Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328131070

ARTIKEL MADU

Article · October 2018

CITATIONS READS
0 9,508

4 authors:

Rin Hafsahtul Asiah Rumaisya Hilmawati


Universitas Diponegoro Universitas Diponegoro
7 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Dwi Berlianti Siwi Wulan Dhari


Universitas Diponegoro Universitas Diponegoro
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

KAJIAN KELISTRIKAN PLASMA PIJAR KORONA MENGGUNAKAN ELEKTRODA MULTI TITIK-BIDANG View project

Tugas Filsafat Ilmu dari Dosen Pengampu Dr. Muhammad Nur, DEA View project

All content following this page was uploaded by Rin Hafsahtul Asiah on 07 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TUGAS FILSAFAT ILMU

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Nur, DEA


Disusun Oleh : Dwi Berlianti Siwi (24040118410007)
Rin Hafsahtul Asiah (24040118410002)
Rumaisya Hilmawati (24040118410004)
Wulandhari (24040118410004)

MAGISTER ILMU FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
Madu banyak disukai karena rasa dan khasiatnya untuk kesehatan. Madu,
menurut Standar Nasional Indonesi (SNI), didefinisikan sebagai cairan alami yang
biasanya memiliki rasa manis, yang berasal dari nektar bunga. Madu, dengan segala
kandungannya memiliki sifat yang unik serta manfaat yang beragam. Berikut
merupakan ulasan mengenai madu;

1. Proses Pembuatan Madu

Membuat madu merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan oleh madu
pekerja. Setiap harinya para lebah pekerja terbang dari pagi hingga petang ke segala
arah dengan bermacam ketinggian. Jarak kemampuan terbang seekor lebah pekerja
mencapai 2-3 km dari sarang ke tanaman yang memproduksi nektar. Nektar merupakan
bahan utama dalam pembuatan madu. Nektar tersusun atas 20-60% gula dan 40-80%
air. Selain gula dan air, nectar juga mengandung mineral, asam organic, vitamin dan
zat aromatik.

Secara umum, proses pembuatan madu terbagi menjadi tiga tahap, yaitu
pengumpulan madu, pengubahan nektar menjadi gula invert, pengurangan kandungan
air dan pematangan madu. Proses pembuatan madu dimulai dengan lebah pekerja
meninggalkan sarang untuk mencari bunga-bunga dalam rangka mengumpulkan
nektar. Nektar dihisap dengan menggunakan belalai (lidah) dan dikumpulkan pada
sebuah kantong istimewa yang dimiliki oleh lebah pekerja yang biasa disebut honey
sack. Seekor lebah pekerja rata-rata mengunjungi 50-150 bunga yang dikumpulkan
untuk memenuhi satu honey sack, bergantung pada jenis bunga yang memproduksi
nektar tersebut. Biasanya satu honey sack dapat menampung hingga 4 mg nektar atau
sekitar setengah dari berat lebah pekerja itu sendiri. Untuk itu diperlukan waktu 30
menit hingga beberapa jam untuk mengumpulkan nektar, jarak sumber nektar pun
dapat mempengaruhi waktu pengambilan nektar.
gambar organ belalai (lidah) yang digunakan
untuk menghisap nektar

Saat honey sack telah penuh dengan nektar, lebah pekerja pulang ke sarang.
Dalam perjalanannya nektar yang disimpan pada honey sack mengalami kontak dengan
cairan saliva lebah yang mengandung enzim hydrolase. Pada proses ini terjadi
pemecahan gula kompleks pada nektar menjadi gula invert seperti glukosa dan
fruktosa.

Nektar yang telah diangkut ke sarang lebah diletakkan pada sel-sel sarang. Di
dalam sel terjadi pengurangan kandungan air dengan cara penguapan yang dihasilkan
dari pengipasan sayap lebah, dimana kipasan sayap lebah berkisar sekitar 26.400
kepakan per menit.

Sebuah madu dikatakan matang jika kadar air dalam madu siantara 17%-20%.
Kadar air pada madu berpengaruh untuk mencegah dari fermentasi dan diserang oleh
bakteri saat disimpan di dalam sel-sel sarang. Madu yang terfermentasi oleh ragi akan
mengubah gula menjadi etanol, sehingga menghasilkan alcohol. Untuk itu, kadar air
pada madu sangat diperhatikan dalam proses pematangan madu. Setelah proses ini
selesai, lebah pekerja akan menutup bagian atas setiap sel yang telah diisi dengan
menggunakan lilin untuk membuatnya kedap udara dan menjaganya hingga matang
dan dipanen.
proses pematangan madu di sel-sel sarang lebah

Sekelompok lebah dapat menghasilkan 30-50 kg madu dalam setahun, dimana


untuk menghasilkan 1 kg madu lebah perlu mengunjungi kurang lebih sekitar 4 juta
bunga. Madu-madu yang dihasilkan sangat bervariasi dalam warna, rasa dan
viskositasnya bergantung pada sumber bunga dari mana nektar dihasilkan. Para lebah
pekerja akan terus menerus mengumpulkan dan menyimpan lebih banyak nektar
selama masih ada nektar pada tanaman da nada sel pada sarang yang masih kosong.

2. Sifat Fisik dan Kimia Madu


Kualitas madu yang dihasilkan sangat berpengaruh pada lebah madu, wilayah
geografis sumber nektar, serta kondisi lingkungan sarang. Secara umum, kualitas madu
tersebut dapat tergambar dari sifat fisik dan kimianya.

 Sifat fisik madu secara umum adalah:

1. Warna

Secara fisik, madu dapat dilihat dari warnanya. Berdasarkan warna, madu
diklasifikasikan berdasarkan tujuh warna, mulai dari putih transparan seperti air hingga
gelap pekat. Hal tersebut dipengaruhi oleh nektar yang dikonsumsi lebah. Semakin
lama waktu penyimpanan dan semakin tinggi suhunya, warna madu akan semakin
gelap. Madu berwarna terang mengandung lebih banyak gula, dan madu yang berwarna
lebih gelap banyak mengandung komponen felonik dan mineral (Eleazu dkk., 2013).
Madu warna gelap lebih kuat rasanya dibanding dengan yang warna terang. Warna
madu tersebut dipengaruhi oleh nektar yang dikonsumsi oleh lebah, lama penyimpanan
dan proses pengolahan serta suhu.

2. pH

Walaupun dari jenis nektar yang sama, nilai pH pada madu dimungkinkan berbeda.
Hal tersebut biasanya disebabkan oleh perbedaan kandungan mineral dan asam pada
madu. Yang mana kandungan mineral tersebut dipengaruhi oleh kondisi tanah, letak
geografis, dan kondisi iklim tempat tumbuh tanaman sumber nektar (Gulfraz dkk.,
2010).

Kesegaran madu diindikasikan dengan pH berkisar antara 3,4 hingga 6,1. Semakin
rendah pH, pertumbuhan bakteri pada madu semakin kecil karena pH yang rendah (pH
3.2 – 4.5) tersebut akan menghambat pertumbuhan dan daya hidup bakteri, sehingga
bakteri akan mati . pH juga mempengaruhi tingkat rasa dan aroma (Gulfraz dkk., 2010;
Khalil dkk., 2012).

3. Kadar Air

Kondisi kadar air pada madu sangat berpengaruh pada kualitas madu. Baku mutu
madu kadar air maksimum yang ditetapkan Indonesia tidak lebih dari 22%. Semakin
tinggi kadar air, maka madu akan semakin mudah untuk terfermentasi
(Bogdanov.,2009).

Kadar air pada madu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sarang dan sumber
nektarnya. Hal tersebut berpengaruh juga untuk waktu pemanenan, jika memanen pada
waktu pagi hari, dimungkinkan kadar air madu akan naik. Yang karena sifat
higroskopisnya, madu akan menarik embun hingga mencapai kesetimbangan
(Evahelda, dkk,. 2017).

4. Kadar Gula Total


Sekitar 70-80% gula terkandung pada madu. Dan dari kadar gula tersebut 65% nya
adalah glukosa. Semakin tinggi kadar gula, madu akan semakin kental, dan sifat
higroskopisnya semakin tinggi. Dari kadar gula yang terkandung dalam madu
menyebabkan madu memiliki sifat osmotik yang karenanya dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Kadar gula yang tinggi juga mempengaruhi rasa dan umur
simpan madu serta menyebabkan warna lebih gelap (Eleazu dkk., 2013).

4 faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas anti bakteri pada madu:

1. Kadar gula madu yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga
bakteri tidak dapat hidup dan berkembang biak.

2. Tingkat keasaman madu yang rendah (pH 3.2 – 4.5) akan menghambat pertumbuhan
dan daya hidup bakteri, sehingga bakteri akan mati.

3. Madu mengandung senyawa radikal hidrogen peroksida yang dapat membunuh


mikroorganisme patogen.

4. Pada madu adanya senyawa organik, senyawa organik tersebut tipenya bermacam-
macam, yang telah teridentifikasi yaitu poly phenol, flavonoid dan glikosida. Setiap
nektar yang diperoleh dari tanaman akan menentukan komposisi dan kualitas madu,
serta rasa dari madu tersebut.

 Sifat Kimia madu secara umum adalah :

1. Madu menurunkan titik beku

2. Laju kristalisasi madu paling cepat pada suhu 14 derajat selsius

3. Berat jenis madu sangat bergantung pada air

4. Komposisi mineral pada madu meliputi kalsium, tembaga, besi, magnesium,


mangan, fosfor, natrium dan zink (Sudaryanto., 2010).

3. Kandungan Madu
Madu terdapat 181-200 zat yang berbeda (Fereira et al, 2009) dan terdiri dari
monosakarida 75-80% (fruktosa 38,2 % dan glukosa 31,3 %), disakarida (1,31 %
sukrosa, laktosa 7,11 %, dan maltosa 7,31 %), dan air (15-23%) (Fatma, 2017). Selain
itu, Madu memiliki kandungan vitamin (B1, B2, B5, B6, dan C), mineral (Ca, Na, P
Fe, Mg, Mn) dan enzim berupa diatase (Sudaryanto, 2010). Menurut Purnamasari
(2015) menyatakan bahwa selain enzim diatase yang berperan untuk mengubah
glikogen menjadi gula-gula sederhana, ada enzim invertase untuk mengubah sukrosa
menjadi fruktosa dan glukosa serta adanya enzim glukosa peroksida untuk
memproduksi hidrogen peroksida dan glukosa asam glukonik.

Hidrogen peroksida di madu berkisar 3 % atau 1-2 mmol/L namun kandungan


tersebut berbeda beda yang dapat disebabkan oleh faktor eksternal yakni tergantung
dari serbuk sari yang dihisap oleh lebah penghasil madu. Selain itu jika kidrogen
peroksia yang tinggi menujukan dengan konsentrasi 30% dapat mengiritasi ligamen
periodontal nekrosis sementum, ginggiva terbakar dan mengelupas.

Menurut bogdanov (2004) memyatakan bahwa kualitas madu memiliki beberapa


parameter penting yang bertanggung jawab dalam stabilitas fermentasi seperti kadar
air, keasaman madu dan kadar gula. Semakin tinggi konsentrasi air daan keasaman
madu yang terkandung dari total keseluruhan larutan madu mengakibatkan semakin
rendahnya kualitas madu tersebut serta jika konsentrasi kadar gula yang terkandung
rendah maka kualitas madu yang dihasilkan juga rendah (suranto, 2007).

Pada dasarnya kandungan hidrogen peroksida yang di Komposisikan pada madu


dapat berasal dari alam langsung yang dibawa oleh lebah yang menghisap berbagai
nektar sehingga memiliki khasiat untuk meningkatkam daya tahan tubuh sedangkan
hidrogen peroksida yang dihasilkam dari bahan kimia murni dapat mengakibatkan
iritasi pada jaringan.

Kualitas madu tersebut bergantung dari lokasi, letak geografis, asal bunga
sumber pakan lebah madu, wilayah dan periode panennya (Diacu, 2007). Faktor
tersebut dapat menyebabkan berbagai kemungkinan seoerti kadar air yang tinggi
sehingga mengurangi daya simpan madu sehingga dapat membuat madu bersifat
masam karena efek etil alkohol dan karbondioksida (hariyati, 2010).

4. Manfaat Madu

Madu merupakan salah satu bahan pemanis dari lebah yang dapat disimpan tanpa
melalui proses apapun terlebih dahulu. Madu merupakan bahan dengan viskositas
tinggi yang dihasilkan oleh lebah dari nektar bunga. Madu sudah sangat sering
digunakan oleh manusia untuk bahan makanan maupun pengobatan. Berbagai manfaat
madu, antara lain sebagai berikut:

1. Sumber Energi

Madu memiliki kandungan nutrisi yang baik dan dapat menjadi sumber energi
karena kandungan karbohidratnya. Karbohidarat dalam madu berbentuk
monosakarida, fruktosa, glukosa dan disakarida. Madu memiliki rasa manis akibat
kandungan senyawa tersebut.

2. Antioksidant

Reaksi berantai akibat radikal bebas memiliki efek merusak pada sel dan
jaringan tubuh. Madu mengandung potent antioksidant material yang dapat
menghentikan reaksi berantai akibat radikal bebas. Kandungan antioksidan di dalam
madu bervariasi tergantung pada faktor geografis dan kondisi iklim. Karena kandungan
bahan antioksidannya madu dapat mencegah gangguan inflamasi, penyakit arteri
koroner, gangguan neurologis, penuaan dan kanker.

3. Anti bakteri

Fungsi anti bakteri dari madu berasal dari sifat asam dari madu, tekanan
osmosis tinggi dan kandungan air rendah, serta hidrogen peroksida. Madu bersifat asam
dengan pH sekitar 3,2 - 4,5. pH rendah pada madu diakibatkan oleh asam glukonik
yang terbentuk akibat sekresi enzim oksidasi glukosa pada lebah. Hydrogen peroksida
dalam madu diproduksi dari reaksi oksidasi glukosa oleh enzim oksidasi glukosa.
Produksi hidrogen peroksida pada madu efektif terjadi pada madu yang diencerkan
dengan air. Hal ini karena madu yang tidak diencerkan memiliki pH rendah yang
mencegah adanya reaksi enzimatik.

4. Penyembuhan Luka

Kemampuan madu dalam penyembuhan luka disebabkan oleh sifat anti


bakterial dari madu. Karakteristik madu yang mempertahankan kelembapan luka dan
viskositas tinggi dari madu membentuk lapisan proteksi yang mencegah infeksi. Madu
juga memiliki efek anti inflamasi pada proses penyembuhan luka. Madu dapat
dioleskan pada luka, tekanan osmosis pada madu akan menyerap kandungan air di luka
sehingga luka akan lebih cepat kering.

Madu memiliki banyak manfaat akan tetapi penggunaannya juga perlu


diperhatikan terutama bagi bayi dan orang yang memiliki alergi terhadap sengatan
lebah dan produk lebah lainnya. Selain itu madu juga masih membawa sifat nektar yang
dihisap oleh lebah sehingga madu memiliki sifat beracun apabila berasal dari nektar
tumbuhan beracun.
DAFTAR PUSTAKA

Bogdanov, S. (2009). Physical properties of honey. Dalam: Book of Honey, Chapter


4. Bee Product Science. www. bee-hexagon.net.
Eleazu, C.O., Iroaganachi, M.A., Eleazu, K.C. dan Okoronkwo, J.O. (2013).
Determination of the physicochemical composition microbial quality and free
radical scavenging activities of some commercially sold honey samples in Aba
Nigeria. The effect of varying colours. International Journal of Biomedical Research
4(1): 32–41.
Gulfraz, M., Ifftikhar, F., Asif, S., Raja, G.K., Asad, M.J., Abbasi, K. dan Zeenat, A.
(2010). Quality assement and antimi88crobial activity of various honey types of
Pakistan. African Journal of Biotechnology 9(41): 6902–6906.
J L. Gould & G G. Gould. 1988. The Honeybee
Khalil, M.I., Moniruzzaman, M., Boukraa, L., Benhanifia, M.,Islam, M.A., Islam,
M.N., Sulaiman, S.A. dan Gan, S.H. (2012). Physicochemical and antioxidant
properties of
algerian honey. Molecules 17(9): 11199–11215
Office of complementary medicine. 1998. Honey Scientific Report

R Morse & T Hooper. The Illustrated Encyclopedia of Beekeeping.

Sudaryanto, Heri. 2010. Analisis Kualitas Fisik dan Kimia Madu Lebah di Desa
Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Skripsi. Universitas Islam Sultan
Syarif Kasim Riau.
Sultan ayoub meo, dkk, (2017), Role of Honey in Modern Medicine. Saudi Journal of
Biological Science, 24, 975-978

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai