Anda di halaman 1dari 20

Karya Tulis Ilmiah

Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Di susun oleh :
Nama : Ani puspita Sari
Kelas : XII Ips
Guru pembimbing
Ibu.AfraArealfila
Mata pelajaran
Bahasa Indonesia

Penyusun:

Kelompok: 7

1. Izzata Fakhreza 210210302064


2. Attin Alien Ika Arimbi 210210302082
3. Agung Dwi Prayoga 210210302085
4. Cindy Kurnia Fatihah 210210302092

KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Kerajaan Sriwijaya, Malayu, dan Panai” yang
kami kerjakan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia I.
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang zaman berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut bagi pembaca dan penulis. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada bapak Kayan Swastika dan bapak Robit Nurul Jamil
selaku dosen mata kuliah Sejarah Indonesia I yang telah m e m b e r i k a n
arahan serta bimbingan dalam membuat makalah ini.
Kami selaku penyusun makalah, mohon maaf jika terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam makalah yang kami buat. Dan kami juga berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua

Jember, 31 Oktober 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………..….1

DAFTAR ISI………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………….…4
B. Rumusan Masalah…………………………………....4
C. Tujuan………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kerajaan Sriwijaya………………………......…….....5


A. Kondisi lingkungan……………………………….5
B. Garis Pantai Sumatera Bagian Timur......................5
C. Sumber Alam………………………………….......6
D. Hasil Hutan……...............................................…...6
E. Hasil Tambang….....................................................6
F. Hasil Bumi………………………………….……...6
G. Faktor Politik Dan Ekonomi Di Asia Tenggara.......7
H. Masa Awal Sriwijaya “ Wanua Sriwijaya”..............7
I. Sriwijaya Dan Wilayahnya.......................................8
2.2. Masa Pertumbuhan Sriwijaya......................................9
A. Struktur Kedaulatan Dan Birokrasi Sriwijaya……..9
B. Kehidupan Keagamaan Di Sriwijaya……………...10
C. Perkembangan Kebaharian………………………...11
D. Ekspansi Sriwijaya Dalam Abad VII-VIII………...13
E. Hubungan Politik Dan Ekonomi Dengan
Kerajaan Lain Di Asia…………………………….14
F. Masa Akhir Sriwijaya……………………………...14

2
BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………...19
B. Saran………………………………………………….19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………20

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Sriwijaya, Malayu dan Panai merupakan tiga kerajaan yang saling
berhubungan, hal itu di sebabkan karena letak kerajaan tersebut berada di wilayah Pulau
Sumatera. Agama Buddha adalah agama yang mendominasi ketiga kerajaan ini, hal tersebut
dapat dilihat dari penemuan benda-benda arkeologi seperti prasasti, arca, batu logam serta bata
dalam ukuran besar.
Peninggalan-peninggalan kuno mengenai ketiga kerajaan ini selain menjadi bukti, juga
menjadi sebuah benda yang tentu mengandung banyak ilmu jika di pelajari. Seperti mengenai
keadaan sosial budaya pada saat itu, agama, bahasa, dan masih banyak lagi. Dapat disimpulkan
bahwa banyak sekali pelajaran yang dapat di gali dan di pelajari dari Kerajaan Sriwijaya,
Malayu, dan Panai yang dapat dilihat dari bukti-bukti arkeologi yang sudah di temukan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, berikut adalah rumusan masalah yang di bahas pada makalah
ini:
1. Bagaimana awal mula berdirinya kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaiman perkembangan kerajaan Sriwijaya dan apa saja peninggalannya?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah “Kerajaan Sriwijaya” adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami proses munculnya kerajaan s r i w i j a y a


2. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan kerajaan Sriwijaya

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KERAJAAN SRIWIJAYA


A. KONDISI LINGKUNGAN
Para pakar menempatkan lokasi wilayah kerajaan Sriwijaya (Kedaulatan Sriwijaya) di
pulau Sumatera dan lokasi pusat pemerintahannya masih diperdebatkan karena berpindah
pindah. Dalam hal pelayaran dan perdagangan, tidak lepas kaitannya dengan pelabuhan,
karena itulah para pakar beranggapan bahwa pusat pemerintahan Negara ini harus terletak di
tepi pantai pada sebuah teluk yang terlndungi. Para pakar juga beranggapan bahwa pada masa
lampau garis pantai Sumatera bagian tenggara terletak jauh di pedalaman.
B. GARIS PANTAI SUMATERA BAGIAN TIMUR
Telaah V.Obdeyn telah membuka cakrawala baru mengenai kedatuan Sriwijaya serta
letak Palembang dan Jambi. Dalam telaahnya itu, Obdeyn mengajukan suatu teori bahwa
dahulu pada masa sejarah (900-1.300 tahun yang lalu) psisir Sumatera bagian tenggara terdiri
darideretan teluk yang besar. Pulau Bangka dan Belitung masih menjadi satu jazirah dengan
Riau-Lingga-Malaka, karena keadaan ini, lokasi pusat kedatuan Sriwijaya menjadi stratgis,
yaitu selalu dilewati kapal-kapal yang berlayar dari Cina ke India atau sebaliknya. Kapal-kapal
itu harus berlayar menuju ke arah selatan mengitari Pulau Belitung dan singgah di pusat
kedatuan Sriwijaya.
S. Sartono, seorang pakar geologi, berbeda dengan Obdeyn, Sartono beranggapan
bahwa kota Jambi dan Palembang dahulu terletak di ujung sebuah semenanjung.
Hasil penelitian geomorfologi yang dilakukan oleh Obdeyn dan Soekmono yaitu letak
Jambi lebih strategis daripada Palembang karena lebih deka dengan Selat Malaka.
Secara fisiografis, daerah Jambi dan sekitarnya termasuk daerah rendah Sumatera
bagian Timur. Satuan ini di cirikan oleh dataran dan perbukitan rendah.
Teori tentang pertambahan garis pantai pulau Sumatera bagian Timur berpengaruh besar sekali
terhadap pemikiran para pakar sejarah dan arkeologi yang menelaah Sriwijaya. Karena teori
ini, para pakar mulai “mencocok-cocokkan” lokasi pusat kedatuan Sriwijaya di tempat yang
strategis ditinjau dari segi perdagangan melalui laut. Mereka terlalu “memaksakan” bahwa
lokasi pusat kedatuan Sriwijaya harus di muara sungai dan di tepi laut sesungguhnya mereka
lupa bahwa tempat yang strategis tidak harus di tepi jalan laut atau di tepi pantai.
Bukti bahwa garis pantai sebelah timur pulau Sumatera sejak dulu hingga sekarang tidak
banyak berubah, diperkuat dengan ditemukannya situs-situs arkeologi tidak jauh dari garis
pantai sekarang bukti pertama ditemukan pada awal tahun 1980-an, yaitu situs Koto Kandis di
tepi sungai Niur (cabang Sungai Batanghari), disitus yang luasnya lebih dari 4km persegi itu
ditemukan berbagai artefak yang merupakan petunjuk adanya permukiman kuno di situ, seperti
keramik yang utuh maupun pecahan, tembikar, arca perunggu, batu pipisan (Grinding Stone)
dan bata. Sekitar abad adad (IX-XIV) di Koto Kandis telah ada aktivitas manusia artinya
dugaan bahwa daerah tersebut dahulu merupakan laut tidak terbukti kalau ada laut pada sebuah
teluk yang besar tentunya situs Koto Kandis tidak ada ada.
Bukti arkeologi lain ditemukan di daerah Suakkandis yang merupakan daerah
pertemuan sungai Kumpeh dan Batanghari di daerah ini terdapat 3 buah situs masing-masing
di ujung Plancu, Suakkandis, dan Sematang Pundung.

