AMTSAL Dalam Alqur'an
AMTSAL Dalam Alqur'an
Disusun oleh :
JURUSAN TARBIYAH
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah
memberikan rahmat, bimbingan dan kekuatan kepada penyusun
sehingga dapat menyelesaikan buku yang berjudul ”AMTSAL
DALAM AL-QUR'AN”. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam serta
keluarga dan sahabatnya.
Buku ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir tarbawi,
selain itu buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penyusun dan
pembaca khususnya bagi para mahasiswa dalam proses pembelajaran
yang inovatif, interaktif dan atraktif.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................3
BAB I....................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................4
BAB II..................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................5
A. Pengertian Amtsal.........................................................................5
B. Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an.....................................8
C. Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an...................................................13
D. Ciri-ciri Spesifik Amtsal dalam Al-Qur’an.................................13
E. Urgensi Amtsal dalam Al-Qur’an...............................................15
BAB III...............................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl, dan
matsil serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafadz maupun
maknanya.
Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan
matsal yang berarti serupa atau sama, dapat juga berarti contoh,
teladan, peribahasa atau cerita perumpamaan.
Secara terminologi, matsal sebagai istilah dalam ilmu sastra
yang berarti suatu ungkapan perkataan yang dihikayatkan dengan
maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu
dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu diucapkan.
Maksudnya, menyerupakan sesuatu, seseorang atau keadaan dengan
apa yang terkandung dalam perkataan itu.
Makna amtsal secara terminologi dapat ditemukan dalam berbagai
pendapat ulama berikut:
Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana dikutip oleh Manna’ al-
Qattan, amtsal ialah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain
dalam hal hukumnya, mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak
dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua
hal yang indrawi atas yang lain, dengan menganggap yang satu
sebagai yang lain.
Menurut as-Suyuthi dalam al-Itqan, amtsal ialah
mendeskripsikan makna yang abstrak dengan gambaran yang konkret
karena lebih mengesan di dalam hati, seperti menyerupakan yang
samar dengan yang tampak, yang ghaib dengan yang hadir.
Kata matsal juga di gunakan untuk menunjukkan arti keadaan
dan kisah yang menakjubkan. Dengan pengertian ini kata matsal
ditafsirkan dalam banyak Al-Qur’an. Misalnya firman Alloh:
ُ هBا ٌر ِم ْن لَبَ ٍن لَ ْم يَتَ َغيَّرْ طَ ْع ُمBBَ ٍن َوَأ ْنهBاس
ِ ر َءBِ Bا ٍء َغ ْيBا ٌر ِم ْن َمBBََمثَ ُل ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُو ِع َد ْال ُمتَّقُونَ فِيهَا َأ ْنه
ت َو َم ْغفِ َرةٌ ِم ْن ِ صفًّى َولَهُ ْم فِيهَا ِم ْن ُك ِّل الثَّ َم َرا َ اربِينَ َوَأ ْنهَا ٌر ِم ْن َع َس ٍل ُم
ِ َوَأ ْنهَا ٌر ِم ْن خَ ْم ٍر لَ َّذ ٍة لِل َّش
ار َو ُسقُوا َما ًء َح ِمي ًما فَقَطَّ َع َأ ْم َعا َءهُ ْم ِ َّربِّ ِه ْم َك َم ْن هُ َو خَ الِ ٌد فِي الن.
َ
)Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari
air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu
yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat
rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang
disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-
buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang
kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih
sehingga memotong ususnya? (Muhammad 47:15(
Tafsiran :
«ارBBا أنهBBبره «فيهBBدأ خBBمثل» أي صفة «الجنة التي وعد المتقون» المشتركة بين داخليها مبت
يرBBدنيا فيتغBBاء الBB أي غير متغير بخالف م،من ما ٍء غير آسن» بالمد والقصر كضارب وحذر
ارBBبعارض «وأنهار من لبن لم يتغير طعمه» بخالف لبن الدنيا لخروجه من الضروع «وأنه
ار منBBرب «وأنهBBد الشBBة عنBBا كريهBBمن خمر لذة» لذيذة «للشاربين» بخالف خمر الدنيا فإنه
عسل مصفى» بخالف عسل الدنيا فإنه بخروجه من بطون النحل يخالط الشمع وغيره «ولهم
اBBانه إليهم بمBBع إحسBBو راض عنهم مBBرة من ربهم» فهBBفيها» أصناف «من كل الثمرات ومغف
دBBذكر بخالف سيد العبيد في الدنيا فإنه قد يكون مع إحسانه إليهم ساخطا عليهم «كمن هو خال
رارةBB أي أمن هو في هذا النعيم «وسقوا ماء حميما» أي شديد الح،في النار» خبر مبتدأ مقدر
ه عنBB وألف،رBBع معى بالقصBBو جمBB وه،«فقطَّع أمعاءهم» أي مصارينهم فخرجت من أدبارهم
ياء لقولهم ميعان.
)Perumpamaan) gambaran tentang (surga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa) dan yang menjadi milik bersama bagi
orang-orang yang memasukinya. Lafal ayat ini menjadi Mubtada,
sedangkan Khabarnya ialah (yang di dalamnya ada sungai-sungai dari
air yang tiada berubah rasa dan baunya) dapat dibaca Aasinin atau
Asinin, jika dibaca Aasinin wazannya sama dengan lafal Dhaaribin,
jika dibaca Asinin Wazannya sama dengan lafal Hadzirun. Artinya,
airnya tidak berubah atau tidak berbeda dengan air dunia yang dapat
berubah karena ada sesuatu yang mencampurinya (sungai-sungai dari
air susu yang tiada berubah rasanya) berbeda dengan air susu di
dunia, karena air susu di dunia keluar dari susu (sungai-sungai dari
khamar yang lezat rasanya) sangat lezat rasanya (bagi peminumnya)
berbeda halnya dengan khamar di dunia, khamar dunia rasanya tidak
enak bila diminum (dan sungai-sungai dari madu yang disaring)
berbeda dengan madu di dunia, karena madu di dunia keluar dari
perut tawon kemudian bercampur dengan lilin dan lain sebagainya
(dan mereka memperoleh di dalamnya) berbagai macam jenis (dari
aneka ragam buah-buahan, dan ampunan dari Rabb mereka) Rabb
mereka rela terhadap mereka di samping kebaikan-Nya yang terus
melimpah bagi mereka tanpa henti-hentinya, yaitu berupa
kenikmatan-kenikmatan yang telah disebutkan tadi. Berbeda halnya
dengan perihal seorang tuan atau pemilik hamba sahaya di dunia,
karena sesungguhnya sekalipun majikan dari hamba sahaya itu
berbuat baik kepadanya hal itu dibarengi dengan amarahnya, yakni
terkadang sang majikan memarahinya (sama dengan orang yang kekal
dalam neraka) lafal ayat ini menjadi Khabar dari Mubtada yang
diperkirakan keberadaannya yakni, apakah orang yang berada dalam
kenikmatan tersebut sama dengan orang yang kekal di dalam neraka
(dan diberi minuman dengan air yang mendidih) yakni air yang sangat
panas (sehingga memotong-motong ususnya?) artinya, minuman itu
menghancurkan dan mencabik-cabik isi perutnya. Lafal Am'aa adalah
bentuk jamak dari lafal Mi'a, sedangkan huruf Alifnya adalah ganti
dari huruf Ya, karena sebagian dari mereka ada yang mengatakan
Mi'yaani. (Tafsir Al-Jalalain, Muhammad 47:15(
Ayat tersebut menggambarkan keadaan dan sifat surga yang sangat
mengagumkan.
B. Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an
Di kalangan para ulama terdapat perbedaan tentang macam-
macam amtsal Al-Qur’an, adanya perbedaan tersebut disebabkan
banyak dan beragamnya amtsal dalam al-Qur’an.
Manna’ Khalil al-Qattan membagi amtsal Al-Qur’an menjadi
tiga macam, yaitu: Amtsal Musharrahah, Amtsal Kaminah dan
Amtsal Mursalah. Dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Amtsal Musharrahah, maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan
lafadz matsal atau dengan sesuatu yang menunjukkan tasybih
(penyerupaan). Amtsal ini seperti banyak ditemukan dalam Al-
Qur’an, dan berikut ini beberapa di antaranya :
a. Tentang orang munafik:
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Alloh menghilangkan
cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka
tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang benar. Atau seperti yang
ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat…
sampai dengan-Sesungguhnya Alloh berkuasa atas segala sesuatu.”
Di dalam ayat ini Alloh membuat dua perumpamaan bagi orang
munafiq; matsal yang berkenaan dengan api dalam firman-Nya,
”adalah seperti orang yang menyalakan api,,,” karena di dalam api
terdapat unsur cahaya. Matsal yang lain adalah berkenaan dengan
air,”atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari
langit….” karena di dalam air terdapat materi kehidupan. Dan wahyu
yang turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan
menghidupkannya. Alloh juga menyebutkan kondisi orang munafiq
dalam dua keadaan. Di satu sisi mereka bagaikan orang yang
menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan. Dalam hal ini
mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk Islam.
Namun keislaman mereka tidak memberi pengaruh terhadap hati
mereka karena Alloh menghilangkan cahaya yang ada dalam api itu,
“Alloh menghilangkan cahaya yang menyinari mereka.” Kemudian
membiarkan unsur api “membakar” yang ada padanya. Inilah
perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
Adapun dalam matsal air, Alloh menyerupakan mereka dengan
keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh
dan kilat, kekuatannya terkuras habis. Lalu ia menyumbat telinga
dengan jari-jemarinya, sambil memejamkan mata karena takut petir
menimpanya. Gambaran ini laksana Al-Qur’an dengan peringatan,
perintah, larangan dan khithabnya bagi mereka seperti petir yang
turun menyambar.
ِ َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ َح ِّملُوا التَّوْ رىةَ ثُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُوهَا َك َمثَ ِل ال ِح َم. . .
ار يَحْ ِم ُل اَ ْسفَارًا
2. Di antara ciri-ciri spesifik amtsal Al-Qur’an adalah qiyas tamtsili.
Contohnya:
3. Amsal Al-Qur’an memiliki dua ciri atau aspek, yaitu yang tersurat
dan yang tersirat.
Matsal yang tersurat adalah matsal yang jelas eksplisit dengan kata
matsal, contohnya:
َ ص ْا
ُّ لح
ق َ الَئنَ َحصْ َح.ْ
ٍ ُكلُّ ِح ْز.
َب بِ َما لَ َد ْي ِه ْم فَ ِرحُوْ ن
5. spesifikasi lainnya ialah amtsal Al-Qur’an bersifat muthlaqah,
dengan pengertian bersifat menyeluruh dan tidak hanya bersifat
parsial atau sebagian. Contohnya:
ض فََأصْ بَ َح ه َِش ْي ًما
ِ ْات اَأْلر ْ َواضْ ِربْ لَهُ ْم َمثَ َل ْال َحيَو ِة ال ُّد ْنيَا َك َما ٍء اَ ْن
ْ َزَلنَهُ ِمنَ ال َّس َما ِء ف
ُ َاختَلَطَ بِ ِه نَب
ًو َكانَ هللاُ َعلَى ُك ِّل َشٍئ ُم ْقتَ ِدرا.ُ
َ الريَحِ ُت َْذرُوْ ه.
ْنبُلَ ٍة ِماَئةُ َحبَّ ٍةB ِّل ُسBنَابِ َل فِي ُكB ْب َع َسBَت َسْ ل َحبَّ ٍة َأ ْنبَتB ِ َِمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ َأ ْم َوالَهُ ْم فِي َسب
ِ Bَيل هَّللا ِ َك َمث
ف لِ َم ْن يَ َشا ُء َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم
ُ اع
ِ ضَ ُوهَّللا ُ ي.
َ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir: seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.”
5. Menjauhkan dan menghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu
yang dibenci jiwa. Misalnya tentang larangan bergunjing.
)ض ُك ْم بَ ْعضًا َأي ُِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ…(األية
ُ واَل يَ ْغتَبْ بَ ْع.
َ
“…Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya….”
6. Untuk memuji orang yang diberi matsal.
تَ َوى َعلَىB اس ْ َآزَ َرهُ فBBَطَْأهُ فB ع َأ ْخ َر َج َش
ْ َتَ ْغلَظَ فB اس ِ ك َمثَلُهُ ْم فِي التَّوْ َرا ِة َو َمثَلُهُ ْم فِي اِإْل ْن ِج
ٍ ْيل َكزَر َ َِذل
)الزرَّا َع لِيَ ِغيظَ بِ ِه ُم ْال ُكفَّا َر…(األية
ُّ ُسُوقِ ِه يُ ْع ِجب.
DAFTAR PUSTAKA