Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN TUGAS REVEW JURNAL

Hari, Tanggal : Selasa, 6 September 2022 Dosen : Dr. Ir. Yuni Cahya
Endrawati, S.Pt.,
M.Si
Tempat : Laboratorium Pengolahan Teknisi : Winarno, S.P., M.Si
Hasil ternak Asistem : Putra Jahtra Berutu
(D150122202)

REVIEW JURNAL INTERNATIONAL MADU

NIKEN ANDIRA INDRIANI


D3401201025

MAYOR TEKNOLOGI HASIL TERNAK


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
Physico-chemical characteristics of Philippine Honey and Their Implications
in the Establishment of Standards for Tropical Honeys

Filipina memiliki madu dari empat spesies lebah asli Filipina yaitu Apis
cerana, Apis dorsata dan Apis Mellifera dan Apis breviligula yag di karakterisasi
berdasarkan sifat fisik dan komposisi kimianya. Parameter yang dianalisis yaitu
kadar air, keasaman totam, hidroksimetil furfural (HMF), dan gula pereduksi. Apis
mellifera dan madu stingless bee (Meliponinae) berdasarkan sifat fisikokimia dan
fungsionallnya memiliki aktivitas antibakeri. Namun, madu lebah tanpa sengat
memiliki sifat antimutagenik. Pada madu Apis cerena, Apis dorsata dan Apis
mellifera memiliki perbedaan yag signifikan seperti pH, glukosa, oksidase, dan
jumlah fruktosa. Penelitian ini bertujuan membandingkan sifat fisikokimia madu
dari Apis cerana, Apis dorsata, Apis mellifera dan lebah tanpa sengat, Trigona
biroi. Serta metode yang digunakan yaitu metode analisis harmonisasi.
Tabel 1 mengenai sifat fisiko-kimia madu filipina menunjukkan Apis
mellifera memiliki kandungan kadar air rendah, sebaliknya Trigona biroi
memiliki kandungan air tinggi. Kadar air yang tinggi pada madu biasanya
bergantung pada asal nektar, teknik pengolahan dan penyimpanan madu.
Kandungan air madu tropis Filipina dapat dikurangi dengan waktu panen dan
dehumidifikasi yang tepat. Madu lebah tanpa sengat memiliki kadar air 25,25%
dan HMF 81,12 mg/kg yang artinya nilai-nilai tersebut berada diatas batas
maksimum. Artinya madu lebah tanpa sengat jenis tropis asal Filipina tersebut,
tidak memenuhi uji edar pasaran di Indonesia. Hal ini dikarenakan, berdasarkan
SNI kadar air yang ditentukan maksimal berada pada nilai 22 dan kandungan
HMF 40 mg/kg. Tingginya nilai HMF pada madu lebah tanpa
sengat mungkin disebabkan oleh proses pemanasan atau penyimpanan. Korelasi
memiliki hubungan terbalik dengan gula pereduksi. Semakin banyak gula
pereduksi yang ada dalam madu, semakin sedikit asamnya.
Analisis madu dikumpulkan dari lebah spesies sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Komisi Madu Internasional sementara madu dari trigonasp.
Berbeda dengan kadar air yang tinggi dan HMF yang diamati. Kajian ini
merekomendasikan agar ada standar tersendiri untuk madu tropis, mengingat
kondisi lembab dan flora yang beragam. Kelemahan dalam jurnal ini yakni, hasil
analisis madu filipina yang merupakan termasuk kedalam madu tropis hanya bisa
dibandingkan atau dikaji dengan madu yang berasal dari daerah yang sama.
Kelebihan jurnal ini yakni, pengujian metode fisiko-kimia yang berdasarkan
jurnal bisa diterapkan ke dalam madu jenis tropis lainnya seperti madu tropis di
Indonesia.
Physicochemical characteristics of honey from difffferent origins

Pada jurnal kedua ini, membahas mengenai kualitas dan sifat fisikokimia
madu bervariasi berdasarkan asal geografis, penanganan, transportasi dan kondisi
penyimpanan. Jurnal ini menjelaskan bahwa madu lebah adalah salah satu dari
sedikit makanan yang benar-benar non-alergi yang mudah, diasimilasi oleh tubuh.
Madu memiliki kandungan karbohidrat dengan berenergi tinggi 80-85%. Gula
utama yang ada dalam madu adalah fruktosa dan glukosa. Kadar air madu lebah
sangat penting untuk stabilitasnya terhadap fermentasi dan granulasi. Kadar air
yang rendah melindungi madu dari aktivitas mikrobiologi dan dengan demikian
dapat diawetkan untuk waktu yang lebih lama. Metode yang digunakan dalam
jurnal ini Melissopalynology. Melissopalynology adalah metode yang paling
sering digunakan untuk penentuan asal botani dan geografis madu.
Analisis sampel madu menunjukkan variabilitas yang luas antara sampel
dari asal geografis madu yang berbeda. Sumber utama nektar di madu Saudi
adalah S. Indicum dan semanggi (trifoliumsp.) dengan persentase yang sama 12%
diikuti oleh Rhamnussp. 5%. Untuk madu Kashmir, sumber nektar utama adalah
thymes (timussp.) 28% diikuti olehkayu putihsp. 11% tapi Rhamnussp. dan opium
poppy (Papaversp.) ditemukan hanya 5%. Selanjutnya serbuk sari kurma (Phoenix
dactylifera) adalah 61%, 31%, 20% dan 5% untuk sampel madu Saudi, Kashmir,
Mesir dan Yaman masing-masing. Selain itu, madu Yaman lebih kaya serbuk sari
daripada sampel madu lainnya. Perubahan warna mungkin disebabkan oleh
intervensi peternak lebah dan cara penanganan sisir yang berbeda seperti
penggunaan sisir lilin tua untuk memproduksi madu, kandungan mineral,
kontaminasi logam berat, dan paparan suhu tinggi atau cahaya.
Nilai pH dari empat sampel madu diukur dan hasil yang diperoleh
menegaskan bahwa, semua sampel yang diuji bersifat asam (pH
4,114-4,637) dan dalam batas standar (pH 3,40-6,10) yang menjamin kesegaran
sampel madu. Diantara semua jenis madu, madu Yaman adalah yang paling asam
(pH 4,114 ± 0,02) diikuti oleh madu Mesir (4,415 ± 0,09) dan madu
Saudi (4,460 ± 0,02). Keasaman terendah terdeteksi pada madu
Kashmir (4,637 ± 0,03). Keasaman madu yang tinggi berkorelasi dengan
fermentasi gula yang ada dalam madu menjadi asam organik, yang bertanggung
jawab atas dua karakteristik penting madu: rasa dan stabilitas terhadap
pembusukan mikroba. Kekurangan dari jurnal ini yaitu jurnal ini mengambarkan
mengenai karakteristik madu berdasarkan dengan asal geografis, namun dalam
pembahasan belum dijelaskan asal madu berdasarkan dengan zona iklim (tropis,
sub tropis dan lain-lainnya). Kelebihan jurnal ini yaitu pada sumber nektar
masing-masing madu dijelaskan dengan detail mengenai efek jenis nektar tersebut
kedalam sifat fisikokimia madu.

Anda mungkin juga menyukai