5
Bukti mutakhir bahwa garis pantai bagian timur pulau Sumatera sejak awal zaman sejarah tidak
jauh berbeda dengan sekarang adalah ditemukannya situs Air Sugihan pada bulan Februari
1988. Situs Air Sugihan terletak di daerah Muara Air Saleh (cabang Sungai Musi) sekitar 20
km dari garis pantai sekarang dan merupakan daerah rawa gambut dengan ketinggian sekitar
2-3m dibawah permukaan laut.

C. SUMBER ALAM
Banyak berita asing yang memberikan perdagangan emas dan hasil hutan yang diambil
dari bumi Sumatera. Komoditas ini dikapalkan melalui pelabuhan-pelabuhan yang mengambil
lokasi di tepi sungai sungai besar atau di tepi pantai Barat dan Timur Sumatera. Ada indikasi,
maju dan mundurnya sebuah Pelabuhan dapat bergantung pada sumber daya alam yang
dipasarkan melalui pelabuhan tersebut. Sebuah kota sekaligus pelabuhan sungai atau pantai
biasanya mengambil lokasi di tempat yang strategis, Dekat dengan sumber alam atau
mempunyai akses dengan sumber daya, alam misalnya pelabuhan Palembang (Po-lin-fong, Ku-
kang), Jambi (Chn-pi), Pi chans,Kota Cina dan Barus (Fansur, Barosai).

D. HASIL HUTAN
Hasil hutan Sumatera merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan
antar bangsa. Komoditas yang cukup populer pada Milenium 1 M antara lain adalah kapur
barus, damar, storax ( bahan dasar untuk membuat minyak wangi), myrobalan (bahan dasar
untuk membuat bahan pencelup), candu, dan benzoin. Damar dan kemenyan juga merupakan
komoditas perdagangan yang banyak digemari oleh para pedagang asing. Damar adalah
semacam terpenting dari spesies pohon pinus dan yang diperdagangkan ada dua jenis yaitu
damar biasa (Agatis alga) dan damar wangi atau damar laki-laki (Araucara cunninghami).
Hasil hutan lain yang juga merupakan komoditas dagang adalah kemenyan yang berasal dari
getah pohon kemenyan (Styrax benzoin). Selain merupakan tumbuhan liar pohon kemenyan
juga dibudidayakan tetapi tidak dilakukan secara besar-besaran seperti halnya dengan pohon
karet.Selain hasil hutan dari jenis tumbuhan, ada juga hasil hutan dari jenis hewan berita berita
Cina menyebutkan barang komoditas perdagangan yang berupa hewan antara lain berbagai
jenis burung (Kasuari Betet dan Nuri) dan mamalia (macan tutul, kucing hutan, beruang, dan
kera).

E. HASIL TAMBANG
Bumi Sumatera kaya akan barang tambang karena logam inilah maka Sumatera dikenal
juga dengan nama Swarnadwipa (pulau emas) atau Swarnabhumi (tanah emas) barang tambang
yang dikenal oleh para pedagang dan menjadi komoditas penting adalah logam emas.Selain
emas beberapa logam lain juga ditemukan di Sumatera seperti perak, plumbum, tembaga, seng
besi, dan air raksa. Barang-barang logam itu telah lama ditambang jauh sebelum abad XVI
yaitu ketika para penguasa barat melakukan penambangan secara besar-besaran di bumi
Sumatera.

F. HASIL BUMI
Hasil bumi Sumatera tidak banyak dikenal oleh para pedagang asing. Berita Cina
maupun Arab yang menyebutkan hasil bumi Sumatera sangat jarang. Kalaupun ada berita itu
hanya menyebutkan beras dan Jelai. Apabila kita lihat dari tingkat kesuburan tanah dan sistem
irigasi di Sumatera, maka daerah yang lebih memungkinkan sebagai tempat penghasil beras
adalah daerah sekitar kaki gunung Dempo (Pagaralam, Sumatera Selatan), dan daerah sekitar
Kabupaten Tanah Datar (Sumatera Barat). Kedua lokasi ini merupakan tanah endapan aluvial
fsies gunung api.

6
G. FAKTOR POLITIK DAN EKONOMI DI ASIA TENGGARA
Pada pertengahan Milenium 1M tercatat ada 2 kerajaan nusantara yang mendapat
pengaruh budaya India kedua kerajaan itu adalah kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kedua kerajaan ini meninggalkan bukti tertulis berupa
prasasti.

Di Kalimantan Timur dikenal kerajaan Kutai yang rajanya bernama Kudungga. Berita
Cina yang menyebutkan kerajaan Kutai dapat dikatakan tidak ada demikian juga mengenai
jalur pelayaran dan perdagangan. Peta jalur perdagangan dan pelayaran yang dibuat oleh
Wolters berdasarkan berita Cina, tidak menunjukkan adanya kontak dagang dengan
Kalimantan Timur. dalam peta daerah Kalimantan Timur pada tahun 430-610 hanya dikunjungi
oleh para pelaut/pedagang lokal yang berasal dari Jawa Timur.

Lalu lintas perdagangan dan pelayaran yang ramai di Asia Tenggara daratan dan
kepulauan ternyata hanya terjadi di belahan barat Nusantara yang meliputi Sumatera, Jawa, dan
sedikitnya Kalimantan Barat. Mengenai Kalimantan Barat berita Cina menyebutkan adanya
perdagangan dan pelayaran lokal dengan kerajaan Chin-li-p’i-shih (Wijayapura) tidak
langsung berhubungan dengan Cina.

Di Asia Tenggara daratan pada sekitar abad VII terdapat tiga kerajaan besar yaitu Lin-
yi (Vietnam), Chen-la (Kamboja), dan Dwarawati (Myanmar). Kerajaan-kerajaan ini
mempunyai hubungan dengan dagang dengan Cina dan India.
Hegomoni pelayaran dan perdagangan di Laut Cina Selatan berlangsung hingga tahun 767.
Ketika itu diperintah oleh Prtihiwindrawarman. Menurut tradisi sejarah Vietnam, pada tahun
767 Champa diserbu oleh penyerang-penyerang dari K’un-lun dan Da-ba atau Cho-po(jawa).
Serangan terakhir yang cukup menghancurkan terjadi tahun 787, sebagaimana dituliskan pada
prasasti yang Tikuh yang dikeluarkan oleh Raja Indrawarman.
Di daerah sekitar Tanah genting Kra (Myanmar dan Thailand), pada sekitar abad VI-
VII orang mon mendirikan kerajaan Dwarawati yang di dalam berita Cina disebut pada
mulanya kerajaan ini adalah kerajaan vasal (serikat) dari kerajaan Funan (Kamboja). Ketika
keadaan Kamboja sedang lemah, kerajaan Dwarawati melepaskan diri dari kekuasaan
Kamboja, karena letaknya strategis di daerah Tanah Genting Kra, di sebelah barat berbatasan
dengan Selat Malaka dan di sebelah timur berbatasan dengan teluk Bandon, maka kerajaan ini
menduduki posisi penting bagi jalur-jalur perekonomian.

H. MASA AWAL SRIWIJAWA “ WANUA SRIWIJAYA”


Pakar arkeologi yang pertama kali memperkenalkan Sriwijaya ke dunia ilmu
pengetahuan adalah George codeas 1898. Berdasarkan telaahnya itu Codeas
mengidentifikasikan bahwa Sriwijaya adalah nama sebuah institusi kerajaan yang lokasinya
ada di Palembang. Pada tahun 1922 Westenenk-Residen Belanda di Palembang selama kurang
dari telah membaca tulisan Coedas dan mulai mencari Peninggalan-peninggalan kuno yang ada
ada ada ada di wilayah kekuasaannya.Di bukit Siguntang sekitar 4 km ke arah barat dari pusat
Kota Palembang ia menemukan sebuah bantalan teratai serta sebuah fragmen arca yang terbuat
dari batu granit. Arca ini dikenal sebagai arca Buddha dari Bukit Siguntang. Ia menemukan
Prasasti Talang Tuo yang berangkat tahun 684. Pada tahun 1920 Betenburg menemukan
prasasti kedudukan Bukit dalam sebuah rumah orang Melayu di desa yang bernama kedukan
bukit kedua prasasti ini merupakan prasasti yang pertama yang ditemukan di daerah
Palembang. Prasasti kedukan Bukit meskipun isinya singkat memberi informasi yang cukup
padat dan penting bagi penulis sejarah.

7
Prasasti kedukan bukit ini merupakan prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang tertua
beraksara Pallawa dan berbahasa Melayu kuno berangkat tahun 604 S/682 M. Berdasarkan isi
prasasti Kedukan Bukit diperoleh 2 nama tempat yaitu Minangga dan Mukha Upang, Dan
sebuah tempat yang kemudian menjadi kota kedatuan Sriwijaya. Kern ibukota kedatuan
Sriwijaya ya di wilayah Palembang sekarang. Kern melokalisasi Minangga di muara Sungai
Musi, setelah sebelumnya menempatkan ibukota Sriwijaya di Palembang sekarang. selanjutnya
Poerbatjaraka berpendapat bahwa Minangga terletak di daerah pertemuan Sungai Kampar
kanan dan Kampar kiri di daerah Minangkabau Sumatera Barat. Berbeda pendapat dengan
kedua pakar tersebut yang menempatkan Minangga masih di daerah Sumatera Coedes
berpendapat bahwa Minang ga ada di daerah Asia Tenggara daratan. Slametmuljana
melokalisasi Minangga di daerah tepi sungai Barumun, di wilayah provinsi Sumatera Utara
sekarang.Pendapat mutakhir dikemukakan oleh Boechari ia melokalisasi Minangga di suatu
tempat di tepi sungai Kampar kanan disitu terdapat sebuah kampung yang bernama Binangga
yang letaknya di sebelah timur Bangkinang Boechari juga menyimpulkan Sriwijaya sudah ada
sejak sebelum tahun 682, terletak di daerah aliran Sungai Kampar kanan di daerah hulu aliran
sungai itu terdapat Kompleks percandian Muara Takus sebuah Kompleks candi Buddha.

Prasasti lain yang menguatkan dugaan bahwa Palembang merupakan pusat kedatuan
Sriwijaya adalah Prasasti Talang Tuo dan prasasti Telaga Batu. Prasasti Talang Tuo berisi
tentang pembangunan Taman Sriksetra atas perintah Dapunta Hiyang Sri Jayanasa pada
tanggal 23 Maret 684. Peristiwa Talaga Batu seperti halnya prasasti-prasasti lainnya yang
ditemukan di luar Palembang (prasasti Karangberahi dari Jambi, prasasti Kota Kapur dari Pulau
Bangka, serta prasasti Palas Pasemah dan prasasti bungkuk dari Lampung) adalah prasasti
persumpahan. Beberapa situs yang ditemukan di sepanjang daerah aliran sungai itu mempunyai
indikator pertanggalan dari sekitar abad VIII-V. Di kota Palembang benda tinggalan budaya
masa Sriwijaya banyak ditemukan dalam berbagai bentuk dan jenisnya meskipun demikian
tinggalan budaya berupa Monumen masa Sriwijaya di Palembang tidak banyak ditemukan.

I. SRIWIJAYA DAN WILAYAHNYA


Dalam hal menentukan lokasi Wanua Sriwijaya, Dapunta Hiyang telah memilih tempat
yang strategis, yaitu itu di daerah sekitar pertemuan Sungai Musi dengan Kramasan dan Ogan.
Lokasi wanua Sriwijaya terletak di Meander sebelah utara sungai Musi, di muka Muara
Kramasan dan Ogan. Melalui tempat ini dapat diawasi lalu lintas perdagangan dari dan menuju
daerah pedalaman berdasarkan hal tersebut manusia telah memanfaatkan kearifan lingkungan
yang ada di sekelilingnya. Tindakan Dapunta Hiyang beserta pasukannya secara disadari atau
tidak telah mengubah ekosistem alam, yaitu ekosistem meander sungai yang masih berawa-
rawa menjadi ekosistem buatan dalam hal menjadi ekosistem hunian.

Bukti arkeologis yang diduga dari masa Sriwijaya banyak ditemukan di belahan sisi
utara Sungai Musi, sedangkan di sisi selatannya tidak (belum) ditemukan. secara keseluruhan,
dataran Palembang merupakan dataran aluvial sebagai akibat pengendapan material pelapukan
Bukit Barisan oleh sungai Musi pada kala Holosen.
Ukuran kota masa awal Sriwijaya tidak dapat diketahui dengan tepat. Namun, berdasarkan
sebaran tinggalan budayanya (prasasti, arca, dan keramik) dapat diperkirakan luas kota
Sriwijaya. Berdasarkan hasil penelitian yang mutakhir tinggalan budaya masa Sriwijaya
ditemukan mulai dari daerah 1 Ilir di sebelah timur hingga daerah 36 Ilir (Karanganyar) di
sebelah barat mulai dari tepi utara Musi hingga daerah Talang Kelapa di sebelah utara.
Untuk sementara dapat diduga bahwa luas kota Sriwijaya kira-kira separuh dari kota
Palembang sekarang (sekitar 250 km persegi) dan menempati area sisi utara sungai Musi.

8
Daerah Palembang dan sekitarnya merupakan suatu daerah yang mempunyai ekosistem
rawa. Berdasarkan anggapan apabila dilihat dari segi ekonomi Palembang cukup memenuhi
syarat sebagai Kota dagang. Palembang terletak di persimpangan jalan pengangkutan yaitu di
tepi sungai Musi dan di muara sungai Ogan dan Kramasan serta di persilangan jalan Laut antara
Jawa dan daratan Asia. Untuk seluruh wilayah kota Sriwijaya Palembang tempat yang
dianggap paling Suci adalah Bukit Siguntang. Pusat pengajaran agama Buddha yang terbesar
di kedatuan Sriwijaya adalah Nalanda. Gambaran permukiman penduduk di kota Sriwijaya
tidak jauh berbeda dengan gambaran pemukiman masa sekarang. Pada umumnya pemukiman
kampung yang lokasinya ada di daerah tepian sungai berupa rumah tinggal yang dibuat dari
kayu atau bambu.

Bukti arkeologi yang menunjukkan keberadaan permukiman kuno di tepian sungai


ditemukan di bawah reruntuhan Keraton Kuta Gawang ditengah kota Palembang yang
menunjukkan keberadaan pemukiman kuno di tempat ini ditemukan deposit pecahan keramik
dari periode mulai dari abad VIII sampai pecahan keramik abad XVIII. Adanya deposit
pecahan keramik di daerah rawa memberikan gambaran kepada kita bahwa pada masa lampau
di lokasi tersebut terdapat permukiman yang dibangun diatas rawa.

Bukti arkeologis yang ditemukan di wilayah Palembang menunjukkan bahwa pada


masa Sriwijaya telah dikenal pengelompokan. Pengelompokan yang tampak dari bukit bukti-
bukti tersebut adalah kelompok bangunan permukiman dan kelompok bangunan keagamaan.
Kelompok bangunan pemukiman mengambil lokasi di daratan rendah dan dekat dengan air
(sungai dan rawa) yang sisa-sisanya dapat ditemukan pada situs-situs Talang Kikim, Tanjung
Rawa, Ladangsirap, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, dan beberapa tempat yang
mengandung indikator sisa pemukiman kuno di tepian sungai. Kelompok bangunan keagamaan
mengambil lokasi di dataran yang tinggi dan jauh dari tepian sungai Musi, misalnya situs
Gendingsuro, Lemahabang, Candi Angsoka, dan bukit Siguntang.

2.2 MASA PERTUMBUHAN SRIWIJAYA


Terbentuknya Tradisi Maritim
Setelah ditetapkan pusat pemerintahan pada suatu tempat, dimulailah politik perluasan
wilayah. Beberapa buah prasasti ditemukan di beberapa tempatndi Sumatra menunjukkan
bukti adanya perluasan wilayah seperti Jambi, Bngka, dan Lampung.

A. STRUKTUR KEDAULATAN DAN BIROKRASI SRIWIJAYA


Salah satu pertanda kelompok masyarakat yang telah mengenal peradaban adalah
dikenalnya suatu lembaga yang berbentuk kerajaan. Sriwijaya adalah suatu kerajaan yang
berbentuk kedatuan, dan didalam kedatuan itu terdapat suatu sistem birokrasi. Dalam struktur
birokrasi kedatuan ini nampak napas kemaritiman Sriwijaya, misalnya jabatan kapten bahari.
Dalam telaah ini data yang dipakai sebagai acuan adalah prasasti telaga batu dan situs-situs
arkeologi yang sezaman yang diduga merupakan daerah lungguh para datu.
Mengenai kata “datu”, coedes menginterpretasikannya sebagai “gubernur provinsi”
dan kedatuan sebagai “kantor dari datu”. Selain itu mungkin kerajaan ini dibagi menjadi
sejumlah mandala (semacam provinsi) yang masing-masing diperintahkan oleh seorang datu.

