net/publication/359423802
CITATIONS READS
0 3,154
4 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Agung Dwi Prayoga on 23 March 2022.
Dosen Pengampu:
Penyusun:
Kelompok: 7
KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Kerajaan Sriwijaya, Malayu, dan Panai” yang
kami kerjakan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia I.
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang zaman berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut bagi pembaca dan penulis. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada bapak Kayan Swastika dan bapak Robit Nurul Jamil
selaku dosen mata kuliah Sejarah Indonesia I yang telah memberikan arahan serta
bimbingan dalam membuat makalah ini.
Kami selaku penyusun makalah, mohon maaf jika terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam makalah yang kami buat. Dan kami juga berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………..….1
DAFTAR ISI………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………….…4
B. Rumusan Masalah…………………………………....4
C. Tujuan………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN
2
2.3. Kerajaan Malayu……………......................................17
A. Nama Kerajaan Malayu, Lokasi Kerajaan Malayu...17
B. Lokasi Kerajaan Malayu……………………………17
C. Hubungan Malayu Dan Sriwijaya…………………...18
D. Kerajaan Malayapura………………………………..18
E. Adityawarman Raja Malayu………………………....18
F. Tinggalan Arkeologi Masa Kerajaan Malayu………..19
2.4. Kerajaan Panai………………………..........................19
A. Nama, Lokasi, Dan Kondisi Geografis……………....19
B. Sumber-Sumber Sejarah Panai…………………….....20
C. Pengaruh Tamil Dan Kerajaan Cola Di
Sumatera Dari Abad XI-XIV………………………....21
D. Kebudayaan Panai Di Antara Kerajaan
Sriwijaya Dan Malayu………………………………..21
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………...23
B. Saran………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Sriwijaya, Malayu dan Panai merupakan tiga kerajaan yang saling
berhubungan, hal itu di sebabkan karena letak kerajaan tersebut berada di wilayah Pulau
Sumatera. Agama Buddha adalah agama yang mendominasi ketiga kerajaan ini, hal tersebut
dapat dilihat dari penemuan benda-benda arkeologi seperti prasasti, arca, batu logam serta bata
dalam ukuran besar.
Peninggalan-peninggalan kuno mengenai ketiga kerajaan ini selain menjadi bukti, juga
menjadi sebuah benda yang tentu mengandung banyak ilmu jika di pelajari. Seperti mengenai
keadaan sosial budaya pada saat itu, agama, bahasa, dan masih banyak lagi. Dapat disimpulkan
bahwa banyak sekali pelajaran yang dapat di gali dan di pelajari dari Kerajaan Sriwijaya,
Malayu, dan Panai yang dapat dilihat dari bukti-bukti arkeologi yang sudah di temukan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, berikut adalah rumusan masalah yang di bahas pada makalah
ini:
1. Bagaimana awal mula berdirinya kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaiman perkembangan kerajaan Sriwijaya dan apa saja peninggalannya?
3. Bagaimana awal mula berdirinya kerajaan Malayu ?
4. Bagaimana perkembangan kerajaan Malayu serta apa saja peninggalannya?
5. Bagaimana awak mula berdirinya kerajaan Panai?
6. Bagaimana perkembangan kerajaan Panai serta apa saja peninggalannya?
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah “Kerajaan Sriwijaya, Malayu Dan Panai” adalah
sebagai berikut:
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Bukti mutakhir bahwa garis pantai bagian timur pulau Sumatera sejak awal zaman sejarah tidak
jauh berbeda dengan sekarang adalah ditemukannya situs Air Sugihan pada bulan Februari
1988. Situs Air Sugihan terletak di daerah Muara Air Saleh (cabang Sungai Musi) sekitar 20
km dari garis pantai sekarang dan merupakan daerah rawa gambut dengan ketinggian sekitar
2-3m dibawah permukaan laut.
C. SUMBER ALAM
Banyak berita asing yang memberikan perdagangan emas dan hasil hutan yang diambil
dari bumi Sumatera. Komoditas ini dikapalkan melalui pelabuhan-pelabuhan yang mengambil
lokasi di tepi sungai sungai besar atau di tepi pantai Barat dan Timur Sumatera. Ada indikasi,
maju dan mundurnya sebuah Pelabuhan dapat bergantung pada sumber daya alam yang
dipasarkan melalui pelabuhan tersebut. Sebuah kota sekaligus pelabuhan sungai atau pantai
biasanya mengambil lokasi di tempat yang strategis, Dekat dengan sumber alam atau
mempunyai akses dengan sumber daya, alam misalnya pelabuhan Palembang (Po-lin-fong, Ku-
kang), Jambi (Chn-pi), Pi chans,Kota Cina dan Barus (Fansur, Barosai).
D. HASIL HUTAN
Hasil hutan Sumatera merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan
antar bangsa. Komoditas yang cukup populer pada Milenium 1 M antara lain adalah kapur
barus, damar, storax ( bahan dasar untuk membuat minyak wangi), myrobalan (bahan dasar
untuk membuat bahan pencelup), candu, dan benzoin. Damar dan kemenyan juga merupakan
komoditas perdagangan yang banyak digemari oleh para pedagang asing. Damar adalah
semacam terpenting dari spesies pohon pinus dan yang diperdagangkan ada dua jenis yaitu
damar biasa (Agatis alga) dan damar wangi atau damar laki-laki (Araucara cunninghami).
