengungkap penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir,
penelitian berlangsung dari juni 2016 hingga maret 2018.
Pemicu tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia yakni dari
kualitas pelayanan kesehatan, sistem rujukan kesehatan, implementasi, jaminan kesehatan
nasional, dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, selain faktor tersebut terdapat pula
faktor budaya di mana ketimpangan jender masih menjadi permasalahan saat perempuan
ingin bersalin. Beberapa daerah di Indonesia bahkan masih memegang prinsip bahwa
perempuan tidak berhak menentukan sendiri proses persalinannya serta sering ditemukan
di mana perempuan yang melahirkan sudah dalam keadaan darurat sehingga tidak
tertolong nyawanya. (AIPI,2018).
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) mengatasi permasalahan dengan
mengusulkan kepada Kementrian Kesehatan untuk membentuk komite khusus yang
menangani kasus kematian ibu dan bayi yakni Komite Nasional Percepatan Penurunan
Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir Serta lembaga-lembaga terkait nantinya
diharapkan bersinergi dalam komite nasional percepatan penurunan angka kematian ibu
dan bayi baru lahir supaya angka kematian ibu dan bayi baru lahir bisa ditekan serta
angka kematian ibu dan bayi harus segera diatasi. (AIPI,2018).
Kemenkes RI (2016), beberapa terobosan dalam penurunan Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia telah dilakukan, salah satunya
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program tersebut
menitik beratkan kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat dalam melakukan
upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta, menyediakan
akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat puskesmas
(PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di
Rumah Sakit (PONEK).
Asuhan komprehensif yang meliputi penatalaksanaan pada bayi baru lahir yang
bidan lakukan dapat berupa pengenalan tanda apakah bayi tersebut menangis dengan
kuat, tonus otot baik sampai penilaian APGAR skors, untuk asuhan bayi baru lahir
6

perlu memperhatikan keberhasilan dalam melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD),


menjaga kehangatan bayi agar tetap hangat sampai dengan pemberian imunisasi. Perlu
diperhatikan juga apakah bayi dalam 24 jam pertama sudah buang air kecil (BAK) dan
buang air besar (BAB) (Suherni, 2010). Hasil studi pendahuluan pada tanggal 08
November 2020 pukul 10.00 WIB dengan melakukan kunjungan rumah (Home Care)
di Jl. Pasar I Dusun I Desa Sidomulyo, didapatkan klien mengatakan ini adalah
kehamilan yang ketiga, tidak pernah keguguran, tidak mempunyai riwayat kehamilan
gemeli/plasenta previa, persalinan anak pertama dengan berat 3,1 kg dan anak kedua
dengan berat 3,4 kg kondisinya baik dalam keadaan sehat sehingga hasil skor poedji
rodjati adalah 2.
Terdapat masalah pada komplikasi pada kehamilan yaitu pasien mengalami
penurunan berat badan karena ditemukan Berat Badan 54 Kg, rencana melahirkan di
Klinik Pratama Cantika, namun didapatkan saat kehamilan yang ketiga ini pada
kehamilan muda ibu ada riwayat tidak ada nafsu makan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan komprehensif secara Continuity of Care pada ibu hamil, bersalin, Neonatus,
nifas hingga keluarga berencana dengan menggunakan manajemen kebidanan serta
melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah dilakukan dengan metode
SOAP (Subjek, Objek, Assesment, dan Pelaksanaan). Sehingga peneliti mengambil
judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.N G3 P2 A0 Usia Kehamilan 25
Minggu Fisiologis di Klinik Pratama Cantika.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka dapat di jadikan rumuskan
masalah adalah “ Bagaimana melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif yang
dimulai dari masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa interval dan asuhan
bayi baru lahir serta melakukan pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB (Keluarga Berencana) pada Ny. N G3
P2 A0 Usia Kehamilan 25 Minggu Fisiologis di Klinik Pratama Cantika ? .
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif Pada Ny.N G3P2A0
Usia Kehamilan 25 Minggu fisiologis di Klinik Pratama Cantika dengan
7

pendekatan manajemen kebidanan sesuai wewenang bidan .


2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan dengan pendekatan
manajemen kebidanan varney sesuai wewenang bidan Ny.N G3P2A0 Usia
Kehamilan 25 Minggu Fisiologis di Klinik Pratama Cantika.
b. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan persalinan dengan pendekatan
manajemen kebidanan varney sesuai wewenang bidan Ny.N G3P2A0 Usia
Kehamilan 25 Minggu Fisiologis di Klinik Pratama Cantika.
c. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan nifas dengan pendekatan manajemen
kebidanan varney sesuai wewenang bidan Ny.N G3P2A0 Usia Kehamilan 25
Minggu Fisiologis di Klinik Pratama Cantika.
d. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan pendekatan
manajemen kebidanan varney sesuai wewenang bidan Ny.N G3P2A0 Usia
Kehamilan 25 Minggu Fisiologis di Klinik Pratama Cantika.
e. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan keluar berencana dengan pendekatan
manajemen kebidanan varney sesuai wewenang bidan pada Ny.N G3P2A0 Usia
Kehamilan 25 Minggu Fisiologis di Klinik Pratama Cantika.

D. Manfaat Penulisan
a. Bagi INKES DELI HUSADA
Asuhan kebidanan Komprehensif ini dapat dijadikan bahan untuk revrensi
asuhan kebidanan dan memberikan pemahaman bagi mahasiswi D III Kebidanan
Akademi Kebidanan Borneo Medistra Balikpapan mengenai asuhan kebidanan
secara komprehensif khususnya yang meliputi pemberian asuhan kebidanan
komprehensif dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus, bayi dan
balita, dan keluarga berencana.
b. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, Meningkatkan pemahaman, dan menambah peng alaman
nyata asuhan kebidanan secara komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir, neonatus, bayi dan balita, dan keluarga berencana.
c. Bagi Klinik Pratama Cantika
Sebagai bahan informasi untuk memberikan pelayanan Asuhan kebidanan
secara komprehensif sesuai standar pelayanan kebidanan dari masa kehamilan,
persalinan, nifas, BBL sampai ber KB
8

d. Bagi Klien
Klien mendapatkan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif mulai dari masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, asuhan bayi baru lahir dan keluarga
berencana .

E. Ruang Lingkup
a. Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan secara komprehensif ini adalah ibu hamil Trimester II
pada Ny. N G3P2A0 Usia Kehamilan 25 Minggu fisiologis di Klinik Pratama
Cantika.
b. Tempat
Pengambilan kasus kehamilan dilakukan pada saat melakukan kunjungan rumah
(Home Care) Alamat Jl. Pasar I Dusun I Desa Sidomulyo
c. Waktu
Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir ini dilaksanakan pada tanggal Oktober 2021-
Maret 2022.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Varney
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Varney, 2011).
Menjelaskan proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970- an. Prinsip-prinsip
manajemen meliputi: efisiensi, efektifitas dan rasional dalam mengambil keputusan.
2. Tujuan
a. Pemantauan AKI dan peningkatan kesehatan Ibu dan anak dibutuhkan
profesionalisme kebidanan sehingga merujuk pada sebuah konsep dimana bidan
harus mampu membuat sebuah perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan
kebidanan yang berkualitas.
b. Dibutuhkan bidan yang mampu mengorganisir pelaksanaan manajemen kebidanan
baik secara individu maupun kelompok.
c. Dengan penerapan manajemen yang baik, diharapkan tercapainya tujuan dan
penyelenggaraan kesehatan (Rini Sih dkk, 2017).
d. Landasan Hukum
Standar Asuhan Kebidanan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktik berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa atau masalah kebidanan, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan. (Permenkes,2007)
3. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan sejalan dengan asuhan kebidanan sebagai suatu
metode pelaksanaan asuhan secara professional sehingga dapat memberikan pelayanan
yang bermutu (Varney dalam Zulvadi, 2010).
10

Menurut Varney, asuhan kebidanan dalam manajemen kebidanan terdiri dari 7


langkah yaitu :
a. Langkah I : Tahap Pengkajian Data Dasar
Pada langkah pertama ini melakukan pengkajian dengan mengumpulkan
data dasar mencakup data subyektif dan obyektif semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara lengkap.
1) Data Subyektif
a) Biodata yang mencakup identitas diri
Menurut Matondang, dkk (2013), identitas pasien antara lain:
(1) Nama : Nama jelas dan lengkap
(2) Umur : Untuk mengetahui faktor risiko yaitu jika
usia <20 tahun dan >35 tahun
(3) Agama : Untuk mengetahui keyankinan
(4) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan
(5) Suku bangsa: Berpengaruh pada adat istiadat
(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga
(7) Alamat : Untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan
b) Keluhan utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien dan
menyebabkan pasien tersebut dibawa berobat (Matondang, dkk, 2013). Pada
kasusu ibu hamil dengan anemia ringan keluhan yang muncul adalah ibu
cepat merasa lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, tampak pucat,
sering berdebar-debar (Priverawati, 2011).
c) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tenatang menarche, siklus menstruasi, volume darah
mens yang keluar, dan untuk mengetahui hari pertama menstruasu terakhir
serta untuk menentukan tanggal kelahiran dan persalinan (Sulistyawati, 2010).
d) Riwayat perkawinan
Data riwayat perkawinan ini penting dikaji untuk mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah
berapa tahun usia waktu menikah, status pernikahan, lama pernikahan,
berapa kali menikah (Sulistyawati, 2010).
11

e) Riwayat kehamilan, bersalin, nifas yang lalu


Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan anak, keadaan nifas yang
lalu (Sulistyawati, 2010).
f) Jumlah kehamilan sekarang
Dikaji untuk mengetahui tanggal hari pertama haid, umur kehamilan,
perkiraan lahir, masalah atau kelainan pada kehamilan sekarang, keluhan
selama hamil, ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa minggu, tempat
ANC, dan untuk mengetahui riwayat kehamilannya, sudah mendapat
imunisasi TT (Tetanus Toxoid) atau belum, kapan dan berapa kali
(Sulistyawati, 2010).
g) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, apakah ada keluhan selama menggunakan kontrasepsi
(Ulistyawati, 2010).
h) Pola kebiasaan sehari-hari
Dikaji untuk mengetahui bagaimana kebiasan atau perilaku ibu hamil
sehari-hari, apakah aktivitasnya terlalu berat, bagaimana kecukupan
kebutuhan nutrisinya, kebersihan diri, dll (Sulistyawati, 2010).
(1) Personal hygiene
Data ini dikaji untuk mengetahui tentang kebiasaan pasien tentang cara
perawatan diri dengan kesehatan dirinya, meliputi mandi, keramas, ganti baju
atau celanan dalam, kebersihan kuku.
(2) Pola nutrisi (makan dan minum)
Penting dikaji untuk mengetahui kecukupan asupan gizi selama hamil,
bagaimana menu makanan, frekuensi makan, jumlah per hari dan juga untuk
mengetahui bagaimana pasien mencukupi kebutuhan cairan selama hamil
meliputi jumlah per hari, frekuensi minum, dan jenis dari minuman tersebut.
(3) Pola aktivitas dan istirahat
Penting dikaji untuk mengetahui jenis aktivitas ibu apakah terlalu membuat
ibu merasa lelah, waktu istirahat ibu baik siang maupun malam hari.
(4) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
12

frekuensi, warna, jumlah.


(5) Aktivitas sexual
Mengkaji tentang berapa kali pasien melakukan hubungan sexual dalam
seminggu, apakah ada gangguan atau keluhan saat berhubungan sex dengan
suami.
(5) Pola psikologi budaya
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien dan keluarga menganut adat istiadat
yang menguntungkan atau merugikan pasien, misalnya kebiasaan pantangan
makanan atau kebiasaan yang tidak diperbolehkan selama hamil dalam adat
masyarakat setempat.
i) Riwayat penyakit yang lalu atau operasi
Dikaji untuk digunakan sebagai “warning!” akan adanya penyulit dalam
kehamilan, apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit jantung,
Diabetes Mellitus, ginjal, Hipertensi/Hipotensi, Hepatitis, dan apakah pasien
pernah operasi.
j) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayi, yaitu apabila
ada penyakit keluarga yang menyertainya.
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang didapat dari pemeriksaan inspeksi,
palpasi, aukultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati,
2010).
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan dengan kriteria baik
yaitu apabila ibu mampu melakukan aktivitas secara mandiri
(2) Kesadaran
Untuk menggambarkan tentang kesadaran pasien. Tingkat kesadaran mulai
dari composmentis yaitu sadar sepenuhnya, apatis yaitu sadar acuh tak acuh,
delirium yaitu gelisah, somnolen yaitu kesadaran menurun, stupor yaitu
keadaan seperti tertidur lelap, koma yaitu tidak bisa dibangunkan.
(3) Tensi
Untuk mengetahui faktor risiko hipertensi atau hipotensi. Batas nilai normal
di atas 110/60 – 140/90 mmHg. Sedangkan untuk ibu hamil anemia kurang
13

dari 100/60 mmHg (Prawirohardjo, 2010).


(4) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Suhu tidak
lebih dari 38ºC (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit, frekuensi denyut
jantung yang teratur kira-kira 70 denyut per menit (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(6) Respirasi
Dapat di observasi dari frekuensi per menit, kadalaman, keteraturan dan
tanda-tanda yang menyertai, seperti bunyi nafas dan bau nafas. Dalam
keadaan istirahat pernafasan normal 12-20 kali dalam satu menit (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
(7) Berat badan
Untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu sebelum dan sesudah hamil,
kenaikan berat badan selama hamil tidak lebih dari 12,5 kg (Proverawati dan
Asfiah, 2010).
(8) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, TB normal
>145 cm (Saifuddin, 2010).
(9) Lila
Untuk mengetahui lingkar lengan bagian atas sebagai indikator untuk menilai
status gizi ibu hamil, ukuran lingkar lengan yang normal adalah 23,5 cm, bila
kurang dari 23,5 cm maka status gizi ibu kurang (Proverawati dan Asfiah,
2010).
(10) Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi pertumbuhan rambut
kepala (Matondang, dkk, 2013)
b. Muka : Untuk menilai apakah simetris atau tidak, pucat atau tidak, adanya
cloasma gravidarum (Sulistyawati, 2010)
c. Mata : Untuk menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan, kebersihan
mata, sclera, gangguan penglihatan untuk ibu anemia konjungtiva pucat
(Sulistyawati, 2010)
14

d. Hidung : Untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung, kebersihan, apakah


ada alergi dan juga menentukan ada tidaknya benjolan (Sulistyawati, 2010)
e. Telinga : Untuk mengetahui kebersihan, apakah ada gangguan pendengaran
(Sulistyawati, 2010)
f. Mulut dan gigi : Untuk menilai warna, integritas jarimgan, gangguan pada
mulut, karies (Sulistyawati, 2010)
g. Leher : Untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar limfe, parotitis
(Sulistyawati, 2010)
h. Dada dan axilla (Mammae) : Untuk menilai bentuk, simetris, kebersihan,
hiperpigmentasi areola, ada benjolan dan nyeri tekan tidak, keadaan putting,
colostrums sudah keluar belum Sulistyawati, 2010). Axilla, adakah tumor,
adakah nyeri tekan (Prawirohardjo, 2010)
i. Perut : Bagaimana bentuk, apakah ada luka bekas operasi, striae, linea
(Sulistrowati, 2010)
j. Ekstremitas : Apakah ada gangguan atau kelainan, bentuk oedema atau tidak,
terdapat varises atau tidak, reflek patella +/- (Sulistyawati, 2010).
(11) Pemeriksaan Khusus Obstetrik (status lokalis) Pemeriksaan khusus obstetric
pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
a. Inspeksi
Untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma gravidarum pada muka atau
wajah, pucat atau tidak ada selaput mata, dan ada tidaknya edema,
pemeriksaan selanjutnya adalah pada leher untuk menilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar gondok atau kalenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk
menilai bentuk buah dada dan pigmentasi putting susu. Pemeriksaan perut
untuk menilai apakah perut membesar le depan atau ke samping, keadaan
pusat, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya strie gravidarum.
Pemeriksaan vulva untuk menilai keadaaan perineum, ada tidaknya
Chadwick, dan adanya fluor albus. Kemudian pemeriksaan ekstremitas untuk
menilai ada atau tidaknya varises.
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan
dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi
merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk
menemukan yang tidak terlihat.
15

c. Auskultasi
Auskultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang
terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya
kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal.
d. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi
getaran/gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian
tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan ini dilakukan dengan ketokan jari atau
tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/gelombang suara
tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Sifat gelombang suara yaitu
semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/gas paling
resonan.
b. Langkah II (Interpretasi data)
Adalah interpretasi data untuk spesifikasi masalah atau diagnoa. Data
yang tersedia di interpretasikan sehingga diketahui diagnose dan masalah
spesifik.
c. Langkah III (Identifikasi diagnose dan masalah potensial)
Langkah selanjutnya adalah identifikasi masalah-masalah potensial
masalah atau penyulit yang mungkin muncul. Langkah ini penting untuk
menyusun persiapan antisipasi, sehingga kita selalu siap siaga dalam
menghadapi berbagai kemungkinan (Ai Yeyeh, 2010).
d. Langkah IV (Identifikasi tindakan segera dan atau kolaborasi)
Pada langkah ini bidan menentukan kebutuhan terhadap tindakan segera,
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondidi klien (Ai Yeyeh, 2010).
e. Langkah V (Rencana menyeluruh asuhan kebidanan)
Membuat rencana asuhan komprehensif, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya, merupakan hasil pengembangan dari masalah sekarang antisipasi
masalah dan diagnose juga melengkapi data yang kurang serta data tambahan
yang penting sebagai informasi untuk data dasar (Ai Yeyeh, 2010).
f. Langkah VI (Pelaksanaan)
Adalah implementasi dari rencana asuhan yang komprehensif, ini mungkin
seluruhnya diselesaikan oleh bidan atau sebagian oleh wanita atau anggota
team kesehatan lainnya (Ai Yeyeh, 2010).
16

g. Langkah VII (Evaluasi)


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan,
meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuai diagnosis dan
masalah. Rencana dianggap efektif jika pelaksanaannya memang efektif (Ai
Yeyeh, 2010).
B. Konsep Contuinity of Care (COC)
1. Pengertian
Asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity Of Care) yaitu pemberian
asuhan kebidanan sejak kehamilan, bersalin, nifas, neonatus hingga
memutuskan menggunakan KB ini bertujuan utuk membantudan mendekteksi
adanya kemungkinan timbulnya komplikasi yang menyertai ibu dan bayi dari
masa kehamilan sampai ibu menggunakan KB (Keluarga Berencana).
2. Tipe pelayanan asuhan kehamilan
a. Independent Midwife/BPS
Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan
wewenang asuhan sesuai dengan Kepmenkes 900/2002. Dimana bidan
memberikan asuhan kebidanan secara normal dan asuhan kebidanan “bisa
diberikan” dalam wewenang dan batas yang jelas. Sistem rujukan dilakukan
apabila ditemukan komplikasi ataurisiko tinggi kehamilan. Rujukan
ditunjukan pada sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
b. Obstetrician and Gynecological Care
Center pelayanan kebidanan berada pada SPOG, lingkup pelayanan kebidanan
meliputi fisiologi dan patologi. Rujukan dilakukan pada tingkat yang lebih
tinggi dan mempunyai kelengkapan sesuai dengan yang diharapkan.
c. Public Health Center/Puskesmas
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan dokter umum.
Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan
pelayanan yang tersedia. Rujukan dilakukan pada sistem yang lebih tinggi.
d. Hospital
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG.
Lingkup pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditunjukanpada rumah
sakit yang lebih tinggi tipenya.
e. Rumah Bersalin
17

Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG
sebagai konsultan. Lingkup pelayana kebidanan meliputi fisiologi dan
patologi yang disesuaikan dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan ditujukan
pada sistem pelayana yang lebih tinggi.
3. Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan
a. Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Sebagai bidan kita menyakini bahwa model asuhan kehamilan yang
membantu serta melindungi proses kehamilan dan kelahiran normal adalah yang
paling ssuai bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak
didukung oleh bukti ilmiah (Evidence Based Practice).
b. Pemberdayaan
Ibu adalah pelaku utama dalam asuahn kehamilan. Oleh karena itu, bidan
harus memberdayakan ibu dan keluarga dengan menigkatkan pengetahuan
dan pengalaman mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat
dan menolong diri sendiri pada kondisi tertentu. Hindarkan sikap negatif dan
banyak mengkritik.
c. Otonomi
Pengambilan keputusan adalah ibu dankeluarga. Untuk dapat
mengambil suatu keputusan mereka memerlukan informasi. Bidan harus
memberikan informasi yang akurat tentang
risiko dan mamfaatdari semua
prosedur, obat-obatan, maupun
test atau pemeriksaan sebelum mereka
memutuskan untuk menyutujuinya. Bidan juga harus membantu ibu dalam
membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu dan bayinya
berdasakan sistem nilai dan kepercayaan ibu atau keluarga.
d. Tidak membahayakan
Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan
sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat atau prosedur lain pada kehamilan
dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu
kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukan haruslah
aman berdasarkan bukti ilmiah.
e. Tanggung Jawab
Asuhan kebidanan yang diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa,
18

dan pertimbangan yang matang. Akibat yang timbul dari tindakan yang
dilakukan menjadi tanggungan bidan. Pelayanan yang diberikan harus
berdasarkan kebutuhan ibu dan janin, bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan
yang berkualitas, berfokus pada klien dan sayang ibu serta bukti ilmiah
terkini (praktik terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.
4. Pelayanan Kebidanan (Primer, Kolaborasi, Rujukan)
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan
keluarga dan masyarakat. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
a. Layanan kebidanan primer, layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab bidan.
b. Layanan kebidanan kolaborasi, layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota team yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai
salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
c. Layanan kebidanan rujukan, layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun
menolong persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan bidan ke tempat
atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau
ke profesi kesehatan lainnya
5. Asuhan yang Berkesinambungan
Asuhan kebidanan berkesinambungan dapat diberikan melalui model
perawatan berkelanjutan oleh bidan, yang mengikuti perempuan sepanjang
masa kehamilan, kelahiran dan masapasca kelahiran, baik yang berisiko
rendah maupun berisiko tinggi, dalam setting pelayanan di komunitas, praktik
mandiri bidan, maupun rumah sakit. (Sandall, 2010).
Guilliland&Pairman (2010), menjelaskan bahwa asuhan kebidanan
berkesinambungan adalah asuhan kebidanan yang diberikan oleh bidan
(dan tim nya) kepada perempuan sepanjang keseluruhan pengalaman
persalinannya. Asuhan ini menitikberatkan pada hubungan satu-satu, antara
pasien dan pemberi asuhan, dengan harapan dapat terbangun “Parnership”
yang baik dengan pasien, sehingga terbina hubungan saling percaya. Upaya
tersebut dapat dimulai dari kehamilan dan seterusnya (bersalin dan
19

postpartum, serta masa menyusui), yang juga merupakan waktu yang paling
tepat untuk bidan bekerja bersama setiap perempuan untuk mendiskusikan
harapannya dan ketakutannya akan proses kelahiran dan proses menjadi ibu,
serta membangun kepercayaan dirinya.
Bidan juga bekerja bersama keluarga dalam memberikan asuhan untuk
mengatasi ketakutan yang dirasakan perempuan dan mencegah terjadinya
kesalahpahaman. Proses pemecahan masalah dapat menjadi semakin mudah,
karena setiap perempuan dapat mengeksplorasi informasi dengan baik dan
membuat keputusan terbaik untuk dirinya. Bidan dan perempuan mempunyai
waktu yang cukup untuk mendiskusikan tentang persalinan, nyeri dan
ketidaknyamanan, dampak terhadap lingkungan, dan ketidakpastian dan
kerumitan yang mungkin timbul. Jadi idelanya pada saat perempuan
memasuki fase persalinan, dia mempunyai kerelaan dan kepercayaan diri
untuk membiarkan dan percaya pada tubuhnya menjalankan proses
persalinan.
Pelaksanaan asuhan kebidanan berkesinambungan berhubungan dengan
berkurangnya penggunaan teknologi dan intervensi farmakologi dalam
persalinan. (Pairman, 2011). Asuhan kebidanan berkesinambungan dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, dengan efek samping minimal.
Persentase persalinan spontan juga meningkat. (Sandall, 2010).
Model asuhan kebidanan berkesinambungan secara umum bertujuan untuk
meningkatkan kualitas asuhan berkelanjutan sepanjang siklus kehidupan.
Sandall (2010), menguraikan syarat asuhan berkesinambungan, yaitu:
a. Kesinambungan Manajemen
Merupakan pendekatan pengaturan kasus yang konsisten dan jelas, yang
responsif dalam memenuhi kebutuhan klien. Manajemen juga melibatkan
komunikasi berdasarkan fakta dan penilaian dalam tim, institusi pendidikan,
dan batasan profesional kebidanan, serta antara pemberi pelayanan dan
pasien. Manajer dalam asuhan berkesinambungan adalah bidan. Asuhan
kebidanan berkesinambungan dapat dilakukan oleh 4 orang, dengan
melibatkan mahasiswa kebidanan dan kader kesehatan.
b. Kesinambungan Informasi
Semua tim yang terlibat dalam pemberian asuhanmempunyai informasi
yang cukup tentang keadaan kliennya untuk dapat memberikan asuhan yang
20

tepat. Informasi untuk klien, difokuskan pada ketersediaan waktu untuk


memberikan informasi yang relevan (terkait asuhan yang diberikan).
Semuanya penting, baik untuk para manajer (bidan) dan pasien.
c. Kesinambungan hubungan
Hubungan berarti “hubungan Terapeutic” antara pasien dan tenaga
kesehatan, sepanjang waktu. Hubungan personal yang tetap terjaga sepanjang
waktu, dapat mempunyai efek yang baik pada pasien dan hasil asuhannya.
Untuk memenuhi kaidah ini, asuhan berkesinambungan hendaknya dilakukan
oleh satu orang tenaga kesehatan yang sama.
Dalam kasus rujukan dari layanan primer ke sekunder yang terjadi
selama proses persalinan, bidan harus menyerahkan asuhannya kepada
petugas yang berwenang, dan diutamakan untuk tetap tinggal dan menemani
perempuan selama persalinan di tempat rujukan. Perencanaan tempat bersalin
dan antisipasi tempat rujukan harus diperhatikan sebagai konsep yang penting,
yang dibicarakan selama asuhan kehamilan. (Jonge, 2014).
6. Komponen Model Pelayanan Berkelanjutan
Margiyanti DKK (2014), Model asuhan kebidanan dibagi menjadi 5
komponen :
a. Memonitor kesejahteraan ibu
b. Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan dan konseling
c. Intervensi teknologi seminimal mungkin
d. Mengidentifikasi dan memberi bantuan seminimal mungkin
e. Lakukan rujukan
Macam-macam model kebidanan :
a. Model pengkajian kebutuhan Model ini memiliki empat
unit yang penting, yaitu:
1) Ibu dalam keluarga
2) Konsep kebutuhan.
3) Partnership
4) Faktor kedokteran dan keterbukaan
b. Model medical
Model Medikal merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk
membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti
keasehatan. Tujuannya adalah sebagai kerangka kerja untuk pemahaman dan
21

tindakan sehingga dipertanyakan dalam model ini adalah “Dapatkah dengan


mudah dipahami dan dapatkah dipakai dalam praktik?”. Model medikal lebih
banyak digunakan dalam bidang kedokteran dan lebih berfokus pada proses
penyakit dan mengobati ketidaksempurnaan. Yang tercakup dalam model
medikal adalah:
1) Berorientasi pada penyakit
2) Meganggap bahwa akal atau pikiran dan badan terpisah
3) Manusia menguasai alam
4) Yang tidak biasa menjadi menarik
5) Informasi yang terbatas pada klien
6) Pasien berperan pasif
7) Dokter yang menentukan
8) Tingginya teknologi menaikkan prestise
9) Prioritas kesehatan individu dari pada kesehatan komunitas
10) Penyakit dan kesehatan adalah domain dokter
11) Pemahaman manusia berdasarkan mekanik dan Bioengineering
Model medikal ini kurang cocok untuk praktik kebidanan karena terlalu
berorientasi pada penyakit dan tidak memberi kesempatan klien untuk
menentukan nasibnya sendiri. Walaupun demikian, kenyataannya masih
banyak yang terpengaruh pada model medical.
c. Model Sehat untuk Semua (Health for All-HFA)
Model ini dicetuskan oleh WHO dalam Deklarasi Alma Atta tahun 1978.
Fokus pelayanan ditujukan kepada wanita, keluarga, dan masyarakat serta
sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan negara lain. Tema HFA menurut
Euis dan Simmer :
1) Mengurangi ketidaksamaan kesehatan.
2) Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif.
3) Partisipasi masyarakat.
4) Kerja sama yang baik antara pemerintah dengan sektor lain yang terkait.
5) Primary Health Care (PHC) adalah dasar pelayanan utama dari sistem
pelayanan kesehatan.
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada praktik, ilmu
pengetahuan yang logis dan metode sosial yang tepat serta teknologi universal
yang dapat diperoleh individu dan keluarga dalam komunitas melalui
22

partisipasi dan merupakan nilai dalam masyarakat dan negara yang mampu
menjaga setiap langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan dan
ketentuannya. Dari model HFA dan definisi PHC terdapat lima konsep.
1) Hak penentuan kesehatan oleh cakupan populasi universal dengan penyedia
asuhan berdasarkan kebutuhan.
2) Pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dimana pelayanan
dapat memenuhi segala macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus
disediakan dalam satu kesatuan (semua pelayanan dalam satu tempat).
3) Pelayanan harus efektif, dapat diterima oleh norma, dapat
menghasilkan, dan diatur. Yaitu pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan
yang dapat diterima oleh masyarakat dan pelayanan harus dimonitor dan diatur
secara efektif.
4) Komunitas harus terlibat dalam pengembangan, penentuan dan pemonitoran
pelayanan. Yaitu penentuan asuhan kesehatan merupakan tanggung jawab
semua komunitas dan kesehatan dipandang sebagai faktor yang berperan
untuk pengembangan seluruh lapisan masyarakat.
5) Kolaborasi antar sekolah untuk kesehatan itu sendiri dan pelayanan kesehatan
tidak dapat bergantung pada pelayanan kesehatan saja tetapi juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti perumahan, polusi lingkungan, persediaan
makanan, dan metode publikasi.
Delapan area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan
area ini adalah:
1) Pendidikan tentangmasalah kesehatan umum dan metode
pencegahan dan pengontrolannya.
2) Kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak.
3) Persediaan air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat.
4) Promosi Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana.
5) Imunisasi.
6) Pencegahan dan pengawasan penyakit endemik.
7) Pengontrolan yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum.
Persediaan obat-obat essensial.
d. Model Asuhan Home Bassed
Dasar asuhan kebidanan berdasarkan home based merupakan unsur
Therapeutic yangterdiri dari sebuah kesadaran dan menjaga hubungan yang
23

dibangun atas dasar kepercayaan dan dibentuk untuk memfasilitasi asuhan


yang berkualitas. Tanggung jawab dan kejujuran merupakan hal yang harus
dibangun dalam hubungan antara bidan dank lien. Proses persalinan dirumah
(Home Birth) sejak lama telah menggunakan konsep "Early Discharge"
sebagai bagian dari Home Based Midfwifery Care.
Asuhan kebidanan secara tradisional telah memiliki asuhan yang
berpusat pada wanita.kontinuitas dari asuhan kebidanan dapatmembentuk
waktu yang efektif dalam pemantauan selama kunjungan prenatal sehingga
dapat terjalin hubungan Therapeutic secara personal antara bidan dan
keluarganya. Asuhan yang berkelanjutan (Continuity Of Care) dapat membuat
bidan dan keluarga belajar satusama lain untuk menentukan rencana dan
memberikan asuhan yang baik sesuai dengan kebutuhan, khusunya untuk
klien.
Dengan proses ini akan terbuka komunikasi dan membangun komitmen
dari bidan dan keluarga dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan
bersama. Partisipasi secara alami dalam Home Based Midwifery Care dapat
memberikan kesempatan pada calon orang tua untuk mempelajari cara-cara
mengasuh bayinya. Keterampilan ini komponen yang penting dalam
pendidikan prenatal karena bidan tidak selalu mendampingi ibu.
Hubungan Therapeuticdan dukungan secara "team" yang ditetapkan
dalam Home Based Midwifery Care telah digunakan bertahun-tahun lalu.
Dengan pendekatan ini diharapkan klien bisa mandiri secara dini. Hal ini yang
telah menunjukan hasil yang baik, dimana risiko yang terjadi pada ibu bisa
segera diketahui. Kernandirian dari klien atau komponen integral dari Home
Based Midwifery Care dan dapat ditetapkan sebagi sebuah model pada
wanita yang memilih melahirkan di rumah sakit.
e. Model sistem maternitas di komunitas yang ideal University Of Southeer
Queensland :
1) Model kurikulum konseptual patnership dalam praktek kebidanan berdasarkan
pada model pelayanan kesehatan dasar.
2) Patnership kebidanan adalah sebuah filosofi prospektif dan suatu model
kepedulian (Model Of Care) sebagai model filosofi prospektif berpendapat
bahwa wanita dan bidan dapat berbagi pengalaman dalam proses persalinan.
3) Persalinan merupakan proses yang sangat normal.
24

4) Sebuah hubungan Patnershipmenggambarkan dua orang yang bekerjasama


dan saling menguntungkan.
5) Bidan bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan
melainkan membantu wanita untuk mengambil keputusan sendiri.
6) Konsep "wanita" dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan tersebut,
keluarga, kelompok dan budaya.
7) Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya
atau keluarga, budaya/sub kultur bidan tersebut dan wewenang profesional
bidan.
8) Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa
mereka sendiri sebagai manusia kedalam suatu hubungan Patnershipyang
mana akan mereka gunakan dalam teurapetik. Bidan harus mempunyai Self
Knowing, Self Nursing, dan merupakan jaringan pribadi dan kolektif yang
mendukung.
9) Sebagai model Of Care The Midwifery Patnershipdidasarkan pada prinsip
Midwifery Careberikut ini :
a) Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa.
fisik, dan lingkungan kultur sosial (holism)
b) Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat di tolong tanpa
adanya intervensi.
Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami tersebut.
c) Bidan menggunakan suatu pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan
ilmu pengetahuan.
d) Relationship-Based dan dan kesinambungan dalam Motherhood.
e) Woman Centered dan bertukar pikiran antara wanita.
f) Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab bersama untuk suatu
pengambilan suatu keputusan, tetapi wanita mempunyai kontrol atas
keputusan terakhir mengenai keadaan diri dan bayinya
g) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup prakterk individu : dengan
persetujuan wanita bidan merujuk fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
berkualitas.
Hubungan antara wanita, bidan dan dokter harus didasari oleh rasa saling
menghormati dan saling percaya, bidan boleh mempertanyakan masalah
medis atau perlindungan hukum untuk wanita untuk alasan apapun, jika
25

wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya sendiri.


C. Konsep SOAP
1. Pengertian
Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data subjektif, A
adalah analysis, P adalah penatalaksanaan. Metode ini merupakan
dokumentasi yang sederhanaakan tetapi mengandung semua unsur data dan
langkah yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas, logis (Menurut
Kemenkes,2017).
2. Tujuan
a. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.
b. Memungknkan pengevaliasuan dari asuhan yang diberikan.
c. Meningkatkan pemberi asuhan yang lebih aman, bermutu tinggi pada klien.
d. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan kebidanan yang diberikan.
3. Landasan Hukum
Standar Asuhan Kebidanan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar
Asuhan Kebidanan. Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktik berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa atau masalah
kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan
kebidanan.
4. Penjelasan Konsep SOAP
a. Data Subjektif (S)
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara dibagian data belakang
huruf “S” diberi tanda huruf “O” atau “X” . Tanda ini akan menjelaskan
bahwa klien adalah penderita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan
menguatkan diagnosis yang akan disusun.
b. Data Objekti (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan medik dan
26

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif
ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
c. Analisis (A)
Langkah inimerupakan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang
setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru
dalam data subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi sangat dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan
data klien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat
terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah
melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis,
masalah kebidanan dan kebutuhan.
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang suda dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/Follow
Updan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya
kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.

D. Teori Kehamilan
1. Pengertian ANC (Ante Natal Care)
Antenatal Care merupakan pengawasan kehamilan untuk mendapatkan
kesehatan umum ibu. Mencegah secara dini penyakit yang menyertai
kehamilan, komplikasi kehamilan, menetapkan risikokehamilan, menyiapkan
persalinan, menuju ibu sehat dan bayi sehat. (Manuaba, 2010).
2. Tujuan ANC (Ante Natal Care)
Tujuan khusus ANC adalah menyediakan pelayanan antenatal yang
terpadu, komperhensif serta berkualitas, memberikan konseling kesehatan
dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI, meminimalkan Missed
Opportunity pada ibu hamil untuk mendapat pelayanan antenatal terpadu,
komperhensif dan berkualitas, mendeteksi secara dini adanya kelainan atau
27

penyakit yang disertai ibu hamil, dapat melakukan intervensi yang tepat
terhadap kelainan atau penyakit sedini mungkin pada ibu hamil, dapat
melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan yang sudah ada. Selain itu pemeriksaankehamilan atau
Antenatal Care juga dapat dijadikan sebagai ajang promosi kesehatan
pendidikan tentang kehamilan.
3. Landasan Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Bagian Kedua Kewenangan
Pasal 19
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
1) Konseling pada masa sebelum hamil.
2) Antenatal pada kehamilan normal.
3) Persalinan normal.
4) Ibu nifas normal.
5) Ibu menyusui dan
6) Konseling pada masa antara dua kehamilan.
c. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan: Episiotomi.
1) Pertolongan persalinan normal.
2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.
3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
4) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.
5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif.
7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum.
8) Penyuluhan dan konseling.
9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil dan,
28

10) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.


d. Optimalisasi Pemberian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Dalam rangka optimalisasi memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu
hamil perlu diterapkan, Prinsip-prinsip dasar komunikasi dalam pelayanan
(17 S) sebagai berikut :
1) Salam
2) Sapa
3) Senyum
4) Sabar
5) Selalu menutup mata klien ketika berbicara atau mendengarkan
6) Selalu mengucapkan terimakasih, klien sudah mau dating untuk
periksa
7) Selalu menanyakan apa saja yang dapat dibantu untuk klien
8) Selalu mendengarkan dengan empati terhadap kata-kata atau keluhan
klien
9) Selalu menjelaskan tiap jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan
prosedur tiap jenis pemeriksaan, guna pemeriksaan yang akan
dilakukan
10) Selalu menanyakan apakah klien sudah memahami prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan
11) Selalu meminta ijin untuk melakukan tiap pemeriksaan
12) Selalu. menjelaskan hasil tiap pemeriksaan
13) Selalu menanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan oleh klien
14) Selalu memberikan jawaban dengan perlahan, sabar, senyum dan
menatap mata klien.
15) Selalu mendoakan agar klien cepat sembuh atau lebih sehat bila
semua peeriksaan sudah berakhir
16) Selalu mengingatkan klien untuk datang untuk pemeriksaan ulang
apa bila memerluka pelayanan kesehatan
17) Selalu mengucapkan untuk berhati-hati dijalan dan selamat jalan
sampai tujuan.
e. Pelayanan Antenatal Komprehensif Terpadu (22 T)
1) Tanyakan bantuan apa yang dapat diberikan dan tanyakan
dengan ramah (T1)
29

a) Identitas ibu lengkap


b) Riwayat kesehatan keluarga
c) Riwayat kesehatan ibu hamil.
d) Riwayat kehamilan terdahulu
e) Riwayat persalinan terdahulu
f) Riwayat kehamilan sekarang
g) Tanyakan gejala PMS
2) Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan (T2)
Pengukuran berat badan diwajibkan setiap ibu hamil melakukan
kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu kehamilan sebesar 0,5
kg per minggu mulai trimester kedua. Bila tinggi badan < 145 cm, maka
faktor risiko panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara normal.
f. Temukan kelainan atau periksa daerah muka, mata. Mulut, leher dan kepala
(T3) :
1) Pemeriksaan daerah muka mata dan mulut :
a) Kulit muka
b) Konjungtiva dan sclera mata
c) Hidung
d) Bibir
e) Rongga mulut dan gigi.
2) Pemeriksaan daerah leher
a) Vena juguralis eksterna.
b) Kelenjar tiroid.
c) Kelenjar Submandibuladan Retroauricular.
d) Simetrisitas Trachea.
3) Pemeriksaan daerah kepala
a) Rambut.
b) Telinga.
Tentukan atau Ukur(T4)
a) Frekuensi nadi
b) Frekuensi pernafasan
c) Suhu tubuh
d) Tekanan darah
4) Tentukan tinggi fundus uteri,posisi janin dan denyut jantung janin (T5) :
30

a) Tinggi fundus uteri


b) Posisi janin
c) Denyut jantung janin
f. Temukan kelainan (palpasi) pada payudara,liver,limpah dan ginjal (T6) :
a) Payudara
b) Liver
c) Limpah (daerah endemis malaria)
d) Ginjal
g. Temukan kelainan, pemeriksaan dan ekstremitas atas dan bawah (T7)
a) Pemeriksaan kuku, ujung jari, tangan dan kaki
b) Reflek kaki
h. Temukan kelainan,periksa pada organ luar genetal dan sekitarnya (sesuai
indikasi) (T8)
a) Apakah ada kelainan kulit vulva dan sekitarnya
b) Apakah ada keluar cairan dari vagina (bentuk, warnah,
bau, jumlah, kapan)
i. Temukan kelainan/periksa pada bagian dalam genital (dinding vagina,
portio). (Sesuai indikasi), (T9)
j. Tetapkan dan jelaskan kesimpulan hasil pemeriksaan fisik
(T10)
k. Tes laboratoriun rutin (T11)
a) HB, leokosit, trombosit.
b) Urin lengkap terutama gluekosa dan protein urin.
c) Hepatitis B (Hbsag)
l. Tes laboratorium khusu (sesuai indikasi) (T12)
a) VDRL
b) Sedian duh tubuh
m. Tes IVA (sesuai indikasi) (T13)
n. Tetanus toksoid imunisasi (T14)
o. Terapi anemia sesuai hasil test (T15)
1) Bila HB lebih dari 11 gr/dl, berika Fe, asmfolat 90 tablet untuk 3 bulan,
dosis 1 tablet / hari.
2) Bila HB kurang dari 11 gr/dl, berikan terapi terhadap anemia sampai HB
mencapau 11 gr/dl. Dan terapi terhadap penyakit ainnya sesuai dengan
31

hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium.


p. Tes HIV sesuai indikasi dari hasil (VCT), (T16)
q. Tertibkan/laksanakan pencatatan sesuai petunjuk teknis penggunaan buku
KIA (T17)
r. Tentukan faktor risiko dan rujukan yang diperlukan, (T18)
s. Temu wicara atau penyuluhan (KIE) dan konseling menggunakan buku
KIA, (T19)
t. Tunjukkan (peragakan), (T20)
a) Perawatan payudara
b) Senam payudara
c) Senam hamil (pada kehamilan 28 minggu)
d) Inisiasi menyusu dini (IMD)
e) Terapkan/peragakan pijat perineum (mulai kehamilan 35 minggu) bila tidak
ada kontraindikasi
4. Deteksi Dini Kehamilan Resiko Tinggi
a. Pengertian
Deteksi dini kehamilan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan
ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi kebidanan. Deteksi
dini kehamilan adalah upaya dini yang dilakukan untuk mengatasi kejadian
resiko tinggi pada ibu hamil. Usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20
sampai 35 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalahberisiko (Depkes
RI, 2010).
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai
anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan
mental/ emosi/psikologis dan kesiapan 48 sosial/ekonomi. Secara umum,
seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan
pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia
20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik.
b. Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu keadaan dimana kehamilan itu
dapat berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu atau sebaliknya, penyakit ibu
dapat berpengaruh buruk pada janinnya atau keduanya saling berpengaruh.
Kehamilan resiko tinggi merupakan ancaman.
c. Faktor resiko pada ibu hamil
32

Ibu hamil yang mempunyai resiko perlu mendapat pengawasan yang lebih
intensif dan perlu dibawa ketempat pelayanan kesehatan sehingga resikonya
dapat dikendalikan (Manuaba, 2010). Faktor resiko pada ibu hamil adalah
sebagai berikut :
a. Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun.
b. Jumlah anak sebelumnya > 4.
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.
d. KEK dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm atau penambahan berat badan < 9
kg selama masa kehamilan.
e. Anemia dengan haemoglobin < 11 g/dl.
f. Tinggi badan< 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang.
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
h. Sedang atau pernah menderita penyakit kronis antara lain: tuberkulosis,
kelainan jantung, ginjal, hati, psikosis, kelainan endokrin (diabetes militus,
sistemik lupus, eritematosus, dll), tumor dan keganansan.
i. Riwayat kehamilan buruk seperti keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital.
j. Kelainan jumlah janin seperti kehamilan ganda, janin dempet, monster.
k. Kelainan besar janin seperti pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
d. Faktor Ibu hamil Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun.
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada umur kurang dari 20
tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan belum
cukup untuk menjadi ibu, sedangkankan pada umur 35 tahun keatas elastisitas
otot-otot panggul panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada
umumnya telah mengalami kemunduran sehingga dapat 50mempersulit
persalinan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu
(Purwati,2015). Menurut Nadesul (2008), usia kurang dari 20 tahun secara
biologis organ wanita belum mampu memikul dan membesarkan kehamilan
yang harapannya berjalan dengan sehat. Berdasarkan hasil penelitian umur ibu
berisiko (kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun) 35,9%. Selain karena
faktor biologis, usia kurang dari 20 tahun secrara biologis juga belum cukup
untuk mengasuh dan membesarkan anak,reaksi emosi yang masih labil dapat
33

menyebabkan gangguan dalam pola asuh sehingga menggagu perkembangaan


anak nantinya.
Menurut Manuba (2010) (<20 tahun dan >35 tahun), kemungkinan
banyak faktor risiko dan masalah kesehatan yang dapat dialami oleh ibu
karena usia > 35 tahun beberapa penelitian menyatakan semakin matang usia
ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa risiko tertentu,
termasuk risiko kehamilan. Penelitian yang dilakukan oleh Isna Novianti
fajriin (2008) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi komplikasi
dalam persalinan didapatkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa usia ibu
berhubungan dengan kejadiam komplikasi persalinan.
Hubungan umur dengan perdarahan post partum, seiring dengan
bertambahnya umur wanita maka fungsi organ reproduksi juga menurun.
Fungsi organ reproduksi terutama uterus dimana otot uterus harus
berkontraksi maksimal sesaat setelah plasenta lahir agar tidak terjadi
perdarshan. Selain itu adanya peningkatan jumlah pentakit degenarative pada
kehamilan dengan usia tua seperti, preeklamsi,
hipertensi, diabetes melitus akan menmbah risiko komplikasi pada saat
persalinan. Selain itu adanya fibroid uterine yang memicu timbulnya tumor
dan perdarahan pada saat persalinan. Kehamilan diusia muda memiliki risiko
yang lebih tinggi pada kesehatan. Fungsi organ dan kemaatangan sel telur
yang belum maksimal potensial mengalami persalinan dengan premature,
plasenta previa, abortus, pre eklamsi, kondisi ini berisiko lebih besar
terjadinya perdarahan.
e. Skrining yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu skrining faktor
resiko dengan skor Poedji Rochjati :
1) Cara pemberian SKOR :
(a) Skor 2 : Kehamilan Resiko Rendah (KRR)Untuk umur dan paritas pada
semua ibu hamil sebagai skor awal
(b) Skor 4 : Kehamilan Resiko Tinggi (KRT)Untuk tiap faktor resiko
(c) Skor 8 : Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST)Untuk bekas operasi caesar,
letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan preeklampsia berat /
eklampsia.Kunjungan Awal ANC K1 / kunjungan baru ibu hamil yang pertama
kali pada masa kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini
mungkin ketika ibu hamil mengalami terlambat datang bulan. Pada kunjungan
34

pertama juga merupakan kesempatan untuk memberikan informasi bagi ibu hamil
supaya dapat mengenali faktor risiko ibu dan janin.(Nugroho,dkk,2014).

5. Kunjungan Ulang ANC


Pada ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan 1 bulan
sekali smpai umur kehamilan 28 minggu. Dan pemeriksaan selanjutnya dilakukan
setiap 2 minggu jika tidak mengalami keluhan yang membahayakan dirinya atau
kandungannya.
6. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah suatu peristiwa pertemuan dan persenyawaan antara sel telur
dan sel sperma. Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan
yang dimulai dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta serta
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai dilahirkan (Manuaba, 2010).
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40) (Saifuddin,
2010). Trimester tiga adalah triwulan terakhir dari masa kehamilan yakni usia 7
bulan sampai 9 bulan atau 28 minggu – 40 minggu (Saifuddin, 2010).
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penentuan. Pada periode ini
wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak
sabar untuk melihat bayinya (Kusmiyati, 2010).
b. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester II:
1) Rahim atau uterus
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram
(berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat
agak gepeng.
2) Pembesaran payudara
3) Sistem Respirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang
membesar ke arah diafragma sehingga kurang leluasa bergerak
mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat kesulitan
35

bernafas (Kusmiyati, 2010).


4) Sistem Perkemihan
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai
tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan
metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan Ureter lebih
berdilatasi daripada Pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan
akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membuat Pelvis dan ureter mampu menampung
urine dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran
Urine (Kusmiyati, 2010).
c. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Kebutuhan fisik ibu hamil Trimester III (Varney, 2007) : Kebutuhan fisik ibu
hamil Trimester III yaitu : Oksigen, Nutrisi, Kalori, Protein, Kalsium, Zat Besi,
Asam Folat, Air, Personal Hygine, Pakaian, Eliminasi, Seksual.
Kebutuhan psikologi ibu hamil (Kusmiyati, 2010):
a) Dukungan Keluarga
(1) Ayah-ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan.
(2) Ayah-ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode
ini.
Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
b) Dukungan Tenaga Kesehatan
(1) Aktif melalui kelas antenatal.
(2) Pasif dengan memberi kesempatan pada mereka yang mengalami
masalah untuk berkonsultasi.
(3) Tenaga kesehatan mampu mengenali keadaan yang ada disekitar ibu
hamil.
c) Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan
Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami guna kehamilan akan
mempererat hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan yang
diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam
kehamilannya.
d) Persiapan menjadi orang tua
36

Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap sebagai masa
transisi atau peralihan.Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat
kelahiran dan peran baru, serta ketidak pastian yang terjadi sampai peran
yang baru ini dapat disatukan dengan anggota keluarga yang baru.
e) Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam
kehamilan yaitu : Perdarahan pervaginam, Sakit kepala yang hebat,
Penglihatan kabur, Nyeri perut hebat, Bengkak di wajah dan jari-jari tangan,
Keluar cairan pervaginam, Gerakan janin tidak terasa (Kusmiyati, 2010).

E. Teori Persalinan
1. Pengertian INC (Intranatal Care)
Persalinan adalah. proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan
lah..ir. Kelahiran. adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Prawirohardjo, 2010).
2. Tujuan INC (Intranatal Care)
Meningkatkan sikap terhadap keramahan dan keamanan dalam memberikan pelayanan
persalinan normal dan penanganan awal penyulit beserta rujukannya.
Memberikan pengetahuan dan keterampilan pelayanan persalinan normal dan
penanganan awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas dan sesuai dengan
prosedur standar
Mengidentifikasi praktik-praktik terbaik bagi penatalaksanaan persalinan dan
kelahiran, yang berupa:
1) Penolong yang terampil
2) Kesiapan menghadapi persalinan, kelahiran, dan kemungkinan komplikasikan
3) Partograf
3. Konsep Benang Merah
a. Pengambilan Keputusan
Menjadi seorang bidan harus konsisten, harus sesegera mungkin mengambil keputusan apa
A atau B supaya penanganan pasien tidak akan terlambat.
b. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
37

Seorang bidan harus memiliki jiwa penyayang dan sensitif terhadap pasiennya, apa
jadinya jika seorang bidan tidak memiliki sifat penyayang, pasti pasien tidak akan
merasa nyaman dengan perlakuan bidan tersebut.
c. Pencegahan Infeksi
Bidan harus bisa mencegah hal-hal yang berisiko infeksi,sebagai contoh, sering
dilakukan orang tua dahulu adalah melakukan sunat terhadap bayi wanita yang baru
lahir, padahal sesungguhnya hal tersebut tidak boleh dilakukan karena bisa
menimbulkan infeksi.
d. Pendokumentasian
Pendokumentasian dilakukan bidan bertujuan agar bidan memiliki rekam medis apa saja
tindakan yang sudah dilakukan terhadap pasien, bila sewaktu-waktu ada pasien meninggal
dan menuntut bidan tersebut.pendokumentasian tersebut sebagai bukti bahwa bidan
tersebut telah melakukan tindakan sesuai dengan standar oprasional yang benar.
e. Rujukan
Rujukan dilakukan oleh bidan jika ada suatu hal yang sudah bukan menjadi
wewenang bidan. Biasanya, bidan akan memberi rujukan ke dokter spesialis
kandungan agar dapat di diagnosa lebih lanjut.
4. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu atau Safe Motherhood adalah program yang direncanakan
pemerintah untuk mengurangi tingginya angka kematian dan kesakitan para ibu yang
diakibatkan oleh komplikasi kehamilan dan kelahiran.
a. Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan
lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1) Memberikan dukungan emosional.
2) Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran
bayinya.
3) Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara:
a) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan
memuji ibu
b) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi
c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut
d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain
38

e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman


4) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman
5) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi, memberikan kecukupan energi dan
mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak
teratur dan kurang efektif
6) Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan
spontan. Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan
persalinandan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman;
meningkatkan risiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu
penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan risiko infeksi saluran kemih
pasca persalinan
7) Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk
mewujudkan persalinanyang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir
8) Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk
mewujudkan persalinanyang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
b. Kala II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya
bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:
a. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh
suami dan anggota keluarga yang lain
b. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain :
 Membantu ibu untuk berganti posisi
 Melakukan rangsangan taktil
 Memberikan makanan dan minuman
 Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik
 Memberikan dukungan dan semangat selama persalinansampai kelahiran
bayinya.
 Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan dan kelahiran
dengan cara :
a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.
b) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.
39

c) Melakukan pendampingan selama proses persalinandan kelahiran.


c. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan dengan cara
memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
d. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk
meneran dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
e. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
f. Memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara:
 Mengurangi perasaan tegang.
 Membantu kelancaran proses persalinandan kelahiran bayi.
g. Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong.
h. Menjawab pertanyaan ibu.
i. Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.
j. Memberitahu hasil pemeriksaan
k. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
c. Kala III
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai
plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui
segera.
2) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3) Pencegahan infeksi pada kala III.
4) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5) Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7) Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III
d. Kala IV
Kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang
dapat dilakukan pada ibu adalah :
1) Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.
2) Membantu ibu untuk berkemih.
3) Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan
melakukan massase uterus.
4) Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
40

5) Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya post partum


seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit
dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7) Pendampingan pada ibu selama kala IV. Nutrisi dan dukungan emosional.
8) Asuhan sayang ibu dan bayi pasca persalinan
9) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
10) Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberikan ASI sesuai
dengan yang diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI eksklusif
11) Ajarkan ibu dan keluarga tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah
melahirkan
12) Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk bayi dan mensyukuri
kelahiran bayi
13) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin
terjadi dan anjurkan merekan untuk mencari pertolongan jika timbul atau
kekhawatiran.
5. Prinsip PI (Pencegahan Infeksi) dalam INC (Intranatal Care)
a. Pengertian
Pencegahan infeksi (PI) harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga
kesehatan lainnya. Pencegahan infeksi adalah bagian yang esensialdari semua
asuhan yang diberikan kepada ibu da bayi baru lahir dan harus dilaksanakan
secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat
memberikan asuhan selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan atau
bayi baru lahir atau saat menetalaksana penyulit.
b. Tujuan
1) Meminimalisir infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, virus dan jamur
2) Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti
hepatitis dan HIV/AIDS
c. Five Moment
Mencuci tangan atau Higiene tangansangat sederhana, tidak memakan waktu
yang banyak namun bisa membantu mencegah infeksi yang berbahaya jika
dilakukan dengan tepat.
41

1) Sebelum kontak dengan pasien


2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah terkena cairan tubuh pasien
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
Harus diingat bahwa sasaran keselamatan pasien ada 6 sasaran, antara
lain :
(a) Ketepatan identifikasi pasien
(b) Peningkatan Komunikasi efektif
(c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high
alert)
(d) Kepastian tepat lokasi (sisi), tepat prosedur dan tepat
pasien operasi
(e) Pengurangan risiko infeksi melalui 6 langkah cuci tangan
(f) Pengurangan risiko pasien jatuh
(g) Identifikasi status gelang pasien
 Biru = pasien laki-laki
 Merah Muda = pasien perempuan
 Merah = pasien dengan alergi
 Kuning = pasien dengan risiko cidera
6. Tahap-Tahap Persalinan
a. Kala I (Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir darah karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) kala dimulai dari pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap (10 cm) lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung ± 12 jam, sedangkan pada multigravida sekitar ± 8 jam.
Berdasarkan kurva friedmanpembukaan primi 1cm/jam, sedangkan pada multi
2cm/jam. Kala pembukan dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten berupa
pembukaan serviks sampai ukuran 3 cm dan berlangsung dalam 7-8 jam serta
fase aktif yangberlangsung ± 6 jam, di bagi atas 3 subfase, yaitu periode
akselerasi berlangsung 2 jam dan pembukaan menjadi 4 cm, periode dilatasi
maksimal selama 2 jam dan pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm,
terakhir ialah periode deselerasi berlangsung lambat selama 2 jam dan
42

pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap (Prawirohardjo, 2014).


b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi, gejala dan tanda kala II persalinan yaitu ibu
merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasa
adanya peningkatan tekanan pada rectum atau pada vaginanya, perineum
menonjol, vulva-vagina dan sfingter animembuka, meningkatnya pengeluaran
lendir bercampur darah (Prawiroharjo, 2014).

c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)


Kala III yaitu waktu dari keluarnya bayi hingga pelepasan atau pengeluaran
uri (plasenta) yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Prawiroharjo,
2014). Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu adanya perubahan bentuk dan
tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat
Manajemen aktif kala III, yaitu pemberian suntikan oksitosin, melakukan
peregangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri.
d. Kala IV
Kala IV yaitu kala pengawasan atau pemantauan, setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan meliputi
tekanan darah, nadi, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, perdarahan
pervaginam. (Saifuddin, 2014).
Asuhan dan pemantauan kala IV yaitu lakukan rangsangan taktil (massase)
uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat, evaluasi tinggi
fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai
patokan, perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan, periksa
kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomy), evaluasi
keadaan umum ibu, dokumentasikan semua asuhan selama persalinan kala IV
dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan dan penilaian dilakukan
(Saifuddin, 2014).
7. 60 langkah APN (Asuhan Persalinan Normal)
a. Mengenali Tanda dan Gejala Kala I :
1) Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan
adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda:
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
43

b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan


vaginanya
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina dan sfingterani membuka.
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk
atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm diatas tubuh bayi
a) Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set
1) Pakai celemek plastik yang bersih
2) Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkantangan
dengan handuk pribadi yang kering dan bersih
3) Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan
dalam.
4) Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan disinfeksitinggkat tinggi atau steril
c. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Janin Bayi
1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air
disinfeksi tingkat tinggi.
a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9
2) Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
44

lakukan amniotomi
3) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit.
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
4) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal.

d. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran


1) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya
2) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untukmeneran. (pada
saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia
merasanyaman)
3) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
4) Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
1) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi
2) Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
3) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
4) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
f. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
Kelahiran Kepala
1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisikain tadi, letakan tangan yang lain di kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala,
menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir
2) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi
lilitan tali pusat.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
45

bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan
potong diantara kedua klem tersebut.
3) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
4) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah
luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu
posterior. Lahirnya badan dan tungkai Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan
tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian
bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior
(bagian atas)
5) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.
6) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung
dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati –hati
membantu kelahiran kaki.
g. Penanganan Bayi Baru Lahir
1) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
2) Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
3) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal).
4) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
5) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM
(Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
46

6) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusatbayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah
bayi dan memasang klem ke dua2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
7) Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.
a. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
b. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
8) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
9) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

h. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III


Oksitosin
1) Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
2) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
3) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang –atas (dorso –kranial) secara
hati-hati(untuk mencegah inversio uteri).
4) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.Jika
uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu.
i. Mengeluarkan Plasenta
Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
47

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
(1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
(2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.
(5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual
5) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telahdisediakan.
a. Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
b. Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
6) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus,
meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( Fundus menjadi keras)
a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase.
j. Menilai perdarahan
7) Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik
atau tempat khusus.
8) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
9) Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan
penjahitan.
k. Melakukan prosedur pascapersalinan
10) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadiperdarahan
pervaginam.
11) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
48

jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu
12) Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep
mata pencegahan, dan vit K1 mg IM di paha kiri anterolateral.
Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha
kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan.
13) Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam
pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
l. Evaluasi
1) Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
c. Setiap20-30 menit pada jam kedua paska persalinan
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang
sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
3) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
4) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska
persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
paska persalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
5) Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5
o
C)
a. Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk kerumah sakit.
49

b. Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.


c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit
kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
m. Kebersihan dan keamanan
1) Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit), mencuci dan membilas peralatan setelah
didekontaminasi.
2) Buang bahan –bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
3) Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi Bersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk memakai pakaian
yang bersih dan kering.
4) Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
5) Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
6) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan
bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
7) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir
n. Pendokumentasian
1) Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan
asuhan kala IV).( APN 2008).
9. Partograf
a. Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau,
mengevaluasi dan menatalaksanakan persalinan. Partograf dapat dipakai
untuk memberikan peringatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung lama,
adanya gawat ibu dan janin serta perlunya rujukan (Prawirohardjo, 2010)
b. Tujuan
1) Mencatat hasil observasidan kemajuan persalinan dengan memeriksa
pembukaan serviks berdasarkan periksa dalam
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, dengan
demikian dapat mendeteksi dini kemungkinan terjadinya partus lama.
c. Komponen Partograf
50

1) Catatan janin
2) Catatan kemajuan persalinan
3) Catatan ibu
d. Pengamatan yang dicatat dalam partograf
1) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks Bidan menilai pembukaan servik dengan melakukan
periksa dalam. Periksa dalam dilakukan setiap 4 jam sekali (indikasi waktu).
Pemeriksaan dalam yang dilakukan kurang dari 4 jam harus atas indikasi.
Bidan harus memeriksa adanya tanda gejala kala II, ketuban pecah sendiri atau
gawat janin. Penulisan pembukaan serviks di partograf dengan tanda (x).
b) Penurunan bagian terendah Bidan menilai turunnya bagian terendah janin
dengan palpasi perlimaan yang dilakukan setiap 4 jam, yaitu sesaat sebelum
melakukan pemeriksaan dalam. Penulisan turunnya bagian terendah
dipartograf dengan tanda (o).
c) His Bidan menilai his dengan cara palpasi, menghitung frekuensi his (berapa
kali) dalam waktu 10 menit dan dirasakan berapa lama his tersebut
berlangsung (dalam detik). Observasi his dilakukan setiap 30 menit.
2) Memantau kondisi janin
a) Denyut jantung janin (DJJ) dinilai setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf
diantara garis tebal angka 180 dan 100, nilai normal sekitar 120 s/d 160.
Apabila ditemukan DJJ dibawah 120 atau diatas 160, maka penolong
harus waspada.
b) Ketuban Bidan mengidentifikasi pecahnya selaput ketuban dan menilai
keadaan air ketuban bila sudah pecah (volume, warna dan bau).
Pengamatan dilakukan setiap pemeriksaan dalam
c) Yang dicatat di partograf bila selaput ketuban utuh ditulis (U), bila selaput
ketuban pecah ditulis (J) untuk air ketuban jernih,
(M) untuk ketuban bercampur mekonium, (D) untuk ketuban bercampur
darah, dan (K) untuk ketuban yang kering.
d) Moulase kepala janin Bidan menilai adanya penyusupan kepala janin
pada setiap periksa dalam.Penyusupan yang hebat dengan kepala diatas
PAP menunjukan adanya disproporsi sefalopelfik. Pencatatan di partograf
dengan tulisan :
51

 0 bila tulang-tulang kepala terpisah dan sutura mudah diraba (tidak ada
moulase).
 1 bila tulang-tulang kepala saling menyentuh satu sama lain.
 2 bila tulang-tulang kepala saling tumpang tindih tetapi masih
dapat dipisahkan.
 3 bila tulang-tulang kepala saling tumpang tindih berat, tidak dapat
dipisahkan.
3) Memantau kondisi ibu hal yang perlu dikaji :
a) Tanda-tanda vital, tekanan darah diukur setiap 4 jam, nadi
dinilai setiap 30 menit, suhu di ukur setiap 2 jam.
b) Urin dipantau setiap 2-4 jam untuk volume, protein, dan
aseton, serta dicatat dipartograf pada kotak yang sesuai
c) Obat-obatan dan cairan infus. Catat obat ataupun cairan infuse
yang diberikan pada ibu selama persalinan.

F. Teori Nifas
1. Pengertian PNC (Post Natal Care)
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan (Suherni, dkk, 2010).
Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim sebab melahirkan atau setelah
melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa keluar dari rahim
dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan, darah tersebut keluar sedikit demi
sedikit. Darah yang keluar sebelum melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran,
maka itu termasuk darah nifas juga (Saifuddin, 2010).
2. Tujuan PNC (Post Natal Care)
Tujuan Asuhan Nifas (Prawirohardjo, 2014).
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya
c. Memberikan penkes tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui,
imunisasi dan perawatan bayi sehat.
52

d. Memberikan pelayanan KB
3. Landasan Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Bagian Kedua Kewenangan
Pasal 19
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
53

b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi


pelayanan:
1) Konseling pada masa sebelum hamil
2) Antenatal pada kehamilan normal
3) Persalinan normal
4) Ibu nifas normal
5) Ibu menyusui dan
6) Konseling pada masa antara dua kehamilan.
c. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
1) Episiotomi.
2) Pertolongan persalinan normal.
3) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.
4) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
5) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.
6) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
7) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dinidan promosi air susu ibu
eksklusif.
8) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum.
9) Penyuluhan dan konseling.
10) Bimbingan pada kelompok ibu hamil dan, Pemberian surat keterangan
kehamilan dan kelahiran
4. Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas
Menurut Suherni (2010), frekuensi kunjungan, waktu kunjungan dan tujuan kunjungan
masa nifas yaitu:
a. Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah post partum tujuan:Mencegah
perdarahan masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan,
memberi konseling pada ibu atau keluarga cara mencegah terjadinya
54

perdarahan, mobilisasi dini, pemberian ASI awal, memberi Supervise pada


ibu untuk melakukan hubungan awal antara ibu dengan bayi, menjaga bayi agar
tetap sehat dengan cara mencegah Hipotermi.
b. Kunjungan kedua, waktu 6 hari post partum tujuannya :Memastikan Involusi
Uterusberjalan dengan normal, evaluasi adanya tanda-tanda bahaya nifas,
memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda penyulit,
memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat, memberi ibu konseling
dalam pengasuhan bayi
c. Kunjungan ketiga, waktu 2 minggu post partumTujuan : Sama dengan
kunjungan hari ke 6
d. Kunjungan keempat, waktu 6 minggu post partumTujuan: Menanyakan
penyulit-penyulit yang ada dan memberikan konseling untuk KB secara dini
5. Kebijakan Program Pemerintah Terkait PNC
Kebijakan program nasional pada masa nifasyaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
a. Menilai kondisi kesehatan
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalahyang terjadi pada masa
nifas
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
6. Macam-macam Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal, Lochea mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu
dan warna diantaranya (Sukarni, 2013):
a) Lochea Rubra/merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum.Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan
mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari
desidua dan chorion.Terdiri dari sel Desidua, Verniks Caseosa, rambut
lanugo, sisa mekon ium dan sisa darah.
55

b) Lochea Sanguillenta
Lochea ini muncul pada hari ke 3-7 hari berwarna merah kecoklatan dan
berlendir
c) Lochea Serosa
Lochea serosa muncul pada hari ke 7-14 hari dengan berwarna kuning
kecoklatan dengan ciri lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan robekan/laserasi plasenta.
d) Lochea Alba
Lochea ini muncul setelah 40 hari postpartum. Warnanya lebih pucat, putih
kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks
danserabut jaringan yang mati.
e) Lochea Purulenta
Lochea yang muncul karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.

G. Teori Bayi Baru Lahir (BBL)


1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram.
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uteri
(Muslihatun, 2011).
2. Tujuan
a. Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.
b. Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermi.
c. Memastikan keamanan dan mencegah cidera atau infeksi.
d. Mengidentifikasi masalah-masalah actual atau potensial yang memerlukan
perhatian.
3. Landasan Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Bagian Kedua Kewenangan
Pasal 20:
56

a. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b


diberikan pada bayi baru lahir,bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
1) Pelayanan neonatal esensial.
2) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
3) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
dan
4) Konseling dan penyuluhan.
c. Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi HB0, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri,
dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan
tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
1) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan
nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung
2) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR
melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru
3) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau
Povidon Iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering
dan
4) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan
Infeksi Gonore (GO).
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan
penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan,
stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang balita
dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
f. Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu
57

dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda
bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi
seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.
4. Perawatan BBL
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2008). Asuhan bayi baru lahir meliputi:
a. Pencegahan Infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian
sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? jika ada jawaban “tidak”
kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga harus segera dilakukan
resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan secara
rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
4) Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan
manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks,kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu.
Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan
satu tangan melindungi perut bayi.Perawatan tali pusat adalah dengan tidak
membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali
pusat (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).
5) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap
di dada ibu,kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses
58

IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai
menyusu. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-
90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke-45-60 dan
berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jika bayi belum menemukan puting ibu
dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan
kontak kulit dengankulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih
belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta
pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk
belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
c. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit
bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
d. Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi
mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%,
oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus
tepat 1 jam setelah kelahiran.Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
e. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha
kiri. Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione)1 mg intra muskular di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian
bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K
sebagai profilaksis melawan Hemorragic Disease Of The New Born dapat
diberikan dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau
secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang
bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin
K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).
Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui
59

jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian


Kesehatan RI, 2010)
5. Pemeriksaan Fisik BBL
Menurut Muslihatun (2011), dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak
mengalami masalah apapun, segeralah melakukan pemeriksaan fisik yang
lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
pemeriksa hendaknya memperhatikan beberapa hal penting berikut ini :
a. Periksa bayi di bawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup,
kecuali ada tanda-tanda jelas bahwabayi sudah kepanasan
b. Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orang tua/keluarga bayi hadir
selama pemeriksaan dan sambil berbicara dengan keluarga bayi serta sebelum
melepaskan pakaian bayi, perhatikan warna kulit, frekuensi nafas, postur
tubuh, reaksi terhadap rangsangan dan abnormalitas yang nyata
c. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan
e. Bersikap lembut pada waktu memeriksa
f. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerahpemeriksaan Head To Toe secara
sistematis
g. Jika ditemukan faktor risiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang
memang diperlukan
h. Catat setiap hasil pengamatan Pemeriksaan Umum :
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital: Denyut jantung bayi (120-160 kali per
menit), Suhu tubuh (36,5oC-37oC), Pernafasan (40-60 kali per menit).
2) Pemeriksaan antropometri (Saifuddin, 2010) : Berat badan (2500- 4000
gram), Panjang badan (44-53 cm), Lingkar kepala (31-36 cm), Lingkar
dada (30-33 cm), Lingkar lengan (>9,5 cm).
i. Berikan vitamin K 1 mg IM dipaha kiri anterolateral dan setelah 1 jam
pemberian vitamin K1 dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg vitamin K1 per
1 ml, atau sediaan ampul yang berisi 2 mg per 1 ml, berikan suntikan
imunisasi hepatitis B dipaha kanan Anterolateral.
60

6. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

7. Kunjungan KN 1, KN 2, KN 3
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi atau mengalami masalah.Kunjungan Neonatal kesatu (KN
1) pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam setelah
lahir).Kunjungan Neonatal yang kedua (KN 2) untuk mendapatkan
pemeriksaan kesehatan dengan syarat usia 1–7 hari minimal 2 kali, usia 8
sampai 28 hari minimal 1 kali(KN2)di dalam/diluar Institusi Kesehatan.
a. Kunjungan I
1) Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering. Menilai penampilan bayi
secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara keseluruhan dan
61

bagaimana ia bersuara yang dapat menggambarkan keadaan kesehatannya


2) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk
diawasi selama 6 jam pertama. Menjaga tali pusat agar tetap bersih dan
kering
3) Pemberian ASI awal.
b. Kunjungan II
1) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
2) Menanyakan bagaimana bayi menyusui.
3) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (Ikterus)
Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk
c. Kunjungan III
Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca bersalin.
Menurut Muslihatun (2011) Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat
jika kurang dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai 7 hari, dan lambat jika
lebih dari 7 hari.
1) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup. Menurut Suherni
(2010) Manfaat pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat
rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan (hisapan
pada putting susu merangsang dikeluarkannya oksitosin alami yang akan
membantu kontraksi rahim).
a) Bayi harus mendapatkan imunisasiImunisasi adalah upaya memberikan
kekebalan aktif pada seseorang dengan cara memberikan vaksin dengan
imunisasi, seseorang akan memiliki kekebalan terhadap penyakit,
sehingga tidak akan mudah terkena penyakit infeksi berbahaya (Syaifudin,
2010).
b) Tanda bahaya pada bayiMenurut Depkes RI (2010) penting untuk
mengetahui tanda bahaya pada bayi agar bayi akan cepat mendapat
pertolongan sehingga dapat mencegah kematian. Karena bayi banyak.
8. Periode Perkembangan Bayi Baru Lahir
a. Periode Transisi
Periode transisi adalah waktu ketika bayi menjadi stabil dan menyesuaikan
diri dengan kemandirian ekstrauteri. Periode ini merupakan fase tidak stabil
selama 6 sampai jam pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi,
dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan dan melahirkan.
62

b. Periode Reaktivitas Pertama


Periode reaktivitas pertama dimulai pada saat bayi lahir dan berlangsung
selama 30 menit. Warna bayi baru lahir memperlihatkan sianosis sementara
atau akrosianosis. Pernafasan cepat, berada ditepi teratas rentang normal, dan
terdapat rales atau ronchi. Rales seharusnya hilang dalam 20 menit. Adanya
mucus biasanya akibat keluarnya cairan paru yang tertahan.
Selama periode reaktivitas pertama setelah bayi lahir, mata bayi baru lahir
terbuka dan bayi memperlihatkan perilaku terjaga. Bayi mungkin menangis,
terkejut atau mencari putting susu ibu (Stright, 2014).
c. Periode tidur yang berespons
Tidur pertama ini dikenal sebagai fase tidur. Frekuensi jantung bayi baru
lahir menurun pada periode ini hingga kurang dari 140 x/menit. Murmur
dapat terdengar, ini semata-mata merupakan indikasi bahwa duktus arteriosus
tidak sepenuhnya tertutup dan tidak dipertimbangkan sebagai temuan
abnormal (Stright, 2014).
d. Periode rektivitas kedua
Selama periode reaktivitas kedua (tahap ketiga transisi), dari usia sekitar 2
sampai 6 jam atau dimulai waktu bayi bangun, ditandai dengan respons
berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda
menjadi agak sianosis, frekuensi jantung bayi labil (cepat), frekuensi nafas
harus tetap berada dibawah 60 x/menit dan seharusnya tidak ada lagu dan
rales atau ronchi.

H. Teori KB (Keluarga Berencana)


1. KB IUD (Intra Uterine Device)
a. Pengertian KB IUD (Intra Uterine Device)
Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi
kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,
menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus
(Hidayati, 2009).
Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat
63

dari plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung
hormone dan di masukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang
(Handayani, 2010).
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalamrahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit
tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon
progesterone (Kusmarjati, 2011).
b. Profil
Menurut Saifudin (2010), Profil pemakaian IUD adalah:
1) Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun:
CuT-380A)
2) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
3) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
4) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
5) Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular
Seksual (IMS).
c. Jenis-jenis IUD
Jenis – jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain:
1) Cooper T
Menurut Imbarwati, (2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan
polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga
halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti
pembuahan) yangcukup baik.
Menurut ILUNI FKUI (2010). Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga)
mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma .untuk
mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.
2) Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan
dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7. Menurut Imbarwati
(2009) IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
3) Multi Load
64

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan
dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung
atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan
luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada
tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.
4) Lippes Loop
Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf
spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang
pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5
mm (benang hitam), tipe
C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal
(benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic
d. Cara Kerja
Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uter
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu. Walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
e. Efektivitas
Keefektivitasan IUD adalah:Sangat efektif yaitu 0,5 –1 kehamilan per 100
perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan (Sujiyantini dan Arum,
2011).
f. Keuntungan
Menurut Saifudin (2010), Keuntungan IUD yaitu:
1) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi sangat efektif → 0,6 -0,8
kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama ( 1 kegagalan dalam 125 –
170 kehamilan)
2) AKDR dapat efektik segera setelah pemasangan
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT –380A dan tidak perlu
65

diganti)
4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat –ingat
5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT -380A)
8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
10) Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir)
11) Tidak ada interaksi dengan obat –obatl.Membantu
mencegah kehamilan ektopik.
g. Kerugian
Menurut Saifudin (2010), Kerugian IUD:
1) Efek samping yang mungkin terjadi:
a) Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi
d) Saat haid lebih sakit
2) Komplikasi lain :
a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
b) Merasa sakit dan kejang selama 3 –5 hari setelah pemasangan
c) Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
d) Perforasi dinding uteru (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4) Tidak baik digunakan pada perempuang dengan IMS atau perempuan dengan
penyakit radang panggul
5) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi
AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
h. Mekanisme Kerja
1) Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada
66

yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan


reaksi radang setempat, dengan sebutan leukosit yang dapat melarutkan
blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga
mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke
dalam rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan
fosfatasealkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lender
sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2011).
2) Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini
pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan
leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari
cairan uterus mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang
menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun
sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan sering
adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkanoleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam
uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2010).
3) Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi)
AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur
dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat
(dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin
memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya
implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding
rahim
4) Menurut Saefuddin (2010), mekanisme kerja IUD adalah:
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun
AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
i. Kontraindikasi
Menurut Kusumaningrum (2012), Kontra indikasi dari IUD:
1) Hamil atau diduga hamil
67

2) Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit


kelamin
3) Pernah menderita radang rongga panggul
4) Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
5) Riwayat kehamilan ektopik
6) Penderita kanker alat kelamin.
j. Efek samping
Menurut Sujiantini dan arum (2009), efeksamping IUD:
1) Perdarahan (menoragia atau spotting menoragia)
2) Rasa nyeri dan kejang perut
3) Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama
pemakaian)
4) Disminore
5) Gangguan pada suami (sensasi keberadaan benang iud darasakan sakit atau
mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas seksual)
6) Infeksi pelvis dan endometrium.
k. Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD
Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN(2010):
1) 1 minggupasca pemasangan
2) 2 bulan pasca pemasang
3) Setiap 6 bulan berikutnya
4) 1 tahun sekali
5) Bila terlambat haid 1 minggu
6) Perdarahan banyak dan tidak teratur
Menurut Prawirohardjo (2012), pemeriksaan sesudah IUD dipasang dilakukan
pada:
1) 1 minggu pasca pemasangan
2) 3 bulan berikutnya
3) Berikutnya setiap 6 bulan

2. KB Implant
Kontrasepsi implant adalah batang silastik lembut untuk pencegah kehamilan
yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan pembedahan minor untuk insersi
(pemasangan) dan pencabutan. Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi
68

berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang
dipasang dibawah kulit (BKKBN,2019).
a. Jenis kontrasepsi implant
1) Norplant
a) Berisi 6 batang yang mengandung hormon levonorgestrel
b) Tiap kapsul : panjangnya 3,4 cm, diameter 2,4 mm,berisi
36 mg levonorgestrel yang efektif mencegah kehamilan selama 5 tahun
2) Implanon
Berisi 1 batang putih lentur mengandung 63 mg 3-keto-desogestrel Efektif
mencegah kehamilan selama 3 tahun
3) Indoplant dan Jadena
a) Berisi 2 batang, mengandung 75 mg levonorgestrel
b) Efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun
b. Mekanisme kerja KB implant
1) Mengentalkan lendir serviks
2) Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap
mucus serviks.
a) Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
b) Mengurangi transportasi sperma. Perubahan lendir serviks menjadi lebih
kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.
c. Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1 kehamilan per 100 perempuan).
d. Keuntungan KB implant
1) Keuntungan
2) Daya guna tinggi
3) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
4) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
5) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
6) Bebas dari pengaruh estrogen
7) Tidak mengganggu hubungan sexsual
8) Tidak mengganggu produksi ASI
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
10) Kontrol medis ringan
69

e. Kerugian KB implant
1) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi,
terjadi perdarahan bercak (spothing) dan perdarahan tidak teratur.
2) Berat badan bertambah
3) Menimbulkan acne (jerawat), ketegangan pada payudara Jerawat, dengan
atau tanpa peningkatan produksi minyak,
merupakan keluhan kulit yang paling umum di antara pengguna implan.
f. Indikasi dan kontra indikasi KB implant
1) Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Nulipara atau multipara
c) Menghendaki kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
d) Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi
2) Kontra indikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Perdarahan dalam yang tidak diketahui penyebabnya
c) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d) Mioma uteri
e) Gangguan toleransi glukosa (Saifuddin, 2006)
f) Waktu mulai menggunakan implan :
g) Setiap saat selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke tujuh, tidak
perlu metode kontrasepsi tambahan
h) Insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi
kehamilan .
i) Apabila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat
diyakini tidak terjadi kehamilan.
j) Apabila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,
insersi dapat dilakukan setiap saat.
Apabila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,
insersi dapat dilakukan setiap saat.
3. KB Suntik
KB suntik adalah usah mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian
rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah sekeluarganya /
70

masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai


akibat langsung dari kelahiran tersebut.
KB suntik adalah pencegahan konsepsi / pencegahan terjadinya
perubahan / mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan telur dari
wanita setelah persetubuhan.
KB suntik adalah suatu usaha untuk menjarangkan / merencanakan
jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
a. Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntik
1) DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat / Depo Provera) Diberikan
sekali dalam 3 bulan dengan dosis 150 mg dengan cara di suntikan IM
2) DEPO NET-EN (Norethindrone Enanthare / Depo Noristeral)
3) Diberikan dalm dosis 200 mg sekali setiap 2 bulan (8 mgg)
dengan cara disuntikkan secara IM
b. Mekanisme Kerja
1) Primer: masalah ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi setakan LH (LH Surge)
respon kelenjar hipofise terhadap gonadotropin releasing hormone
eksogenneus tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di
hipotalamus dari pada kelenjar hipofise, (menghalangi pengeluaran FSH dan
LH sehingga tidak terjadi ovulasi).
2) Sekunder
a) Mengentalkan lendir dan menjadi sedikit sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
b) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi
c) Menghambat trasportasi gamet dan tuba
d) Mengubah endrometrium menjadi tidak sempurna untuk implantasi hasil
konsepsi
c. Indikasi KB Suntik
KB suntik diberikan kepada wanita yang mengiginkan kontrasepsi jangka
panjang (wanita yang telah mempunyai cukup anak, telah anggan / tidak bisa
untuk dilakukan sterilisasi. Ini juga diberikan kepada wanita yang
mempunyai kontra indikasi estrogen / menunjukkan efek samping diberikan
kepada ibu menyusui dan pada wanita yang mendekati menopause.
71

d. Kontra Indikasi Ada 2 macam yaitu:


1) Kontra indikasi secara mutlak
a) Terdapat tromboflebitis / riwayat tromboflebitis
b) Kelainan serebro vaskuler
c) Fungsi hati tidak / kurang baik
d) Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan aklat reproduksi
e) Varices berat
f) Adanya kehamilan
2) Kontra indikasi secara relatif
a) Hipertensi
b) Diabetes
c) Perdarahan abnormal / pervaginam
d) Fibromioma uterus
e) Penyakit jantung dan ginjal
e. Macam-Macam Kontrasepsi Suntik
72

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. K G2P1A0 USIA KEHAMILAN


25 MINGGU

Pengkajian Tanggal : 28 Oktober 2021 Pukul : 09.00 Wib

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Ibu : Karmila Nama Bapak : Lilik
Umur : 22 Tahun Umur : 36 Tahun
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Mekanik

Alamat : Jl. Pasar I Dusun I Desa Sidomulyo

2. Alasan Kunjungan
Periksa ulang kehamilan
3. Keluhan Utama
Sering terasa nyeri diperut bagian serta sering terasa kram pada kaki
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : Usia 12 Tahun
Siklus Haid : Teratur (30 hari)
Lama Haid : 7 hari
Sifat Darah : Encer dan warna merah kehitaman
Banyak Darah : 3 kali ganti pembalut setiap hari
Dismenorhea : Ada
Fluor Albus : Tidak Ada

5. Riwayat Kesehatan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu


Umur UK JP Tempat Komplikasi Penolong Bayi Nifas
Anak Ibu Bayi JK PB/BB Keadaan Keadaan Laktasi
5 Tahun 36 Minggu SC Rumah Sakit Tidak Ada Tidak Ada Dokter PR 47/2900 Baik Baik Lancar
Hamil Ini

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


73

HPHT : 01-02-2021 TP : 07-11-2021


Imunisasi : TT1 : 10 Agustus 2020 TT4 :
TT2 : TT5 :
TT3 :
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Tidak Ada
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Baik
8. Pola Kehidupan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi dan Cairan
Sebelum Hamil : 3 porsi makan setiap hari dan minum 2 liter perhari
Selama Hamil : 3 porsi makan setiap hari dan minum 2 liter perhari
b. Pola Eliminasi
Sebelum Hamil : BAB : 1 x/hari, konsistensi lembek berwarna coklat
BAK : 5 x/hari, warna kuning jernih
Sebelum Hamil : BAB : 1 x/hari, konsistensi lembek berwarna coklat
BAK : 5 x/hari, warna kuning jernih
c. Pola Aktifitas
Sebelum Hamil : Belanja dan berjualan
Selama Hamil : Belanja dan berjualan
d. Pola Istirahat
Sebelum Hamil : 8 Jam malam hari dan 1 jam siang hari
Selama Hamil : 8 Jam malam hari dan 1 jam siang hari
e. Pola Personal Hygiene
Sebelum Hamil : 2 kali mandi dan sikat gigi setiap hari
Selama Hamil : 2 kali mandi dan sikat gigi setiap hari
f. Pola Hubungan Seksual
Sebelum Hamil : 3 kali setiap bulan
Selama Hamil : Tidak pernah

9. Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali pada saat usia 16 tahun dan usia pernikahan sudah 6 tahun
74

10. Riwayat Psikososial dan Spiritual


Kehamilan ini : Baik
Penerimaan Ibu terhadap Kehamilannya : Baik
Pengambilan Keputusan : Suami dan Ibu
Tinggal Serumah Dengan : Suami dan anak-anak
Penerimaan Keluarga terhadap Kehamilannya : Baik
11. Riwayat Kontrasepsi
Implant
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 80 x/i
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 24 x/i
b. Keadaaan Umum : Baik
Kesadaran : Baik

2. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat Badan : 108 Kg
b. Tinggi Badan : 155 cm
c. Lingkar Lengan Atas : 32 cm
3. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Inspeksi : Tidak ada oedema, tidak ada cloasma
gravidarum, sclera tidak ikhterus dan konjungtiva
tidak anemis
b. Mata : Congjungtiva merah
c. Mulut dan Gigi : Bersih dan tidak ada gigi berlubang
d. Leher : Normal dan tidak ada benjolan
e. Payudara :
a. Inspeksi : Simetris, sama besar, terdapat hiperpegmentasi dan
puting menonjol.
b. Palpasi : Terdapat pengeluaran ASI.
c. Auskultasi : Tidak ada bunyi napas abnormal, ronki ataupun
wheezing
75

f. Abdomen :
a. Inspeksi : Tampak membesar sesuai usia kehamilan, membujur dan terdapat

linea nigra serta striae livide.


b. Palpasi : Pemeriksaan Leopold
Leopold I : Pada fundus teraba bokong, TFU 37 cm, pertengahan antara pusat
dan proxesus xyphoideus.
Leopold II : Teraba bagian punggung janin dibagian sisi kanan perut ibu.
Leopold III : Teraba kepala sudah masuk PAP.
Leopold IV : Kepala masuk PAP (Divergen).

c. Auskultasi : 133 x/i


g. Perineum : Normal
h. Genetalia : Oedema : Tidak Ada
Varices : Tidak Ada
i. Anus : Inspeksi : Tidak terdapat hemorroid

j. Ekstermitas : Atas : Fungsi gerak baik dan tidak ada odem


Bawah : Fungsi gerak baik dan tidak ada varices
C. Pemeriksaan Penunjang
Urine Protein : Negatif
Urine Glukosa : Negatif

II. INTERPRETASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN


A. Diagnosa
Ibu skundigravida, GII PI A0 Gestasi 38 Minggu 1 hari, puka, Presentase
Kepala,belum masuk PAP, Hidup, Belum Inpartu, Intrauterin, Tunggal, Keadaan Ibu
dan Janin Baik
1. GII PI A0
Ds :Ibu Mengatakan Ini Kehamilan yang pertama dan Tidak Pernah
Abortus
Do :Tonus Otot Abdomen Ibu tampak Kencang
2. Gestasi 28 Minggu
Ds : Ibu Mengatakan HPHT Tanggal 01 – 02 – 2021
Do : Pembesaran Abdomen Sesuai dengan Usia Kehamilannya
Tanggal Kunjungan : 28 - 10 - 2021
76

HPHT : 01 - 02 - 2021 -
27 hari 8 x 4 = 32 Minggu
8 x 2 = 16 hari + 27 hari = 43 hari
(6 minggu + 1 hari)
= (32 Minggu + 6 Minggu) + 1 hari
= 38 Minggu + 1 hari
3. Pu-ka
Ds : Ibu Mengatakan Pergerakan Janinnya bergerak aktif disebelah
kanan Abdomen Ibu
Do : Pada saat dilakukan Pemeriksaan Palpasi Leopold II teraba disebelah
kanan keras, panjang memapan yang menandakan punggung.
4. Presentase Kepala
Ds : Ibu Mengatakan adanya tekanan dibagian bawah Abdomen ibu
Do: Pada saat dilakukan palpasi Leopold III teraba bulat, keras dan
melenting dibagian bawah Abdomen ibu yang menandakan Kepala
5. Belum Masuk PAP
Ds :-
Do : Pada saat dilakukan palpasi Leopold IV Kedua Tangan masi bias
bertemu yang menandakan kepala belum masuk pontu Atas Panggul
atau Masih Konvergen

6. Belum Inpartu
Ds : Ibu mengatakan belum ada tanda-tanda Persalinan
Do : Saat dilakukan pemeriksaan tidak ada lender bercampur darah keluar
pervaginam dan tidak ada tanda-tanda persalinan lainnya
7. Intrauteri
Ds : Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah merasakan nyeri perut
yang hebat
Do : Pada saat dilakukan palpasi Leopold ibu tidak merasakan nyeri
8. Hidup
Ds : Ibu Merasakan Pergerakan janin kuat terutama pada perut sebelah kiri
dan Janinnya masih bergerak aktif sampai saat ini
Do : Pada Auskultasi DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu sisi
yaitu pada sisi kiri perut ibu dengan frekuensi 146 x/menit
77

9. Tunggal
Ds : Ibu Mengatakan pergerakan janin kuat terutama pada perut sebelah
kiri
Do : Pada Auskultasi DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu sisi
yaitu pada sisi kiri perut ibu dengan frekuensi 145 x/menit
10. Keadaan Ibu dan Janin baik
Ds: Ibu mengatakan janinnya masi bergerak aktif hingga sekarang dan ibu
merasakan baik-baik saja
Do : Tanda-tanda Vital dalam batas normal
TD : 110/60 mmHg RR :22 x/i
HR :80 x/i T :36,5°C
PU-KA DJJ terdengar 133 x/i

B. Masalah
Tidak Ada
C. Kebutuhan
Tidak Ada

III. ANTISIPASI MASALAH/DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak Ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak Ada

V. PERENCANAAN
Tanggal : 28 Oktober 2021 Pukul : 09.15 Wib
Diagnosa : Ny. K G2P1A0 Usia Kehamilan 38 Minggu
Tujuan : Pemeriksaan Keadaan Kehamilannya
Kriteria Hasil : 1. TTV dalam batas normal
Tekanan darah: 100/70 mmHg – 120/80 mmHg
Nadi : 60 kali permenit – 100 kali permenit
Suhu : 36,5˚C –37,5˚C
Pernafasan : 16 kali permenit – 24 kalipermenit
2. Hasil pemeriksaan kehamilan dalam batas
78

normal
TBBJ : 2500 – 4000 gram
DJA : 100 – 160 x/i
3. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
Glukosa urine dan Protein urin : Negatif
HB selama hamil : 11 – 14 mg/dl
Rencana :
1. Beritahukan ibu tentang keadaan umum ibu dan janinnya
R/ memberitahukan kepada ibu bahwa keadaan ibu baik dan keadaan janin ibu
juga baik
2. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi
R/ menganjurkan kepada ibu makanan yang beragam dan bergizi
3. Beritahu ibu penkes tentang personal hygine
R/ Memberitahukan kepada ibu untuk mandi dan sikat gigi 2x sehari dan
mengganti pakaian dalam jika dalam keadaan lembab.
4. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya pada kehamilan
R/ Memberitahukan kepada ibu jika terjadi tanda-tanda bahaya pada
kehamilan seperti keluar darah atau cairan dari kemaluan, nyeri perut yang
tidak tertahankan, demam tinggi, muntah terus dan tidak mau makan, bengkak
kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai kejang, serta janin dirasakan
tidak bergerak.
5. Berikan dukungan psikologis dan spiritual pada ibu dengan melibatkan suami
dan keluarga dalam perawatan ibu..
R/ Dukungan psikologis dan keterlibatan suami merupakan psikoterapi dan
perawatan ibu sehingga ibu dapat semangat dan dapat membantu proses
penyembuhan. Dan disamping itu ibu dapat optimis dalam menghadapi
kehamilannya dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6. Berikan obat kepada ibu seperti vitamin C 3x1, vitamin B kompleks 3x1, da
Fe 1x1.
R/
 Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan, senyawa yang membantu
mengimbangi kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas,
meningkatkan daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat besi.
79

 Kebutuhan zat besi 15-30 mg/hari (1x1 tablet) yang diperlukan dalam
proses pembentukan eritrosit untuk mempertahankan konsentrasi dan
meningkatkan hemoglobin yang mengalami perubahan akibat
hemodulusi/pengenceran darah.
7. Rencanakan kepada ibu untuk melakukan kunjungan selanjutnya 2 minggu
lagi dan lakukan kunjungan apabila ada keluhan
R/ Untuk mengetahui perubahan yang dialami ibu dan janinnya yang
disebabkan karena pengaruh pre eklamsi ringan dan mendeteksi adanya pre
eklamsi berat.

VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 28 Oktober 2021 Pukul: 09.20 Wib
1. Memberitahukan Ibu tentang Keadaan Umum ibu dan janin
TD : 110/60 mmHg RR :22 x/i
HR :80 x/i T :36,5°C
PU-KA DJJ terdengar 133 x/i
2. Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizai seperti : ikan, daging, ayam,
tempe,tahu, telur dan lain-lain serta buah-buahan.
3. Memberikan Penkes Pada ibu tentang Personal Hygine dengan mengganti
celana dalam setiap miksi, dan mandi minimal 2 x sehari.
4. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti : sakit kepala
yang hebat, penglihatan kabur, muntah yang berlebihan, nyeri hebat pada
epigastrium, perdarahan pervaginam, kurangnya pergerakan janin, oedema
pada ektremitas atas dan bawah.
5. Memberikan dukungan psikologis dan spiritual pada ibu dengan melibatkan
suami dan keluarga dalam perawatan ibu.
6. Memberikan obat kepada ibu seperti vitamin C 3x1, vitamin B kompleks 3x1,
dan Fe 1x1.
7. Merencanakan kepada ibu untuk melakukan kunjungan selanjutnya 2 minggu
lagi dan apabila ada keluhan.

VII. EVALUASI
Tanggal : 28 Oktober 2021 Pukul: 09.30 Wib
S: Ibu mengatakan sudah mengetahui kondisi kehamilannya dan kondisi
80

janinnya yang baik


O : Tanda-tanda Vital dalam batas normal
TD : 110/60 mmHg RR :22 x/i
HR :80 x/i T :36,5°C
PU-KA
DJJ terdengar 133 x/i
TFU : 37 minggu
A Ny. K skundigravida, GII PI A0 Gestasi 38 Minggu 1 hari, puka,
Presentase Kepala,belum masuk PAP, Hidup, Belum Inpartu, Intrauterin,
Tunggal, Keadaan Ibu dan Janin Baik

P 1. Memberitahu keadaan umumnya dan janin saat ini.


2. Memberitahu kebutuhan nutrisinya.
3. Memberi penkes tentang Personal Hygine.
4. Memberitahu tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
5. Memberitahu dukunga psikologis dan spiritual dari suami dan
keluarga
6. Memberikan obat dan bersedia meminumnya sesuai dengan yang
dianjurkan.
7. Memberitahu untuk datang kembali melakukan kunjungan 2 minggu
lagi dan apabila ada keluhan.

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY.K G2P1A0 USIA


KEHAMILAN 38 MINGGU DI KLINIK PRATAMA CANTIKA

Nama Mahasiswa : Eva Sartika Simbolon


Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2021
Tempat : Klinik Pratama Cantika
Pukul : 02.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama Ibu : Karmila Nama Bapak : Lilik
81

Umur : 22 Tahun Umur : 36 Tahun


Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Mekanik
Alamat : Jl. Pasar I Dusun I Desa Sidomulyo

Nama Ibu : Karmila Nama Bapak : Lilik


Umur : 22 Tahun Umur : 36 Tahun
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Mekanik

Alamat : Jl. Pasar I Dusun I Desa Sidomulyo

2. Masuk Kamar Bersalin


28 Oktober 2021 jam 02.00 WIB

3. Alasan Masuk Kamar Bersalin


Ibu akan melahirkan

4. Keluhan Utama
Mules-Mules, keluar lendir bercampur darah

5. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 Tahun
 Siklus : 28 Hari
 Lama Haid : 7 hari
 Sifat darah : Merah kehitaman
 Banyak Darah : 3 kali ganti pembalut dalam 1 hari
 Dismenorhoe : Tidak Ada
 Fluor Albus : Jarang, tidak gatal, berwarna bening dan tidak berbau

6. Riwayat Persalinan Lalu

Umur UK JP Tempat Komplikasi Penolong Bayi Nifas


Anak Ibu Bayi JK PB/BB Keadaan Keadaan Laktasi
5 Tahun 36 Minggu SC Rumah Sakit Tidak Ada Tidak Ada Dokter PR 47/2900 Baik Baik Lancar
Hamil Ini

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


82

HPHT : 21-1-2021 TP : 28-10-2021


Imunisasi : TT1 : 10 April 2021 TT2 : 10 April 2021

8. Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali pada saat usia 16 tahun dan usia pernikahan sudah 6 tahun

9. Riwayat Kontrasepsi
Suntik

10. Riwayat Psikologi


Kehamilan ini : Baik
Penerimaan Ibu terhadap Kehamilannya : Baik
Pengambilan Keputusan : Suami dan Ibu
Tinggal Serumah Dengan : Suami dan anak-anak
Penerimaan Keluarga terhadap Kehamilannya : Baik

11. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1. Pola Nutrisi dan Cairan

Sebelum Hamil : 3 porsi makan setiap hari dan minum 2 liter perhari

Selama Hamil : 3 porsi makan setiap hari dan minum 2 liter perhari

2. Pola Eliminasi

Sebelum Hamil : BAB : 1 x/hari, konsistensi lembek berwarna

coklat

BAK : 5 x/hari, warna kuning jernih

Sebelum Hamil : BAB : 1 x/hari, konsistensi lembek berwarna

coklat

BAK : 5 x/hari, warna kuning jernih

3. Pola Aktifitas

Sebelum Hamil : Belanja dan berjualan

Selama Hamil : Belanja dan berjualan


83

4. Pola Istirahat

Sebelum Hamil : 8 Jam malam hari dan 1 jam siang hari

Selama Hamil : 8 Jam malam hari dan 1 jam siang hari


5. Pola Personal Hygiene
Sebelum Hamil : 2 kali mandi dan sikat gigi setiap hari
Selama Hamil : 2 kali mandi dan sikat gigi setiap hari
6. Pola Hubungan Seksual
Sebelum Hamil : 3 kali setiap bulan
Selama Hamil : Tidak pernah

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/i
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 24 x/i
b. Keadaaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat Badan : 108 Kg
b. Tinggi Badan : 155 cm
c. Lingkar Lengan Atas : 32 cm
3. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Inspeksi : Tidak ada oedema, tidak ada cloasma
gravidarum, sclera tidak ikhterus dan konjungtiva
tidak anemis
b. Mata : Congjungtiva merah
c. Mulut dan Gigi : Bersih dan tidak ada gigi berlubang
d. Leher : Normal dan tidak ada benjolan
e. Payudara :
 Inspeksi : Simetris, sama besar, terdapat hiperpegmentasi dan puting
menonjol.
 Palpasi : Terdapat pengeluaran ASI.
84

 Auskultasi : Tidak ada bunyi napas abnormal, ronki ataupun wheezing


f. Abdomen
 Inspeksi : Tampak membesar sesuai usia kehamilan, membujur dan terdapat
linea nigra serta striae livide.

 Palpasi : Pemeriksaan Leopold

Leopold I : Pada fundus teraba bokong, TFU 27 cm, pertengahan antara pusat
dan proxesus xyphoideus.
Leopold II : Teraba bagian punggung janin dibagian sisi kanan perut ibu.
Leopold III : Teraba kepala sudah masuk PAP.
Leopold IV : Kepala masuk PAP (Divergen).

 Auskultasi : 140 x/i


g. Perineum : Normal
h. Ano Genital
Tanggal : 14 Oktober 2021 Pukul : 02.00 WIB

Vagina Touch
a. Tumor : Tidak ada
b. Pengeluaran : Ada, lendir bercampur darah
c. Pembukaan : 2 cm
d. Effacement : 50%
e. Penurunan bagian terbawah : Hodge I
f. Bagian yang menumbung: Tidak Ada
g. Molase : Tidak Ada
h. Selaput Ketuban : Utuh
i. Presentasi Janin : Kepala
j. Hemoroid : Tidak ada

j. Ekstermitas : Atas : Fungsi gerak baik dan tidak ada odem

Bawah : Fungsi gerak baik dan tidak ada varices

II. INTERPRETASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN


Diagnosa : G2 P1 A0 Usia Kehamilan 38 minggu janin hidup tunggal intrauterin
inpartu kala 1 Fase Laten fisiologis.
DS : Perut mules sejak tanggal 17 Oktober 2021 pukul 19.00 WIB
85

Keluar lendir bercampur darah pukul 01.00 WIB


DO :
a. Keadaan Umum
Keadaan emosional : Baik
Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,5ºC
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak ada pembengkakan
b. Wajah : simetris, tidak bengkak, tidak nyeri tekan,
konjungtiva tidak pucat, sclera putih
c. Leher : tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan
d. Payudara: simetris,areola terjadi hiperpigmentasi, putting menonjol,
belum ada pengeluaran kolostrum

e. Abdomen :
L1 : ditemukan bagian bokong bayi di daerah fundus uteri
TFU : 27 cm TBJ : 2.480 gram
L2 : Bagian Kiri: Teraba keras memanjang (punggung)

Bagian kanan : Teraba bagian terkecil (ekstremitas)

L3 : Teraba Keras Melenting


L4 : Divergent
Djj : 140x/menit
HIS 2x15 menit, durasi 30 detik
f. Vagina Touch Pukul : 02.00 WIB

1. Tumor : Tidak ada


2. Pengeluaran : Ada, lendir bercampur darah
3. Pembukaan : 2 cm
4. Effacement : 50%
86

5. Penurunan bagian terbawah : Hodge I


6. Bagian yang menumbung : Tidak Ada
7. Molase : Tidak Ada
8. Selaput Ketuban : Utuh
9. Presentasi Janin : Kepala
10. Hemoroid : Tidak ada

III. ANTISIPASI MASALAH, DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak Ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak Ada

V. PERENCANAAN
1. Lakukan pemeriksaan TTV dan kemajuan persalinan pada ibu
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluhan
3. Minta persetujuan/Informent Consent kepada suami atau keluarga untuk tindakan
pertolongan persalinan
4. Lakukan Asuhan Sayang Ibu kala I :
a. Memberikan dukungan emosional
b. Pendampingan anggota keluarga selama persalinan
c. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinanPeran
aktif anggota keluarga selama persalinan
d. Memberikan cairan nutrisi untuk kecukupan energi dan mencegah hidrasi
e. Memberikan keleluasaan ibu untuk menggunakan kamar mandi
f. Pencegahan infeksi
5. Siapkan pertolongan persalinan
6. Dokumentasi dan lengkapi lembar partograf

VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan kemajuan persalinan, yaitu
pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, detak jantung janin, kontaksi/his,
pemeriksaan dalam yang terdiri dari pembukaan, penurunan, presentasi letak
87

terendah, menilai ketebalan porsio, ketuban.

2. Menjelaskan kepada ibu, suami atau keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu
dan janin dalam keadaan sehat dan baik diantaranya memberitahu hasil pembukaan,
detak jantung janin dalam keadaan normal, tensi ibu normal.

3. Meminta persetujuan/Informed Consent kepada suami atau keluarga untuk tindakan


pertolongan persalinan kepada ibu
4. Lakukan Asuhan Sayang Ibu kala I :
a. Memberikan dukungan emosional kepada ibu untuk bisa melewati proses
persalinan
b. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran
bayi
c. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan
d. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman

e. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan


spontan (kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan
dan menghambat turunnya kepala, menyebabkan ibu tidak nyaman,
meningkatkan risiko perdarahan pasca persalinan, mengganggu penatalaksanaan
distosia bahu, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca persalinan

f. Pencegahan infeksi, tujuan pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan


persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi, menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
5. Menyiapkan pertolongan persalinan :
a. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau
kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak
60 cm diatas tubuh bayi.

b. Mempersiapakan alat dan bahan yang digunakan selama persalinan


Saff I
Partus Set : Instrument berisi klem kocher 2 buah, penjepit tali pusat 1 buah,
gunting tali pusat 1 buah, gunting episiotomi 1 buah, ½ kocher 1 buah,
handscoon 2 pasang, dan kasa secukupnya.
88

Tempat berisi obat : Oxytocin 2 ampul (10 IU), Lidokain 1 ampul (1%),
Jarum suntik 1 cc, 3 cc, dan 5 cc, Vitamin K/NEO K 1 ampul, Salep mata
Oxytetracycline 1% 1 tube

Bak instrument berisi : Kateter

Lain-Lain : tempat berisi air DTT dan kapas DTT, korentang dalam
tempatnya, larutan sanitizer 1 botol, larutan klorin 0,5% 1 botol, doppler, dan
pita cm
Saff II
Heacting Set : yang berisi nealdfooder 1 buah, gunting benang 1 buah,
catgut benang 1 buah, catgut cromik ukuran 0,3, handscoon 1 pasang, dan
kasa secukupnya.
Pengisap lendir, tempat plasenta, tempat air clorin 0,5%,
tempat sampah tajam,termometer, stetoskop,dan tensi meter.
Saff III
Cairan infuse RL, infuse set dan abocat, pakaian ibu dan bayi, alat pelindung
diri (celemek, penutup kepala, masker, kaca mata)
6. Melakukan pendokumentasian di asuhan kebidanan pada ibu bersalin serta melengkapi
lembar partograf.

VII. EVALUASI

1. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan kemajuan persalinan kepada ibu,
dengan hasil, Tekanan Darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5°C,
pernafasan 24 x/menit, Detak Jantung Janin 140 x/menit, kontraksi/his 2x dalam 15
menit durasi 30 detik, VT Ø 2 Cm, ketuban (+), penurunan Hodge II, presentasi letak
bawah kepala, porsio tipis lembut, Effecment 75%.
2. Ibu beserta suami dan keluarga merasa senang dengan hasil pemeriksaan bahwa
keadaan ibu dan janin dalam keadaan normal dan sehat.
3. Suami menyetujui dilakukan tindakan pertolongan persalinan kepada ibu.

4. Telah diberikan asuhan sayang ibu kala I :

a. Dukungan emosional serta support telah diberikan kepada ibu dan ibu merasa
lebih yakin bisa melewati proses persalinan

b. Pendamping ibu pada saat persalinan adalah suami dan keluarga berperan aktif
89

selama persalinan

c. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi, memberikan kecukupan energy dan


mencegah dehidrasi seperti memberikan air putih dan teh hangat untuk ibu.

d. Membantu ibu kekamar mandi untuk mengkosongkan kandung kemih ibu dan
ibu bersedia.

e. Pencegahan infeksi, telah dilakukan pencegahan infek5si pada ibu agar


persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.
5. Persiapan untuk meyambut persalinan dan kelahiran bayi sudah disiapkan salah
satunya memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
6. Hasil evaluasi segera dicatat di asuhan kebidanan serta dilembar partograf

2. Persalinan Kala II
Tanggal : 14 Oktober 2021 Pukul : 06.00 WIB

S = Ibu mengatakan nyeri perut semakin kuat dan terus menerus disertai
pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak dari jalan lahir dan ibu
merasa ingin buang air besar.

O = Keadaan umum : baik, wajah tampak kesakitan, kesadaran composmentis,


ada dorongan untuk meneran, Tekanan pada anus, perineum menonjol dan
vulva membuka serta pengeluaran lendir darah bertambah banyak,
pemeriksaan dalam vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm (lengkap), kantung ketuban negative
pecah spontan,warna jernih presentasi kepala, turun hodge IV

A = Ny. K. umur 22 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 -39 minggu janin tunggal
hidup intrauterin presentasi belakang kepala inpartu kala II, keadaan ibu dan
janin baik.
Melakukan pertolongan persalinan sesuai 60 langkah APN (langkah 1-32)
P =
1. Melihat dan mengenal tanda gejala kala II, ada tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan vagina, perinium menonjol, vulva dan
sfingter ani membuka.
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi
90

baru lahir. Menyiapkan tempat yang datar, rata, bersih, dan kering, alat
penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh
bayi untuk resusitasi.
3. menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi,
serta menyiapkan oxytocin dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set. Obat dan peralatan sudah lengkap.
4. Memakai celemek plastik
5. Melepas dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisu.
6. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.
7. Memasukan oksitosin kedalam alat suntik (menggunakan tangan yang
memakai sarung tangan steril) serta memastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik.
8. Membersihkan vulva dan perinium, menyeka dengan hati-hati dari
depan ke belakang menggunakan kapas yang dibasahi air matang
(DTT).
9. Melakukan pemeriksaan dalam, pembukaan sudah lengkap.
10. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
kemudian membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
11. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah tidak ada kontraksi atau
meredah untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal dan hasilnya
normal 140 x/ menit.
12. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa pembukaan sudah
lengkap dan keadaan janin baik, dan membantu ibu untuk menentukan
posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
13. Menjelaskan pada suami ibu untuk membantu menyiapkan ibu pada
posisi yang sesuai keinginan ibu ketika ada dorongan untuk meneran
saat ada kontraksi yaitu posisi miring kiri saat relaksasi dan posisi ½
duduk saat ingin meneran.
14. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran:
15. Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif yaitu ibu
91

hanya boleh meneran saat ada dorongan yang kuat dan spontan untuk
meneran, tidak meneran berkepanjangan dan menahan nafas.
1. Mendukung dan memberi semangat pada ibu saat meneran, serta
memperbaiki cara meneran yang tidak sesuai.
2. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
3. Memberikan ibu minum air 200 ml di antara kontraksi
4. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai, DJJ 140 kali/menit.
16. Menganjurkan ibu untuk untuk tidur miring kiri di antara kontraksi
17. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, saat
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
18. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
19. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan, alat sudah lengkap.
20. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan.
21. Kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva, melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan
ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
22. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat. Tidak terdapat lilitan
tali pusat pada leher bayi.
23. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
24. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, kepala di pegang secara
biparental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan
lembut, kepala bayi digerakan ke arah atas dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis, kemudian menggerakan kepala kearah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
25. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan bawah ke arah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku bayi sebelah bawah.
Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan
siku sebelah atas.
26. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, menelurusi tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki
92

(memasukan telunjuk di antara kaki dan pegang masing- masing mata


kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
27. Melakukan penilaian selintas: Pukul 06.04: Bayi Laki-Laki lahir spontan
pervagina, langsung menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit merah
mudah.
28. Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering meletakkan bayi diatas
perut ibu.
29. Memeriksa kembali uterus, TFU setinggi pusat, bayi tunggal.
30. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
31. Menyuntikkan oksitosin 10 unit IM (intramaskular) pada 1/3 paha atas
bagian distal lateral.
32. Setelah 2 menit bayi lahir, menjepit tali pusat dengan klem tali pusat
steril kira-kira 3 cm dari pusar (umbilicus) bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan menjepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama.
33. Melakukan pemotongan tali pusat dengan menggunakan satu tangan
mengangkat tali pusat yang telah dijepit kemudian melakukan
pengguntingan sambil melindungi perut bayi. Tali pusat telah dijepit dan
dipotong.
34. Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu dan bayi, dengan
posisi tengkurap di dada ibu. meluruskan bahu bayi sehinnga bayi
menempel dengan baik di dinding dada dan perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
putting payudara ibu dan menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat
dan memasang topi di kepala bayi

Persalinan Kala III


Tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul: 06. 05 WIB

S = Ibu mengatakan merasa mules pada bagian perut


93

O = Keadaan Umum: Baik


Kesadaran: Composmentis
TFU : Setinggi pusat

Genetalia: Ada pengeluaran darah secara tiba-tiba dan singkat dari

jalan lahir dan tali pusat bertambah panjang

A = Ny. K, P2A1AH1 inpartu kala III

P = Melakukan pertolongan persalinan kala III dari langkah 33-40.


1. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
2. Meletakkan satu tangan di atas perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
meraba kontraksi uterus dan menekan uterus dan tangan lain
menegangkan tali pusat.
3. Uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorsokranial.
4. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, meminta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir,
dan kembali memindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
5. Plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan kedua
tangan. memegang dan memutar plasenta hingga selaput terpilin,
kemudiaan melahirkan dan menempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan. Pukul 06.14 Plasenta lahir spontan
6. Melakukan masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus
dan melakukan masase, kontraksi uterus baik, TFU 1 jari bawah pusat.
7. Memeriksa kedua sisi plasenta, bagian fetal selaput utuh, insersi tali
pusat sentralis, panjang tali pusat ± 50 meter, bagian maternal lengkap
ada 15 kotiledon. Memasukan plasenta ke dalam kantong plastik atau
tempat khusus.
8. Mengevaluasi kemungkinan terjadi laserasi pada vagina dan perineum,
terdapat luka lecet pada mukosa vagina dan kulit perineum, tidak ada
perdarahan (Derajat I) tidak dilakukan jahitan, luka dioles dengan
betadin
94

Persalinan Kala IV
Tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul: 06.14 WIB
S = Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran putranya, ibu juga
mengatakan lelah dan mules pada bagian perut
Keadaan umum: Baik
O =
Kesadaran: Composmentis
Tinggi Fundus uteri: 1 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Perdarahan: normal ( ± 100 cc)

A = Ny. K P2 A0 AH2 kala IV normal

P = Melakukan asuhan kala IV dari langkah 41-60.


1. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam, kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan
abnormal.
2. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan clorin 0,5 %, mencuci tangan dan keringkan dengan tissue.
3. Memastikan kandung kemih kosong, kandung kemih kosong.
4. Mengajarkan ibu/keluarga cara menilai kontraksi dan melakukan
masase uterus yaitu apabila perut teraba bundar dan keras artinya
uterus berkontraski dengan baik namun sebaliknya apabila perut ibu
teraba lembek maka uterus tidak berkontraksi yang akan menyebabkan
perdarahan dan untuk mengatasi uterus yang teraba lembek ibu atau
suami harus melakukan masase uterus dengan cara meletakan satu
tangan diatas perut ibu sambil melakukan gerakan memutar searah
jarum jam hingga perut teraba keras.
5. Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah ±100 ml
yaitu basah 2 pembalut dengan panjang 1 pembalut 18,5 cm.
6. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit jam kedua
pasca persalinan. Memeriksa temperatur suhu tubuh ibu sekali setiap
jam selama 2 jam pertama pasca persalinan dan mencatat hasil
pamantauan dalam lembar Partograf.
95

7. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa ia bernapas dengan


baik serta suhu tubuh normal.
8. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). mencuci dan membilas peralatan
setelah didekontaminasi.
9. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
infeksius dan non infeksius.
10. Membersihkan badan ibu dengan menggunakan air DTT, serta
membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
11. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
12. Ibu sudah nyaman dan sudah makan dan minum pada jam 08.00 WIB.
13. Mendekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
14. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit.
15. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan
dengan tisu.
16. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
17. Menginformasikan ke ibu bahwa bayi akan dilakukan Inisiasi
menyusui dini ( IMD ) selama 1 jam setelah itu diberikan salf mata dan
injeksi vitamin K.
18. Menginformasikan pada ibu 1 jam dari pemeriksaan bayi akan
dilakukan penyuntikan HB0.
19. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendam
dalam larutan clorin 0,5 % selama 10 menit.
20. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu dikeringkan dengan
tisu.
21. Melengkapi partograf (partograf halaman depan dan belakang
terlampir).
22. Asuhan kala IV persalinan (pemantauan ibu dan bayi tiap 15 menit
pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua) terlampir pada
partograf.
96

C. ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS NORMAL 8 JAM PADA NY.K P2A0 DI


KLINIK PRATAMA CANTIKA

Nama Mahasiswa : Eva Sartika Simbolon


Tanggal Pengkajian : 18 Oktober 2021
Tempat : Klinik Pratama Cantika
Pukul : 14.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama Ibu : Karmila Nama Bapak : Lilik
Umur : 22 Tahun Umur : 36 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Mekanik
Alamat : Jl. Pasar I Dusun I Desa Sidomulyo

2. Alasan kunjungan saat Ini : Ibu mengatakan baru saja melahirkan


3. Keluhan Utama : ibu mengatakan
4. Kebutuhan Biologis
 Nafsu makan : Meningkat
 Mobilisasi : Berbaring ditempat tidur, duduk dan beraktivitas
 Diet makan : Nasi, sayur, lauk pauk, buah, susu
Porsi 1 piring
Frekuensi 3x sehari
 Miksi : Sudah
 Defekasi : Sudah
 Istirahat sehari-hari : Cukup, siang ± 1 -2 jam, malam ± 6 -8 jam
 Kegiatan : Merawat bayi

5. Riwayat Persalinan
 Tempat Melahirkan : Klinik Pratama Cantika
 Tanggal/Jam : 18 Oktober 2021/ 06.04 WIB
 Ditolong Oleh : Bidan
97

6. Jenis Persalinan : Spontan


7. Lama persalinan :
1) Kala I : 7 jam
2) Kala II :10 menit
3) Kala III :15 menit
4) Kala IV :2 jam
8. Penyulit Dalam Persalinan : Tidak Ada
9. Penyakit/ Operasi yang pernah dialami: Tidak Ada
10. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu

Umur UK JP Tempat Komplikasi Penolong Bayi Nifas


Anak Ibu Bayi JK PB/BB Keadaan Keadaan Laktasi
5 Tahun 36 Minggu SC Rumah Sakit Tidak Ada Tidak Ada Dokter PR 47/2900 Baik Baik Lancar
1 Hari 38 Minggu Normal Klinik Tidak Ada Tidak Ada Bidan LK 44/2360 Baik Baik Lancar

11. Riwayat Seksual


Frekuensi : belum ada berhubungan seksual setelah melahirkan
Keluhan : Tidak ada
12. Riwayat Kontrasepsi
a. Jenis KB yang dipakai sebelum hamil : Belum pernah ber-KB
b. Sejak Kapan :-
c. Lamanya :-
d. Alasan Berhenti :-
e. Rencana KB yang akan digunakan setelah melahirkan: Implan
13. Aspek Psikososial
 Reaksi ibu terhadap bayi : Ibu mengatakan senang atas kelahiranya
 Reaksi ibu terhadap proses melahirkan : reaksi ibu terhadap proses
 Pola Pengasuhan bayi : ibu mengatakan ingin mengasuh dan merawat bayinya
sendiri
 Dukungan keluarga, pasangan dan masyarakat untuk perawatan bayi : keluarga
dan suami sangat mendukung perawatan bayi
 Adat istiadat dalam keluarga yang berkaitan dengan masa nifas: Tidak ada
 Jaminan Kesehatan: Ada, BPJS

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
98

a. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 80 x/i
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 20 x/i
b. Keadaaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat Badan : 108 Kg
b. Tinggi Badan : 155 cm
c. Lingkar Lengan Atas : 32 cm
3. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Inspeksi : Tidak ada oedema, tidak ada cloasma
gravidarum, sclera tidak ikhterus dan konjungtiva
tidak anemis
b. Mata : Congjungtiva merah
c. Mulut dan Gigi : Bersih dan tidak ada gigi berlubang
d. Leher : Normal dan tidak ada benjolan
e. Payudara :
 Inspeksi : Simetris, sama besar, terdapat hiperpegmentasi dan puting
menonjol.
 Palpasi : Terdapat pengeluaran ASI.
 Auskultasi : Tidak ada bunyi napas abnormal, ronki ataupun wheezing
f. Abdomen
 Inspeksi : Terdapat linea nigra serta striae livide, tidak terdapat luka operasi.
 Palpasi : Fundus teraba 2 jari dibawah pusat
g. Vagina
 Varises : Tidak ada
 Pengeluaran : Lochea Rubra
 Oedema : Tidak ada
 Perineum : Normal
 Luka parut : Tidak ada
 Fistula : Tidak ada
 Pemeriksaan dalam (bila ada indikasi) : Tidak ada
99

LANGKAH II
INTERPRETASI DATA
Tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul : 14.00 WIB
Diagnosa Dasar

P2 A0 8 Jam Post DS :
Ibu mengatakan
Partum Dengan
1. Perutnya mules
Fisiologis
2. ASI sudah keluar
3. Darah yang keluar tidak terlalu banyak

DO :
 Keadaan umum : Baik

 Kesadaran compomentis

 Tekanan Darah : 110/60 mmHg


Suhu : 36,5 °C
Nadi : 80 kali/ menit
Respirasi : 20 kali/
menit
 Pemeriksaan fisik :
a. Muka : Tidak tampak oedema, tidak pucat
b. Mata : Konjungtiva anemis dan sclera tidak Ikterik
c. Payudara :puting susu kiri kanan menonjol, areolla
hyperpigmentasi, pengeluaran kolostrum: ada, tidak ada
bekas operasi
d. Abdomen : kontraksi uterus, TFU sepusat, kandung
kemih kosong

Vagina : Pendarahan 30 ml , Lochea Rubra, luka jahitan masih


basah tidak ada tanda tanda infeksi
100

MASALAH DASAR
Tidak ada
Tidak ada

KEBUTUHAN DASAR
Tidak ada
Tidak ada

LANGKAH III
MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

LANGKAH IV
MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

LANGKAH V
MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH
Tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul : 14.10 WIB
1. Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu nifas 8 jam PP
2. Berikan asuhan pada masa nifas 8 jam postpartum seperti :
a. Mendeteksi adanya perdarahan
b. KIE cara pencegahan perdarahan
c. Teknik menyusui yang baik dan benar
3. Berikan KIE kepada ibu tentang :
a. Kebersihan diri (personal hygine)
b. Istirahat
c. Nutrisi
d. Mobilisasi
4. Lakukan pendokumentasian

LANGKAH VI
IMPLEMENTASI
Tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul : 14.10 WIB
101

1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan TD : 110/60 mmHg, Pernapasan : 20x/mnt,


Nadi: 80 x/mnt, Suhu : 36,5°C. Pendarahan Normal 30 ml
2. Memberikan asuhan kepada ibu 24 jam pertama post partum :
a. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri dengan melakukan
observasi pada 1 jam pertama setiap 15 menit sekali dan 1 jam kedua setiap 30 menit
sekali.
b. Memberikan konseling kepada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan
yang disebabkan atonia uteri, dengan mengajarkan bagaimana cara melakukan
masase uterus.
c. Mengajarkan kepada ibu bagaimana teknik menyusui yang baik dan benar

3. Memberikan pendidikan kesehatan (KIE), antara lain :


a. Menjaga kebersihan diri
Menjaga kebersihan dengan cara mandi minimal 2x/hari, mengganti pakaian bila
terasa gerah dan berkeringat, menjaga kebersihan payudara, dan mengganti pembalut
sesering mungkin jika terasa sudah penuh
b. Istirahat bagi ibu nifas
Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan bagi ibu nifas, ibu nifas dianjurkan untuk
tidur siang selama ± 2 jam/ hari dan tidur malam ± 8 jam/ hari.
c. Nutrisi
Nutrisi atau gizi ibu nifas adalah zat-zat makanan yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan kesehatan ibu dan bayi pada masa nifas. Berfungsi sebagai sumber
tenaga, metabolisme tubuh, dan meningkatkan produksi ASI
d. Mobilisasi

Mobilisasi dini sangat diperlukan bagi setiap pasien agar tubuh tetap sehat, terjaga,
dan tetap mempertahankan keadaan fungsi tubuh. Dimulai dari miring kanan dan kiri
kemudian duduk serta berjalan secara perlahan.
4. Melakukan pendokumentasian di asuhan kebidanan pada ibu nifas dan SOAP.

LANGKAH VII
EVALUASI
Tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul : 14.20 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan dengan hasil, TD : 110/60 mmHg, nadi
80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5 ⁰C, kontraksi uterus baik, kandung kemih
102

ibu kosong, TFU sepusat, perdarahan ± 30 cc, dan ibu merasa senang mendengar jika
keadaannya dalam keadaan baik.

2. Memberikan kepada ibu asuhan pada 8 jam pertama kepada ibu

a) Ibu sudah mengerti dan paham bagaimana cara melakukan masase uterus dan
bersedia melakukannya
b) Menjelaskan kepada ibu bagaimana teknik menyusui yang baik dan benar
3. Memberikan KIE kepada ibu, ibu mengerti dan paham :
a. Ibu bersedia untuk selalu menjaga kebersihan dirinya dengan cara mandi minimal
2x/hari, sering mengganti pembalut.
b. Ibu bersedia menjaga pola istirahatnya yang cukup dirumah
c. Ibu bersedia untuk makan-makanan yang bergizi dan tidak ada pantangan makanan
setelah melahirkan seperti telur, sayur-sayuran hijau, ikan
d. Ibu sudah bisa miring kiri dan kanan, duduk dan berjalan setelah pasca melahirkan
4. Melakukan pendokumentasian di asuhan kebidanan pada ibu nifas dan SOAP.

D. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR 10 JAM PADA BAYI NY.K P2A0
DI KLINIK PRATAMA CANTIKA

I. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas/ Biodata
Nama Bayi : By. Karmila
Umur Bayi : 1 hari
Tgl/jam/lahir : 18 Oktober 2021
Jenis kelamin : Laki-Laki
Berat Badan : 2360 gram
Panjang Badan : 44 cm

Nama Ibu : Karmila Nama Bapak : Lilik


Umur : 22 Tahun Umur : 36 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Mekanik
Alamat : Jl. Pasar I Dusun I Desa Sidomulyo
103

B. Anamnese (Data Subyektif)


Pada tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul : 16.00 wib
1. Riwayat penyakit kehamilan ibu
- Perdarahan : Tidak ada
- Pre eklamsi : Tidak ada
- Eklampsi : Tidak ada
- Penyakit kelamin : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
2. Kebiasaan waktu hamil ibu
- Makanan : Nasi, Ikan dan sayur
- Obat-obatan/ jamu : Tidak ada
- Merokok : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : Normal
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Lama persalinan
Kala I : 7 jam : menit : -
Kala II : 1 jam : menit : -
d. Ketuban pecah : spontan lamanya : -
Warna : Jernih Bau : Amis jumlah : -
e. Komplikasi persalinan
- Ibu : Tidak ada
- Bayi : Tidak Ada
Tanda 0 1 2 Jumlah/
Nilai

Menit [ ] frekuensi jantung [ ] tidak ada [ ] <100 [ ] >100


Ke-1 [ ] usaha bernafas [ ] tidak ada [ ] lambat tak beraturan [ ] menangis kuat
[ ] tonus otot [ ] lumpuh [ ]ext.flexi sedikit [ ] gerakan aktif 9
[ ] reflex [ ] tak bereaksi [ ]gerakan sedikit [ ] menangis
[ ] warna [ ] biru/pucat [ ] tubuh kemerahan [ ] kemerahan
lengan dan kaki
Menit [ ] frekuensi jantung [ ] tidak ada [ ] <100 [] >100
Ke-5 [ ] usaha bernfas [ ] tidak ada [ ] lambat tak beraturan [] menangis kuat 10
[ ] tonus otot [ ] lumpuh [ ] ext.flexi sedikit [] gerakan aktif
104

[ ] reflex [ ] tak bereaksi [ ] gerakan sedikit [] menangis


[ ] warna [ ] biru/ pucat [ ] tubuh kemerahan lengan [] kemerahan
dan kaki

f. Keadaan bayi baru lahir


- Nilai Apgar : 1-5=9 5-10 = 10

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)


- Keadaan umum : Baik
- Suhu : 37ᵒC Axilla
- Pernapasan : Baik, bayi menangis
- HR : 110 x/menit, teratur
- Berat badan sekarang : 2360 gram
Pemeriksaan fisik secara sistematis
a. Kepala : Tidak terdapat kaput
b. Ubun-ubun : Tidak ada Cephal hematoma
c. Muka : Merah
d. Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera mata tidak ikhterus
e. Telinga : Simetris dan tidak ada pengeluaran
f. Mulut : Bibir tampak lembab dan merah, tidak ada kelainan bawaan
dan pallatum, refleks isap ada
g. Hidung : Bersih
h. Leher : Simetris
i. Dada : Simetris, gerakan dada tidak ada
j. Punggung : Tidak odema dan baik
k. Ekstremitas : Baik
l. Genitalia : Perempuan, labia mayor menutupi labia minor dan tidak ada
kelainan
m. Anus : (+) positif, sudah BAB warna kehitaman
n. Kulit : Verniks tidak ada, kebiruan, tidak ada pembengkakan
o. Reflek : Baik
Antropometri
a. Lingkar Kepala : 30 cm
b. Lingkar Dada : 34 cm
c. Lingkar Lengan Atas : 9 cm
105

Eliminasi
a. Miksi : sudah
b. Mekonium : sudah

II. INTERPRETASI DATA


Tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul : 16.04 WIB

DIAGNOSA DASAR
Bayi Baru Lahir cukup DS: Ibu mengatakan :
bulan sesuai masa 1. Bayi kuat menyusui
kehamilan usia 1 jam 2. Bayi sudah BAB dan BAK
dengan fisiologis 3. Bayi menagis kuat
DO:
1. Tanggal 18 Oktober 2021
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran : Composmentis
4. TTV :
a. Nadi : 140x/m
b. Suhu : 36,7°C
c. Respirasi : 30 x/m
5. Panjang Badan : 44 cm
6. Berat Badan : 2360 gram
7. LK/LD : 30/34 cm
8. BAK (-) / BAB (+)
9. Pemeriksaan fisik:
a. Wajah : Tidak ada sianosis, tidak ada
ikterik, tidak ada trauma lahir, tidak
ada trauma kongenital
b. Leher dan bahu : bersih, pergerakan
baik, vena jugularis tidak bengkak,
kelenjar tiroid tidak bengkak, trauma
jalan lahir tidak ada
c. Ekstremitas : Jumlah jari tangan dan
106

kaki normal, pergerakkan bebas, ada


garis tengah telapak tangan/kaki,
tidak ada cyanosis akral
d. Anus : anus (+), tidak ada kelainan
kongenital
e. Kulit : tada verniks kaseosa, ada
lanugo sedikit, tidak ada ruam, tidak
ada tanda lahir, tidak ada lesi
10. Reflek : Refleks morro normal, Refleks
rooting normal, refleks walking normal,
refleks graphs/plantar normal, refleks
suckingnormal, refleks tonic neck
normal.

MASALAH DASAR

Tidak ada Tidak ada

KEBUTUHAN DASAR

Tidak ada Tidak ada

III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL


Tidak ada
IV. MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH
Tanggal 18 Oktober 2021 Pukul 16.04 WIB

1. Pencegahan Infeksi (PI)


2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
3. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam
4. Pemberian salep mata/tetes mata
5. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1
107

dosis tunggal di paha kiri


6. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
7. Lakukan rawat gabung
8. Lakukan pendokumentasian

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul : 16.10 WIB

1. Melakukan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat lahir, sebelum menangani bayi pastikan
penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan infeksi dengan cara,
mencuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi, gunakan sarung
tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan, pastikan
semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap
lendir telah didesifeksi tingkat tinggi atau steril, pastikan semua pakaian,
handuk, selimut dan kain digunakan untuk bayi sudah dalah keadaan bersih.
2. Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada
ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
(InisisasI Menyusui Dini) selama 1 jam.
3. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit
bayi dan ibu serta memakaikan baju kepada bayi dan menyelimuti dengan
bedong.
4. Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata.
Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%,).
Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya
pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah
kelahiran.
5. Memberikan penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di
paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat
dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

6. Memberikan Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah


penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B
melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
108

7. Melakukan rawat gabung bayi dengan ibunya, untuk mempererat hubungan


antara ibu dan bayinya.

8. Melakukan pendokumentasian di asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan


SOAP.

VII. EVALUASI

Tanggal : 18 Oktober 2021 Pukul : 16.10 WIB

1. Telah dilakukan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir dengan cara sebelum
menangani bayi pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya
pencegahan infesi cuci tangan efektif sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
bayi baru lahir.
2. Telah dilakukan Inisiasi menyusui dini (IMD) terhadap bayi selama 1 jam di atas
dada ibu.
3. Bayi telah dipakaikan baju untuk mencegah hipotermi pada bayi.
4. Bayi sudah diberikan salep mata, Vit K di paha sebelah kiri dan imunisasi HB0
dipaha sebelah kanan.
5. Ibu merasa senang sudah dilakukan rawat gabung bersama bayinya.
6. Telah dilakukan pendokumentasian dan menjelaskan hasil tindakan serta
pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan bayi dalam keadaan baik dan sehat.

E. ASUHAN KEBIDANAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.K


P2AH2 AKSEPTOR IMPLANT PASCA PERSALINAN DI KLINIK PRATAMA
CANTIKA

Nama Mahasiswa : Eva Sartika Simbolon


Tanggal Pengkajian : 14 Oktober 2021
Tempat : Klinik Pratama Cantika
Pukul : 10.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
109

Identitas
Nama Ibu : Karmila Nama Bapak : Lilik
Umur : 22 Tahun Umur : 36 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Mekanik
Alamat : Jl. Pasar I Dusun I Desa Sidomulyo

Status Kawin : Sah


Usia Kawin : 26 Tahun
Lama Kawin : 1 Tahun

1. Keluhan Utama
Ibu tidak ada keluhan dan ibu ingin menjadi akseptor KB implant.

2. Riwayat Keluhan Utama

Ibu mengatakan melahirkan anak keduanya dan ingin menjarangkan kehamilannya.


3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Siklus : 1 x sebulan
Lama : 6 - 7 hari
Jumlah : 3 - 4 pembalut/hari pada hari ke 1 – 3
2 - 3 pembalut/hari pada hari ke 4 – 7
Konsistensi : Merah segar, encer, tidak bergumpal.
Dismenore : Tidak ada
HPHT : 18 – 10 - 2021
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Umur UK JP Tempat Komplikasi Penolong Bayi Nifas


Anak Ibu Bayi JK PB/BB Keadaan Keadaan Laktasi
5 Tahun 36 Minggu SC Rumah Sakit Tidak Ada Tidak Ada Dokter PR 47/2900 Baik Baik Lancar
1 hari 38 Minggu Normal Klinik Tidak Ada Tidak Ada Bidan LK 44/2360 Baik Baik Lancar

5. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit apapun, baik yang
menahun seperti hipertensi, jantung, penyakit menurun seperti DM, asma dan
penyakit menular seperti hepatitis, dan TBC. Ibu juga mengatakan tidak pernah
mengalami sakit kepala sebelah ataupun sampai sakit kepala yang sangat berat
110

6. Riwayat Kesehatan Dalam Keluarga


Dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular
(TBC, Hepatitis), menahun seperti jantung dan hipertensi, menurun (DM, Asma)
7. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami mperdarahan dari jalan lahir atau
pervaginam yang belum jelasnpenyebabnya, tidak pernah mengalami keputihan
yang lama dan tidak pernah menderita kelainan pada payudaranya seperti : kanker
payudaranya, serta tidak pernah menderita penyakit kelamin, tidak pernah
menderita kanker rahim
8. Riwayat Kontrasepsi
Belum pernah menggunakan KB
9. Data Psikologi dan Spiritual
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga baik. Suami menyetujui klien
untuk ber-KB. Dalam agama klien tidak ada larangan untuk menggunakan alat
kontrasepsi. Klien mengatakan merasa nyaman menggunakan KB Implan.
10. Pola kebiasaan Sehari- hari
Ibu mengatakan dia tidak pernah mengkonsumsi rokok ataupun mengkonsumsi
minuman keras seperti bir.
11. Pola Nutrisi:
Ibu mengatakan makan 3 x sehari, 1 porsi penuh dengan menu nasi, 1 potong lauk
pauk, kadang sayur dan buah, cemilan.
Minuman 7-8 gelas/hari berupa air putih.
12. Pola Eliminasi :
Ibu mengatakan BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas, tarik
nyeri, tidak ada darah. BAK 6-7 x/hari warna jernih, tidak ada darah dan tidak
nyeri.
13. Pola Personal Hygiene :
Ibu mengatakan mandi 2-3x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2-3x/ minggu, ganti
pakaian dalam 2-3x/hari.
14. Pola Aktivitas :
Ibu mengerjakan peker jaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan
membersihkan rumah.
15. Pola Istirahat :
Ibu mengatakan tidur si ang 2-3 jam/hari dan tidur malam 7-9 jam/hari.
111

16. Pola Seksual :


Ibu mengatakan selama menggunakan alat kontrasepsi jenis IUD bisa menerima
dan mendukung.Sebelum nya tidak ada keluhan dalam melakukan hubungan
seksual, namun sejak 2 minggu yang lalu ibu mengeluh merasa
nyeri dan mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan seksual.
17. Polapenegtahuan ibu mengenai KB Implan. Ibu
mengatakan pernah dijelaskan tentang KB Implan tersebut tentang
efek sampingnya keuntungan dan kerugian KB Implan.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis

TB : 155 cm
BB Sekarang : 105 kg
TTV : TD : 110/70mmHg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit

Suhu : 36 C
2. Pemeriksaan Fisik Umum

Kepala : Tidak ada kelainan, rambut bersih, warna hitam, tidak rontok,
penyebaran merata
Wajah Tidak ada kelainan, ada acne/ jerawat, tidak ada cloasma, tidak
pucat, tidak oedema
Mata Tidak ada kelainan, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada
palpebra oedema
Hidung Pernafasan spontan, bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret, mukosa
merah mudah
Mulut Tidak ada kelaian, mukosa bibir lembab, warna merah muda
Telinga Simetris, bersih, tidak ada serumen dan benda asing
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, limfe, dan tidak ada
bendungan vena vulgaris, tidak ada kaku kuduk
Payudara Tidak ada kelainan, bentuk payudara simetris, tidak ada retraksi
112

putting susu, tidak ada benjolan patologis, tidak ada pengeluaran


cairan patologis, tidak ada nyeri tekan
Ketiak Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada Bentuk bulat datar, tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada
krepitasi, pergerakan paru- paru kanan dan kiri sama, pernafasan
vasikuler tidak ada suara nafas
Abdomen Tidak ada kelainan, tidak ada bekas operasi, tidak ada benjolan
patologis, tidak distensi, tidak ada pembesaran hati, tidak ada
pembesaran limfe, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
kelenjar inguinalis
Genitilia Tidak ada kelainan, bersih, tidak ada pengeluaran, tidak ada nyeri,
tidak ada bengkak, tidak merah, tidak ada ulkus, tidak ada kondiloma
Anus Tidak ada kelainan, tidak ada hemoroid

II. INTERPRESTASI DATA DASAR


Diagnosa : Ny “K” usia 22 tahun Akseptor baru KB Implan.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan ingin datang ke Klinik Pratama Cantika karena menjarangkan
kehamilannya dengan menggunakan KB.
2. Ibu mengatakan mempunyai 2 anak lahir dengan normal.
3. Ibu mengatakan ingin mendapatkan KB Implan.

Data Obyektif :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TB : 155 cm
4. BB Sekarang : 57 Kg
5. TTV : TD : 110/70mmHg N : 84x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36oC

III. ANTISIPASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL


113

Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Tidak Ada

V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan terapeutik dengan pasien
R/ Komunikasi dapat meningkatkan hubungan saling percaya antara bidan dan
klien.
2. Jelaskan kembali pada ibu tentang keuntungan, kerugian, dan efek samping KB
Implan.
R/ Klien mengetahui efek samping KB Implan.
3. Berikan KB Implan
R/ Memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan klien.
4. Informasikan tentang kunjungan selanjutnya
R/ Klien mau melakukan kontrol tepat waktu dan tidak terjadi kegagalan.
5. Dokumentasi hasil pelayanan KB di kartu peserta dan klinik.
R/ Sebagai aspek legal dan data jika dibutuhkan sewaktu-waktu.

VI. IMPLEMENTASI

1. Melakukan informed consent dan informed coise serta konseling tentang


pemasangan KB implant, ibu setuju dan mengerti dengan informasi yang
dijelaskan.
2. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu
mengerti dengan informasi yang diberikan.
3. Mempersiapkan ibu serta memberi tahu langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam pemasangan implan, ibu sudah siap untuk pemasangan alat kontrasepsi
implan dan ibu mengerti dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan.
4. Persiapan pemasangan :
• Mempersilahkan pasien untuk mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air
yang mengalir serta membilas hingga bersih agar tidak ada sisa sabun, pasien
telah mencuci tangannya.
114

• Persilahkan pasien untuk berbaring dan meletakkkan tangan yang lebih


jarang digunakan bekerja (misalnya tangan kiri) lebih dekat dengan bidan
• Tutup atau beri alas tempat tidur pasien dengan kain bersih
• Tentukan tempat pemasangan yang optimal kira-kira 8cm atau setelapak
tangan diatas lipatan siku, tempat pemasangan sudah dientukan.
• Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di
dalamnya
• Buka dengan hati-hati kemasan sachet steril susuk KB II tiga tahunan,
keluarkan trokar, alat pendorong dan scapel, persiapan pemasangan implant
telah dilakukan.
5. Tindakan sebelum pemasangan :
• Cuci tangan dengan menggunakan sabun pada air mengalir , keringkan
dengan kain bersih
• Pakai sarung tangan steril atau di disinfeksi tingkat tinggi (DTT), ganti
sarung tangan untuk setiap pasien untuk mencegah konaminasi silang.
• Atur alat dan bahan hingga mudah dicapai
• Persiapkan tempat insisi yang akan diusap dengan larutan antiseptic
• Gunakan kain penutup yang berlubang untuk menutupi lengan
• Isi spuit 3 ml dengan lidokain, tindakan persiapan sebelum pemasangan telah
dilakukan.

6. Pemasangan implant :
 Memakai sarung tangan steril dan membuka dengan hati-hati kemasan susuk
KB II tiga tahunan
 Memposisikan lengan kiri pasien di pinggir tempat tidur yang sudah diberi
alas dan tentukan daerah pemasangan sekitar 8-10cm di atas lipatan siku
 Membersihkan tempat yang akan di lakukan insisi kearah luar secara
melingkar sekitar 8-13cm.
 Melakukan penyuntik kanan astesi local dengan menyuntikkan jarum tepat di
bawah kulit tempat insisi, lakukan insisi untuk memastikan tidak menyuntik
pada pembuluh darah. Kemudian menyuntikkan sedikit obat anastesi untuk
membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan
jarum, masukkan ke bawah kulit sekitar 4cm, agar kulit terangkat dari jaringan
lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan- pelan sambil menyuntikkan
115

anastesi di antara tempat untuk memasang implant. Pastikan anastesi


dilakukan di bawah kulit agar tidak terasa sakit pada saat pemasangan.
 Pegang scalpel dengan sudut 45°, buat insisi dangkal hanya sekedar
menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjng dan terlalu dalam. Buat
insisi kira-kira 2-3mm pada kulit tempat suntikkan.
 Tusukkan trokar melalui insisi ke bawah kulit pada lengan atas, posisikan
jarum trokar menghadap ke atas dan perhatikan tanda batasnya. Sesudah
trokar masuk arahkan menelusuri bawah kulit untuk menjaga pemasangan
implant benar-benar di bawah kulit, datar dan dangkal. Tusukkan sampai
tanda batas (warna hitam) dekat pangkal trokar
 Masukkan pendorong yang ada sayap ditengahnya, posisikan sayap berada di
bawah , kemudian tarik trokar perlahan dan tahan pendorong sampai sayap
pada pendorong masuk tepat pada belahan di pangkal trokar. Tarik trokar
sambil menahan implant yang sudah di bawah kulit, tahan dengan jari tengah.
Trokar ditarik sampai tanda batas warna hitam dekat dengan ujung jarum
trokar sampai implant pertama pada trokar keluar dari trokar dan berada pada
posisi di bawah kulit.
 Arahkan trokar sesuai dengan huruf V, dimana kedua ujungnya berjarak lebih
kurang 1,5cm , dorong trokar sampai batas warna hitam pada pangkal trokar.
Tarik trokar sambil putar pendorong ke kanan sampai sayap pendorong patah
dan terlepas sampai pendorong mengunci pada pangkal trokar yang ditandai
dengan bunyi ‘klik’ sehingga implant kedua seluruhnya telah terlepas dari
trokar dan berada di bawah kulit, pemasangan implant telah dilakukan.
7. Meraba daerah insisi untuk memastikan kapsul terpasang dengan baik dan berada
jauh dari daerah insisi, implant sudah terpasang dengan baik.
8. Menekan tempat insisi menggunakan kasa untuk menghentikan perdarahan dan
menutup luka insisi dengan mengguakan band-aid, luka insisi sudah di tutup
dengan band-aid.
9. Memberitahu ibu pemasangan selesai, merapikan ibu dan merendam semua
peralatan di dalam larutan klorin 10menit, pasien dan alat telah di rapikan
10. Memberikan KIE kepada ibu :
• Perawatan pasca pemasangan KB implant yaitu ibu dapat membuka penutup
luka dalam waktu 5 hari dan menyarankan ibu untuk tidak mengenakan air
pada bekas luka terlebih dahulu, ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
116

• Memberikan terapi obat antibiotika ( amoxcylin : 3 x 500mg ) dan penghilang


rasa sakit ( asam mfenamat : 3 x 500mg) serta menyarankan ibu untuk
minum obat secara teratur, ibu mengerti dengan cara minum obat dan bersedia
minum obat secara teratur.
• Memberitahu ibu jika adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi
(pemasangan), ekspulsi keluarnya batang implan segera kembali ke tenaga
kesehatan terdekat, ibu mengerti dengan informasi yang dijelaskan.
• Menganjurkan ibu untuk dtang kembali segera jika ada keluhan atau tanda-
tanda yang telah dijelaskan, ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
• Melakukan pendokumentasian SOAP pada kartu KB serta Rekam Medis,
pendokumentasian sudah dilakukan

VII. EVALUASI
Tanggal : 19 Oktober 2021 Jam : 10.30 WIB

1. Ibu mengatakan paham dengan penjelasan yang disampaikan oleh bidan


mengenai keuntungan, kerugian, dan efek samping KB Implan. Ibu mengatakan
telah mendapatkan KB Implan, Jenis Indoplan
2. Ibu dapat menjelaskan kembali apa yang disampaikan oleh bidan mengenai
keuntungan, kerugian, dan efek samping KB Implan dan sikap pasien sangat
kooperatif dengan bidan.
3. Ibu mengerti dan mampi menjelaskan kembali penjelasan dari bidan mengenai
keuntungan, kerugian, dan efek samping KB Implan, KB Implan telah terlayani.
4. Informasikan pada klien untuk datang lagi pada kunjungan berikutnya (dan jika
sewaktu-waktu ada keluhan/mengalami komplikasi).
117

BAB IV
PEMBAHASAN

Laporan Continue Of Care (COC) merupakan salah


satu pemenuhan laporan asuhan kebidanan yang diberikan
kepada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi baru lahir,
Neonatus, dan Keluarga berencana. Dalam studi kasus ini
peneliti akan membahas tentang asuhan kebidanan yang
diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir
sampai klien menggunakan keluarga berencana.
Pelaksanaan pemberian asuhan kebidanan pada Ny. K usia
22 tahun G2P1A0 dilaksanakan usia kehamilan trimester III
yaitu usia kehamilan 38 minggu sampai 10 minggu post
partum mulai dari tanggal 18 November 2021 sampai
tanggal - Januari 2022 di Jl. Pasar I Desa Sidomulyo
Kecamatan Biru-Biru.
Pada BAB ini, penulis mencoba membahas hasil
penelitian dengan membandingkan teori dengan praktik di
lapangan untuk lebih sistematis. Maka peneliti membuat
pembahasan dengan mengacu pada 7 langkah varney yang
terdiri dari pengkajian, interprestasi data atau analisa
masalah, antisipasi masalah potensial, tindakan segera atau
kalaborasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Hamil

Pada ANC pertama tanggal 18 November 2020


kunjungan pertama dilakukan di rumah Ny. N untuk
dilakukan pemeriksaan Antenatal Care. Sebelum melakukan
anamnesa dan pemeriksaan, peneliti menjelaskan tentang
surat Informed Consent dan Asuhan Kebidanan
Komprehensif kepada Ny. K. Klien bersedia dan setuju
118

untuk dilakukan Asuhan kebidanan komprehensif mulai


dari hamil hingga ber-Kb. Dalam hal ini dengan adanya
Informed Consent, peneliti sudah membekali diri dari
hukum apabila terjadi sesuatu nantinya. Informed Consent
berguna sebagai bukti persetujuan dari berbagai pihak baik
itu dari peneliti, pembimbing lahan dan akademik serta dari
klien itu sendiri untuk dilakukan Asuhan Kebidanan
Komprehensif kepada Ny. K.
1) Pengkajian Dan Analisa Data Dasar
Dari pengkajian data subjektif pada kunjungan ANC Ny. K, penulis menerapkan
penatalaksanaan asuhan kehamilan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan dengan
14T dimulai dari anamnesa yang meliputi identitas, keluhan yang dirasakan, riwayat
kesehatan, riwayat psiko-sosial dan aktivitas sehari-hari serta dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, dan aukultasi serta
pemeriksaan penunjang. Data subjektif meliputi melaksanakan langkah menyambut ibu,
melakukan anamnesa untuk mengetahui riwayat kehamilan sekarang riwayat kehamilan
yang lalu, riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan dulu, riwayat sosial
ekonomi dan juga semua bidan melakukan pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dan
pemeriksaan abdomen. Kunjungan ANC pertama ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ny.
K mengatakan ini adalah kehamilan kedua dan sebelumnya tidak pernah keguguran. Ibu
mengatakan bahwa anak petama berusia 5 tahun. Ny. K mengatakan usiannya saat ini 22
tahun, pendidikan terakhirnya SLTP, sukunya Aceh. Ny. K juga mengatakan HPHT nya
21 Februari 2021. Ibu mengatakan berat badan badan sebelum hamil 95 kg dan sekarang
108 kg, tinggi badan 155 cm, Lila 33 cm. Secara perlahan berat badan ibu hamil akan
mengalami kenaikan 7-13 kg selama hamil (Saifuddin, 2010).

2) Menurut Diagnosa / Atau masalah


Berdasarkan kasus di atas, diagnosa didapatkan dari hasil pengkajian data subjektif yang
berasal dari anamnesa dan data objektif yang berasal dari pemeriksaan penunjang. Pada
kasus Ny.”K” dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Diagnosa ditegakkan dengan
pengkajian melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Seluruh
hasil pemeriksaan baik dan normal. Dari kasus diatas terdapat kesesuaian antara teori dan
kasus di atas.
119

3) Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial


Karena ada masalah atau diagnose potensial sehingga perlu adanya tindakan segera atau
kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Sesuai dengan teori (Ummi Hani, 2011)
yang mengatakan bahwa bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
melakukan kolaborasi dengan tenaga lain berdasarkan kondisi klien. Selain itu, juga
mengidentifikasi perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
pasien. Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi
adanya masalah yang akan terjadi sehingga bisa segera diatasi. Berdasarkan data yang
ada pada studi kasus Ny”K” tidak ditemukan data yang mengidentifikasi diagnosa
masalah potensial. Dari kasus diatas terdapat kesesuain antara teori dan kasus di atas.

4) Tindakan Segera dan kolaborasi


Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi adanya masalah
yang akan terjadi sehingga bisa segera diatasi. Berdasarkan data yang ada pada studi
kasus Ny”K” tidak ditemukan data yang mengidentifikasi diagnosa masalah potensial
sehingga tidak perlu dilakukan Tindakan segera dan kolaborasi. Dari kasus diatas terdapat
kesesuain antara teori dan kasus di atas.

5) Rencana Asuhan / Intervensi


Rencana asuhan kepada Ny. K yaitu beritahu keadaan umumnya dan janin saat ini,
beritahu kebutuhan nutrisinya, beri penkes tentang Personal Hygine, beritahu tanda-tanda
bahaya pada kehamilan, beritahu dukunga psikologis dan spiritual dari suami dan
keluarga, beri obat dan bersedia meminumnya sesuai dengan yang dianjurkan serta
beritahu untuk datang kembali melakukan kunjungan 2 minggu lagi dan apabila ada
keluhan.

6) Implementasi Asuhan Kebidanan


Melakukan tindakan pelaksanaan dari rencana asuhan antara lain kepada Ny. K yaitu
memberitahukan keadaan umumnya dan janin saat ini, memberitahukan kebutuhan
nutrisinya, beri penkes tentang Personal Hygine, memberitahukan tanda-tanda bahaya
pada kehamilan, memberitahukan bahwa dukungan psikologis dan spiritual dari suami
dan keluarga, memberikan obat dan bersedia meminumnya sesuai dengan yang
dianjurkan serta memberitahukan untuk datang kembali melakukan kunjungan 2 minggu
lagi dan apabila ada keluhan.
120

7) Evaluasi
Dari hasil perencanaan tindakan dan penatalaksanaan diberitahukan hasil pemeriksaan
kepada ibu, dilakukan evaluasi bahwa ibu telah mengetahui keadaannya yang baik, sudah
mengerti tentang kebutuhan nutrisi dan Personal Hygiene, sudah mengerti tentang tanda-
tanda bahaya pada kehamilan, sudah mengerti dukungan psikologis dan spiritual dari
suami dan keluarga, sudah diberikan obat dan bersedia meminumnya sesuai anjuran dan
berjanji akan datang 2 minggu kemudian untuk pemeriksaan kembali.
B. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Menjelang akhir kehamilannya Ny.K mengalami proses tanda- tanda persalinan


seperti mules-mules yang frekuensinya semakin sering, durasinya semakin lama, keluar
lendir bercampur darah berjalan normal. Pertolongan persalinan dilakukan Klinik
Pratama Cantika . Pada masa tersebut penolong berusaha memberikan asuhan sayang
ibu kala I sampai kala IV dengan optimal, diantaranya dengan melibatkan keluarga,
berupa dukungan dan memberikan posisi yang nyaman pada proses persalinan serta
memberikan nutrisi dan cairan sehingga ibu dapat meneran dengan baik tanpa adanya
hambatan. Cairan yang cukup selama persalinan akan lebih banyak memberikan energi
dan mencegah dehidrasi.

1) Pengkajian Dan Analisa Data Dasar


Pengumpulan data merupakan proses manejemen asuhan kebidanan yang ditujukan untuk
pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik, psikososial dan spiritual.
Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dengan cara
inspeksi, palpasi dan asukultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu labolatorium.
Respon ibu dalam memberikan informasi baik sehingga sebagai penulis bisa dengan
mudah memperoleh data yang diinginkan. Persalinan merupakan proses fisiologis
pengeluaran janin, plasenta, dan ketuban melalui jalan lahir. Persalinan secara alami
adalah persalinan yang dilakukan pada proses persalinan dan kelahiran tanpa
intervensi medis serta obat-obatan penghilang rasa sakit, namun juga membutuhkan
dukungan. Melahirkan secara alami merupakan harapan bagi setiap ibu hamil, dalam
beberapa kasus intervensi medis minimal diperlukan (Indrayani, 2016). Dari kasus
diatas terdapat kesesuain antara teori dan kasus di atas.

2) Menurut Diagnosa / Atau masalah


Berdasarkan kasus di atas, diagnosa didapatkan dari hasil pengkajian data subjektif yang
berasal dari anamnesa dan data objektif yang berasal dari pemeriksaan penunjang.
Pada kasus Ny.”K” dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang dan seluruh hasil
pemeriksaan ibu baik dan normal. Diagnosa ditegakkan dengan pengkajian melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Manuaba, 2010) Dari kasus
diatas terdapat kesesuain antara teori dan kasus di atas.

3) Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial


Karena ada masalah atau diagnose potensial sehingga perlu adanya tindakan segera atau
kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Sesuai dengan teori (Ummi Hani,
2011) yang mengatakan bahwa bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, melakukan kolaborasi dengan tenaga lain berdasarkan kondisi klien. Selain
itu, juga mengidentifikasi perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi pasien. Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan
adalah mengidentifikasi adanya masalah yang akan terjadi sehingga bisa segera
diatasi. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny”K” tidak ditemukan data
yang mengidentifikasi diagnosa masalah potensial. Dari kasus diatas terdapat
kesesuain antara teori dan kasus di atas.

4) Tindakan Segera dan kolaborasi


Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi adanya
masalah yang akan terjadi sehingga bisa segera diatasi. Berdasarkan data yang ada
pada studi kasus Ny”K” tidak ditemukan data yang mengidentifikasi diagnosa
masalah potensial sehingga tidak perlu dilakukan Tindakan segera dan kolaborasi.
Dari kasus diatas terdapat kesesuain antara teori dan kasus di atas.

5) Rencana Asuhan / Intervensi


Rencana asuhan kepada Ny. “K” yaitu beritahu keadaan umumnya ibu dan janin saat ini,
beritahu kebutuhan nutrisinya, beritahu dukungan psikologis dan spiritual dari suami
dan keluarga, melakukan persiapan persalinan, persiapan alat dan obat-obatan.

6) Implementasi Asuhan Kebidanan


Melakukan tindakan pelaksanaan dari rencana asuhan antara lain kepada Ny. “K” yaitu
memberitahukan keadaan umumnya ibu dan janin saat ini bahwa ibu sudah waktunya
akan melahirkan sebab sudah terdapat pembukaan 2 cm dan kontraksi sudah ada.
Memberitahukan kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi ibu selama melahirkan
yakni ibu bisa diberikan makan dan minum, ibu masih dibebaskan untuk
menggunakan kamar mandi jika ingin buang air kecil atau buang air besar.
Memberitahukan kepada keluarga supaya memberikan ibu dukungan psikologis dan
spiritual dari suami dan keluarga. melakukan persiapan persalinan, baik persiapan alat
dan maupun persiapan obat-obatan.

7) Evaluasi
Dari hasil perencanaan tindakan dan penatalaksanaan diberitahukan hasil pemeriksaan
kepada ibu, dilakukan evaluasi bahwa ibu telah mengetahui keadaannya yang baik.
Ibu sudah diberikan makan dan minum, ibu sudah mengerti penjelasan tentang proses
persalinan normal. Saat ini ibu sedang dilakukan pemantauan persalinan kala I
dimana pembukaan terjadi dari pembukaan 0 cm sampai lengkap (10 cm), selama
terjadi pembukaan ibu dipersilahkan untuk berjalan-jalan, banyak minum air putih
hangat dan kebebasan untuk menggunakan kamar mandi jika ingin buang air.

C. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas


1. Pengkajian Dan Analisa Data Dasar
Dari pengkajian data subjektif didapatkan pada pasca melahirkan Ny. K, Pada
post partum keluhan yang dirasakan pada Ny. K yaitu perutnya masih terasa mules
dan terasa adanya darah yang keluar dari vagina. Perut terasa mules pada post
partum adalah fisiologis karena rasa mules terjadi karena adanya kontraksi uterus/
kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi
(Bahiyatun, 2016), rasa mules yang dirasakan Ny. K adalah fisiologis karena adanya
kontraksi uterus (involusi).
Pada kasus Ny. K pada 8 jam post partum TFU ibu berada 1 jari di bawah pusat.
Menurut (Suherni, 2015) pada saat uterus lahir TFU setinggi pusat, pada saat 6 jam
uterus 2 jari di bawah pusat- symphisis, pada saat 2 minggu TFU tak teraba di atas
symphysis, pada saat 20 Hari TFU bertambah kecil dan kembali normal. Tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik, ibu mengatakan adanya darah yang
keluar dari vagina. Menurut (Bahiyatun, 2017) lochea adalah cairan yang keluar dari
uterus. Lochea rubra cruenta ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, yakni selaput lendir Rahim dalam keadaan hamil selama 2 hari pasca
persalinan.

Maka pada kasus Ny. K tidak terdapat kesenjangan antara teori dari praktik.
Karena tidak adanya masalah atau diagnosa potensial sehingga tidak perlu adanya
tindakan segera atau kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Hal ini sesuai
dengan (Hani, 2011) yang mengatakan bahwa bidan menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien. Dari pengkajian data subjektif didapatkan pada pasca melahirkan
Ny.K, Pada Post Partum keluhan yang dirasakan pada Ny. K yaitu perutnya masih
terasa mules dan terasa adanya darah yang keluar dari vagina. Perut terasa mules
pada Post Partum adalah fisiologis karena rasa mules terjadi karena adanya
kontraksi uterus/ kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam
bentuk maupun posisi (Bahiyatun, 2013), rasa mules yang dirasakan Ny.K adalah
fisiologis karena adanya kontraksi uterus (involusi).

2. Menurut Diagnosa / Atau masalah


Ditegakkan diagnosa dan masalah yaitu P3A0 post partum 1 hari fisiologis. Menurut
(Suherni, 2010) setelah memperoleh data adalah melakukan analisa data dan
interpretasi sehingga didapatkan rumusan diagnosa. Berdasarkan data yang diperoleh
bidan akan memperoleh kesimpulan apakah masa nifas ibu normal atau tidak. Tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

3. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial


Menurut (Suherni, 2010) berdasarkan diagnosa yang di dapat, bidan dapat
merencanakan asuhan pada ibu. Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya (Pengkajian data dan perumusan
diagnosa). Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

4. Tindakan Segera dan kolaborasi


Karena tidak adanya masalah atau diagnosa potensial sehingga tidak perlu adanya
tindakan segera atau kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Hal ini sesuai
dengan (Hani, 2011) yang mengatakan bahwa bidan menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien. Selain itu, juga mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.

5. Rencana Asuhan / Intervensi


Melakukan rencana asuhan bina hubungan baik dengan ibu, tanyakan keluhan ibu, beri
kebutuhan dasar masa nifas, beritahu ibu tanda bahaya masa nifas, lakukan
pemeriksaan TTV, ajarkan ibu perawatan payudara, lakukan pijat refleksi, ajarkan
ibu senam nifas, beri terapi obat, lakukan pendokumentasian. Hal ini sesuai dengan
teori (Bahiyatun, 2017) yang mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada masa
nifas, tanda bahaya masa nifas, pemberian ASI Esklusif. Menurut jurnal kesehatan
(Juhar Latifah,dkk 2015). Perawatan payudara mempengaruhi produksi ASI lebih
banyak dari yang tidak melakukan perawatan payudara, jika dilakukan dengan
benar. Menurut jurnal kesehatan (Faizatul Ummah,2015) Rata-rata pengeluaran ASI
pada ibu pasca persalinan normal yang dberikan pijat oksitosin lebih cepat
dibandingkan ibu pasca persalinan yang tidak diberikan pijat oksitosin. Menurut
Jurnal kesehatan (Nurniati Tianastia Rullynil dkk,2015). Ada pengaruh senam nifas
terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum. Penurunan tinggi
fundus uteri lebih cepat pada kelompok senam nifas dibandingkan dengan kelompok
yang tidak senam hamil. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

6. Implementasi Asuhan Kebidanan


Melakukan tindakan pelaksanaan dari rencana asuhan bina hubungan baik dengan ibu,
tanyakan keluhan ibu, beri kebutuhan dasar ibu nifas, beritahu tanda bahaya masa
nifas, lakukan pemeriksaan TTV, ajarkan ibu perawatan payudara, lakukan pijat
refleksi, ajarkan ibu senam nifas, lakukan pendokumetasian. Hal ini sesuai dengan
(Bahiyatun, 2013) yang mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada masa nifas,
tanda bahaya masa nifas, pemberian ASI eksklusif. Tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik

7. Evaluasi
Dari hasil tindakan dan penatalaksanaan telah dilakukan rancana asuhan bina hubungan
baik dengan ibu, tanyakan keluhan ibu, beri kebutuhan dasar ibu nifas, beritahu tanda
bahaya masa nifas, lakukan pemeriksaan TTV, ajarkan ibu perawatan payudara,
lakukan pijat refleksi, ajarkan ibu senam nifas, lakukan pendokumetasian. Hal ini
sesuai dengan (Bahiyatun, 2017) yang mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada
masa nifas, tanda bahaya masa nifas, pemberian ASI Eksklusif. Tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek. Telah diberikan asuhan sesuai dengan
kebijakan yaitu memastikan involusi uterus, menilai tanda-tanda deman, infeksi dan
perdarahan, memastikan ibu mendapatkan istirahat dan makanan yang cukup, serta
menyusui bayinya dengan baik dan memberikan konseling tentang perawatan bayi.
Pada 2 minggu post partum asuhan yang diberikan sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 7 hari post partum. Akan tetapi pada kasus Ny. K selain
diberikan konseling diatas, penulis juga memberikan konseling mengenai KB pada 4
minggu post partum, hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
Konseling mengenai KB disampaikan agar ibu mulai memikirkan dan
mendiskusikan kepada suami KB apa yang sesuai sehingga dimulai setelah 7
minggu post partum.

D. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Bayi Baru Lahir


1. Pengkajian Dan Analisa Data Dasar
Penulis melakukan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan 3 hal penting penilaian
ketika bayi baru lahir Ny.K tidak dilakukan resusitasi karena kondisi bayi Ny.K
menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot aktif. Hal ini sejalan sesuai dengan
(Kementrian Kesehatan RI,2013) yang menyatakan bahwa jika jawabannya tidak
menangis kuat, tonus otot tidak baik sehingga harus dilakukan resusitasi sehingga
antara teori dan praktik terjadi kesesuaian. Pada pemeriksaan antropometri
didapatkan hasil berat badan bayi 2360 gram, panjang 44 cm, lingkar kepala 30 cm,
lingkar dada 34 cm.
Menurut Muslihatun (2011) menyatakan bahwa berat badan lahir normal berkisar 2500-
4000 gram, panjang badan 44-53 cm, lingkar kepala 31-36 cm, lingkar dada 30-33
cm. Dan berdasarkan teori menurut Lissauer (2013) semua bayi diperiksa segera
setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi dari kehidupan intrauterine ke
ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis
komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada
bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau Anomaly
Congenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran,
pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal,
mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan
yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap
Sudden Infant Death Syndrome (SIDS). Maka hal ini terdapat kesesuaian dengan
antara teori dan praktik

2. Menurut Diagnosa / Atau masalah

Penulis melakukan analisa dan interpretasi data yaitu data subjektif dan objektif
sehingga dapat ditegakkan suatu diagnosa pada By. Ny.K yaitu Bayi Baru Lahir
Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 1 Jam dengan Bayi Baru Lahir
Fisiologis. Tidak ditemukan masalah pada By. Ny.K.

3. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial


Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah dilakukan tidak ada
ditemukan kelainan yang menyebabkan adanya masalah maupun diagnosa potensial
sehingga tidak perlu dilakukan pencegahan atau pengawasan jika masalah potensial
benar-benar terjadi. Hal ini sesuai dengan (Hani, 2011) pada langkah ini bidan
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau
masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan bersiap-
siap mencegah diagnosa/ masalah potensial ini menjadi benar- benar terjadi.

4. Tindakan Segera dan kolaborasi

Karena tidak adanya masalah atau diagnosa potensial sehingga tidak perlu adanya
tindakan segera atau kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Hal ini sesuai
dengan (Hani, 2011) yang mengatakan bahwa bidan menetapkan kebutuhan
terhadap tindakan segera, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Selain itu, juga mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
5. Rencana Asuhan / Intervensi
Penulis melakukan rencana asuhan pada bayi baru lahir Ny.K yaitu, pencegahan infeksi
dan melakukan IMD selama 1 jam setelah lahir, menganjurkan ibu untuk menjaga
kehangatan bayi agar tetap hangat, menjelaskan manfaat imunisasi untuk bayi dan
ibu, memberikan vit K di paha kiri dengan dosis 1 mg IM, memberikan imunisasi
Hb0 di paha kanan, memberikan antibiotic tetes mata, mengajarkan ibu untuk
menyusui bayinya sesering mungkin, mengajarkan ibu teknik menyusui dengan
benar, mengajarkan kepada ibu cara memandikan bayi dan perawatan tali pusat,
menjelaskan pada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, menjelaskan pada ibu hasil
pemeriksaan, melakukan rawat gabung, kunjungan ulang, melakukan
pendokumentasian.

6. Implementasi Asuhan Kebidanan


Penulis melakukan tindakan pelaksanaan dari rencana asuhan pada bayi baru lahir
Ny.K yaitu, telah melakukan pencegahan infeksi dan melakukan IMD selama 1 jam
setelah lahir, menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi agar tetap hangat,
menjelaskan manfaat imunisasi untuk bayi dan ibu, memberikan vit K di paha kiri
dengan dosis 1 mg IM, memberikan imunisasi Hb0 di paha kanan, memberikan
antibiotic tetes mata, mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,
mengajarkan ibu teknik menyusui dengan benar, mengajarkan kepada ibu cara
memandikan bayi dan perawatan tali pusat, menjelaskan pada ibu tanda bahaya pada
bayi baru lahir, menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan, melakukan rawat gabung,
kunjungan ulang, melakukan pendokumentasian. Pada Marni (2014)
penatalaksanaan pada bayi baru lahir ialah, perlindungan termal, pemeliharaan
pernapasan, pemotongan tali pusat, evaluasi APGAR, Resusitasi, Bounding
Attachment, dan IMD.
Menurut penelitian (Rizki Hanifa, 2017). Pendarahan intrakranial merupakan masalah
klinis penting karena berkaitan dengan tingginya angka kejadian, yang seringkali
disertai dengan gejala sisa neurologis serius atau bahkan kematian. Pada tipe lambat
kejadian perdarahan intrakranial sangat tinggi ( 80%) dengan angka kematian
sebesar 10-50% dan gejala sisa neurologis sebesar 30-5-%. Studi yang dilakukan
oleh Danielsson et al di Hanoi selama tahun 1995-1999 terdpat 233 bayi yang
mengalami perdarahan intrakranial. Sembilan persen di antaranya meninggal, dan
46% diantaranya mengalami masalah neurolohgis termasuk kejang, hemiparesis, dan
hidrosefalus. Peneliti lain yang dilakukan oleh D’souza dan Subba Rao pada tahun
2003 didaptkan 14 bayi mengalami perdarahan intrakranial pada onset lambat
PDVK ( faktor koagulasi yang tergantung vitamin K) dengan angka mortalitas
sebesar 57% dan sekuele neurologis sebesar 36%.

7. Evaluasi
Dari hasil perencanaan tindakan dan penatalaksanaan telah dilakukan IMD selama 1 jam
setelah lahir, menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi agar tetap hangat,
menjelaskan manfaat imunisasi untuk bayi dan ibu, memberikan vit K di paha kiri
dengan dosis 1 mg IM, memberikan imunisasi Hb0 di paha kanan, memberikan
antibiotic salep mata, mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,
mengajarkan ibu teknik menyusi dengan benar, mengajarkan kepada ibu cara
memandikan bayi dan perawatan tali pusat, menjelaskan pada ibu tanda bahaya pada
bayi baru lahir, menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan, melakukan rawat gabung,
kunjungan ulang, melakukan pendokumentasian. Hal ini sesuai dengan Marni (2014)
penatalaksanaan pada bayi baru lahir ialah, perlindungan termal, pemeliharaan
pernapasan, pemotongan tali pusat, evaluasi APGAR, Resusitasi, Bounding
Attachment, dan IMD.

E. Manajemen Kebidanan Pada Akseptor KB Implant


1) Pengkajian Dan Analisa Data Dasar
Keluarga Berecana untuk mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu
rapat (minimal 2 tahun setelah melahirkan) (Buku KIA,2017). Peneliti melakukan
pengkajian data dasar untuk mengumpulkan data subjektif dan data objektif melalui
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Didapatkan hasil Ny.K memiliki 1 orang anak
dan ingin menjaga jarak dan mencegah kehamilan agar fokus merawat anaknya yang
baru saja dilahirkan. Oleh karena itu, Ny.K berencana untuk memakai KB. Sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Oleh karena itu sekarang klien ingin
menggunakan alat kontrasepsi yang tidak mengganggu produksi ASI. Pada saat ini
Ny.K sedang menyusui, sehingga Peneliti melakukan konseling pada Ny.K
mengenai KB yang cocok bagi ibu menyusui dan tidak mengganggu produksi ASI.
Menurut Buku KIA (2017), KB yang cocok bagi ibu menyusui antara lain : MAL
(Metode Amenorea Laktasi), kondom, pil progestin, IUD, Implan dan suntik KB 3
bulan. Dan ibu memutuskan untuk menggunakan KB Implan . Sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
2) Menurut Diagnosa / Atau masalah
Penulis melakukan analisa dan interpretasi data yaitu data subjektif dan objektif
sehingga dapat ditegakkan diagnosa pada Ny. K yaitu P2 A0 dengan akseptor KB
Implan Fisiologis.
3) Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
Tidak ditemukan masalah pada kunjungan KB ini. Langkah ketiga adalah diagnosa dan
masalah potensial, Penulis menyimpulkan bahwa tidak ada masalah potensial
dikarenakan tidak adanya masalah pada klien.
4) Tindakan Segera dan kolaborasi
Karena tidak adanya masalah atau diagnosa potensial sehingga tidak perlu adanya
tindakan segera atau kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Hal ini sesuai
dengan (Hani, 2011) yang mengatakan bahwa bidan menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien. Selain itu, juga mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
5) Rencana Asuhan / Intervensi
Penulis memberikan KIE tentang kontrasepsi Implant yaitu cara kerja dari KB Implant,
keterbatasan, efektifitas, kelebihan dan kekurangan kriteria Penggunaan KB yang
boleh dan tidak boleh, efek samping, dan cara penanganan dari efek samping KB
Implan karena sesuai dengan (Grimes, 2010) bahwa salah satu alat kontrasepsi yang
termasuk dalam KB Implan, seperti pada masa ini wanita tersebut belum ingin hamil
lagi dan motivasinya untuk memakai kontrasepsi masih tinggi, kemudian
menjadwalkan untuk kontrol ulang 1 bulan kemudian atau jika terdapat keluhan.
6) Implementasi Asuhan Kebidanan
Melakukan tindakan pelaksanaan dari rencana asuhan bina hubungan baik dengan ibu,
tanyakan keluhan ibu, beri kebutuhan dasar ibu nifas, beritahu tanda bahaya masa
nifas, lakukan pemeriksaan TTV, ajarkan ibu perawatan payudara, lakukan pijat
refleksi, ajarkan ibu senam nifas, lakukan pendokumetasian. Hal ini sesuai dengan
(Bahiyatun, 2013) yang mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada masa nifas,
tanda bahaya masa nifas, pemberian ASI eksklusif. Tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik
7) Evaluasi
Dari hasil tindakan dan penatalaksanaan telah dilakukan rancana asuhan bina
hubungan baik dengan ibu, tanyakan keluhan ibu, beri kebutuhan dasar ibu nifas,
beritahu tanda bahaya masa nifas, lakukan pemeriksaan TTV, ajarkan ibu perawatan
payudara, lakukan pijat refleksi, ajarkan ibu senam nifas, lakukan pendokumetasian.
Hal ini sesuai dengan (Bahiyatun, 2017) yang mengatakan bahwa perubahan
fisiologis pada masa nifas, tanda bahaya masa nifas, pemberian ASI Eksklusif. Tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
Telah diberikan asuhan sesuai dengan kebijakan yaitu memastikan involusi uterus,
menilai tanda-tanda deman, infeksi dan perdarahan, memastikan ibu mendapatkan
istirahat dan makanan yang cukup, serta menyusui bayinya dengan baik dan
memberikan konseling tentang perawatan bayi. Pada 2 minggu post partum asuhan
yang diberikan sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 7 hari post
partum. Akan tetapi pada kasus Ny. K selain diberikan konseling diatas, penulis juga
memberikan konseling mengenai KB pada 4 minggu post partum, hal ini tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. Konseling mengenai KB disampaikan
agar ibu mulai memikirkan dan mendiskusikan kepada suami KB apa yang sesuai
sehingga dimulai setelah 7 minggu post partum.
450

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Peneliti melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif dari masa hamil,


bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana pada Ny.K yang dimulai pada
usia kehamilan 38 minggu sampai dengan 10 minggu Post Partum hingga menggunakan
keluarga berencana (KB), dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Manajemen kebidanan pada ibu hamil
a. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif di dapatkan hasil dalam batas
normal dan tidak ada masalah
b. Berdasarkan Interpretasi data dasar di dapatkan hasil dalam batas normal dan
tidak ada masalah.
c. Berdasarkan penegakkan diagnose di dapatkan hasil G2 P1 A0 Usia
Kehamilan 38 Minggu Fisiologis di Klinik Pratama Cantika.
d. Berdasarkan masalah potensial di dapatkan hasil Kehamilan ibu tidak memiliki
masalah. Berdasarkan intervensi ysng diberikan mengacu pada asuhan kehamilan
14T
e. Berdasarkan implementasi diberikan sesuai dengan kebutuhan klien.
f. Berdasarkan evaluasi di dapatkan hasil, kehamilan kunjungan I dengan hasil ibu
mampu memahami penjelasan kie tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda
persalinan, pada kunjungan kedua ibu telah menyiapkan persiapan persalianan
yaitu tempat persalinan, bidan sampai perawataan dan perlengkapan untuk ibu
dan bayi
2. Manajemen kebidanan pada ibu bersalin
a. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif di dapatkan hasil dalam batas
normal dan tidak ada masalah.
b. Berdasarkan interpretasi data dasar di dapatkan hasil dalam batas normal tidak
ada masalah.
c. Berdasarkan penegakkan diagnose di dapatkan hasil Ibu bersalin Ny.K P2A0
Usia Kehamilan 39 Minggu Intrauterin Inpartu Kala I Fase Aktif Fisiologis.
d. Berdasarkan masalah potensial di dapatkan hasil dalam batas normal tidak ada
masalah.
e. Berdasarkan intervensi asuhan yang diberikan mengacu pada asuhan sayang ibu
450

kala I sampai IV dan 60 langkah APN.


f. Berdasarkan implementasi yang diberikan kepada klien sesuai dengan kebutuhan
klien .
g. Berdasarkan evaluasi di dapatkan hasil telah diberikan asuhan sesuai dengan
APN 60 langkah dan asuhan sayang ibu kala I sampai kala IV
3. Manejemen kebidanan pada bayi baru lahir
a. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif di dapatkan hasil dalam
batas normal dan tidak ada masalah.
b. Berdasarkan interpretasi data dasar di dapatkan hasil dalam batas normal dan
tidak ada masalah.
c. Berdasarkan penegakkan diagnose di dapatkan hasil Bayi Baru Lahir Cukup
Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 1 Jam Dengan Fisiologis
d. Berdasarkan masalah potensial di dapatkan hasil dalam batas normal tidak ada
masalah.
e. Berdasarkan intervensi di dapatkan hasil dalam batas normal tidak ada masalah.
f. Berdasarkan implementasi di dapatkan hasil dalam batas normal tidak ada
masalah.
g. Berdasarkan evaluasi di dapatkan hasil dalam batas normal tidak ada masalah
4. Manajemen kebidanan pada ibu nifas
a. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif di dapatkan hasil dalam batas
normal tidak ada masalah
b. Berdasarkan interpretasi data dasar di dapatkan hasil dalam batas normal tidak
ada masalah.
c. Berdasarkan penegakkan diagnose di dapatkan hasil P3 A0 Post Partum Hari ke
I dengan Fisiologis.
d. Berdasarkan masalah potensial di dapatkan hasil dalam batas normal tidak ada
masalah
451

e. Intervensi yang diberikan mengacu pada program pemerintah mengenai


kebijakan post partum.
f. Implementasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan klien
g. Berdasarkan evaluasi di dapatkan hasil telah diberikan asuhan sesuai dengan
kebijakan pemerintah mengenai asuhan dan waktu kunjungan nifas
5. Manajemen kebidanan pada keluarga berencanan ( KB)
a. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif di dapatkan hasil dalam
batas normal tidak ada masalah.
b. Berdasarkan interpretasi data dasar di dapatkan hasil dalam batas normal tidak
ada masalah.
c. Berdasarkan penegakkan diagnose di dapatkan hasil P2AH2 Dengan Akseptor
Kb Baru Implant .
d. Berdasarkan masalah potensial di dapatkan hasil dalam batas normal tidak ada
masalah.
e. Berdasarkan intervensi KB sesuai dengan kebijakan klien yakni Implant
f. Berdasarkan implementasi memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan klien
yaitu Implant
g. Berdasarkan evaluasi di dapatkan hasil ibu memutuskan ber-KB Implan dan
akan melakukan kontrol ulang sesuai jadwal
452

B. SARAN
1. Bagi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua
Diharapkan dapat meningkatkan pendidikan mahasiswa dengan penyediaan
fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa
sehingga dapat menghasilkan bidan yang terampil, profesional dan mandiri
2. Bagi penelitian
Penulis diharapkan dapat membangunkan lebih luas dan mengali, di bidang
kebidanan khusus dalam asuhan kebidanan komprehensif seperti mengikuti seminar,
terus meningkatkan pendidikan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
agar menjadi bidan profesional
3. Bagi Klinik Pratama Cantika
Sebagai referensi terbaru dalam melakukan asuhan kebidanan melakukan standar
pelayanan kebidanan, meningkatkan mutu pelayanan kebidanan agar memberikan
asuhan yang lebih baik sesuai standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan dalam mengurangi AKI (Angka
Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) di wilayah khususnya Deli
Serdang.
4. Bagi klien
Agar Menjadi bekal dan menambah wawasan pada klien tentang kehamilan,
persalinan, merawat BBL, nifas, dan KB untuk persiapan kehamilan ini dan
kehamilan selanjutnya. Sehingga diharapkan pasien lebih memperhatikan kondisi
untuk selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih
yakin dan nyaman dengan kehamilannya, dan deteksi dini pada saat hamil sampai
keluarga berencana dengan memeriksakan secara rutin ke fasilitas kesehatan.
453

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika Bahiyatun. 2012.
Buku Ajar Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC. Balikpapan
BKKBN. 2017. Buku Aman dan Sehat Menggunakan Kontrasepsi
JNPK-KR. 2013. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik-Kesehatan Reproduksi. Jakarta : JNPK-KR.
Jonge AD, et al. 2014. Continuity of Care : What Matter To Woman When They Are Referres
From Primary To Secondary Care During Labour. BMC Preganancy and Childbirth 2014.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis: Kementrian Kesehatan Tahun 2010
Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan, Pedoman Bagi Petugas Kesehatan. Edisi Pertama. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 938/Menkes/Sk/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan
King, L. (2014). The Science of Psychology: An Appreciative View (3 ed). NY: Mc Graw-
Hill Education.
Turner, Calhoun dkk. 1990. Behaivor Therapy: Concepts, Procedures and Applications.
MA: Allyn and Bacon.
Kusmiyati, Wahyuningsih H.P, Sujiyantini, 2010. Perawatan Ibu Hamil
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta :
EGC
Muslihatun, Wafi N. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya Neonatal :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017. Tentang Ilmu dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
Sarwono 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rini, Sih. 2017. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Suherni. 2010. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Sukarni K, Sudarti. 2013. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko
454

Tinggi. Yogyakarta : Nuha Medika


Sulistyawati, Ari. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Andi Offset
Sumarah. 2011. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya Varney, Helen dkk. 2015.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
455

Kasus 2 COC

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. Y.L TRIMESTER III


DI KLINIK PRATAMA CANTIKA

Nama Pengkaji : Eva Sartika Simbolon


Stase : Kehamilan (ANC)
Tanggal Pengkajian : 25 Januari 2022
Tempat Pengkajian : Klinik Pratama Cantika

IDENTITAS
Nama ibu : Yuni Lawati Nama suami : Subhara Syah
Umur : 23 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Dusun I Sidomulyo A

DATA SUBYEKTIF
1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
2. Ibu mengatakan tidak merasakan keluhan yang mengganggu kehamilannya
3. Ibu mengatakan sudah terbiasa menjalani aktivitas sehari-hari
4. Ibu mengatakan sudah merasakan tegang-tegang bagian perut
5. Ibu mengatakan tidak haid sejak tanggal 12 April 2021

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 84 x/i
Suhu : 36,5 o C
Pernafasan : 22 x/i
b. Keadaan umum : Baik
c. Kesadaran : Baik
456

2. Pemeriksaan antropometri
BB : 82 Kg
BB Sebelum hamil : 71 kg
TB : 156 cm
LILA : 34 cm

3. Tafsiran persalinan : 17 Februari 2022

4. Pemeriksaan Leopold
Leopold I : Pada fundus teraba keras dan bulat, TFU 29 cm
Leopold II : Teraba keras, Panjang dan memapan di Abdomen kiri
Leopold III : Teraba keras, bulat dan melenting di atas simfisis
Leopold IV : Kepala janin sudah masuk panggul

5. DJA : 135 x/i

6. Pemeriksaan Penunjang

Haemoglobin : 13 mg/dl

ASSESMENT
Ny. Y, Ibu Primigravida, G1 P0 A0 Usia Gestasi 34 minggu

PLANNING
1. Memberi penjelasan tentang keadaan ibu

E/ Ibu telah mengerti tentang keadaannya masih dalam batas normal kehamilan yaitu
kesadaran Composmentis artinya masih respon apapun yang disampaikan petugas, TD :
120/90 mmHg, Suhu: 36,5 oC, Nadi : 84 x/i, Pernapasan : 22 x/i dan palpasi abdomen
posisi janin belum masuk panggul, kepala janin sudah berada diatas simfisis, Denyut
Jantung Bayi 135 x/i

2. Memberi Pendidikan Kesehatan tentang KB.

E/ Ibu sudah mengerti tentang jenis-jenis KB pasca bersalin yaitu Implant, IUD, Suntik,
Pil dan kondom. Ibu memilih untuk menggunakan KB implant.

3. Memberi obat dan vitamin

E/ Ibu sudah menerima obat dan vitamin, serta berjanji akan memakan obat dan vitamin
sesuai yang dianjurkan
457

4. Memberi Pendidikan Kesehatan tentang tanda-tanda persalinan.


E/ Ibu telah mengerti tentang tanda-tanda persalinan yakni nyeri perut menjalar
kepinggang, keluar lendir bercampur darah. Jika ibu merasakan tanda-tanda persalinan ibu
harus segera datang ke klinik untuk memeriksakan kehamilannya.
5. Memberitahu kepada ibu tentang perawatan payudara
E/ Ibu sudah mengerti tentang perawatan payudara untuk persiapan ibu memberi ASI pada
sikecil, yaitu rajin melakukan SADARI dan pembersihan puting susu dengan
menggunakan kapas basah.
6. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas berat dan istirahat di sela-sela aktivitas
E/ Ibu sudah menerima penjelasan dan berjanji akan melaksakannya.
7. Memberitahukan kepada ibu untuk datang kunjungan Kembali
E/ Ibu sudah mengerti untuk datang kunjungan kembali jika terdapat keluhan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. Y.L G1P0A0


USIA KEHAMILAN 38 MINGGU DI KLINIK PRATAMA CANTIKA

Nama Mahasiswa : Eva Sartika Simbolon


Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2022
Tempat : Klinik Pratama Cantika
Pukul : 17.00 WIB
Register : 005029

KALA I PERSALINAN

DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama ibu : Yuni Lawati Nama suami : Subhara Syah
Umur : 23 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Dusun I Sidomulyo A
2. Masuk Kamar Bersalin
458

18 Februari 2022 jam 17.00 WIB


3. Alasan Masuk Kamar Bersalin
Ibu akan melahirkan
4. Keluhan Utama
Mules-Mules, keluar lendir bercampur darah

DATA OBYEKTIF

a. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/i

Suhu : 36,5 oC

Pernafasan : 24 x/i

b. Keadaaan Umum : Baik

c. Kesadaran : Composmentis

d. Pemeriksaan Antropometri
1. Berat Badan : 82 Kg
2. Tinggi Badan : 156 cm
3. Lingkar Lengan Atas : 34 cm
e. Abdomen
 Inspeksi : Tampak membesar sesuai usia kehamilan, membujur dan terdapat linea
nigra serta striae livide.

 Palpasi : Pemeriksaan Leopold

 Leopold I : Pada fundus teraba bokong, TFU 30 cm, pertengahan antara pusat dan
proxesus xyphoideus.
 Leopold II : Teraba bagian punggung janin dibagian sisi kanan perut ibu.
 Leopold III : Teraba kepala sudah masuk PAP.
 Leopold IV : Kepala masuk PAP (Divergen).

 Auskultasi : 135 x/i


 HIS 4x10 menit selama 40 detik
459

f. Vagina Touch

1. Tumor : Tidak ada


2. Pengeluaran : Ada, lendir bercampur darah
3. Pembukaan : 6 cm
4. Effacement : 60%
5. Penurunan bagian terbawah : Hodge II
6. Bagian yang menumbung : Tidak Ada
7. Molase : Tidak Ada
8. Selaput Ketuban : Utuh
9. Presentasi Janin : Kepala
10. Hemoroid : Tidak ada
ASSESMENT

Ny. Y.L, umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu, janin hidup, tunggal,
intrauterine, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik, dengan inpartu kala 1 fase aktif.

PLANNING
Tanggal : 18 Februari 2022 Jam : 17.00 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga yaitu keadaan umum baik,
TTV: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 8 0 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu
36,5°C, pembukaan 6 cm, keadaan janin baik dengan DJJ 145 x/menit.

2. Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan dan kooperatif dalam setiap
tindakan dan nasehat.

3. Memberikan dukungan atau asuhan pada ibu saat kontraksi bila ibu tampak kesakitan,
seperti mengajarkan suami untuk memijat atau menggosok punggung ibu, mengajarkan
ibu teknik relaksasi dengan cara menarik napas panjang dari hidung dan melepaskan
lewat mulut sewaktu kontraksi, serta mengipas dan melap keringat ibu karena kepanasan.

4. Suami dan keluarga kooperatif dengan memijat punggung ibu, ibu merasa nyaman
setelah dikipasi dan dipijit, ibu sudah menarik napas panjang lewat hidung dan
melepaskan dengan cara ditiup lewat mulut sewaktu kontraksi.

5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi untuk memenuhi
kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi.
6. Menganjurkan ibu berbaring,dengan posisi miring kiri agar mempercepat proses
penurunan kepala dan mempermudah asupan oksigen dari plasenta ke janin.Ibu bersedia
460

tidur miring kiri.


7. Memantau kemajuan persalinan, keadaan ibu dan kondisi janin baik.
8. Mempersiapakan alat dan bahan yang digunakan selama persalinan
Saff I
Partus Set : Bak instrument berisi klem kocher 2 buah, penjepit
tali pusat 1 buah, gunting tali pusat 1 buah, gunting
episiotomi 1 buah, ½ kocher 1 buah, handscoon 2
pasang, dan kasa secukupnya.

Tempat berisi Oxytocin 2 ampul (10 IU), Lidokain 1 ampul


obat : (1%), Jarum suntik 1 cc, 3 cc, dan 5 cc, Vitamin
K/NEO K 1 ampul, Salep mata oxythetracylin
1% 1 tube.
Bak instrument :
Berisi Kateter

Lain-lain : Tempat berisi air DTT dan kapas DTT, korentang


dalam tempatnya, larutan sanitizer 1 botol, larutan
klorin 0,5% 1 botol, doppler,
dan pita cm.

Saff II
Heacting Set : yang berisi nealdfooder 1 buah, gunting benang 1 buah, catgut
benang 1 buah, catgut cromik ukuran 0,3, handscoon 1 pasang, dan kasa secukupnya.
Pengisap lendir, tempat plasenta, tempat air clorin 0,5%, tempat sampah
tajam,termometer, stetoskop,dan tensi meter.

Saff III
Cairan infuse RL, infuse set dan abocat, pakaian ibu dan bayi, alat pelindung diri
(celemek, penutup kepala, masker, kaca mata).

9. Melakukan observasi DJJ, his, dan nadi ibu setiap 30 menit.


Tabel Observasi
JAM TD S N HIS DJJ VT
461

18.00 36,50C 80 4 x dalam 10 menit 140 x/mnt


x/mnt durasi 40 detik
18.30 36,50C 80 4 x dalam 10 menit 140 x/mnt
x/mnt
durasi 40 detik
19.00 36,50C 80 4 x dalam 10 menit 140 x/mnt
x/mnt
durasi 40 detik
PERSALINAN KALA II
Tanggal : 26 November 2021 Jam : 19.30 WIB

Tempat : Klinik Pratama Cantika

DATA SUBYEKTIF
Ibu mengatakan nyeri perut semakin kuat dan terus menerus disertai pengeluaran lendir
bercampur darah semakin banyak dari jalan lahir dan ibu merasa ingin buang air besar.

DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum baik
2. Wajah tampak kesakitan
3. Kesadaran composmentis
4. Ada dorongan untuk meneran
5. Tekanan pada anus
6. Perineum menonjol
7. Vulva membuka serta pengeluaran lendir darah bertambah banyak
8. Pemeriksaan dalam tidak ada kelainan, portio teraba, pembukaan lengkap (10 cm),
ketuban pecah spontan, warna jernih, presentasi kepala.

ASSESMENT
Ny. Y.L umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu janin tunggal hidup intrauterin
presentasi belakang kepala inpartu kala II, keadaan ibu dan janin baik.

PLANNING

1. Melihat dan mengenal tanda gejala kala II, ada tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina, perinium menonjol, vulva dan sfingter ani membuka.
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Menyiapkan tempat
yang datar, rata, bersih, dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm diatas tubuh bayi untuk resusitasi.
3. Menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi, serta
menyiapkan oxytocin dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set. Obat dan
peralatan sudah lengkap.
4. Memakai celemek plastik.
5. Melepas dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisu.
6. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.
7. Memasukan oksitosin kedalam alat suntik (menggunakan tangan yang memakai sarung
tangan steril) serta memastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.
8. Membersihkan vulva dan perinium, menyeka dengan hati-hati dari depan ke belakang
menggunakan kapas yang dibasahi air matang (DTT).
9. Melakukan pemeriksaan dalam, pembukaan sudah lengkap.
10. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian membuka sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
11. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah tidak ada kontraksi atau meredah untuk
memastikan DJJ masih dalam batas normal dan hasilnya normal 140 x/ menit.
12. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik, dan membantu ibu untuk menentukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya
13. Menjelaskan pada suami ibu untuk membantu menyiapkan ibu pada posisi yang sesuai
keinginan ibu ketika ada dorongan untuk meneran saat ada kontraksi yaitu posisi miring
kiri saat relaksasi dan posisi ½ duduk saat ingin meneran.
14. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran:
 Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif yaitu ibu hanya
boleh meneran saat ada dorongan yang kuat dan spontan untuk meneran, tidak
meneran berkepanjangan dan menahan nafas.
 Mendukung dan memberi semangat pada ibu saat meneran, serta memperbaiki
 cara meneran yang tidak sesuai.
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
 Memberikan ibu minum air 200 ml di antara kontraksi
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai, DJJ 150 kali/menit
15. Menganjurkan ibu untuk untuk tidur miring kiri di antara kontraksi
16. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, saat kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
17. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
18. Membukatutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan, alat sudah lengkap.
19. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan.
20. Kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm membuka vulva, melindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
21. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat. Tidak terdapat lilitan tali pusat pada
leher bayi.
22. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, kepala di pegang secara biparental
24. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut, kepala bayi digerakan
ke arah atas dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis, kemudian
menggerakan kepala kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
25. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyangga kepala, lengan dan siku bayi sebelah bawah. Menggunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas
26. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, menelurusi tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (memasukan telunjuk di antara kaki
dan pegang masing- masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
27. Melakukan penilaian selintas: Pukul 20.00 WIB Bayi Perempuan lahir spontan
pervagina, langsung menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit merah mudah.
28. Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering meletakkan bayi diatas perut ibu.
29. Memeriksa kembali uterus, TFU setinggi pusat, bayi tunggal.
30. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
31. Menyuntikkan oksitosin 10 unit IM (intramaskular) pada 1/3 paha atas bagian distal
lateral.
32. Setelah 2 menit bayi lahir, menjepit tali pusat dengan klem tali pusat steril kira-kira 3 cm
dari pusar (umbilicus) bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan menjepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
33. Melakukan pemotongan tali pusat dengan menggunakan satu tangan mengangkat tali
pusat yang telah dijepit kemudian melakukan pengguntingan sambil melindungi perut
bayi. Tali pusat telah dijepit dan dipotong.

34. Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu dan bayi, dengan posisi tengkurap
di dada ibu. meluruskan bahu bayi sehinnga bayi menempel dengan baik di dinding
dada dan perut ibu.

35. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
putting payudara ibu dan menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi.

PERSALINAN KALA III

Tanggal : 18 Februari 2022 Jam : 20.05 WIB

Tempat : Klinik Pratama Cantika

DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan merasa mules pada bagian perut.

DATA OBYEKTIF

Keadaan Umum: Baik


Kesadaran : Composmentis
TFU : Setinggi pusat
Genetalia : Ada pengeluaran darah secara tiba-tiba dan singkat dari jalan lahir dan tali
pusat bertambah panjang.

ASSESMENT
Ny. Y.L, P2A0 inpartukala III

PLANNING
1. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
2. Meletakkan satu tangan di atas perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk meraba kontraksi
uterus dan menekan uterus dan tangan lain menegangkan tali pusat.
3. Uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri
menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokranial.
4. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, meminta
ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir, dan kembali memindahkan klem hingga berjarak 5-10
cm dari vulva.
5. Plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan kedua tangan.
memegang dan memutar plasenta hingga selaput terpilin, kemudiaan melahirkan dan
menempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Pukul 20.10 Wib Plasenta lahir spontan.
6. Melakukan masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan
masase, kontraksi uterus baik, TFU 1 jari bawah pusat.
7. Memeriksa kedua sisi plasenta, bagian fetal selaput utuh, insersi tali pusat sentralis,
panjang tali pusat ± 50 meter, bagian maternal lengkap ada 15 kotiledon. Memasukan
plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
8. Mengevaluasi kemungkinan terjadi laserasi pada vagina dan perineum, terdapat luka lecet
pada mukosa vagina dan kulit perineum, tidak ada perdarahan (Derajat I) tidak dilakukan
jahitan, luka dioles dengan betadin.

PERSALINAN KALA IV
Tanggal : 18 Februari 2022 Jam : 20.25 WIB

Tempat : Klinik Pratama Cantika

DATA SUBYEKTIF
Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran putranya, ibu juga mengatakan lelah dan
mules pada bagian perut.

DATA OBYEKTIF
Keadaan umum: Baik
Kesadaran: Composmentis
Tinggi Fundus uteri: 1 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Perdarahan: normal ( ± 100 cc)

ASSESMENT
Ny. Y.L, P1A0 kala IV Persalinan normal

PLANNING
1. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam,
kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan abnormal.
2. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan clorin 0,5 %,
mencuci tangan dan keringkan dengan tissue.
3. Memastikan kandung kemih kosong, kandung kemih kosong.
4. Mengajarkan ibu/keluarga cara menilai kontraksi dan melakukan masase uterus yaitu
apabila perut teraba bundar dan keras artinya uterus berkontraski dengan baik namun
sebaliknya apabila perut ibu teraba lembek maka uterus tidak berkontraksi yang akan
menyebabkan perdarahan dan untuk mengatasi uterus yang teraba lembek ibu atau suami
harus melakukan masase uterus dengan cara meletakan satu tangan diatas perut ibu
sambil melakukan gerakan memutar searah jarum jam hingga perut teraba keras.
5. Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah ±100 ml yaitu basah 2
pembalut dengan panjang 1 pembalut 18,5 cm.
6. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit jam kedua pasca persalinan. Memeriksa temperatur
suhu tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan dan mencatat
hasil pamantauan dalam lembar Partograf.
7. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa ia bernapas dengan baik serta suhu
tubuh normal.
8. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
9. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah infeksius dan non
infeksius.
10. Membersihkan badan ibu dengan menggunakan air DTT, serta membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
11. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum.
12. Ibu sudah nyaman dan sudah makan dan minum pada jam 23.00 WIB.
13. Mendekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
14. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam ke
luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
15. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan dengan tisu.
16. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi
17. Menginformasikan ke ibu bahwa bayi akan dilakukan Inisiasi menyusui dini ( IMD )
selama 1 jam setelah itu diberikan salf mata dan injeksi vitamin K.
18. Menginformasikan pada ibu 1 jam dari pemeriksaan bayi akan dilakukan penyuntikan
HB0.
19. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendam dalam larutan clorin
0,5 % selama 10 menit.
20. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu dikeringkan dengan tisu.
21. Melengkapi partograf (partograf halaman depan dan belakang terlampir).
22. Asuhan kala IV persalinan (pemantauan ibu dan bayi tiap 15 menit pada jam pertama dan tiap
30 menit pada jam kedua) terlampir pada partograf.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL NY. Y.L USIA 6 JAM
DI KLINIK PRATAMA CANTIKA

Nama Mahasiswa : Eva Sartika Simbolon


Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2022
Tempat : Klinik Pratama Cantika
Pukul : 02.00 WIB

DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama Bayi : By. Ny. YL
Jenis Kelamin : Perempuan
Lahir Pukul : 20.00 WIB
Nama ibu : Yuni Lawati Nama suami : Subhara Syah
Umur : 23 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Dusun I Sidomulyo A

2. Ibu mengatakan :
 Bayi menyusu kuat
 Bayi bergerak aktif
 Bayi sudah BAK dan BAB
 Bayi masih tidur

DATA OBYEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-tanda vital :
 Suhu : 36,7ºC
 Respirasi : 40 x/menit
 Nadi : 140 x/menit
3. Berat Badan Lahir : 3590 gram
4. Panjang Badan : 48 cm
5. LK/LD : 32 cm / 36 cm
6. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada sianosis, tidak ada ikhterik, tidak ada trauma lahir,
tidak ada kelainan kongenital.
b. Leher dan bahu : bersih, pergerakan baik, vena jugularis, tidak
bengkak,kelenjar
tiroid tidak bengkak, trauma jalan lahir tidak ada.
c. Ekstremitas : Jumlah jari tangan dan kaki normal, pergerakan bebas, ada garis
tengah telapak tangan/kaki, tidak ada cyanosis akral.
d. Anus : Anus (+), tidak ada kelainan kongenital.
e. Kulit : Ada verniks caseosa, ada lanugo sedikit, tidak ada ruam, tidak
ada tanda lahir, tidak ada lesi.
f. Refleks : Refleks Moro normal, Refleks rooting normal, refleks
walking normal, refleks graphs/plantar normal, refleks suckin
normal, refleks tonic neck normal

ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 Jam dengan bayi baru lahir fisiologis
PLANNING
Tanggal : 19 Februari 2022
Pelaksanaa n
Jam

02.00 WIB Observasi tanda – tanda vital, telah dilakukan pemeriksaan observasi
tanda-tanda vital bayi dengan hasil, detak jantung 140 x/menit,
pernafasan 40x/menit, suhu 36,7 °C bayi dalam keadaan baik dan
sehat, ibu merasa senang bayinya dalam keadaan sehat.
Lakukan pemeriksaan fisik pada neonatus, Setelah dilakukan
02.05 WIB pemeriksaan fisik pada bayi tidak ada ditemukan kelainan dan tanda-
tanda bahaya pada bayi semuanya dalam keadaan normal dan sehat,
ibu merasa senang dan bahagia.

Mengajarkan pada ibu untuk mengenali tanda –tanda bahaya pada


02.07 WIB neonatus yaitu tidak mau menyusu, bayi tampak kuning, demam lebih
dari 38ºC, kejang, diare, Ibu sudah mengerti dan paham
mengenai tanda bahaya pada bayi dan bersedia jika ditemukan
salah.
Menganjurkan ibu untuk ASI eksklusif 6 bulan, ibu mengerti dan
02.09 WIB bersedia untuk ASI eksklusif 6 bulan

Menjelaskan status imunisasi dan jadwal berikutnya pada ibu yaitu


02.15 WIB imunisasi yang telah diberikan saat di Klinik Pratama Cantika adalah
Hep-B0 dan polio-1 dan selanjutnya imunisasi BCG pada usia bayi 1
bulan dan harus dalam keadaan sehat, Ibu bersedia untuk dilakukan
imunisasi pada bayinya pada usia 1 bulan
02.18 WIB Rencanakan kunjungan ulang, ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang
02.20 WIB Lakukan pendokumentasian
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS 8 JAM NY. Y.L
DI KLINIK PRATAMA CANTIKA

Nama Mahasiswa : Eva Sartika Simbolon


Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2022
Tempat : Klinik Pratama Cantika
Pukul : 04.00 WIB

DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama ibu : Yuni Lawati Nama suami : Subhara Syah
Umur : 23 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Dusun I Sidomulyo A

a. Ibu mengatakan melahirkan pada tanggal 18 Februari 2022.


b. Ibu mengatakan bayinya malas menyusu dan ASI nya sudah keluar
c. Ibu mengatakan merasa mules perutnya
d. Ibu mengatakan masih merasa sakit dibagian luka jalan lahir

DATA OBYEKTIF
a. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/i
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 22 x/i
b. Keadaaan Umum : Baik
c. Kesadaran : Composmentis
d. Pemeriksaan Antropometri
1. Berat Badan : 82 Kg
2. Tinggi Badan : 156 cm
3. Lingkar Lengan Atas : 34 cm
e. Payudara
 Inspeksi : Payudara terlihat tegang
Puting susu menonjol
 Palpasi : Teraba keras, ASI keluar sedikit
f. Abdomen
 Inspeksi : Terdapat linea nigra serta striae livide.
 Palpasi : Fundus teraba diatas simfisis dan tidak terdapat nyeri tekan
g. Genetalia
Tampak pengeluaran lochea rubra, tampak luka jahitan masih lembab, dan tidak ada
varices.
h. Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada varises

ASSESMENT

Ny. YL, umur 23 tahun P1A0 masa nifas 8 jam normal.

PLANNING
Tanggal : 19 Februari 2022 Jam : 04.00 WIB

1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, Pernapasan : 22 x/mnt,


Nadi: 80 x/mnt, Suhu : 36,5°C. Pendarahan Normal 30 ml
2. Memberikan asuhan kepada ibu 8 jam pertama post partum :
a. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri dengan melakukan
observasi pada 1 jam pertama setiap 15 menit sekali dan 1 jam kedua setiap 30 menit
sekali.
b. Memberikan konseling kepada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan
yang disebabkan atonia uteri, dengan mengajarkan bagaimana cara melakukan
masase uterus.
c. Mengajarkan kepada ibu bagaimana teknik menyusui yang baik dan benar
3. Anjurkan ibu untuk melakukan control/kunjungan masa nifas setidaknya 4 kali yaitu :
 6 – 8 jam setelah persalinan
 6 hari setelah persalinan
 2 minggu setelah persalinan
 6 minggu setelah persalinan

4. Memberikan pendidikan kesehatan (KIE), antara lain :


a. Menjaga kebersihan diri
Menjaga kebersihan dengan cara mandi minimal 2x/hari, mengganti pakaian bila
terasa gerah dan berkeringat, menjaga kebersihan payudara, dan mengganti pembalut
sesering mungkin jika terasa sudah penuh
b. Istirahat bagi ibu nifas
Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan bagi ibu nifas, ibu nifas dianjurkan untuk
tidur siang selama ± 2 jam/ hari dan tidur malam ± 8 jam/ hari.
c. Nutrisi
Nutrisi atau gizi ibu nifas adalah zat-zat makanan yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan kesehatan ibu dan bayi pada masa nifas. Berfungsi sebagai sumber
tenaga, metabolisme tubuh, dan meningkatkan produksi ASI
d. Mobilisasi

Mobilisasi dini sangat diperlukan bagi setiap pasien agar tubuh tetap sehat, terjaga,
dan tetap mempertahankan keadaan fungsi tubuh. Dimulai dari miring kanan dan kiri
kemudian duduk serta berjalan secara perlahan.

5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang menyusui dan merawat payudara.


 Berikan informasi bahwa ASI ekslusif diberikan hingga umur 6 bulan dan jika
memungkinkan diteruskan dengan pemberian ASI tambahan hingga 2 tahun.
 Berikan ASI on demand, yaitu sesering yang bayi mau, siang dan malam
 Tidak memberikan susu formula kepada ibu tanpa alasan indikasi medis
 Hindari penggunaan dot
 Sebelum menyusui, cuci putting susu ibu dan buat ibu berada dalam posisi yang
santai.
6. Memberikan Pendidikan Kesehatan tentang KB untuk menjarangkan kehamilannya,
pilihan KB antara lain pil, AKDR, Kondom, Implan, suntik.
7. Memberikan Pendidikan Kesehatan tentang cara merawat dan memandikan bayi.

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS 8 JAM NY. Y.L


DI KLINIK PRATAMA CANTIKA

Nama Mahasiswa : Eva Sartika Simbolon


Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2022
Tempat : Klinik Pratama Cantika
Pukul : 14.00 WIB

DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama ibu : Yuni Lawati Nama suami : Subhara Syah
Umur : 23 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Dusun I Sidomulyo A

1. Ibu mengatakan ingin menjarangkan kehamilannya dengan menggunakan KB.


2. Ibu mengatakan ingin mendapatkan KB Implan.

DATA OBYEKTIF
a. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/i
Suhu : 38,9 oC
Pernafasan : 22 x/i
b. Keadaaan Umum : Baik
c. Kesadaran : Composmentis
d. Pemeriksaan Antropometri
1. Berat Badan : 82 Kg
2. Tinggi Badan : 156 cm
e. Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada varises

ASSESMENT

Ny “YL” usia 23 tahun Akseptor baru KB Implan.

PLANNING
Tanggal : 19 Februari 2022 Jam : 14.00 WIB

1. Melakukan informed consent dan informed choise serta konseling tentang pemasangan
KB implant, ibu setuju dan mengerti dengan informasi yang dijelaskan.
2. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu
mengerti dengan informasi yang diberikan.
3. Mempersiapkan ibu serta memberi tahu langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
pemasangan implan, ibu sudah siap untuk pemasangan alat kontrasepsi implan dan ibu
mengerti dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan.
4. Persiapan pemasangan :
• Mempersilahkan pasien untuk mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang
mengalir serta membilas hingga bersih agar tidak ada sisa sabun, pasien telah
mencuci tangannya.
• Persilahkan pasien untuk berbaring dan meletakkkan tangan yang lebih jarang
digunakan bekerja (misalnya tangan kiri) lebih dekat dengan bidan
• Tutup atau beri alas tempat tidur pasien dengan kain bersih
• Tentukan tempat pemasangan yang optimal kira-kira 8cm atau setelapak tangan diatas
lipatan siku, tempat pemasangan sudah dientukan.
• Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di
dalamnya
• Buka dengan hati-hati kemasan sachet steril susuk KB II tiga tahunan, keluarkan
trokar, alat pendorong dan scapel, persiapan pemasangan implant telah dilakukan.
5. Tindakan sebelum pemasangan :
• Cuci tangan dengan menggunakan sabun pada air mengalir , keringkan dengan
kain bersih
• Pakai sarung tangan steril atau di disinfeksi tingkat tinggi (DTT), ganti sarung
tangan untuk setiap pasien untuk mencegah konaminasi silang.
• Atur alat dan bahan hingga mudah dicapai
• Persiapkan tempat insisi yang akan diusap dengan larutan antiseptic
• Gunakan kain penutup yang berlubang untuk menutupi lengan
• Isi spuit 3 ml dengan lidokain, tindakan persiapan sebelum pemasangan telah
dilakukan.
6. Pemasangan implant :
 Memakai sarung tangan steril dan membuka dengan hati-hati kemasan susuk KB II
tiga tahunan
 Memposisikan lengan kiri pasien di pinggir tempat tidur yang sudah diberi alas dan
tentukan daerah pemasangan sekitar 8-10cm di atas lipatan siku
 Membersihkan tempat yang akan di lakukan insisi kearah luar secara melingkar
sekitar 8-13cm.
 Melakukan penyuntik kanan astesi local dengan menyuntikkan jarum tepat di bawah
kulit tempat insisi, lakukan insisi untuk memastikan tidak menyuntik pada pembuluh
darah. Kemudian menyuntikkan sedikit obat anastesi untuk membuat gelembung
kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit
sekitar 4cm, agar kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik
jarum pelan- pelan sambil menyuntikkan anastesi di antara tempat untuk memasang
implant. Pastikan anastesi dilakukan di bawah kulit agar tidak terasa sakit pada saat
pemasangan.
 Pegang scalpel dengan sudut 45°, buat insisi dangkal hanya sekedar menembus kulit.
Jangan membuat insisi yang panjng dan terlalu dalam. Buat insisi kira-kira 2-3mm
pada kulit tempat suntikkan.
 Tusukkan trokar melalui insisi ke bawah kulit pada lengan atas, posisikan jarum
trokar menghadap ke atas dan perhatikan tanda batasnya. Sesudah trokar masuk
arahkan menelusuri bawah kulit untuk menjaga pemasangan implant benar-benar di
bawah kulit, datar dan dangkal. Tusukkan sampai tanda batas (warna hitam) dekat
pangkal trokar
 Masukkan pendorong yang ada sayap ditengahnya, posisikan sayap berada di bawah ,
kemudian tarik trokar perlahan dan tahan pendorong sampai sayap pada pendorong
masuk tepat pada belahan di pangkal trokar. Tarik trokar sambil menahan implant
yang sudah di bawah kulit, tahan dengan jari tengah. Trokar ditarik sampai tanda
batas warna hitam dekat dengan ujung jarum trokar sampai implant pertama pada
trokar keluar dari trokar dan berada pada posisi di bawah kulit.
 Arahkan trokar sesuai dengan huruf V, dimana kedua ujungnya berjarak lebih kurang
1,5cm , dorong trokar sampai batas warna hitam pada pangkal trokar. Tarik trokar
sambil putar pendorong ke kanan sampai sayap pendorong patah dan terlepas sampai
pendorong mengunci pada pangkal trokar yang ditandai dengan bunyi ‘klik’ sehingga
implant kedua seluruhnya telah terlepas dari trokar dan berada di bawah kulit,
pemasangan implant telah dilakukan.
7. Meraba daerah insisi untuk memastikan kapsul terpasang dengan baik dan berada jauh
dari daerah insisi, implant sudah terpasang dengan baik.
8. Menekan tempat insisi menggunakan kasa untuk menghentikan perdarahan dan menutup
luka insisi dengan mengguakan band-aid, luka insisi sudah di tutup dengan band-aid.
9. Memberitahu ibu pemasangan selesai, merapikan ibu dan merendam semua peralatan di
dalam larutan klorin 10menit, pasien dan alat telah di rapikan
10. Memberikan KIE kepada ibu :
 Perawatan pasca pemasangan KB implant yaitu ibu dapat membuka penutup luka
dalam waktu 5 hari dan menyarankan ibu untuk tidak mengenakan air pada bekas
luka terlebih dahulu, ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
 Memberikan terapi obat antibiotika ( amoxcylin : 3 x 500mg ) dan penghilang rasa
sakit ( asam mfenamat : 3 x 500mg) serta menyarankan ibu untuk minum obat
secara teratur, ibu mengerti dengan cara minum obat dan bersedia minum obat secara
teratur.
 Memberitahu ibu jika adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi
(pemasangan), ekspulsi keluarnya batang implan segera kembali ke tenaga kesehatan
terdekat, ibu mengerti dengan informasi yang dijelaskan.
 Menganjurkan ibu untuk dtang kembali segera jika ada keluhan atau tanda-tanda yang
telah dijelaskan, ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
11. Melakukan pendokumentasian SOAP pada kartu KB serta Rekam Medis
12. Melakukan pendokumentasian serta menjelaskan tentang kunjungan ulang.

Anda mungkin juga menyukai