9
Di sebuah kota yang telah matang, seperti kota Sriwijaya, tentunya tinggal kelas-
kelas penguasa atau para birokrat kedatuan. keterangan mengenai adanya kelas-kelas ini
dapat diperoleh dari prasasti telaga batu. prasasti itu menyebutkan para pejabat dan
pegawai kedatuan yang disumpah oleh dapunta Hyang dengan tujuan agar tidak
melakukan pemberontakan. mereka yang disumpah antara lain putra mahkota, putra putra
Datu, pemimpin, komandan tentara Nayaka koma-koma Hakim dan para pemimpin
pengamat para buruh para pengamat kasta-kasta yang rendah, Membuat pisau, dan
pelayan istana. mereka semua tinggal di sekitar Keraton tempat tinggal Datu.
Menurut De casparis, dengan berpatokan pada prasasti telaga batu, kedatuan
Sriwijaya dapat dibagi dalam beberapa Mandala dan setiap Mandala dikuasai oleh seorang
Datu. seseorang yang menjadi Datu harus berasal dari kalangan Putra Raja atau
bangsawan. dalam tingkatan sosial dan pemerintahan terdapat empat kelas putra-putra
Raja. putra raja yang paling utama dikenal sebagai raja dan berperan sebagai putra
mahkota atau raja muda itu tingkatan di bawah ialah Raja yang dapat naik ke tingkat di
atasnya sebagai yuvaraja apabila yuvaraja berhalangan atau mangkat. tingkatan berikutnya
adalah rajakumara yang dapat menggantikan dua tingkat di atasnya. namun pada tingkat
yang ke-4 dengan Gelar Raja Putra tidak berhak menuntut Tahta mahkota karena mereka
adalah anak raja dari istri kedua atau selir. dalam organisasi sosial dan politik, tampak
jelas bentuk 2 tingkatan yang utama. Tingkatan pertama adalah tingkat Datu yang di
dalamnya terdapat kaum kerabat Datu, putra dan putri Datu. kedudukan status dalam
tingkatan bergantung pada kedudukan seseorang dalam tingkatan itu. tingkatan kedua
terdiri dari berbagai golongan pejabat kedatuan Senopati Nayaka, pratyaya, Haji pratyaya,
dan dan dan dandanayaka Adalah Hakim.
Sriwijaya adalah negara yang kelangsungan hidupnya tergantung pada
perdagangan Ini berarti, para penguasa Sriwijaya harus menguasai sumber daya alam yang
merupakan komoditas perdagangan jalur perdagangan darat dan air, dan Pelabuhan tempat
penimbunan barang komoditas sebelum dipasarkan. penguasaan tempat-tempat tersebut
dengan sendirinya memerlukan pengawasan langsung dari penguasa. Oleh sebab itu, tidak
heran kalau Datu Sriwijaya tidak dapat membenarkan sikap tidak setia, meskipun hanya
sedikit, termasuk dari anaknya sendiri. agar memudahkan pengawasan, para pejabat yang
mempunyai daerah kekuasaan harus tinggal di pusat pemerintahan

B. KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI SRIWIJAYA


Sriwijaya adalah kerajaan maritim dan salah satu pusat penyebaran agama Buddha
dan pengajaran bahasa Sansekerta. Karena itulah Sriwijaya banyak dikunjungi oleh para
biksu dari mancanegara titik namun, akibat dari hubungannya dengan kerajaan lain, tidak
mustahil jika di Sriwijaya juga ada kelompok masyarakat yang beragama lain seperti
Hindu, Tantri, dan Islam. untuk telaah kehidupan agama di Sriwijaya data yang dipakai
sebagai acuan adalah prasasti, berita asing, dan data arkeologi.
Sriwijaya bukan saja menjadi pusat kekuasaan yang besar melainkan juga pusat
kebudayaan, peradaban dan ilmu pengetahuan agama Buddha para biksu yang melawat ke

10
sriwijaya mempunyai tempat yang khusus. mereka sangat dihormati oleh para penguasa
dan rakyat Sriwijaya. biksu yang datang ke sriwijaya bukan hanya sekedar singgah untuk
beberapa saat mereka tinggal untuk waktu yang lama dan mempelajari agama Buddha.
Adapun para biksu Budha dari Cina, seperti I-tsing, datang ke sriwijaya untuk
mempelajari tata bahasa Sansekerta dan menerjemahkan kitab kitab suci agama Buddha
dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina.
Dalam agama Buddha terdapat beberapa mazhab seperti Mahayana dan Hinayana.
sumber tertulis dan arca arca yang ditemukan mengindikasikan bahwa agama Buddha
yang berkembang di Sriwijaya bermazhab Mahayana. akan tetapi, para biksu Buddha
disamping mempelajari agama Buddha di Sriwijaya dan mempelajari agama Buddha
Mahayana, mereka juga mempelajari agama Buddha dari mazhab lain. agama Buddha
yang mula-mula berkembang di Sumatera dan nusantara adalah agama Buddha mazhab
Hinayana. Sementara itu di Semenanjung Malaya dan Asia Tenggara Daratan, agama
Budha yang berkembang adalah agama Buddha Mahayana.
aktivitas keagamaan pada masyarakat di wilayah kedatuan Sriwijaya bukan hanya
agama Buddha Mahayana agama lain juga kesempatan untuk berkembang titik bukti bukti
arkeologis berupa Arca batu yang mewakili agama Hindu dan Tantri, juga ditemukan di
wilayah kedatuan Sriwijaya. di Palembang, selain ditemukan Arca Buddha Juga
ditemukan Arca Hindu yang berupa Arca Ganesha dan Arca Siwa. ini membuktikan
bahwa di kota Sriwijaya terdapat kelompok masyarakat yang memeluk agama Hindu yang
hidup di antara kelompok masyarakat yang beragama Buddha.

