Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI DAN PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN


(PRECEDE-PROCEED)
(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kelas D)

Dosen Pengampu:

Iken Nafikadini, S. KM., M. Kes.

Disusun oleh:
1. Ilvinatul Mumtaz 172110101007
2. Suthon Alif R. 172110101061
3. Aura Ridha Imanikusuma 172110101064
4. Fisabililla Budianti 172110101135

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori
dan Perubahan Perilaku Kesehatan (Precede-Proceed)”.

Penulisan tugas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam.


2. Iken Nafikadini, S.KM., M.Kes selaku dosen pengajar mata kuliah Dasar
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kelas D Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.
3. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya dalam bentuk apapun.
4. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bentuk
kerjasamanya.
Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
berbagai sumbang saran yang bertujuan untuk penyempurnaan tugas ini dengan
ikhlas penulis terima sebagai umpan balik untuk bahan evaluasi. Semoga tugas ini
dapat memberikan sumbang pikir yang positif dan bermanfaat.

Jember, 17 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................4

Pendahuluan...............................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................4

1.3 Tujuan........................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

2.1 Perencanaan Promosi Kesehatan (Precede – Proceed)..............................................6

2.2 Langkah–Langkah Perencanaan Promosi Kesehatan (Precede-Proceed)..................6

BAB 3.......................................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................15

3.2 Saran........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

iii
BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di dalam setiap masyarakat, terdapat yang dinamakan pola perilaku
(pattern of behavior). Setiap individu memiliki perilaku yang berbeda dengan
individu yang lain, termasuk pada kembar identik sekalipun. Perilaku tidak
selalu mengikuti urutan tertentu sehingga terbentuknya perilaku positif tidak
selalu dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap positif.
Pola perilaku merupakan cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang
sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut (Soekanto,
1990). Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau
aktivitas organisme atau mekhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku
seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
di dalam diri seseorang. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu
(intrinsik) atau datang dari lingkungan (ektrinsik). Motivasi terbaik datang
dari dalam diri sendiri, bukan dari pengaruh lingkungan. Terdapat berbagai
teori perilaku yang sangat beragam, salah satunya yaitu teori PRECEDE-
PROCEED menurut Lawrence Green. Teori PRECEDE-PROCEED menurut
Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga
faktor yang dapat menentukan baik atau buruknya perubahan perilaku
seseorang tersebut. Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau
masyarakat (Blum, 1974). Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan
kesehatan masyarakat, interverensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor
perilaku sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang
ditimbulkannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:
Bagaimana bentuk dan model teori perubahan perilaku PRECEDE-
PROCEED?

4
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan, diperoleh tujuan
penulisan yang ingin disampaikan sebagai berikut:
Mampu memberi pemahaman mengenai bentuk dan model teori perubahan
perilaku PRECEDE-PROCEED.

5
BAB II

PEMBAHASA

2.1 Perencanaan Promosi Kesehatan (Precede – Proceed)


Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980,
merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi
promosi kesehatan. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes
in Educationak Diagnosis and Evaluation) merupakan kerangka untuk membantu
perencana mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai
pengembangan program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi
model PRECEDE – PROCEED. PROCEED merupakan singkatan dari policy,
Regulatory, and Organizational Contructs in Educational and Environmental
Development. Menurut Schmidt dkk. (1990), model ini paling banyak diterima
dan lebih berorientasi praktis. Model PRECEDE – PROCEED ini menyediakan
struktur yang komprehensif untuk menilai kesehatan dan kualitas hidup dan
kebutuhan untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi promosi kesehatan
dan program kesehatan publik lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam aplikasinya, PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah,penetapan
prioritas dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan
sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Maulana, 2013)

2.2 Langkah–Langkah Perencanaan Promosi Kesehatan (Precede-Proceed)


Dalam Maulana (2013) menyatakan bahwa langkah-langkah promosi kesehatan
(precede-proceed) sebagai berikut:

Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan

a. Diagnosis Masalah
Dilakukan dengan menggunakan kerangka PRECEDE – PROCEED. PRECEDE
digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan
program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria
kebijakan, serta implementasi dan evaluasi

6
1) Fase 1 (Diagnosis sosial)
Diagnosis sosial adalah proses menentukan persepsi masyakarak terhadap
kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidupnya, melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang
didesain sebeumnya. Untuk mengetahui masalah sosial digunakan
indicator sosial seperti pada gambar di atas.
Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus, vital statistic yang ada,
atau pengumpulan data secara lamgsung ke masyarakat dengan cara
wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, Focus
Groups Discussion (FGD), nominak group process, dan survei.
Contohnya yaitu masyarakat di lokasi penelitian memahami bahwa
kesehatan seseorang sangat menentukan kualitas hidup. Orang yang sehat
dapat bekerja dengan baik dan produktif. Orang yang sehat dapat
merasakan kebahagiaan. Sebaliknya orang yang sakit tidak merasa bahagia
dan tidak bisa bekerja dengan baik.
2) Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)
Pada fase 2 kelompok yang terkena masalah kesehatan diidentifikasi dan
dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan
tersebut (mortalitas, mordibilitas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul)
dan cara menanggulangi masalah tersebut 9 imunisasi, perawatan atau

7
pengobatan, modifikasi lingkungan dan perilaku). Informasi ini sangat
penting untuk memprioritaskan masalah, yang didasarkan pada
pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, serta
kemungkinan untuk diubah.
Contohnya yaitu masyarakat dan Petugas kesehatan setempat berpendapat
bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan prioritas utama yang harus
ditangani karena banyak nya kasus DBD yang mencapai 7 kasus. Prioritas
selanjutnya adalah Tuberkulosis.
3) Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)
Pada fase 3, masalah perilaku dan lingkungan yang memengaruhi perilaku
dan status kesehatan atau kualitas hidup seseorang atau masyarakat
diidentifikasi. Indicator masalah perilaku yang memengaruhi status
kesehatan seseorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan ( utilization
), upaya pencegahan ( preventive action ), pola konsumsi makanan
(consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan
kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah
earliness, quality, persistence, frequency, dan range. indikator lingkungan
yang digunakan adalah keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayann
kesehatan, sedangkan dimensi yang digunakan terdiri atas keterjangkauan,
kemampuan, dan pemerataan.
Langkah – langkah dalam melakukan diagnosis perilaku dan lingkungan,
yaitu:
1. Memisahkan faktor perilaku dan non perilaku sebagai penyebab
masalah kesehatan
2. Mengidentifikasi perilaku yang dapat dicegah dan perilaku yang
berhubungan dengan tindakan perawatan atau pengobatan.
3. Mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya
pengaruh terhadap kesehatan
4. Mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan
kemungkinan untuk diubah
5. Menetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.

8
Contohnya yaitu masyarakat sekitar belum mempunyai kesadaran atas
pentingnya kesehatan, belum membiasakan untuk memeriksakan sedini
mungkin penyakit yang diderita, kurang kesadaran menjaga kebersihan,
dan masih adanya masyarakat yang berobat ke dukun.

4) Fase 4 ( Diagnosis pendidikan dan organisasional )


Identifikasi diagnosis pendidikan dan organisasional dilakukan
berdasarkan determinan perilaku yang memengaruhi status kesehatan
seseorang atau masyarakat, yaitu :
1. Faktor predisposisi (presdiposing factors)
Faktor predisposisi adalah faktor yang dapat mempengaruhi dan
menentukan perilaku seseorang. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap,
persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang.
2. Faktor pendorong (enabling factors)
Faktor pendorong diartikan sebagai faktor yang dapat memungkinkan
seseorang mengubah perilakunya. Faktor ini meliputi lingkungan fisik,
sarana kesehatan, dan terjangkaunya fasilitas dan sumber kesehatan.
3. Faktor Penguat (reinforcing factors)
Yaitu perilaku orang lain yang berpengaruh (toma, toga, guru, petugas
kesehatan, orang tua, pemegag kekuasaan ) yang dapat menjadi
pendorong seseorang untuk berperilaku.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong yang telah
diidentifikasi melalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya.
Faktor predisposisi di masyarakat kedua desa tersebut adalah belum
optimalnya ketrampilan masyarakat dalam identifikasi dan pemecahan
masalah kesehatan. Selain itu masih adanya kepercayaan kepada tahayul
dan dukun.

Faktor Pendukung di desa tersebut adalah adanya kader kesehatan, adanya


Posyandu, adanya Poskesdes, dan adanya puskesmas pembantu. Selain itu,
pembiayaan program kesehatan diperoleh dari Anggaran Pendapapatan
dan Belanja Desa (APBDes) dan sumbangan masyarakat. Dan juga adanya

9
organisasi yang mengelola upaya kesehatan masyarakat yaitu, Forum
Kesehatan Desa.

Faktor penguat di desa tersebut adalah pemimpin desa dianggap sebagai


“koco benggolo” yang berarti perilaku pimpinan masyarakat akan dicontoh
dan diikuti masyarakat. Selain itu petugas kesehatan dari puskesmas
berperan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat dalam identifikasi
dan memecahkan masalah kesehatan.

5) Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)


Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan
yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan
program promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga
penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program, yaitu sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat,
serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan,
dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan
organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan
lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusi
bagi kesehatan. Fase ini melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE
ke implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan
untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya, PROCEED untuk
meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima
dan dapat dipertanggungjawabkan. Data yang dibutuhkan untuk
perencanaan promosi kesehatan dapat diperoleh dari berbagai sumber
sebagai berikut :
1. Dokumen yang ada
2. Langsung dari masyarakat, untuk mengetahui status kesehatan
masyarakat, perilaku kesehatan, dan determinan perilaku itu.
3. Petugas kesehatan di lapangan
4. Tokoh masyarakat
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1
1. Key informant approach
Informasi yang diperoleh dengan cara ini mewakili berbagai perspektif
dan selain untuk membuat perencanaan, data yang ada juga dapat
membantu membuat perencanaan, data yang ada juga membantu
pengimplementasian promosi kesehatan. Informasi yang diperoleh dari
informan kunci melalui FGD sangat menolong untuk memahami
masalah yang ada.
2. Community forum approach
Data dikumpulkan melalui forum diskusi. Promotor kesehatan bersama
masyarakat mendiskusikan masalah yang ada dan jalan keluarnya. Jika
dilihat dari sudut program, cara ini sangat ekonomis dan promotor
kesehatan dapat memahami massalah dari berbagai sudut pandang
masyarakat.
3. Sample survey approach
Cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan
akurat, karena estimasi kesalahan dapat diseleksi. Namun, cara ini
sangat mahal. Metode yang digunakan adalah wawancara dan
observasi.
b. Menetapkan Prioritas Masalah
Langkah – langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan
meliputi hal – hal berikut :
1. Menentukan status kesehatan masyarakat
2. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada
3. Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan
kesehatan di masyarakat
4. Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi
tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan
atau perilaku dan kepercayaan yang dianut)
Contohnya yaitu kebijakan terkait kesehatan di desa disusun bersama
dengan forum kesehatan desa. Kebijakan tersebut antara lain menyediakan
dana untuk kegiatan kesehatan dari anggaran desa, dan memberikan
penghargaan kepada kader berupa uang lelah dan insentif yang diberikan

1
setiap tahun sekali. Adanya evaluasi program kesehatan tiap 1 atau 2
bulan sekali.

Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan


a. Menentukan tujuan promosi kesehatan
Pada dasarnya, tujuan utama promosi kesehatan ada tiga hal yaitu
peningkatan pengetahuan dan atau sikap masyarakat, peningkatan perilaku
masyarakat, dan peningkatan status kesehatan masyarakat. Agar tujuan
dapat dicapai dan dijalankan sesuai keinginan, penetapan tujuan harus
memenuhi syarat: Specific, Measurable, Appropriate, Reasonable, Time
bound (SMART), dan dinyatakan dalam bentuk performance, bukan
effort. Tujuan promosi kesehatan terdiri atas tiga tingkatan (Green, 1991),
yaitu:
1) Tujuan program (program objective).
Tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan epidemiologi,
berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu
yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan ini harus mencakup
who will in how much of what by when. Tujuan program juga sering
disebut sebagai tujuan jangka panjang (contohnya, mortalitas akibat
kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50% setelah promosi kesehatan
berjalan tiga tahun)
2) Tujuan pendidikan (educatinal objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar
tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan pendidikan disebut juga
tujuan jangka menengah (contohnya, cakupan angka kunjungan ke
klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan
tiga tahun).
3) Tujuan perilaku (behavioral objective)
Tujuan ini berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Merupakan tujuan jangka pendek (contohnya, pengetahuan pekerja
tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah
promosi kesehatan berjalan 6 bulan).

1
b. Menentukan sasaran promosi kesehatan
Ditentukan sasaran langsung (primer) dan sasaran tidak langsung
(sekunder dan tersier). Sasaran promosi kesehatan adalah individu dan
kelompok, atau keduanya.
c. Menentukan isi promosi kesehatan
Komponen isi promosi kesehatan berisi bahan yang akan disampaikan
kepada sasaran untuk meningkatkan pencapaian tujuan. Adapun
persyaratan isi promosi kesehatan meliputi berorientasi pada tujuan, harus
menunjang pencapaian tujuan (khususnya tujuan jangka pendek), dan
harus disusun berdasarkan masing-masing tujuan jangka pendek paling
sedikit jumlahnya sama dengan tujuan jangka pendek yang dirumuskan. Isi
pesan dapat dibuat dengan menggunakan gambar dan bahasa setempat
sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh sasaran sehingga mereka
merasa pesan tersebut benar-benar ditujukan untuk mereka dan diharapkan
sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.
d. Menentukan metode yang akan digunakan
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan metode
promosi kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Aspek yang akan dicapai
a) Aspek pengetahuan. Metode yang dapat digunakan, misalnya
penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk, dan
penyebaran leaflet.
b) Aspek sikap. Metode yang dapat digunakan berupa contoh konkret
yang dapat menggugah emosi, perasaan, dan sikap sasaran
misalnya memperlihatkan foto, slide, film atau video.
c) Aspek keterampilan. Metode yang dapat digunakan berupa
memberi kesempatan kepada sasaran untuk mencoba keterampilan
tersebut.
2. Sumber daya yang dimiliki masyarakat
3. Jenis atau jumlah sasaran

1
e. Menentukan media yang akan digunakan
Media dibuat untuk memudahkan pemahaman materi yang akan
disampaikan. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran,
tingkat pendidikan sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang
digunakan , dan sumber daya yang ada. Media dapat digunakan di
berbagai tempat antara lain sebagai berikut.
1. Rumah tangga (leaflet, model buku bergambar, benda nyata seperti
buah-buahan, dan sayuran)
2. Tempat kerja dan sekolah (papan tulis, flipchart, poster, leaflet, buku
cerita bergambar, kotak gambar gulung dan boneka)
3. Masyarakat umum (poster, spanduk, leaflet, flannel graf, dan wayang)
f. Menyusun rencana evaluasi
Di tahap ini, dijabarkan kapan evaluasi akan dilaksanakan, di mana
dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana yang akan dievaluasi, dan
siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
g. Menyusun jadwal pelaksanaan
Merupakan penjabaran waktu, tempat dan pelaksanaan, yang biasanya
disajikan dalam bentuk Gantt chart.

1
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Berdasarkan teori PRECEDE-PROCEED oleh Lawrence
Green, perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi,
faktor pendorong, dan faktor penguat. Dalam praktik yang sebenarnya, informasi
yang dikumpulkan dalam PRECEDE adalah panduan pengembangan tujuan
program dan sasaran dalam tahap pelaksanaan PROCEED. Sehingga, PRECEDE
dan PROCEED merupakan fungsi dalam suatu siklus yang berkelanjutan.

3.2 Saran
Dengan mempelajari Teori Perubahan Perilaku dan Perencanaan Promosi
Kesehatan diharapkan kepada mahasiswa kesehatan masyarakat untuk bisa
diterapkan dalam kegiatan-kegiatan kesehatan

1
DAFTAR PUSTAKA

Induniasih, S. M. & Wahyu Ratna, S., n.d. Promosi Kesehatan Pendidikan


Kesehatan dalam Keperawatan. 1st ed. Yogyakarta: PT. PUSTAKA BARU.

Kholid, A., 2014. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan teori Perilaku, Media,
dan Aplikasinya. 2nd ed. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Maulana, Heri D.J. 2013. Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sulaiman, Endang Sutisna, Bisma Murti dan Waryana. (2015). Aplikasi Model
PRECEDE-PROCEED Pada Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan Berbasis Penilaian Kebutuhan Kesehatan Masyarakat. JURNAL
KEDOKTERAN YARSI, 23 (3), 149-164

Anda mungkin juga menyukai