Hasil hutan lain yang juga merupakan komoditas dagang adalah kemenyan yang berasal dari
getah pohon kemenyan (Styrax benzoin). Selain merupakan tumbuhan liar pohon kemenyan
juga dibudidayakan tetapi tidak dilakukan secara besar-besaran seperti halnya dengan pohon
karet.Selain hasil hutan dari jenis tumbuhan, ada juga hasil hutan dari jenis hewan berita berita
Cina menyebutkan barang komoditas perdagangan yang berupa hewan antara lain berbagai
jenis burung (Kasuari Betet dan Nuri) dan mamalia (macan tutul, kucing hutan, beruang, dan
kera).
E. HASIL TAMBANG
Bumi Sumatera kaya akan barang tambang karena logam inilah maka Sumatera dikenal
juga dengan nama Swarnadwipa (pulau emas) atau Swarnabhumi (tanah emas) barang tambang
yang dikenal oleh para pedagang dan menjadi komoditas penting adalah logam emas.Selain
emas beberapa logam lain juga ditemukan di Sumatera seperti perak, plumbum, tembaga, seng
besi, dan air raksa. Barang-barang logam itu telah lama ditambang jauh sebelum abad XVI
yaitu ketika para penguasa barat melakukan penambangan secara besar-besaran di bumi
Sumatera.
F. HASIL BUMI
Hasil bumi Sumatera tidak banyak dikenal oleh para pedagang asing. Berita Cina
maupun Arab yang menyebutkan hasil bumi Sumatera sangat jarang. Kalaupun ada berita itu
hanya menyebutkan beras dan Jelai. Apabila kita lihat dari tingkat kesuburan tanah dan sistem
irigasi di Sumatera, maka daerah yang lebih memungkinkan sebagai tempat penghasil beras
adalah daerah sekitar kaki gunung Dempo (Pagaralam, Sumatera Selatan), dan daerah sekitar
Kabupaten Tanah Datar (Sumatera Barat). Kedua lokasi ini merupakan tanah endapan aluvial
fsies gunung api.
6
G. FAKTOR POLITIK DAN EKONOMI DI ASIA TENGGARA
Pada pertengahan Milenium 1M tercatat ada 2 kerajaan nusantara yang mendapat
pengaruh budaya India kedua kerajaan itu adalah kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kedua kerajaan ini meninggalkan bukti tertulis berupa
prasasti.
Di Kalimantan Timur dikenal kerajaan Kutai yang rajanya bernama Kudungga. Berita
Cina yang menyebutkan kerajaan Kutai dapat dikatakan tidak ada demikian juga mengenai
jalur pelayaran dan perdagangan. Peta jalur perdagangan dan pelayaran yang dibuat oleh
Wolters berdasarkan berita Cina, tidak menunjukkan adanya kontak dagang dengan
Kalimantan Timur. dalam peta daerah Kalimantan Timur pada tahun 430-610 hanya dikunjungi
oleh para pelaut/pedagang lokal yang berasal dari Jawa Timur.
Lalu lintas perdagangan dan pelayaran yang ramai di Asia Tenggara daratan dan
kepulauan ternyata hanya terjadi di belahan barat Nusantara yang meliputi Sumatera, Jawa, dan
sedikitnya Kalimantan Barat. Mengenai Kalimantan Barat berita Cina menyebutkan adanya
perdagangan dan pelayaran lokal dengan kerajaan Chin-li-p’i-shih (Wijayapura) tidak
langsung berhubungan dengan Cina.
Di Asia Tenggara daratan pada sekitar abad VII terdapat tiga kerajaan besar yaitu Lin-
yi (Vietnam), Chen-la (Kamboja), dan Dwarawati (Myanmar). Kerajaan-kerajaan ini
mempunyai hubungan dengan dagang dengan Cina dan India.
Hegomoni pelayaran dan perdagangan di Laut Cina Selatan berlangsung hingga tahun 767.
Ketika itu diperintah oleh Prtihiwindrawarman. Menurut tradisi sejarah Vietnam, pada tahun
767 Champa diserbu oleh penyerang-penyerang dari K’un-lun dan Da-ba atau Cho-po(jawa).
Serangan terakhir yang cukup menghancurkan terjadi tahun 787, sebagaimana dituliskan pada
prasasti yang Tikuh yang dikeluarkan oleh Raja Indrawarman.
Di daerah sekitar Tanah genting Kra (Myanmar dan Thailand), pada sekitar abad VI-
VII orang mon mendirikan kerajaan Dwarawati yang di dalam berita Cina disebut pada
mulanya kerajaan ini adalah kerajaan vasal (serikat) dari kerajaan Funan (Kamboja). Ketika
keadaan Kamboja sedang lemah, kerajaan Dwarawati melepaskan diri dari kekuasaan
Kamboja, karena letaknya strategis di daerah Tanah Genting Kra, di sebelah barat berbatasan
dengan Selat Malaka dan di sebelah timur berbatasan dengan teluk Bandon, maka kerajaan ini
menduduki posisi penting bagi jalur-jalur perekonomian.
7
Prasasti kedukan bukit ini merupakan prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang tertua
beraksara Pallawa dan berbahasa Melayu kuno berangkat tahun 604 S/682 M. Berdasarkan isi
prasasti Kedukan Bukit diperoleh 2 nama tempat yaitu Minangga dan Mukha Upang, Dan
sebuah tempat yang kemudian menjadi kota kedatuan Sriwijaya. Kern ibukota kedatuan
Sriwijaya ya di wilayah Palembang sekarang. Kern melokalisasi Minangga di muara Sungai
Musi, setelah sebelumnya menempatkan ibukota Sriwijaya di Palembang sekarang. selanjutnya
Poerbatjaraka berpendapat bahwa Minangga terletak di daerah pertemuan Sungai Kampar
kanan dan Kampar kiri di daerah Minangkabau Sumatera Barat. Berbeda pendapat dengan
kedua pakar tersebut yang menempatkan Minangga masih di daerah Sumatera Coedes
berpendapat bahwa Minang ga ada di daerah Asia Tenggara daratan. Slametmuljana
melokalisasi Minangga di daerah tepi sungai Barumun, di wilayah provinsi Sumatera Utara
sekarang.Pendapat mutakhir dikemukakan oleh Boechari ia melokalisasi Minangga di suatu
tempat di tepi sungai Kampar kanan disitu terdapat sebuah kampung yang bernama Binangga
yang letaknya di sebelah timur Bangkinang Boechari juga menyimpulkan Sriwijaya sudah ada
sejak sebelum tahun 682, terletak di daerah aliran Sungai Kampar kanan di daerah hulu aliran
sungai itu terdapat Kompleks percandian Muara Takus sebuah Kompleks candi Buddha.
Prasasti lain yang menguatkan dugaan bahwa Palembang merupakan pusat kedatuan
Sriwijaya adalah Prasasti Talang Tuo dan prasasti Telaga Batu. Prasasti Talang Tuo berisi
tentang pembangunan Taman Sriksetra atas perintah Dapunta Hiyang Sri Jayanasa pada
tanggal 23 Maret 684. Peristiwa Talaga Batu seperti halnya prasasti-prasasti lainnya yang
ditemukan di luar Palembang (prasasti Karangberahi dari Jambi, prasasti Kota Kapur dari Pulau
Bangka, serta prasasti Palas Pasemah dan prasasti bungkuk dari Lampung) adalah prasasti
persumpahan. Beberapa situs yang ditemukan di sepanjang daerah aliran sungai itu mempunyai
indikator pertanggalan dari sekitar abad VIII-V. Di kota Palembang benda tinggalan budaya
masa Sriwijaya banyak ditemukan dalam berbagai bentuk dan jenisnya meskipun demikian
tinggalan budaya berupa Monumen masa Sriwijaya di Palembang tidak banyak ditemukan.
Bukti arkeologis yang diduga dari masa Sriwijaya banyak ditemukan di belahan sisi
utara Sungai Musi, sedangkan di sisi selatannya tidak (belum) ditemukan. secara keseluruhan,
dataran Palembang merupakan dataran aluvial sebagai akibat pengendapan material pelapukan
Bukit Barisan oleh sungai Musi pada kala Holosen.
Ukuran kota masa awal Sriwijaya tidak dapat diketahui dengan tepat. Namun, berdasarkan
sebaran tinggalan budayanya (prasasti, arca, dan keramik) dapat diperkirakan luas kota
Sriwijaya. Berdasarkan hasil penelitian yang mutakhir tinggalan budaya masa Sriwijaya
ditemukan mulai dari daerah 1 Ilir di sebelah timur hingga daerah 36 Ilir (Karanganyar) di
sebelah barat mulai dari tepi utara Musi hingga daerah Talang Kelapa di sebelah utara.
Untuk sementara dapat diduga bahwa luas kota Sriwijaya kira-kira separuh dari kota
Palembang sekarang (sekitar 250 km persegi) dan menempati area sisi utara sungai Musi.
8
Daerah Palembang dan sekitarnya merupakan suatu daerah yang mempunyai ekosistem
rawa. Berdasarkan anggapan apabila dilihat dari segi ekonomi Palembang cukup memenuhi
syarat sebagai Kota dagang. Palembang terletak di persimpangan jalan pengangkutan yaitu di
tepi sungai Musi dan di muara sungai Ogan dan Kramasan serta di persilangan jalan Laut antara
Jawa dan daratan Asia. Untuk seluruh wilayah kota Sriwijaya Palembang tempat yang
dianggap paling Suci adalah Bukit Siguntang. Pusat pengajaran agama Buddha yang terbesar
di kedatuan Sriwijaya adalah Nalanda. Gambaran permukiman penduduk di kota Sriwijaya
tidak jauh berbeda dengan gambaran pemukiman masa sekarang. Pada umumnya pemukiman
kampung yang lokasinya ada di daerah tepian sungai berupa rumah tinggal yang dibuat dari
kayu atau bambu.
9
Di sebuah kota yang telah matang, seperti kota Sriwijaya, tentunya tinggal kelas-
kelas penguasa atau para birokrat kedatuan. keterangan mengenai adanya kelas-kelas ini
dapat diperoleh dari prasasti telaga batu. prasasti itu menyebutkan para pejabat dan
pegawai kedatuan yang disumpah oleh dapunta Hyang dengan tujuan agar tidak
melakukan pemberontakan. mereka yang disumpah antara lain putra mahkota, putra putra
Datu, pemimpin, komandan tentara Nayaka koma-koma Hakim dan para pemimpin
pengamat para buruh para pengamat kasta-kasta yang rendah, Membuat pisau, dan
pelayan istana. mereka semua tinggal di sekitar Keraton tempat tinggal Datu.
Menurut De casparis, dengan berpatokan pada prasasti telaga batu, kedatuan
Sriwijaya dapat dibagi dalam beberapa Mandala dan setiap Mandala dikuasai oleh seorang
Datu. seseorang yang menjadi Datu harus berasal dari kalangan Putra Raja atau
bangsawan. dalam tingkatan sosial dan pemerintahan terdapat empat kelas putra-putra
Raja. putra raja yang paling utama dikenal sebagai raja dan berperan sebagai putra
mahkota atau raja muda itu tingkatan di bawah ialah Raja yang dapat naik ke tingkat di
atasnya sebagai yuvaraja apabila yuvaraja berhalangan atau mangkat. tingkatan berikutnya
adalah rajakumara yang dapat menggantikan dua tingkat di atasnya. namun pada tingkat
yang ke-4 dengan Gelar Raja Putra tidak berhak menuntut Tahta mahkota karena mereka
adalah anak raja dari istri kedua atau selir. dalam organisasi sosial dan politik, tampak
jelas bentuk 2 tingkatan yang utama. Tingkatan pertama adalah tingkat Datu yang di
dalamnya terdapat kaum kerabat Datu, putra dan putri Datu. kedudukan status dalam
tingkatan bergantung pada kedudukan seseorang dalam tingkatan itu. tingkatan kedua
terdiri dari berbagai golongan pejabat kedatuan Senopati Nayaka, pratyaya, Haji pratyaya,
dan dan dan dandanayaka Adalah Hakim.
Sriwijaya adalah negara yang kelangsungan hidupnya tergantung pada
perdagangan Ini berarti, para penguasa Sriwijaya harus menguasai sumber daya alam yang
merupakan komoditas perdagangan jalur perdagangan darat dan air, dan Pelabuhan tempat
penimbunan barang komoditas sebelum dipasarkan. penguasaan tempat-tempat tersebut
dengan sendirinya memerlukan pengawasan langsung dari penguasa. Oleh sebab itu, tidak
heran kalau Datu Sriwijaya tidak dapat membenarkan sikap tidak setia, meskipun hanya
sedikit, termasuk dari anaknya sendiri. agar memudahkan pengawasan, para pejabat yang
mempunyai daerah kekuasaan harus tinggal di pusat pemerintahan
10
sriwijaya mempunyai tempat yang khusus. mereka sangat dihormati oleh para penguasa
dan rakyat Sriwijaya. biksu yang datang ke sriwijaya bukan hanya sekedar singgah untuk
beberapa saat mereka tinggal untuk waktu yang lama dan mempelajari agama Buddha.
Adapun para biksu Budha dari Cina, seperti I-tsing, datang ke sriwijaya untuk
mempelajari tata bahasa Sansekerta dan menerjemahkan kitab kitab suci agama Buddha
dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina.
Dalam agama Buddha terdapat beberapa mazhab seperti Mahayana dan Hinayana.
sumber tertulis dan arca arca yang ditemukan mengindikasikan bahwa agama Buddha
yang berkembang di Sriwijaya bermazhab Mahayana. akan tetapi, para biksu Buddha
disamping mempelajari agama Buddha di Sriwijaya dan mempelajari agama Buddha
Mahayana, mereka juga mempelajari agama Buddha dari mazhab lain. agama Buddha
yang mula-mula berkembang di Sumatera dan nusantara adalah agama Buddha mazhab
Hinayana. Sementara itu di Semenanjung Malaya dan Asia Tenggara Daratan, agama
Budha yang berkembang adalah agama Buddha Mahayana.
aktivitas keagamaan pada masyarakat di wilayah kedatuan Sriwijaya bukan hanya
agama Buddha Mahayana agama lain juga kesempatan untuk berkembang titik bukti bukti
arkeologis berupa Arca batu yang mewakili agama Hindu dan Tantri, juga ditemukan di
wilayah kedatuan Sriwijaya. di Palembang, selain ditemukan Arca Buddha Juga
ditemukan Arca Hindu yang berupa Arca Ganesha dan Arca Siwa. ini membuktikan
bahwa di kota Sriwijaya terdapat kelompok masyarakat yang memeluk agama Hindu yang
hidup di antara kelompok masyarakat yang beragama Buddha.
C. PERKEMBANGAN KEBAHARIAN
Sriwijaya dikenal sebagai sebuah kerajaan maritim yang menguasai jalur
perdagangan di sekitar Selat Malaka titik berdasarkan berita-berita tertulis yang sampai
kepada kita, kerajaan ini telah malang melintang di perairan Asia Tenggara sampai ke
daerah Madagaskar di selatan Benua Afrika. i-tsing, Seorang pendeta agama Buddha dari
Cina banyak mencatat perkembangan kedatuan Sriwijaya pada sekitar abad ke-7. ia
mengatakan bahwa pelayaran ke negeri Cina dilakukan oleh kapal-kapal Sriwijaya. sebuah
studi pelayaran masa lampau juga memperoleh bukti bahwa banyak nama tempat di
pantai champa dan annam berasal dari bahasa melayu S hal ini mendukung pendapat
bahwa pelayaran orang-orang Melayu ke negeri Cina memang dilakukan oleh pelaut-
pelaut Melayu dengan menggunakan perahunya sendiri telaah Wolters mengenai abad-
abad pra Sriwijaya membawa kita pada kesimpulan bahwa “the shippers of the persian
trade” Adalah orang-orang Melayu. orang-orang Melayu memang pelaut ulung sehingga
orang-orang Portugis membuat buku Pandu laut berdasarkan petunjuk petunjuk dari pelaut
Melayu. ketangguhan bangsa Melayu sebagai pelaut ulung hingga sekarang masih tersisa
seperti masih dapat disaksikan pada suku bangsa Melayu di daerah Kepulauan Riau.
1. Pelayaran dan perkapalan
bukti tertulis mengenai penggunaan perahu sebagai sarana transportasi
pada Sriwijaya diperoleh dari Prasasti, Berita Cina dan berita Arab prasasti
11
Sriwijaya yang menyebutkan penggunaan Perahu adalah prasasti kedukan bukit
yang ber tanggal 16 juni 682. dalam prasasti itu disebutkan bahwa dapunta Hyang
berangkat dari minanga dengan membawa Rp20.000 pasukan dan 200 buah peti
perbekalan yang diangkut dengan perahu-perahu.
Pada zaman prasejarah, perahu bercadik memainkan peranan yang besar
dalam hubungan perdagangan antar pulau di Indonesia dan antar kepulauan di
Indonesia dan Asia Tenggara Daratan karena ada hubungan dengan Asia Tenggara
Daratan, maka terjadilah tukar-menukar informasi teknologi dalam segala bidang
misalnya dalam pembangunan Candi pembangunan kota dan tentu saja
pembangunan Perahu.
2. Bandar-bandar penting
Pelabuhan atau Bandar yang baik biasanya terletak di sebuah teluk yang
dalam dan terlindung dari angin kencang dan ombak besar. kadangkala Pelabuhan
terletak di Muara sebuah sungai yang besar dan agak masuk ke pedalaman.
aktivitas yang dilakukan pada sebuah Bandar adalah perdagangan dan pengisian
bekal perjalanan misalnya bahan makanan dan air yang diperlukan selama
pelayaran. maju dan tidaknya sebuah Bandar biasanya tergantung pada Daya tarik
Bandar tersebut, misalnya Tersedianya bahan komoditas perdagangan.
pada Milenium 1 dan awal Milenium 2 m, di Sumatera terdapat beberapa
Bandar penting. lahirnya bandar-bandar ini antara lain disebabkan karena daya
tarik pasar yang ada di Bandar tersebut dan dekat dengan jalur pelayaran yang
ramai titik bandar-bandar tersebut antara lain barus di barat laut Sumatera, kota
Cina di pantai Timur Sumatera, Jambi dan Palembang di pantai Tenggara
Sumatera. masing-masing Bandar tersebut mempunyai daya tarik tersendiri .
Barus, sebagaimana diberitakan oleh Claudius ptolemaeus, merupakan
sebuah Bandar kuno yang telah ada pada abad 1 M. dalam bukunya Barus disebut
dengan nama borousai. Beberapa penulis asing menyebutkan bahwa pada abad X,
baru sudah menjadi bagian dari Sriwijaya. di bandar ini diperdagangkan barang-
barang komoditas dari China , antara lain keramik dan manik-manik kaca, dan
dari Timur Tengah antara lain gelas kaca dari Persia dan Irak. dari Barus sendiri
menghasilkan kapur barus yang pada waktu itu menjadi komoditas perdagangan
yang populer dan digemari oleh konsumen dari Timur Tengah.
Kota Cina dan payapasir merupakan situs Pelabuhan kuno yang sangat
penting dalam rangka perdagangan Asia Tenggara pada abad XI- XIV. letaknya di
lembah Sungai Deli pantai Timur Sumatera Utara, sekitar 16 km dari kota Medan.
Kota Cina telah diduduki oleh orang-orang Tamil Pada masa itu, dan di kota Cina
diduga terdapat jaringan dagang persyarikatan besar pedagang Tamil yang
melakukan kegiatan di wilayah Asia Tenggara. orang Tamil juga telah bermukim
di sini dan mereka membangun tempat ibadah dengan arca yang dipuja nya
Buddha dan Wisnu.
12
Jambi merupakan salah satu Bandar penting yang mungkin lahir pada
pertengahan Milenium I. letaknya belum diketahui dengan pasti, Mungkin di salah
satu tempat di tepi Batanghari, atau di kota Jambi sekarang. di beberapa tempat di
tepi Batanghari terdapat beberapa buah situs yang mengindikasikan keberadaan
sebuah Bandar, antara lain Suak Kandis dan Jambi. akan tetapi, di beberapa tempat
di sepanjang tepian Batanghari banyak ditemukan situs yang tinggalan budayanya
berupa keramik yang berasal dari abad XI-XIII. temuan ini mengindikasikan
bahwa Batanghari di masa lampau merupakan jalur pelayaran sungai yang cukup
ramai yang menghubungkan daerah Jambi dan Cina atau tempat lain di luar Jambi.
13
E. HUBUNGAN POLITIK DAN EKONOMI DENGAN KERAJAAN LAIN DI
ASIA
Politik dan ekonomi berkaitan sangat erat, sebagai kerajaan maritim, sebagian besar
kehidupan masyarakat Sriwijaya hidup dari perdagangan. Sriwijaya banyak menjalin
hubungan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan lain di wilayah Asia, seperti dengan
Cina, India, Persia dan Arab. Hubungan politik ditujukan untuk kemajuan dan keamanan
dalam perdagangan. Hubungan antar kerjaan lebih intensif dilakukan dengan kerajaan-
kerajaan di Cina dan India dibandingkan kerajaan di Timur Tengah, ke eratan hubungan
ini diduga karena persamaan dalam kehidupan beragama. Kerajaan-kerajaan di daerah
Persia dan Timur Tengah sebagian besar masyarakat dan rajanya beragama Islam.
prasasti yang berasal granta dan berbahasa Tamil ditemukan di lobutua, Bandar
Bapak hat, naisu dan mungkin di kota Cina. dari 4 nama tempat tersebut 2 tempat
diantaranya cukup menarik perhatian untuk dibicarakan dalam diskusi ini. kedua
nama tersebut adalah baru dan kota Cina.
situs Barus dan situs kota Cina dikenal secara terbatas pada kalangan sejarawan
dan arkeolog sebagai situs Pelabuhan kuno yang banyak berhubungan dengan
kerajaan asing di luar Nusantara. kerajaan asing yang banyak berhubungan dengan
kedua situs ini terutama kerajaan-kerajaan di India dan kemudian Cina data tertulis
yang sampai kepada kita dari kedua situs ini menunjukkan bahwa di tempat ini
pernah tinggal para pedagang dari India, khususnya pedagang Tamil. sebelumnya
pada tahun 1017 Rajendracola dari kerajaan Cola telah menyerang Sriwijaya dan
kerajaan lain di sekitar selat, dan serangan berikutnya dilakukan pada tahun 1025.
mereka memandang perlu membentuk perserikatan dagang karena mereka tidak
14
mau tunduk pada Sriwijaya yang ketika itu menguasai pelayaran dan perdagangan
di Selat.
Seperti telah diketahui, wilayah Selat Malaka dikuasai oleh Sriwijaya. setiap kapal
Niaga yang melalui Selat tersebut harus membayar Cukai pada penguasa selat
yang pada masa itu adalah Sriwijaya. dalam kasusnya dengan kerajaan
Cola, Sriwijaya in mungkin mengutip juga terlampau tinggi terhadap pedagang
Tamil yang melewati Selat Malaka. akibatnya, kerajaan cola yang melindungi para
pedagang Tamil ini ini mengambil tindakan dengan menyerang Sriwijaya. setelah
serangan pada tahun 1025 tersebut, Sriwijaya tidak lagi menguasai Selat Malaka
seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Selain menyerang Sriwijaya, Kerajaan cola
juga menyerang beberapa kerajaan lain di sekitar Selat dan juga di kawasan Asia
Tenggara.
15
Sumatera.Peran Samudra Pasai secara regional antara lain kerajaan tersebut
melakukan kontak intensif dengan dunia internasional.
3. RUNTUHNYA SRIWIJAYA
Dalam sejarah Dinasti Ming dikatakan bahwa San bo tsai pada tahun 1376
ditaklukan oleh Jawa yaitu Majapahit titik Setelah itu San bo tsai jatuh, Kerajaan
Jawa sendiri juga Mulai mendekati kehancuran Nya sehingga tidak dapat
mengawasi daerah yang ditaklukannya itu. akibat dari kurangnya pengawasan,
bajak laut China berhasil menguasai daerah itu dan menyusun semacam
pemerintahan di bawah pimpinan Liang tau ming.
16
berada di bawah pengaruh Majapahit lebih lagi Kerajaan Melayu pada masa
pemerintahan Adityawarman. Pada waktu itu nama dan eksintensi kedatuan
Sriwijaya sudah tidak terdengar lagi.
17
Dari bukti-bukti tersebut, lokasi kerajaan Malayu berada di kawasan Selat Malaka sama
dengan kerajaan Sriwijaya yang lebih berada di kawasan selatan.
D. KERAJAAN MALAYAPURA
Runtuhnya kerajaan Malayu Tua, mendorong munculnya kerajaan baru yaitu kerajaan
Malayapura atau Malayupura dengan raja Suryanarayana yang memiliki gelar Sri Maharaja.
Dari penyerangann yang di lakukan Sriwijaya terhadap Malayu ada pihak yang merasa di
rugikan yaitu pihak Cola atau Dinasti Cola dari India Selatan. Kemudian pihak Cola
menyerang kerajaan Sriwijaya dan akhirnya pihak Sriwijaya mengalami kekalahan, peristiwa
tersebut tercatat pada prasasti Tanjore tahun 1031. Dari kekalahan itulah pihak Sriwijaya
memindahkan wilayahnya ke pedalaman Jambi yang nantinya akan ada tempat pusat kegiatan
agama Buddha. Dinasti Cola hanya berkuasa selama 12 tahun, karena setelah itu Sri
Maharaja berhasil mengambil alih kembali kerajaan Sriwijaya yang kemudian memindahkan
pusat kerajaan dari Pelembang ke Jambi. Raja Malayu juga memperbaiki hubungannya
dengan kekaisaran Cina, dan di dalam buku Marco Polo (1292) tercatat bahwa Malayu
merupakan pusat perdagangan rempah-rempah. Tak hanya itu eksistensi kerajaan ini juga
memiliki andil besar dalam kerajaan Singhasari yang berada di Jawa Timur. Pada abad 1343
muncul Adityawarman yang mengaku sebagai saudara Rajapatni Raja Majapahit, yang
kemudian ia mengaku sebagai raja Malayu di tahun 1347 dan memindahkan pusat
kegiatannya ke sekitar Kota Batusangkar, Provinsi Sumatera Barat.
18
7.) Prasasti Bandar Bahapat
8.) Prasasti Suroaso II
9.) Prasasti Lubuk Layang
Itulah 14 penjelasan mengenai raja Adityawarman. Arca Bhairawa yang di temukan di sungai
Langsat (1935) di analisis sebagai perwujudan dari raja Adityawarman. Kemudian mengani
isi salah satu prasasti tersebutm yaitu prasasti Kubu Rajo I di sebutkan bahwa Adityawarman
merupakan raja tanah Kanaka (emas), Adwayawarman merupakan sebutan untuh ayah
Adityawarman, sedangkan Adityawarman sebutan sebagao keluarga Indra. Ada juga prasasti
Rambatan yang terletak di Kabupaten Tanah Datar, sekitar 6km dari Batusangkar yang baru
di temukan pada tahun 1950.
19
candi yaitu Candi Rajarajesvara dan Candi Ganggaikonda-Cholesvaram. Isi (terjemahan)
Prasasti tersebut adalah sebagai berikut.
“Rajendra mengirim banyak kapal ke tengah samudera dan berhasil mengangkap
sanggrama wijayatunggawarman,raja Kadaram beserta gajah-gajah dan tentaranya, menjarah
semua kekayaannya, mengambil torana (puncak hiasan gapura) Widyadhara, merusak
gerbang srivijaya yang dihiasi dengan intan berlian;menyerang panai yang dipenuhi air yang
jernih, menyerang malayur yang mempunyai pegunungan yang bagus, menyerang
Mayirudigam yang dikelilingi laut dan parit-parit, menyerang Ilanasokam yang ketakutan
ditengah pertempuran, menyerang Valaipanduru yang mempunyai Valaipandum, menyerang
Talaittakoklam yang dipuja orang-orang besar karena ilmu pengetahuannya, menyerang
Tamralingam yang besar dan kuat dalam perang yang penuh bahaya, menyerang
Ilamuridesam yang seperti mawar kuat dalam perang, menyerang Nakkavaram yang besar
dan luas tamannya serta banyak madu yang dikumpulkan, dan menyerang Kadaram yang
ketakutannya menakutkan dan dilindungi oleh laut dalam”
Nama Panai juga disebut dalam kitab Nagarakertagama pupuh XIII bait 1 bersama
dengan nama-nama negeri yang ada dalam perlindungan imperium Majapahit.Sumber lain
tentang nama Panai berasal dari sejarah Cina abad V dan VI tetapi sumber Cina ini tidak
menyebutnya secara langsung. Di sana disebut nama kerajaan P’o-li yang oleh beberapa
sarjana ditafsirkan berbeda-beda tetapi umumnya nama ini diasumsikan berada di
Sumatra.Lokasi kerajaan Panai dapat ditelusuri dari berbagai sumber, antara lain dari Prasasti
Tanjore,kitab Nagarakertagama, berita Cina, kondisi geografis, dan tinggalan arkeologis.
Merujuk pada Prasasti Tanjore tahun 1030/1031 mengenai Panai yang dialiri banyak sungai,
maka satu-satunya daerah Sumatra Utara yang memiliki banyak sungai ialah Kabupaten
Tapanuli Selatan, khususnya wilayah kecamatan Gunung Tua.
Dalam naskah Jawa Kuno Nagarakertagama,yang selesai ditulis tahun 1365 oleh
pujangga Istana bernama Prapanca, pupuh XIII bait 1 disebutkan daftar nama negeri di
wilayah Nusantara yang wajib memberikan upeti kepada majapahit. Penyebutan nama-nama
negeri itu berurutan dari arah selatan atau tenggara, jadi letaknya pasti berdekatan antara satu
negeri dengan negeri lainnya. Nama Panai atau pane diapit oleh dua nama yaitu Rokan dan
Kampe serta Haru. Jadi lokasi Panai berada diutara Rokan dan di selatan atau tenggara dari
Kampe dan Haru.
20
1. Prasasti Gunung Tua bertahun 1024. Prasasti ini tertulis pada punggung arca
Lokanatha bertangan empat dalam posisi berdiri yang diapit oleh dua arca Tara yang
duduk.tetapi satu arca disebelah Lokanatha hilang.
2. Prasasti Joreng Belangah,bertanggal 30 maret 1179 (menurut Damais) menurut
pendapat Bosch angka tahunnya adalah 1101.Tulisannya ada dua baris dan dipahat
pada sebuah batu peringatan.
3. Prasasti Perlak Dolok,bertanggal 25 Oktober 1213 ( menurut Damais).Prasasti ini
dipahatkan pada sebuah tugu yang ujungnya bergambar kepala Ganesa
4. Prasati Si Topayan,bertahun 1235 (menurut Goris) prasasti ini dipahatkan pada dua
lapik arca dengan aksara proto-Batak (menurut Stein Callensfels) dan berbahasa
Melayu Kuno
5. Prasasti Aek Sengkilon abad XIV.Prasasti ini digoreskan pada lempeng emas
berukuran 13×5 Cm yang ditemukan pada badan Candi Aek Sengkilon
6. Prasasti Tandihet dari abad XIII.prasasti ini digoreskan pada lempeng emas berukuran
12,5×4,5 cm. Di bagian tengah terdapat gambar segi empat dengan wajra di keempat
sisinya.
7. Prasasti Lobu Tua bertahun 1088 (menurut Nilakanta sastri). Di Lobu Tua ditemukan
empat batu bertulis,tga batu berbentuk heksagonal yang bertulis pada sisi dengan
aksara Tamil dan bagasa Tamil.
8. Prasasti Sorik Marani.bertanggal 9 september 1242 dan bahasa Melayu kuno (
menurut Damais).Prasasti ini ditemukan di sebelah Timur Gunung Sorik Merapi dekat
Kotanopan.
21
hal itu kurang dank arena hanya sedikit teks prasasti.Kebudayaan Panai yang masih dapat
ditelusuri adalah tinggalan berupa bangunan dan artefak seperti arca, lingga, yoni, sarkofag,
dan tugu. Serta tulisan atau prasasti, baik yang di pahat pada bahan batu, bata, lempeng emas
atau perak, dan lain-lain. Secara analogis,tradisi masyarakat Panai Kuno mungkin sebagian
masih diwarisi oleh masyarakat Batak yang sebagian bermukim di Padang Lawas pada saat
ini. Ditinjau dari sudut Politik pemerintahan,sejak abad XI kerajaan Melayu tumbuh dan
berkembang hingga masa Raja Adityawarman yang wilayahnya mencakup Padang Lawas.
Hasil budaya fisik yang masih ada di Padang Lawas tidak dapat dipaparkan seluruhnya
karena keterbatasan ruang. Sebagai gambaran atau ilustrasi,berikut dipaparkan Biaro bahal 1
dan Biaro Si Pamutung sebagai contoh untuk mewakili kepurbakalaan di Padang Lawas.
1. Biaro Bahal
Biaro Bahal ada tiga buah dan terletak di Desa Bahal dekat Portibi dan berada di
sebelah utara sungai Pane sebelum sungai ini bermuara di Sungai Berumun,di peta
topografi,lokasinya berada di titik 1,51 Lintang Utara dan 99,51 Bujur
Timur.Kompleks bangunan ini semua terbuat dari bata dan berjejer dari barat ke
timur.Atap candi dihias dengan bantalan teratai yang diikat dengan sulur-
suluran.Pucak atap seharusnya berupa stupamlengkap dengan chatra (Payung).
2. Biaro Si Pamutung
Biaro ini terletak di dekat pertemuan Sungai Pane dengan Sungai Berumun dan
merupakan bangunan candi yang terbesar di wilayah Padang Lawas.Bangunan candi
ini menghadap ke timur;tangga masuk ke pintu candi diapitr oleh dua kepala buaya
yang berhidung manusia.Diluar candi ditemukan arca yang tangannya bersikap Anjali
mudra dan juga stupa yang rupanya jatuh dair candi induk.Dalam evakuasi tahun
1936 oleh Schnitger,ditemukan arca perunggu Amithaba setinggi 12,5 cm, dalam
posisi duduk dan bersikap kaki paryankasana,yaitu kaki bersila.Demikianlah salah
satu gambaran tentang tinggalan arkeologis di Padang Lawas sebelum tahun 1980.
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Awal munculnya kerajaan Hindu-Buddha telah banyak dibahas oleh para ahli pada awal
abad XX. Mereka telah menunjukakan bahwa munculnya kerajaan di Indonesia tidak terlepas
dari pengaruh kebudayaan India. Kontak budaya antara India dan Indonesia tampaknya telah
terjadi sejak awal abad masehi. Kerajaan sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritime dan salah
satu pusat penyebaran agama Buddha dan pengajaran bahasa Sansekerta. Karena itulah Sriijaya
banyak di kunjungi oleh para biksu dari mancanegara. Lokasi kerajaan Sriwijaya dan Malayu
sama-sama ada di selat Malaka dan posisi kerajaan Sriwijaya ada ditempat paling selatan jika
ditinjau dari arah Kanton menuju ke selatan. Marco Polo dalam catatannya tahun 1292
menyebut Malayu sebagai pusat perdagangan rempah-rempah. Nama kerajaan Panai muncul
pertama kali dalam sejarah saat disebut dalam prasasti Tanjore bertarikh 1030/1031 yang
dikeluarkan oleh raja Rajendra I dari Kerajaan Cholamandala.
B. SARAN
Sebagai generasi muda dan rakyat Indonesia kita haru mencintai, melestarikan, dan
menjaga warisan budaya dan peninggalan-peninggalan kerajaan yang ada di Indonesia.
Tentang kerajaan Sriwijaya, kerajaan Malayu, dan kerajan Panai. Dan kita sebagai penerus
generasi kita perlu untuk melestarikan dan mempelajari warisan budaya dikarenakan dengan
mempelajari sejarah peninggalan dapat banyak memberikan berbagai informasi dan ilmu
pengetauhan yang luas.
23
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Dr. Agus Aris. 2012. Indoneisa Dalam Arus Sejarah Jilid 2 Kerajaan Hindu-
Buddha. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
24