C. PERKEMBANGAN KEBAHARIAN
Sriwijaya dikenal sebagai sebuah kerajaan maritim yang menguasai jalur
perdagangan di sekitar Selat Malaka titik berdasarkan berita-berita tertulis yang sampai
kepada kita, kerajaan ini telah malang melintang di perairan Asia Tenggara sampai ke
daerah Madagaskar di selatan Benua Afrika. i-tsing, Seorang pendeta agama Buddha dari
Cina banyak mencatat perkembangan kedatuan Sriwijaya pada sekitar abad ke-7. ia
mengatakan bahwa pelayaran ke negeri Cina dilakukan oleh kapal-kapal Sriwijaya. sebuah
studi pelayaran masa lampau juga memperoleh bukti bahwa banyak nama tempat di
pantai champa dan annam berasal dari bahasa melayu S hal ini mendukung pendapat
bahwa pelayaran orang-orang Melayu ke negeri Cina memang dilakukan oleh pelaut-
pelaut Melayu dengan menggunakan perahunya sendiri telaah Wolters mengenai abad-
abad pra Sriwijaya membawa kita pada kesimpulan bahwa “the shippers of the persian
trade” Adalah orang-orang Melayu. orang-orang Melayu memang pelaut ulung sehingga
orang-orang Portugis membuat buku Pandu laut berdasarkan petunjuk petunjuk dari pelaut
Melayu. ketangguhan bangsa Melayu sebagai pelaut ulung hingga sekarang masih tersisa
seperti masih dapat disaksikan pada suku bangsa Melayu di daerah Kepulauan Riau.
1. Pelayaran dan perkapalan
bukti tertulis mengenai penggunaan perahu sebagai sarana transportasi
pada Sriwijaya diperoleh dari Prasasti, Berita Cina dan berita Arab prasasti

11
Sriwijaya yang menyebutkan penggunaan Perahu adalah prasasti kedukan bukit
yang ber tanggal 16 juni 682. dalam prasasti itu disebutkan bahwa dapunta Hyang
berangkat dari minanga dengan membawa Rp20.000 pasukan dan 200 buah peti
perbekalan yang diangkut dengan perahu-perahu.
Pada zaman prasejarah, perahu bercadik memainkan peranan yang besar
dalam hubungan perdagangan antar pulau di Indonesia dan antar kepulauan di
Indonesia dan Asia Tenggara Daratan karena ada hubungan dengan Asia Tenggara
Daratan, maka terjadilah tukar-menukar informasi teknologi dalam segala bidang
misalnya dalam pembangunan Candi pembangunan kota dan tentu saja
pembangunan Perahu.
2. Bandar-bandar penting
Pelabuhan atau Bandar yang baik biasanya terletak di sebuah teluk yang
dalam dan terlindung dari angin kencang dan ombak besar. kadangkala Pelabuhan
terletak di Muara sebuah sungai yang besar dan agak masuk ke pedalaman.
aktivitas yang dilakukan pada sebuah Bandar adalah perdagangan dan pengisian
bekal perjalanan misalnya bahan makanan dan air yang diperlukan selama
pelayaran. maju dan tidaknya sebuah Bandar biasanya tergantung pada Daya tarik
Bandar tersebut, misalnya Tersedianya bahan komoditas perdagangan.
pada Milenium 1 dan awal Milenium 2 m, di Sumatera terdapat beberapa
Bandar penting. lahirnya bandar-bandar ini antara lain disebabkan karena daya
tarik pasar yang ada di Bandar tersebut dan dekat dengan jalur pelayaran yang
ramai titik bandar-bandar tersebut antara lain barus di barat laut Sumatera, kota
Cina di pantai Timur Sumatera, Jambi dan Palembang di pantai Tenggara
Sumatera. masing-masing Bandar tersebut mempunyai daya tarik tersendiri .
Barus, sebagaimana diberitakan oleh Claudius ptolemaeus, merupakan
sebuah Bandar kuno yang telah ada pada abad 1 M. dalam bukunya Barus disebut
dengan nama borousai. Beberapa penulis asing menyebutkan bahwa pada abad X,
baru sudah menjadi bagian dari Sriwijaya. di bandar ini diperdagangkan barang-
barang komoditas dari China , antara lain keramik dan manik-manik kaca, dan
dari Timur Tengah antara lain gelas kaca dari Persia dan Irak. dari Barus sendiri
menghasilkan kapur barus yang pada waktu itu menjadi komoditas perdagangan
yang populer dan digemari oleh konsumen dari Timur Tengah.
Kota Cina dan payapasir merupakan situs Pelabuhan kuno yang sangat
penting dalam rangka perdagangan Asia Tenggara pada abad XI- XIV. letaknya di
lembah Sungai Deli pantai Timur Sumatera Utara, sekitar 16 km dari kota Medan.
Kota Cina telah diduduki oleh orang-orang Tamil Pada masa itu, dan di kota Cina
diduga terdapat jaringan dagang persyarikatan besar pedagang Tamil yang
melakukan kegiatan di wilayah Asia Tenggara. orang Tamil juga telah bermukim
di sini dan mereka membangun tempat ibadah dengan arca yang dipuja nya
Buddha dan Wisnu.

12
Jambi merupakan salah satu Bandar penting yang mungkin lahir pada
pertengahan Milenium I. letaknya belum diketahui dengan pasti, Mungkin di salah
satu tempat di tepi Batanghari, atau di kota Jambi sekarang. di beberapa tempat di
tepi Batanghari terdapat beberapa buah situs yang mengindikasikan keberadaan
sebuah Bandar, antara lain Suak Kandis dan Jambi. akan tetapi, di beberapa tempat
di sepanjang tepian Batanghari banyak ditemukan situs yang tinggalan budayanya
berupa keramik yang berasal dari abad XI-XIII. temuan ini mengindikasikan
bahwa Batanghari di masa lampau merupakan jalur pelayaran sungai yang cukup
ramai yang menghubungkan daerah Jambi dan Cina atau tempat lain di luar Jambi.

D. EKSPANSI SRIWIJAYA DALAM ABAD VII-VIII


Palembang sebagai tempat yang dipilih oleh dapunta Hyang untuk membangun
wanua Sriwijaya, merupakan tempat yang baik karena faktor setempat berupa jaringan
komunikasi dan kegiatan lalu lintas tukar menukar informasi dan bahan dengan frekuensi
tinggi mudah terbentuk lebih dulu, dan sudah berhasil mendorong manusia setempat untuk
maju. setelah menetapkan Palembang sebagai Kota Sriwijaya, dapunta Hyang meluaskan
kekuasaannya ke wilayah-wilayah jauh dari Palembang, mungkin juga wilayah-wilayah
yang telah menjadi wilayah Taklukan Sriwijaya sebelum dapunta Hyang membangun
wanua Sriwijaya.Wilayah-wilayah yang menjadi Taklukan Sriwijaya adalah Karang
berahi, kota kapur Palas pasemah, dan bungkuk titik di tempat-tempat ini terdapat prasasti
pertumpahan yang dikeluarkan oleh Sriwijaya agar penduduk dan penguasa di tempat itu
tidak melakukan pemberontakan.
Daerah yang pertama kali diduduki oleh Sriwijaya pada awal masa berkembangnya
adalah daerah Kerajaan Melayu. penguasaan atas Melayu dianggap penting, an-nahl
kerajaan ini menguasai beberapa pelabuhan di sekitar Selat Malaka. salah satu tempat
yang ideal di sekitar Selat Malaka adalah pelabuhan Melayu titik bahwa Melayu benar-
benar ditaklukan Sriwijaya terbukti dengan adanya prasasti Karang berahi serta
pernyataan i-tsing ketika kembali dari India tahun 685: Melayu sekarang sudah menjadi
bagian dari Sriwijaya.
Prasasti kota kapur yang ditemukan di Pulau Bangka memberitahukan penyerangan
Bumi Jawa. di pihak lain keberadaan prasasti ini di kota kapur juga menandakan bahwa
lokasi tersebut merupakan daerah yang juga diduduki Sriwijaya. hal yang menarik dalam
prasasti kota kapur adalah kalimat, "pematahan nya berlangsung ketika bala tentara
Sriwijaya ya baru berangkat menyerang bumi Jawa yang tidak takluk pada Sriwijaya ".
kalimat Ini memberitahukan bahwa telah menunjukkan kota kapur, dapunta Hyang
melakukan ekspansi lagi ke daerah lain yaitu Bumijawa.
Dengan dikuasainya tempat-tempat yang ada prasasti pertumpahan nya, berarti
wilayah kedaulatan Sriwijaya meliputi kawasan belahan barat Nusantara termasuk
perairan nya. Sriwijaya dapat menguasai perdagangan di sekitar Selat Malaka daerah-
daerah yang dikuasai Sriwijaya mungkin menghasilkan komoditas tertentu yang laku di
pasaran India dan Cina.

13
E. HUBUNGAN POLITIK DAN EKONOMI DENGAN KERAJAAN LAIN DI
ASIA
Politik dan ekonomi berkaitan sangat erat, sebagai kerajaan maritim, sebagian besar
kehidupan masyarakat Sriwijaya hidup dari perdagangan. Sriwijaya banyak menjalin
hubungan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan lain di wilayah Asia, seperti dengan
Cina, India, Persia dan Arab. Hubungan politik ditujukan untuk kemajuan dan keamanan
dalam perdagangan. Hubungan antar kerjaan lebih intensif dilakukan dengan kerajaan-
kerajaan di Cina dan India dibandingkan kerajaan di Timur Tengah, ke eratan hubungan
ini diduga karena persamaan dalam kehidupan beragama. Kerajaan-kerajaan di daerah
Persia dan Timur Tengah sebagian besar masyarakat dan rajanya beragama Islam.

F. MASA AKHIR SRIWIJAYA


1. SERANGAN DARI LUAR PADA ABAD XI
Pada masa kejayaannya Sriwijaya menguasai Selat Malaka yang pada masa
itu merupakan jalur perdagangan penting. barangsiapa yang dapat menguasai Selat
itu, maka ia dapat menguasai perekonomian. Karena itulah banyak kerajaan yang
berusaha untuk menguasai jalur perdagangan itu, salah satu di antaranya adalah
kerajaan cola dari India Selatan. penguasa kerajaan ini merupakan pelindung dari
Perserikatan dagang Tamil. indikasi campur tangan kerajaan dalam hal
perdagangan disebutkan di dalam prasasti-prasasti berbahasa Tamil dan beraksara
garanta yang ditemukan di beberapa tempat di Sumatera.

prasasti yang berasal granta dan berbahasa Tamil ditemukan di lobutua, Bandar
Bapak hat, naisu dan mungkin di kota Cina. dari 4 nama tempat tersebut 2 tempat
diantaranya cukup menarik perhatian untuk dibicarakan dalam diskusi ini. kedua
nama tersebut adalah baru dan kota Cina.

situs Barus dan situs kota Cina dikenal secara terbatas pada kalangan sejarawan
dan arkeolog sebagai situs Pelabuhan kuno yang banyak berhubungan dengan
kerajaan asing di luar Nusantara. kerajaan asing yang banyak berhubungan dengan
kedua situs ini terutama kerajaan-kerajaan di India dan kemudian Cina data tertulis
yang sampai kepada kita dari kedua situs ini menunjukkan bahwa di tempat ini
pernah tinggal para pedagang dari India, khususnya pedagang Tamil. sebelumnya
pada tahun 1017 Rajendracola dari kerajaan Cola telah menyerang Sriwijaya dan
kerajaan lain di sekitar selat, dan serangan berikutnya dilakukan pada tahun 1025.
mereka memandang perlu membentuk perserikatan dagang karena mereka tidak
14
mau tunduk pada Sriwijaya yang ketika itu menguasai pelayaran dan perdagangan
di Selat.

Seperti telah diketahui, wilayah Selat Malaka dikuasai oleh Sriwijaya. setiap kapal
Niaga yang melalui Selat tersebut harus membayar Cukai pada penguasa selat
yang pada masa itu adalah Sriwijaya. dalam kasusnya dengan kerajaan
Cola, Sriwijaya in mungkin mengutip juga terlampau tinggi terhadap pedagang
Tamil yang melewati Selat Malaka. akibatnya, kerajaan cola yang melindungi para
pedagang Tamil ini ini mengambil tindakan dengan menyerang Sriwijaya. setelah
serangan pada tahun 1025 tersebut, Sriwijaya tidak lagi menguasai Selat Malaka
seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Selain menyerang Sriwijaya, Kerajaan cola
juga menyerang beberapa kerajaan lain di sekitar Selat dan juga di kawasan Asia
Tenggara.

2. MUNCULNYA KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA

Dalam sejarah kebaharian, Selat Malaka merupakan jalan pelayaran dan


perdagangan yang sangat penting sebagai Jalan Lintas para pedagang yang akan
melintasi bandar-bandar penting disekitar Samudera Indonesia dan teluk
Persia. Selat ini merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab dan India di
sebelah barat laut Nusantara dengan Cina di sebelah timur laut Nusantara. Itulah
sebabnya jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama
"jalur sutra".

Akibat dari adanya kontak dagang dengan kerajaan-kerajaan di Timur


Tengah, daerah asal perkembangan agama Islam ke segala penjuru pada saat
itu, lama-kelamaan di daerah pesisir Sumatera bagian utara muncul kelompok
masyarakat yang beragama Islam dengan latar belakang budaya yang berbeda.
kelompok masyarakat ini kemudian membentuk suatu institusi yang bercorak lain,
mulai dari bentuk kerajaan kemudian Kesultanan titik institusi ini merupakan salah
satu faktor yang melemahkan dominasi Sriwijaya.

Munculnya Kerajaan Samudra Pasai di akhir abad XIII ditandai oleh


perubahan-perubahan dalam pola perdagangan di pantai Timur Sumatera demikian
juga keadaan yang sama terjadi pada masa berdirinya Kerajaan Malaka. Pola-pola
perdagangan di Selat Malaka berkembang dengan kehadiran saudagar muslim dan
tumbuhnya koloni koloni muslim di bandar-bandar pemukiman pantai Timur

15
Sumatera.Peran Samudra Pasai secara regional antara lain kerajaan tersebut
melakukan kontak intensif dengan dunia internasional.

Sebagai sebuah kerajaan yang kelangsungan hidupnya dari perdagangan,


tentunya ada persaingan dengan kerajaan lain yang bersifat regional. Salah satu
peristiwa sejarah yang memperlihatkan persaingan regional ialah terjadinya
serangan oleh kerajaan siam terhadap Samudra Pasai ketika berada di bawah
kepemimpinan Sultan Ahmad Malik Zahir sementara itu persaingan lokal juga
tampak serangan Kerajaan Majapahit pada tahun 1361. dalam keterangan
Majapahit ini, diberitakan banyak orang Pasha yang ditawan, sedangkan Sultan
melarikan diri. hubungan antara Majapahit dan Samudra Pasai juga disebut dalam
hikayat Banjar yang menyebutkan pengiriman 10 buah kapal Majapahit ke Pasai
untuk menjemput Putri Pasai yang akan dinikahkan dengan Raja Majapahit pada
masa kejayaan kerajaan Majapahit nama Samudera Pasai sudah mulai
pudar. Sementara itu itu di Aceh, Malaka, dan Pattani muncul pusat-pusat
kekuasaan politik baru.

3. RUNTUHNYA SRIWIJAYA

Mengenai Kapan runtuhnya kedatuan Sriwijaya, tidak ada satupun data


yang disebutkan secara jelas prasasti raja-raja 1 dari Tan juri yang berangka tahun
1030/31 menyebutkan penaklukan Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan lain di sekitar
Selat Malaka. Sriwijaya ditaklukan dan rajanya sanggrama wijayatunggawarman
berhasil ditawan oleh tentara cola. dalam serangan ini Sriwijaya ditaklukan tetapi
tidak diduduki. Berita Cina mencatat masih ada utusan dari Sriwijaya yang datang
ke Cina pada tahun 1028. jatuh Sriwijaya ini diduga anak dari sanggrama
wijayatunggawarman yang berhasil ditawan pada penyerangan tahun 1025.

Dalam sejarah Dinasti Ming dikatakan bahwa San bo tsai pada tahun 1376
ditaklukan oleh Jawa yaitu Majapahit titik Setelah itu San bo tsai jatuh, Kerajaan
Jawa sendiri juga Mulai mendekati kehancuran Nya sehingga tidak dapat
mengawasi daerah yang ditaklukannya itu. akibat dari kurangnya pengawasan,
bajak laut China berhasil menguasai daerah itu dan menyusun semacam
pemerintahan di bawah pimpinan Liang tau ming.

Dalam kakawin Negarakertagama disebutkan beberapa negara yang berada


di bawah pengaruh Majapahit. hampir seluruh daerah dan kerajaan di Sumatera

16
berada di bawah pengaruh Majapahit lebih lagi Kerajaan Melayu pada masa
pemerintahan Adityawarman. Pada waktu itu nama dan eksintensi kedatuan
Sriwijaya sudah tidak terdengar lagi.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Awal munculnya kerajaan Hindu-Buddha telah banyak dibahas oleh para ahli pada awal
abad XX. Mereka telah menunjukakan bahwa munculnya kerajaan di Indonesia tidak terlepas
dari pengaruh kebudayaan India. Kontak budaya antara India dan Indonesia tampaknya telah
terjadi sejak awal abad masehi. Kerajaan sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritime dan salah
satu pusat penyebaran agama Buddha dan pengajaran bahasa Sansekerta. Karena itulah Sriijaya
banyak di kunjungi oleh para biksu dari mancanegara. Lokasi kerajaan Sriwijaya dan Malayu
sama-sama ada di selat Malaka dan posisi kerajaan Sriwijaya ada ditempat paling selatan jika
ditinjau dari arah Kanton menuju ke selatan. Marco Polo dalam catatannya tahun 1292
menyebut Malayu sebagai pusat perdagangan rempah-rempah. Nama kerajaan Panai muncul
pertama kali dalam sejarah saat disebut dalam prasasti Tanjore bertarikh 1030/1031 yang
dikeluarkan oleh raja Rajendra I dari Kerajaan Cholamandala.

B. SARAN
Sebagai generasi muda dan rakyat Indonesia kita haru mencintai, melestarikan, dan
menjaga warisan budaya dan peninggalan-peninggalan kerajaan yang ada di Indonesia.
Tentang kerajaan Sriwijaya, kerajaan Malayu, dan kerajan Panai. Dan kita sebagai penerus
generasi kita perlu untuk melestarikan dan mempelajari warisan budaya dikarenakan dengan
mempelajari sejarah peninggalan dapat banyak memberikan berbagai informasi dan ilmu
pengetauhan yang luas.

23
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Dr. Agus Aris. 2012. Indoneisa Dalam Arus Sejarah Jilid 2 Kerajaan Hindu-
Buddha. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

24

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai