Anda di halaman 1dari 11

PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI MASTOID

PADA KLINIS MASTOIDITIS

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan oleh :

PUSPARINDA RESTU WINANTI


NIM. P1337430317048

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PURWOKERTO
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
NASKAH PUBLIKASI

PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI MASTOID


PADA KLINIS MASTOIDITIS

RADIOGRAPHIC EXAMINATION PROCEDURE OF THE MASTOID


IN CLINICAL MASTOIDITIS

Disusun oleh:

1. Pusparinda Restu Winanti


2. Saifudin, S.ST, M.Tr.ID

Disahkan oleh:

Ketua Jurusan Ketua Program Studi D-III


Teknik Radiodiagnostik dan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Radioterapi Purwokerto

Fatimah, S.ST, M.Kes. Ardi Soesilo Wibowo, ST, M.Si.


NIP. 19750523 199803 2 003 NIP. 19701216 199403 1 003
LEMBAR PERSETUJUAN

Naskah publikasi dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Radiografi Mastoid pada Klinis
Mastoiditis” telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diunggah atau diupload pada
laman repository.poltekkes-smg.ac.id Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Purwokerto, 4 Juni 2020


Pembimbing,

Saifudin, S.ST, M.Tr.ID


NIP. 19890416 201902 1 001
PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI MASTOID PADA KLNIS
MASTOIDITIS

Pusparinda Restu Winanti1) ; Saifudin2)


Email: pusparinda749@gmail.com

Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto ;


Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi ; Poltekkes Kemenkes Semarang
Jl. Raya Baturraden Km. 12 ; Purwokerto ; Banyumas

Abstrak

Prosedur pemeriksaan radiografi mastoid pada klinis mastoidis menurut kajian literatur dilakukan dengan melepas
benda-benda logam di daerah sekitar kepala dan melipat daun telinga ke depan. Proyeksi yang digunakan adalah
proyeksi AP axial (Towne) dan proyeksi axiolateral (Schuller). Pada proyeksi AP axial (Towne) menurut kajian
literatur sudut yang digunakan adalah 40O caudal, sedangkan menurut teori Clarks (2016) sudut yang digunakan
adalah 35O caudal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi mastoid pada
klinis mastoiditis dan untuk mengetahui peranan pemeriksaan radiografi mastoid dalam diagnosis mastoiditis menurut
kajian literatur. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi
literatur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2020. Pengambilan data dilakukan dengan cara mencari
literatur melalui beberapa database online yaitu ScienceDirect, Google Scholar, Kesmas: National Public Health Jurnal,
JEMDS (Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences), dan Repository Poltekkes Semarang. Berdasarkan
penelusuran tersebut diperoleh tiga literatur yang kemudian dianalisis dengan cara mengkompilasi, mensintesa,
mengkritisi, dan menyimpulkan dari hasil penelitian yang didapat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemeriksaan radiografi mastoid pada klinis mastoiditis menurut kajian literatur dilakukan menggunakan dua proyeksi
yaitu proyeksi AP axial (Towne) dengan penyudutan sinar sebesar 35O caudal dan proyeksi axiolateral (Schuller).
Peranan radiografi mastoid cukup penting dalam diagnosis mastoiditis karena dapat memperlihatkan pneumatisasi
mastoid dan struktur trabekulasi dengan jelas.

Kata kunci : mastoid ; mastoiditis ; pemeriksaan radiografi

Abstract

[English Title: RADIOGRAPHIC EXAMINATION PROCEDURE OF THE MASTOID IN CLINICAL MASTOIDITIS].


Radiographic examintaion procedure of the mastoid in clinical mastoiditis according to the literature review carried
out by removing metal objects in the area around the head dan folding the earlobe forward. The projections used are
AP axial (Towne) projection and axiolateral (Schuller) projection. In the AP axial (Towne) projection according to the
literature review the angle used is 40O caudal, whereas according to Clarks (2016) theory the angle used is 35 O caudal.
The purpose of this study was to determine the radiographic examination procedure of the mastoid in clinical
mastoiditis and to determine the role of mastoid radiographic examination in the diagnosis of mastoiditis according
to the literature review. This type of research is descriptive qualitative research with a literature study approach. This
research was carried out in April 2020. Data in April 2020. Data were collected by searching the literature through
several online databases namely ScienceDirect, Google Scholar, Public Health: National Public Health Journal,
JEMDS (Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences), and the Semarang Health Polytechnic Repository.
Based on these searches obtained three literature which is then analyzed by compiling, synthesizing, criticizing, and
concluding from the research results obtained. The result of the research showed that radiographic examintaion
procedure of the mastoid in clinical mastoiditis according to the literature review was carried out using two
projections, namely the AP axial (Towne) projection with a beam angle of 35 O caudal and the axiolateral (Schuller)
projection. The role of mastoid radiography is quite important in the diagnosis of mastoiditis because it can clearly
show mastoid pneumatization and trabeculation structure.

Keywords: mastoid ; mastoiditis ; radiographic examination

1) Mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, Politeknik Kesehatan Kemenkes


Semarang
2) Dosen Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
1. Pendahuluan Salah satu pemeriksaan penunjang yang
Tulang tengkorak merupakan tulang dapat dilakukan untuk menegakkan
pembentuk tulang kepala yang terletak pada diagnosis mastoiditis adalah pemeriksaan
ujung superior dari columna vertebralis dan radiologi konvensional. Pemeriksaan
dibagi menjadi dua set tulang utama yaitu 8 radiologi konvensional pada tulang temporal
(delapan) tulang cranial dan 14 (empat belas) memiliki nilai penyaring serta dapat
tulang wajah. Delapan tulang cranial dibagi menentukan pneumatisasi mastoid dan piramid
menjadi calvarium dan dasar atau lantai yang tulang petrous. Pemeriksaan radiologi
masing-masing bagian tersebut terdiri dari konvensional ini dapat dinilai besar dan
empat tulang. Salah satu tulang cranial bagian perluasan suatu lesi besar yang berasal dari
dasar adalah tulang temporal (Lampignano, tulang temporal (Rasad, 2009).
2018). Menurut Clarks (2016), prosedur
Tulang temporal terletak di setiap sisi dari pemeriksaan radiografi temporal dilakukan
dasar cranium di antara greater wings dari dengan melepas benda-benda radio-opaque di
tulang tulang sphenoid dan tulang occipital. sekitar kepala kemudian daun telinga dilipat
Setiap tulang temporal terdiri dari squamous ke depan agar jaringan lunak daun daun
portion, tympanic portion, processus styloideus, tidak superposisi dengan area yang diperiksa.
processus zygomaticus, dan petromastoid portion Proyeksi yang dapat dilakukan untuk menilai
(mastoid dan petrous portions) (Long, 2016). tulang temporal yaitu, proyeksi AP axial
Bagian mastoid atau mastoid portion terletak (Towne), proyeksi Submento-vertical (SMV),
di belakang dan berjalan ke bawah sebagai proyeksi axiolateral (Schuller), dan proyeksi
processus mastoideus. Processus mastoideus mastoid—profile. Pada proyeksi axiolateral
mempunyai ruang-ruang yang dikenal (Schuller) dan proyeksi mastoid—profile
sebagai rongga udara mastoid atau mastoid air dilakukan pada kedua sisi untuk
cells dan sebuah ruangan khusus yang besar perbandingan.
dan terletak sedikit lebih ke depan, disebut Proyeksi yang dapat digunakan pada
antrum timpani (ruang gendang). Ruangan ini pemeriksaan konvensional mastoid adalah
dilapisi epitel yang bersambung dengan epitel proyeksi Law, Schuller, Mayer, Owens,
dari rongga telinga tengah. Infeksi telinga Towne, dan Stenvers. Proyeksi Towne dapat
tengah dapat menyebabkan mastoiditis, yaitu memperlihatkan kedua piramid petrous
infeksi yang terjadi pada rongga udara memalui orbit, sehingga memungkinkan
mastoid (Pearce, 2013). perbandingan kedua piramid petrous dan
Mastoiditis adalah infeksi bakteri pada analis akustikus internus pada film yang sama.
processus mastoideus yang dapat merusak Proyeksi Schuller standar, modifikasi Mayer
bagian dalam processus mastoideus. Mastoid air dan Chausse III merupakan proyeksi yang
cells atau sel udara mastoid diganti dengan paling informatif untuk melihat struktur-
abses yang berisi cairan yang dapat struktur telinga tengah. Apabila terdapat
menyebabkan gangguan pendengaran kemungkinan neuroma akustik atau suatu
progresif (Lampignano, 2018). Proses infeksi kelainan pada daerah petrous atau kanalis
dipengaruhi oleh faktor host dan faktor akustika internus, sebaiknya dilakukan
mikrobiologi (Putri, 2014). pemotretan dengan proyeksi Towne,
Mastoiditis dapat diklasifikasikan menjadi Stenvers, dan transorbita, karena pada
dua jenis yaitu mastoiditis akut dan mastoiditis proyeksi Schuller kurang baik dalam
kronik. Mastoiditis akut terjadi karena menampakkan telinga bagian dalam (Boies,
komplikasi atau ekstensi dari otitis media 2013).
akut. Mastoid kronik disebabkan oleh infeksi Berdasarkan observasi yang dilakukan
kronis atau infeksi akut dengan resolusi yang penulis ketika melaksanakan Praktek Kerja
tidak sempurna (Rasad, 2009). Lapangan 3 (PKL 3) di Instalasi Radiologi
Angka insidensi mastoiditis di Asia belum RSUD Tugurejo Semarang pada tanggal 21
ada data pasti begitu juga dengan negara Oktober – 16 November 2019 menemukan
Indonesia. Insidensi mastoiditis akut akibat bahwa, prosedur pemeriksaan radiografi
Otitis Media Akut (OMA) pada anak kurang mastoid dilakukan tanpa persiapan khusus,
dari 14 tahun adalah 1,2 – 4,2 per 100.000 hanya melepas benda-benda logam/radio-
orang per tahun pada negara berkembang opaque di sekitar kepala dan melipat daun
(Home, Jensen, dan Brofeldt, 2010). telinga ke depan dengan cara diberi plester.
Proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan
radiografi mastoid hanya menggunakan dilaksanakan pada bulan April 2020.
proyeksi axiolateral metode Schuller pada sisi Pengambilan data dilakukan dengan cara
kanan dan kiri. mencari literatur melalui beberapa database
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk online yaitu ScienceDirect, Google Scholar,
mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi Kesmas: National Public Health Jurnal, JEMDS
mastoid pada klinis mastoiditis menurut kajian (Journal of Evolution of Medical and Dental
literatur dan untuk mengetahui peranan Sciences), dan Repository Poltekkes Semarang.
pemeriksaan radiografi mastoid dalam Berdasarkan penelusuran tersebut diperoleh
diagnosis mastoiditis menurut kajian literatur. tiga literatur yang kemudian dianalisis
dengan cara mengkompilasi, mensintesa,
2. Metode mengkritisi, dan menyimpulkan dari hasil
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang didapat.
penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan studi literatur. Penelitian ini

3. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
Literatur yang diperoleh dari hasil pencarian yang sesuai kata kunci dan telah dilakukan seleksi
dapat ditampilkan pada Tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar literatur yang direview
Topik/Konten yang Jenis
No Nama Penulis Tahun Judul
Direview Literatur
1 Desi Fahma 2017 Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan KTI
Santi Mastoid dengan mastoid di RSUD (Repository
Indikasi Mastoiditis di Kabupaten Poltekkes
Instalasi Radiologi Temanggung Semarang)
RSUD Kabupaten
Temanggung
2 Sunitha M, L. 2015 A Comparative Study a. Peranan Jurnal
Asokan, A. P. of Plain X-Ray pemeriksaan foto (Journal of
Sambandan Mastoids with HRCT sinar-X dalam Evolution of
Temporal Bone in diagnosis mastoiditis Medical and
Patients with Chronic b. Perbandingan hasil Dental
Suppurative Otitis foto sinar-X mastoid Sciences)
Media dengan HRCT
tulang temporal
3 Harry Agustaf 2013 Profil Penderita Peranan proyeksi Jurnal
Asroel, Debi Otitis Media Schuller dalam menilai (Jurnal
Rumondang Supuratif Kronis keadaan tulang Kesehatan
Siregar, temporal Masyarakat
Askaroellah Nasional)
Aboet

1) Prosedur pemeriksaan radiografi benda logam di daerah sekitar


mastoid pada klinis mastoiditis kepala, dan melipat daun telinga
Menurut karya tulis ilmiah yang pasien ke depan dengan plester
ditulis oleh Santi (2017), prosedur pada pemeriksaan mastoid proyeksi
pemeriksaan radiografi mastoid dengan Schuller.
indikasi mastoiditis adalah sebagai b) Persiapan alat dan bahan
berikut: Alat dan bahan yang digunakan
a) Persiapan pasien pada pemeriksaan radiografi mastoid
Persiapan pasien yang dilakukan antara lain: pesawat sinar-X,
sebelum pemeriksaan antara lain: gunting, plester, imaging plate
mencocokkan identitas pasien, ukuran 24 x 30 cm dan 18 x 24 cm,
menjelaskan prosedur pemeriksaan marker R/L, CR, grid, dan printer.
kepada pasien, melepas benda-
c) Teknik pemeriksaan lapangan penyinaran
(1) Proyeksi AP Axial (Towne) mencangkup objek yang
Pasien diposisikan supine di atas diperiksa. Kaset yang digunakan
meja pemeriksaan dengan MSP adalah imaging plate ukuran 18 x
(Mid Sagital Plane) kepala tegak 24 cm dan diletakkan secara
lurus terhadap meja melintang. Central Ray (CR)
pemeriksaan. Dagu pasien diarahkan 25O caudal terhadap
ditekan sehingga OML (Orbito kaset. Central Point (CP) pada
Meatal Line) tegak lurus kaset. mastoid sisi yang diperiksa. FFD
Memastikan tidak ada rotasi yang digunakan 100 cm dan
pada kepala dan seluruh area faktor eksposi yang digunakan
masuk dalam lapangan yaitu 70 kVp, 3,20 mAs. Gambar
penyinaran. Kaset yang radiograf proyeksi axiolateral
digunakan adalah imaging plate (Schuller) adalah sebagai berikut:
ukuran 24 x 30 cm dan
diletakkan secara membujur.
Central Ray (CR) diarahkan 40O
caudal terhadap kaset. Central
Point (CP) pada 6.5 cm di atas
glabella melalui MAE. FFD yang
digunakan 100 cm dan faktor
eksposi yang digunakan yaitu 73
kVp, 4 mAs. Gambar radiograf
proyeksi AP axial (Towne) adalah
sebagai berikut:

Gambar 2. Radiograf proyeksi axiolateral


(Schuller) (Santi, 2017)
Hasil radiograf:
Air cellluae mastoidea bilateral
menghilang sesuai gambaran
mastoiditis. CAE sinistra
Gambar 1. Radiograf proyeksi AP axial (Towne) menyempit suspect granuloma.
(Santi, 2017)
Hasil radiograf:
2) Peranan pemeriksaan radiografi mastoid
Air cellluae mastoidea bilateral
dalam diagnosis mastoiditis
menghilang sesuai gambaran
Menurut Asroel et al. (2013) dalam
mastoiditis. CAE sinistra
artikel penelitiannya yang dilakukan
menyempit suspect granuloma.
pada sampel 119 penderita OMSK tipe
bahaya di RSUP H. Adam Malik
(2) Proyeksi Axiolateral (Schuller)
Medan menyatakan bahwa pada
Pasien diposisikan prone di atas
pemeriksaan foto polos mastoid
meja pemeriksaan dengan kepala
proyeksi Schuller ditemukan gambaran
dirotasikan sehingga kepala
mastoiditis kronis dengan kolesteatoma
dalam keadaan true lateral dan
sebanyak 74 penderita (62,18 %).
salah satu sisi menempel pada
Proyeksi Schuller merupakan proyeksi
kaset. Salah satu tangan di tekuk
yang masih digunakan untuk menilai
dan diletakkan depan kepala
keadaan tulang temporal. Pada
untuk fiksasi dan tangan yang
proyeksi ini perluasan pneumatisasi
lain lurus di belakang tubuh.
mastoid dan struktur trabekulasi dapat
Mengatur agar MSP kepala
terlihat dengan jelas.
pasien sejajar dengan kaset dan
Menurut Sunitha et al. (2015) dalam
IPL (Intra Pupilary Line) tegak
penelitiannya tentang studi
lurus terhadap kaset. Luas
perbandingan foto polos mastoid Pemeriksaan radiografi kepala
dengan High Resolution Computed merupakan pemeriksaan yang
Tomography (HRCT) pada pasien membutuhkan faktor eksposi yang
dengan otitis media supuratif kronis cukup tinggi karena kepala
menyatakan bahwa foto polos mastoid memiliki ketebalan objek yang
dan HRCT tulang temporal memiliki tinggi dan memiliki struktur yang
sensitivitas dan spesifitas yang baik kompleks, sehingga alat pelindung
dalam menunjukkan pneumatisasi, radiasi untuk pasien diperlukan
namun HRCT memberikan detail sel- agar bagian yang tidak dilakukan
sel udara secara menyeluruh dan dapat pemeriksaan tidak terkena radiasi
memprediksi jenis pneumatisasi mastoid hambur/scattered radiation.
secara akurat. Foto polos mastoid Penggunaan alat pelindung radiasi
diperoleh dari proyeksi Law secara pada pasien dapat meminimalkan
bilateral, sedangkan HRCT tulang paparan radiasi yang diterima
temporal diperoleh dengan potongan 1 pasien dan dapat melindungi
mm pada bidang axial dan coronal. jaringan-jaringan yang sensitif
Pneumatisasi merupakan proses terhadap radiasi seperti jaringan alat
pembentukan ruang udara di dalam kelamin, sumsum tulang, jaringan
tulang temporal. Pneumatisasi pada alat pencernaan, dan kulit. Hal ini
mastoid dibagi menjadi tiga jenis yaitu sesuai dengan teori dari
pneumatik (pneumatisasi lengkap), Lampignano (2018) yang
diploik (pneumatisasi parsial), dan menyebutkan bahwa teknik yang
sklerotik (tidak terjadi pneumatisai) digunakan untuk meminimalkan
(Sunitha et al., 2015). paparan radiasi pasien pada
pemeriksaan radiografi kepala
b. Pembahasan adalah dengan penggunaan
1) Prosedur pemeriksaan radiografi kolimasi yang tepat dan
mastoid pada klinis mastoiditis penggunaan shielding untuk
a) Persiapan pasien melindungi organ radiosensitif.
Persiapan pasien pada Oleh sebab itu, pada pemeriksaan
pemeriksaan mastoid menurut karya radiografi mastoid penting dilakukan
tulis ilmiah yang ditulis oleh Santi pembatasan dosis melalui kolimasi
(2017) adalah mencocokkan dan penggunaan apron.
identitas pasien, memberi
penjelasan prosedur pemeriksaan b) Persiapan alat dan bahan
kepada pasien, melepas benda- Menurut Clarks (2016), alat dan
benda logam di daerah sekitar bahan yang diperlukan pada
kepala pasien, dan melipat daun pemeriksaan radiografi mastoid
telinga ke depan. antara lain pesawat sinar-X,
Menurut penulis, persiapan kaset/image receptor ukuran 18 x 24
pasien yang dilakukan pada cm atau 24 x 30 cm, film, grid,
pemeriksaan mastoid menurut Santi marker, dan plester.
(2017) sudah baik dan sesuai dengan Alat dan bahan yang digunakan
teori Clarks (2016) yaitu memastikan pada pemeriksaan mastoid dengan
tidak ada benda-benda logam di indikasi mastoiditis menurut karya
sekitar kepala pasien, melipat daun tulis ilmiah yang ditulis oleh Santi
telinga ke depan, dan memberi (2017) adalah pesawat sinar-X,
penjelasan kepada pasien tentang gunting, plester, imaging plate
pemeriksaan yang akan dilakukan, ukuran 24 x 30 cm dan 18 x 24 cm,
tetapi penerapan prinsip proteksi marker, CR, dan printer.
radiasi belum dilakukan yaitu Menurut penulis, persiapan alat
mengupayakan agar pasien dan bahan tersebut di atas sudah
memperoleh paparan radiasi cukup dan sesuai dengan teori
serendah mungkin (Perka Bapeten Clarks (2016) karena pemeriksaan
No. 8 Tahun 2011 Pasal 36 Ayat (2)). radiografi mastoid merupakan
pemeriksaan konvensional yang
tidak membutuhkan banyak terdapat kelainan di sekitar mastoid
peralatan khusus. dapat dinilai.
c) Teknik pemeriksaan Proyeksi axiolateral (Schuller)
Menurut Clarks (2016), proyeksi dilakukan dengan posisi kepala
yang dapat dilakukan pada pasien dalam keadaan true lateral
pemeriksaan mastoid adalah sehingga sisi mastoid yang diperiksa
proyeksi AP axial (Towne), proyeksi menempel dengan kaset/imaging
Submento-Vertical (SMV), proyeksi plate dan arah sinar yang digunakan
axiolateral (Schuller), dan proyeksi adalah 25O caudal.
mastoid—profile. Menurut penulis, proyeksi
Berdasarkan hasil penelitian axiolateral (Schuller) merupakan
karya tulis ilmiah yang ditulis oleh proyeksi yang informatif untuk
Santi (2017), teknik pemeriksaan melihat keadaan mastoid air cell
mastoid dengan indikasi mastoiditis karena dapat memberikan
di Instalasi Radiologi RSUD gambaran yang baik tentang tingkat
Kabupaten Temanggung dilakukan pneumatisasi dan trabekulasi dari
dengan dua proyeksi, yaitu proyeksi tulang mastoid. Penggunaan arah
AP axial (Towne) dan proyeksi sinar 25O caudal mengakibatkan
axiolateral (Schuller). perubahan bentuk atau distorsi
Pada proyeksi AP axial (Towne) karena gambaran mastoid yang
terdapat perbedaan sudut yang dekat dengan kaset seakan
digunakan antara literatur Santi terlempar, sehingga tidak superposisi
(2017) dengan teori Clarks (2016). dengan sisi mastoid yang lain.
Pada literatur sudut yang Proyeksi axiolateral (Schuller)
digunakan adalah 40O caudal, dilakukan dengan objek menempel
sedangkan menurut Clarks (2016) pada kaset/imaging plate, sehingga
sudut yang digunakan adalah 35O menghasilkan radiograf dengan
caudal. Menurut Santi (2017), tajam dan detail karena tidak ada
penggunaan sudut 40O caudal pada jarak antara objek dengan
proyeksi AP axial (Towne) dapat kaset/imaging plate.
menampilkan gambaran mastoid air
cell dengan lebih luas karena mastoid 2) Peranan pemeriksaan radiografi mastoid
tidak superposisi dengan organ lain, dalam diagnosis mastoiditis
sehingga kondisi peradangan pada Menurut jurnal yang ditulis oleh
mastoid dapat dinilai dengan jelas. Asroel et al. yang diterbitkan oleh
Berdasarkan gambaran radiograf Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
yang dihasilkan, penggunaan sudut tahun 2013, menjelaskan bahwa pada
yang lebih besar (40O caudal) dapat pemeriksaan foto polos mastoid Schuller
menyebabkan gambaran mastoid ditemukan gambaran mastoiditis kronis
terlempar lebih jauh sehingga dengan kolesteatoma sebanyak 74 dari
mengalami distorsi bentuk yang 119 penderita. Proyeksi Schuller
lebih besar dan semakin menjauhi merupakan proyeksi foto polos yang
bentuk aslinya. masih digunakan dalam menilai
Menurut penulis, proyeksi AP keadaan tulang temporal. Pada
axial (Towne) memiliki keunggulan proyeksi Schuller perluasan pneumatisasi
untuk menilai kondisi saluran mastoid dan struktur trabekulasi dapat
telinga bagian dalam (IAM) karena tampak dengan jelas.
bagian ini akan tampak superposisi Menurut jurnal yang ditulis oleh
dengan EAM jika menggunakan Sunitha et al. yang diterbitkan oleh
proyeksi axiolateral (Schuller). Journal of Evolution of Medical and Dental
Proyeksi AP axial juga dapat Sciences tahun 2015, menyatakan bahwa
memperlihatkan bagian-bagian lain foto polos mastoid dan HRCT tulang
di sekitar mastoid karena mastoiditis temporal memiliki sensitivitas dan
dapat menyebar pada tulang di spesifitas yang baik dalam
sekitar mastoid, sehingga apabila menunjukkan pneumatisasi, namun
HRCT memberikan detail sel-sel udara
secara menyeluruh dan dapat Menurut penulis, foto polos mastoid
memprediksi jenis pneumatisasi mastoid proyeksi Schuller dapat memberikan
secara akurat. Pneumatisasi merupakan informasi diagnosis mastoiditis yang
proses pembentukan ruang udara di cukup baik karena sudah dapat
dalam tulang temporal. Pneumatisasi menunjukkan pneumatisasi dari tulang
pada mastoid dibagi menjadi tiga jenis temporal serta struktur trabekulasi
yaitu pneumatik (pneumatisasi lengkap), dengan jelas. Gambaran mastoiditis
diploik (pneumatisasi parsial), dan secara radiologik adalah ditemukannya
sklerotik (tidak terjadi pneumatisai). perselubungan sel udara mastoid dan
Mastoiditis adalah infeksi supuratif jumlah sel udara yang kurang serta
pada sel udara mastoid atau mastoid air struktur trabekula yang tampak
cell yang muncul sebagai komplikasi menebal (Azhari, 2018). Kondisi mastoid
sekunder dari otitis media. Penyebab air cell (sel udara mastoid)
mikrobiologi dari mastoiditis akut yang menggambarkan pneumatisasi dari
paling umum adalah bakteri S. tulang temporal, sehingga pada
pneumoniae, S. pyogenes, dan S. aureus, penderita mastoiditis yang ditemui
sedangkan mastoiditis kronis paling perselubungan pada sel udara mastoid
sering disebabkan oleh P. aeruginosa dapat dinilai dengan menggunakan
(Berry, 2018). radiograf yang menampilkan
Gejala klinis dari mastoiditis meliputi pneumatisasi dengan jelas. CT scan
peningkatan nyeri di telinga dengan dapat menunjukkan detail (gambaran)
denyut di tulang temporal dan tulang sel-sel udara pada tulang temporal
occipital, peningkatan discharge telinga dengan lebih detail sehingga dapat
yang purulen, tidak berbau dan menghasilkan diagnosis yang lebih
berwarna krem, serta pasien juga akurat, sesuai dengan pernyataan
mengalami ketulian. Pada pemeriksaan Sunitha (2015) yaitu jenis sel udara
radiologik ditemukan perselubungan dapat lebih diketahui dengan
yang tidak homogen pada daerah menggunakan HRCT. Dosis radiasi
antrum mastoid, serta perubahan yang yang diterima pasien lebih besar jika
bervariasi pada struktur trabekulasi menggunakan CT scan. Hal ini sesuai
mastoid. Proses inflamasi pada mastoid dengan teori pada Lampignano (2018)
akan menyebabkan penebalan struktur yang menyebutkan bahwa pada
trabekulasi diikuti demineralisasi pemeriksaan radiografi kepala
trabekula. Gambaran radiologik pada memiliki dosis efektif sebesar 0,07 mSv,
mastoiditis kronis adalah tampak sedangkan dosisi efektif pada
perselubungan sel udara mastoid dan pemeriksaan CT kepala sebesar 2,3
jumlah sel udara yang kurang serta mSv. Kedua jenis pemeriksaan tersebut
struktur trabekula yang tampak dapat dijadikan pilihan dalam
menebal, sedangkan gambaran mendiagnosis mastoiditis dengan
radiologik dari mastoiditis akut adalah mempertimbangkan risiko dan manfaat
berupa perselubungan ruang telinga yang diperoleh.
tengah dan sel udara mastoid, dan bila
proses inflamasi terus berlangsung akan 4. Kesimpulan dan Saran
terjadi perselubungan difus pada kedua a. Kesimpulan
daerah tersebut (Azhari, 2018). 1) Prosedur pemeriksaan mastoid pada
Gambaran mastoiditis pada klinis mastoiditis menurut kajian
pemeriksaan CT scan adalah tampak literatur dilakukan dengan
opasifikasi/kekeruhan pada sel udara mencocokkan identitas pasien, melepas
mastoid dan telinga tengah, adanya benda-benda logam di daerah sekitar
erosi pada dinding rongga mastoid, kepala, dan melipat daun telinga ke
kekaburan atau distorsi pada garis depan menggunakan plester. Alat dan
mastoid, adanya abses subperiosteal bahan yang diperlukan yaitu pesawat
sepanjang saluran telinga eksternal dan sinar-X, kaset/imaging plate, plester,
zygomatic arch, dan abses epidural pada gunting, marker, CR, dan printer.
fossa posterior (Marom, 2016). Proyeksi yang digunakan yaitu
proyeksi AP axial (Towne) 35O caudal “Profil Penderita Otitis Media Supuratif
dan proyeksi axiolateral (Schuller). Kronis”. Jurnal Kesehatan Masyarakat
2) Pemeriksaan radiografi mastoid dalam Nasional. Vol. 7. No. 12, Juli 2013.
diagnosis mastoiditis memiliki peranan Azhari, Salsabila Irbah dan Sri Mulyati. 2018.
yang cukup penting karena dapat “Gambaran X-Foto Schuller pada Pasien
memperlihatkan pneumatisasi mastoid Otitis Media Kronis di Rumah Sakit
dan struktur trabekulasi dengan jelas. Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya
High Resolution Computed Tomography Periode 2015 – 2016”. Hang Tuah Medical
(HRCT) dapat memprediksikan jenis Journal. Vol. 16, No. 1, Hlm. 69 – 80.
pneumatisasi dengan lebih akurat, Berry, W. S. 2018. “Otitis, Sinusitis, and
namun memiliki dosisi radiasi yang Mastoiditis: Ear or Facial Pain Following a
lebih besar. Common Cold”. Introduction to Clinical
Infectious Diseases: A Problem-Based
b. Saran Approach, 37 – 51.
1) Pada pemeriksaan radiografi mastoid Lampignano, John P. dan Leslie E. Kendrick.
dengan klinis mastoiditis sebaiknya 2018. Bontrager’s Textbook of Radiographic
tetap memperhatikan proteksi radiasi Positioning and Related Anatomy, Ninth
pasien, yaitu dengan memakaikan Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier.
apron kepada pasien apabila Long, Bruce W., Jeannean Hall Rollins, dan
memungkinkan untuk mengurangi Barbara J. Smith. 2016. Merrill’s Atlas of
dosis paparan radiasi yang diterima Radiographic Positioning & Procedures
pasien. Volume Two, Thirteenth Edition. St. Louis,
2) Pemeriksaan radiografi mastoid agar Missouri: Elsevier.
mendapatkan hasil dan diagnosis yang Marom, Tal & Johanna Nokso-Koivisto. 2016.
lebih akurat sebaiknya dilakukan Mastoiditis. Contemporary Approaches to
pemeriksaan CT scan dengan Upper Respiratory Tract Infections, 90 – 103.
mempertimbangkan risiko dan manfaat Pearce, Evelyn C., 2013. Anatomi dan Fisiologi
yang diperoleh. untuk Paramedis. Jakarta: CV Prima
Grafika.
5. Ucapan Terima Kasih Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN No. 8
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi
penulis mendapat banyak bantuan dan dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, Radiologi dan Intervensional.
penulis mengucapkan terima kasih kepada: Putri, Febi. 2014. “Mastoiditis”. Makalah
a. Bapak Marsum, BE, S.Pd, MHP., Direktur Ilmiah. Medan: Fakultas Kedokteran, USU.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Rasad, Sjahrir. 2009. Radiologi Diagnostik.
Semarang. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
b. Ibu Fatimah, S.ST, M.Kes, Ketua Jurusan Santi, Desi Fahma. 2017. “Teknik Pemeriksaan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, Mastoid dengan Indikasi Mastoiditis di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten
Semarang. Temanggung”. Karya Tulis Ilmiah.
c. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, S.T, M.Si, Semarang: Jurusan Teknik
Ketua Program Studi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi,
Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.
Purwokerto, Politeknik Kesehatan Sunitha M, L. Asokan, dan A. P. Sambandan.
Kemenkes Semarang. 2015. “A Comparative Study of Plain X-
d. Bapak Saifudin, S.ST, M.Tr.ID, dosen Ray Mastoid with HRCT Temporal Bone in
pembimbing akademik sekaligus sebagai Patients with Suppurative Otitis Media”.
dosen pembimbing karya tulis ilmiah. Journal of Evolution of Medical and Dental
Sciences. Vol. 4, Issue 30. Hlm. 5190 – 5197.
6. Daftar Pustaka Whitley, A. Stewart, Gail Jefferson, Ken
Adams, George L., Lawrence R. Boies, dan Holmes, Charles Sloane, Craig Anderson,
Peter A. Higler. 2013. Boies: Buku Ajar dan Graham Hoadley. 2016. Clark’s
Penyakit THT. Jakarta: EGC. Positioning in Radiography, Thirteenth
Asroel, Harry Agustaf, Debi Rumondang Edition. Boca Raton, Florida: CRC Press,
Siregar, dan Askaroellah Aboet. 2013. Taylor & Francis Group.

Anda mungkin juga menyukai