Anda di halaman 1dari 20

AMTSAL DALAM AL-QUR'AN

Disusun oleh :

Luqman Hakim (31501700071)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah
memberikan rahmat, bimbingan dan kekuatan kepada penyusun
sehingga dapat menyelesaikan buku yang berjudul ”AMTSAL
DALAM AL-QUR'AN”. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam serta
keluarga dan sahabatnya.

Buku ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir tarbawi,
selain itu buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penyusun dan
pembaca khususnya bagi para mahasiswa dalam proses pembelajaran
yang inovatif, interaktif dan atraktif.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih


jauh dari kata sempurna, maka penyusun mengharap kepada para
pembaca untuk memberikan kritik, saran dan masukan kepada
penyusun demi penyempurnaan penyusunan buku ini selanjutnya.

Semarang, 1 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................3
BAB I....................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................4
BAB II..................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................5
A. Pengertian Amtsal.........................................................................5
B. Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an.....................................8
C. Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an...................................................13
D. Ciri-ciri Spesifik Amtsal dalam Al-Qur’an.................................13
E. Urgensi Amtsal dalam Al-Qur’an...............................................15
BAB III...............................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu keunikan yang ditemukan dalam Al-Qur’an, terletak


pada segi metode pengajaran dan penyampaian pesan-pesannya ke
dalam jiwa manusia. Metode penyampaian pesan-pesan tersebut
adalah metode yang paling singkat, mudah dan jelas. Dalam pada itu,
metode pengajaran Al-Qur’an bermacam-macam pula, satu di
antaranya adalah metode penyampaian melalui ungkapan matsal
terhadap hal-hal yang bersifat sangat mendasar dan bersifat abstrak.
Hal-hal abstrak tersebut diungkapkan melalui perumpamaan
yang bersifat konkret. Metode ini dimaksudkan menjelaskan dan
menegaskan makna pesan yang terkandung di dalamnya.
Dengan menggunakan perumpamaan berbentuk konkret
tersebut, para pendengar dan pembaca Al-Qur’an akan merasakan
seolah-olah pesan yang disampaikan Al-Qur’an itu terlihat secara
langsung.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl, dan
matsil serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafadz maupun
maknanya.
Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan
matsal yang berarti serupa atau sama, dapat juga berarti contoh,
teladan, peribahasa atau cerita perumpamaan.
Secara terminologi, matsal sebagai istilah dalam ilmu sastra
yang berarti suatu ungkapan perkataan yang dihikayatkan dengan
maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu
dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu diucapkan.
Maksudnya, menyerupakan sesuatu, seseorang atau keadaan dengan
apa yang terkandung dalam perkataan itu.
Makna amtsal secara terminologi dapat ditemukan dalam berbagai
pendapat ulama berikut:
Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana dikutip oleh Manna’ al-
Qattan, amtsal ialah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain
dalam hal hukumnya, mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak
dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua
hal yang indrawi atas yang lain, dengan menganggap yang satu
sebagai yang lain.
Menurut as-Suyuthi dalam al-Itqan, amtsal ialah
mendeskripsikan makna yang abstrak dengan gambaran yang konkret
karena lebih mengesan di dalam hati, seperti menyerupakan yang
samar dengan yang tampak, yang ghaib dengan yang hadir.
Kata matsal juga di gunakan untuk menunjukkan arti keadaan
dan kisah yang menakjubkan. Dengan pengertian ini kata matsal
ditafsirkan dalam banyak Al-Qur’an. Misalnya firman Alloh:
ُ‫ ه‬B‫ا ٌر ِم ْن لَبَ ٍن لَ ْم يَتَ َغيَّرْ طَ ْع ُم‬BBَ‫ ٍن َوَأ ْنه‬B‫اس‬
ِ ‫ر َء‬Bِ B‫ا ٍء َغ ْي‬B‫ا ٌر ِم ْن َم‬BBَ‫َمثَ ُل ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُو ِع َد ْال ُمتَّقُونَ فِيهَا َأ ْنه‬
‫ت َو َم ْغفِ َرةٌ ِم ْن‬ ِ ‫صفًّى َولَهُ ْم فِيهَا ِم ْن ُك ِّل الثَّ َم َرا‬ َ ‫اربِينَ َوَأ ْنهَا ٌر ِم ْن َع َس ٍل ُم‬
ِ ‫َوَأ ْنهَا ٌر ِم ْن خَ ْم ٍر لَ َّذ ٍة لِل َّش‬
‫ار َو ُسقُوا َما ًء َح ِمي ًما فَقَطَّ َع َأ ْم َعا َءهُ ْم‬ ِ َّ‫ربِّ ِه ْم َك َم ْن هُ َو خَ الِ ٌد فِي الن‬.
َ
)Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari
air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu
yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat
rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang
disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-
buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang
kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih
sehingga memotong ususnya? (Muhammad 47:15(
Tafsiran :
«‫ار‬BB‫ا أنه‬BB‫بره «فيه‬BB‫دأ خ‬BB‫مثل» أي صفة «الجنة التي وعد المتقون» المشتركة بين داخليها مبت‬
‫ير‬BB‫دنيا فيتغ‬BB‫اء ال‬BB‫ أي غير متغير بخالف م‬،‫من ما ٍء غير آسن» بالمد والقصر كضارب وحذر‬
‫ار‬BB‫بعارض «وأنهار من لبن لم يتغير طعمه» بخالف لبن الدنيا لخروجه من الضروع «وأنه‬
‫ار من‬BB‫رب «وأنه‬BB‫د الش‬BB‫ة عن‬BB‫ا كريه‬BB‫من خمر لذة» لذيذة «للشاربين» بخالف خمر الدنيا فإنه‬
‫عسل مصفى» بخالف عسل الدنيا فإنه بخروجه من بطون النحل يخالط الشمع وغيره «ولهم‬
‫ا‬BB‫انه إليهم بم‬BB‫ع إحس‬BB‫و راض عنهم م‬BB‫رة من ربهم» فه‬BB‫فيها» أصناف «من كل الثمرات ومغف‬
‫د‬BB‫ذكر بخالف سيد العبيد في الدنيا فإنه قد يكون مع إحسانه إليهم ساخطا عليهم «كمن هو خال‬
‫رارة‬BB‫ أي أمن هو في هذا النعيم «وسقوا ماء حميما» أي شديد الح‬،‫في النار» خبر مبتدأ مقدر‬
‫ه عن‬BB‫ وألف‬،‫ر‬BB‫ع معى بالقص‬BB‫و جم‬BB‫ وه‬،‫«فقطَّع أمعاءهم» أي مصارينهم فخرجت من أدبارهم‬
‫ياء لقولهم ميعان‬.
)Perumpamaan) gambaran tentang (surga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa) dan yang menjadi milik bersama bagi
orang-orang yang memasukinya. Lafal ayat ini menjadi Mubtada,
sedangkan Khabarnya ialah (yang di dalamnya ada sungai-sungai dari
air yang tiada berubah rasa dan baunya) dapat dibaca Aasinin atau
Asinin, jika dibaca Aasinin wazannya sama dengan lafal Dhaaribin,
jika dibaca Asinin Wazannya sama dengan lafal Hadzirun. Artinya,
airnya tidak berubah atau tidak berbeda dengan air dunia yang dapat
berubah karena ada sesuatu yang mencampurinya (sungai-sungai dari
air susu yang tiada berubah rasanya) berbeda dengan air susu di
dunia, karena air susu di dunia keluar dari susu (sungai-sungai dari
khamar yang lezat rasanya) sangat lezat rasanya (bagi peminumnya)
berbeda halnya dengan khamar di dunia, khamar dunia rasanya tidak
enak bila diminum (dan sungai-sungai dari madu yang disaring)
berbeda dengan madu di dunia, karena madu di dunia keluar dari
perut tawon kemudian bercampur dengan lilin dan lain sebagainya
(dan mereka memperoleh di dalamnya) berbagai macam jenis (dari
aneka ragam buah-buahan, dan ampunan dari Rabb mereka) Rabb
mereka rela terhadap mereka di samping kebaikan-Nya yang terus
melimpah bagi mereka tanpa henti-hentinya, yaitu berupa
kenikmatan-kenikmatan yang telah disebutkan tadi. Berbeda halnya
dengan perihal seorang tuan atau pemilik hamba sahaya di dunia,
karena sesungguhnya sekalipun majikan dari hamba sahaya itu
berbuat baik kepadanya hal itu dibarengi dengan amarahnya, yakni
terkadang sang majikan memarahinya (sama dengan orang yang kekal
dalam neraka) lafal ayat ini menjadi Khabar dari Mubtada yang
diperkirakan keberadaannya yakni, apakah orang yang berada dalam
kenikmatan tersebut sama dengan orang yang kekal di dalam neraka
(dan diberi minuman dengan air yang mendidih) yakni air yang sangat
panas (sehingga memotong-motong ususnya?) artinya, minuman itu
menghancurkan dan mencabik-cabik isi perutnya. Lafal Am'aa adalah
bentuk jamak dari lafal Mi'a, sedangkan huruf Alifnya adalah ganti
dari huruf Ya, karena sebagian dari mereka ada yang mengatakan
Mi'yaani. (Tafsir Al-Jalalain, Muhammad 47:15(
Ayat tersebut menggambarkan keadaan dan sifat surga yang sangat
mengagumkan.
B. Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an
Di kalangan para ulama terdapat perbedaan tentang macam-
macam amtsal Al-Qur’an, adanya perbedaan tersebut disebabkan
banyak dan beragamnya amtsal dalam al-Qur’an.
Manna’ Khalil al-Qattan membagi amtsal Al-Qur’an menjadi
tiga macam, yaitu: Amtsal Musharrahah, Amtsal Kaminah dan
Amtsal Mursalah. Dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Amtsal Musharrahah, maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan
lafadz matsal atau dengan sesuatu yang menunjukkan tasybih
(penyerupaan). Amtsal ini seperti banyak ditemukan dalam Al-
Qur’an, dan berikut ini beberapa di antaranya :
a. Tentang orang munafik:
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Alloh menghilangkan
cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka
tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang benar. Atau seperti yang
ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat…
sampai dengan-Sesungguhnya Alloh berkuasa atas segala sesuatu.”
Di dalam ayat ini Alloh membuat dua perumpamaan bagi orang
munafiq; matsal yang berkenaan dengan api dalam firman-Nya,
”adalah seperti orang yang menyalakan api,,,” karena di dalam api
terdapat unsur cahaya. Matsal yang lain adalah berkenaan dengan
air,”atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari
langit….” karena di dalam air terdapat materi kehidupan. Dan wahyu
yang turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan
menghidupkannya. Alloh juga menyebutkan kondisi orang munafiq
dalam dua keadaan. Di satu sisi mereka bagaikan orang yang
menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan. Dalam hal ini
mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk Islam.
Namun keislaman mereka tidak memberi pengaruh terhadap hati
mereka karena Alloh menghilangkan cahaya yang ada dalam api itu,
“Alloh menghilangkan cahaya yang menyinari mereka.” Kemudian
membiarkan unsur api “membakar” yang ada padanya. Inilah
perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
Adapun dalam matsal air, Alloh menyerupakan mereka dengan
keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh
dan kilat, kekuatannya terkuras habis. Lalu ia menyumbat telinga
dengan jari-jemarinya, sambil memejamkan mata karena takut petir
menimpanya. Gambaran ini laksana Al-Qur’an dengan peringatan,
perintah, larangan dan khithabnya bagi mereka seperti petir yang
turun menyambar.

b. Alloh juga menyebutkan dua matsal air dan api, untuk


menggambarkan yang hak dan yang batil.
“Alloh telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air
di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih
yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam
api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti
buih arus itu. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan bagi yang
benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu
yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada
manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Alloh membuat
perumpamaan-perumpamaan.”
2. Amtsal Kaminah, yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan
jelas lafadz tamtsil, tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah,
menarik, dalam redaksinya singkat padat, dan mempunyai pengaruh
tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Contohnya:
a. Ayat-ayat yang senada dengan suatu ungkapan “Sebaik-baik
perkara adalah yang tidak berlebihan, adil dan seimbang.” Yaitu
1. Firman Alloh tentang sapi betina: “Sapi betina yang tidak tua dan
tidak muda; pertengahan di antara itu…” (Al-Baqarah: 68)
‫فلما علموا أنه عزم «قالوا ادع لنا ربك يبيّن لنا ما هي» أي ما سنها «قال» موسى «إنه» أي‬
ٌ
»‫ك‬B‫ف «بين ذل‬BB‫وان» نص‬B‫«ع‬ ‫غيرة‬BB‫رٌ» ص‬B‫نة «وال بك‬B‫ارضٌ » مس‬B‫رة ال ف‬BB‫ا بق‬BB‫ول إنه‬B‫هللا «يق‬
‫المذكور من السنين «فافعلوا ما تؤمرون» به من ذبحها‬.
)Mereka bertanya, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu agar Dia
menjelaskan kepada kami, sapi betina yang manakah itu?")
maksudnya tentang usianya, apakah yang tua atau yang muda? (Jawab
Musa, "Allah berfirman bahwa sapi itu ialah sapi betina yang tidak
tua) berusia lanjut (dan tidak pula muda) atau terlalu kecil, tetapi
(pertengahan) (di antara demikian), yakni di antara tua dan muda tadi
(maka lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu.") yaitu supaya
menyembelih sapi yang telah dijelaskan itu. (Tafsir Al-Jalalain, Al-
Baqarah 2:68(
2. Firman Alloh tentang nafkah: “Dan mereka yang apabila
membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak
pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) seimbang.” (Al-Furqan: 67)
«‫يقوا‬BB‫ أي يض‬:‫مه‬BB‫ه وض‬BB‫تروا» بفتح أول‬BB‫رفوا ولم يق‬BB‫الهم «لم يس‬BB‫وا» على عي‬BB‫ذين إذا أنفق‬BB‫وال‬
‫«وكان» إنفاقهم «بين ذلك» اإلسراف واإلقتار «قواما» وسطا‬.
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan) hartanya kepada
anak-anak mereka (mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula
kikir) dapat dibaca Yaqturuu dan Yuqtiruu, artinya tidak
mempersempit perbelanjaannya (dan adalah) nafkah mereka (di antara
yang demikian itu) di antara berlebih-lebihan dan kikir (mengambil
jalan pertengahan) yakni tengah-tengah. (Tafsir Al-Jalalain, Al-
Furqan 25:67)
3. Firman Alloh mengenai shalat: “Dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya, dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (Al-Isra: 110(
4. Firman Alloh mengenai infaq: “Dan janganlah kamu jadikan
tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan pula terlalu
mengulurkannya.” (Al-Isra: 29(
b. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang yang mendengar itu
tidak sama dengan yang menyaksikannya sendiri.” Misalnya firman
Alloh tentang Ibrahim:”Alloh berfirman:Apakah kamu belum
percaya?” Ibrahim menjawab:”Saya telah percaya,akan tetapi agar
bertambah tetap hati saya.”
c. Ayat yang senada dengan ungkapan “seperti yang telah kamu
lakukan, maka seperti itu kamu akan dibalas.”
d. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang mukmin tidak akan
masuk dua kali lubang yang sama.”
3. Amsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak
menggunakan lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat itu berlaku
sebagai matsal. Seperti:
a. “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.” (QS. Yusuf: 51(
b. “Tidak ada yang akan bisa menyatakan terjadinya hari itu selain
dari Alloh.” (QS. An-Najm: 58(
c. “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya
(kepadaku).” (QS. Yusuf: 41(
d. “Bukankah shubuh itu sudah dekat?” (QS. Hud: 81(
e. “Tiap-tiap khabar berita mempunyai masa yang menentukannya
(yang membuktikan benarnya atau dustanya); dan kamu akan
mengetahuinya.” (QS. Al-An’am: 67(
f. “Dan rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri.” (QS. Fathir: 43(
g. “Katakanlah;’Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-
masing.” (QS. Al-Isra’: 84(
h. “Boleh kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 216(
i. “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatstsir: 38(
j. “Adakah balasan kebaikan selain dari kebaikan (pula)?” (QS. Ar-
Rahman: 60(
k. “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi
mereka (masing-masing)” (QS. Al-Mukminun: 53(
l. “Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang
disembah.” (QS. Al-Hajj: 73(
m. “Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang
yang bekerja.” (QS. Ash-Shaffat: 61(
n. “Tidak sama yang buruk dengan yang baik.” (QS. Al-Maidah: 100(
o. “Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Alloh.” (QS. Al-Baqarah: 249(
p. “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah
belah.” (QS. Al-Hasyr: 14(
Muhammad Jabir al-Fayad mengatakan bahwa secara garis
besar ada dua macam matsal, yaitu:
1. Amsal azh-Zhahirah, yaitu matsal yang secara eksplisit
menggunakan kata matsal, baik dalam bentuk tasybih maupun
muqaranah,baik dalam ungkapan yang ringkas dan pendek maupun
dalam bentuk uraian cerita yang panjang.
2. Amsal Al-Kaminah, matsal ini sebenarnya hampir sama dengan Al-
Amtsal azh-Zhahirah, hanya saja tidak secara eksplisit mencantumkan
kata matsal. Dengan pengertian ini, maka semua kisah dalam Al-
Qur’an dapat dipandang sebagai Amtsal Kaminah.

C. Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an


Adapun unsur-unsurnya menurut balaghah adalah sebagai
berikut:
1. Harus ada musyabbah (yang diserupakan) yaitu, sesuatu yang akan
diserupakan atau diumpamakan.
2. Harus ada musyabbah bih (asal penyerupaan) yaitu, sesuatu yang
dijadikan sebagai tempat untuk menyerupakan.
3. Harus ada wajhu asy-Syabah (segi persamaan) yaitu, arah
persamaan antara kedua hal yang diserupakan tersebut.
4. Harus ada adat at-tasybih (kata yang digunakan untuk
menyerupakan) misalnya huruf kaf.
Contohnya:
ْ ‫ل َحبَّ ٍة َأ ْنبَت‬B
‫ ْنبُلَ ٍة ِماَئةَ َحبَّ ٍة‬B‫ ِّل ُس‬B‫نَابِ َل في ُك‬B‫ ْب َع َس‬B‫َت َس‬ ِ Bَ‫َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ َأ ْم َوالَهُ ْم فِي َسبِي ِْل هللاِ َك َمث‬
‫ف لِ َم ْن يَ َشآ ُء َو هللاُ َوا ِس ٌع َعلِ ْي ٌم‬
ُ ‫اع‬ِ ‫ض‬َ ُ‫وهللاُ ي‬.
َ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.”
Wajhu Syabah yang terdapat pada ayat ini adalah pertumbuhan yang
berlipat-lipat. Tasybihnya adalah kata matsal. Musyabahnya adalah
infaq atau shodaqoh dijalan Allah, sedangkan musyabbah bihnya
adalah benih.

D. Ciri-ciri Spesifik Amtsal dalam Al-Qur’an


Samih Atif Az-Zain mengemukakan bahwa amtsal Al-Qur’an
memilki ciri-ciri spesifik yang menonjol, yaitu:
1. Amtsal Al-Qur’an kadang-kadang bersifat haqiqi (menggambarkan
fakta yang sebenarnya), dan kadang-kadang bersifat fardhi (ilustratif).
Contohnya:

ِ ‫ َك َم ْن َّمثَلُهُ فِي ظُلُ َما‬.


‫ت‬

ِ َّ‫ك يَضْ ِربُ هللاُ لِلن‬


‫اس اَ ْمثَلَهُ ْم‬ َ ِ‫ َك َذال‬.
Sementara amtsal yang fardhi biasanya diungkapkan dalam bentuk
tasybih (penyerupaan). Contohnya:

ِ ‫ َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ َح ِّملُوا التَّوْ رىةَ ثُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُوهَا َك َمثَ ِل ال ِح َم‬. . .
‫ار يَحْ ِم ُل اَ ْسفَارًا‬
2. Di antara ciri-ciri spesifik amtsal Al-Qur’an adalah qiyas tamtsili.
Contohnya:

ُ ‫وْ ا َواَل يَ ْغتَب بَع‬B‫َّس‬


‫ ُك ْم‬B ‫ْض‬ ُ ‫ َواَل تَ َجس‬,‫ْض الظَّ ِن اِ ْث ٌم‬ َ ‫رًا ِمنَ الظَّ ِن اِ َّن بَع‬B‫يََأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ اَ َمنُوْ ا اجْ تَنِبُوْ ا َكثِ ْي‬
َ ُ‫َأيُ ِحبُّ اَ َح ُد ُك ْم اَ ْن يَْأ ُك َل لَحْ َم اَ ِخ ْي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموْ ه‬,‫بَ ْعضًا‬.
‫واتَّقُوْ ا هللاَ ِإ َّن هللاَ تَ َّوابٌ َر ِح ْي ٌم‬,

3. Amsal Al-Qur’an memiliki dua ciri atau aspek, yaitu yang tersurat
dan yang tersirat.
Matsal yang tersurat adalah matsal yang jelas eksplisit dengan kata
matsal, contohnya:

ٍ ‫ا‬BB‫ َر َكهُ ْم فِي ظُلُ َم‬B َ‫َب هللاُ بِنُوْ ِر ِه ْم َوت‬


‫ت اَل‬ َ ‫ فَلَ َّما َأ‬,‫َمثَلُهُ ْم َك َمثَ ِل الَّ ِذى ا ْستَوْ قَ َد نَارًا‬
ْ ‫ضا َء‬
َ ‫ت َما َحوْ لَهُ َذه‬
َ‫صرُوْ ن‬ِ ‫يُ ْب‬.
Sedangkan matsal yang tersirat ialah yang tidak eksplisit dengan kata
matsal.
Contohnya:
ٌ ‫ارضٌ َواَل بِ ْك ٌر َع َو‬
َ‫ان بَ ْينَ َذلِك‬ ِ َ‫اَل ف‬.
‫اجرًا َكفَّارًا‬
ِ َ‫واَل يَلِ ُدوْ ا ِإاَّل ف‬.
َ
‫بَلْ َك َّذبُوْ ا بِ َما لَ ْم يَ ِح ْيطُوْ ا بِ ِع ْل ِم ِه‬.
4. Kehebatan lain dari amtsal Al-Qur’an adalah bahwa sebagian
ayatnya telah “berlaku di masyarakat sebagai peribahasa yang telah di
kenal, seperti firman Alloh:

َ ‫ص ْا‬
ُّ ‫لح‬
‫ق‬ َ ‫الَئنَ َحصْ َح‬.ْ
ٍ ‫ ُكلُّ ِح ْز‬.
َ‫ب بِ َما لَ َد ْي ِه ْم فَ ِرحُوْ ن‬
5. spesifikasi lainnya ialah amtsal Al-Qur’an bersifat muthlaqah,
dengan pengertian bersifat menyeluruh dan tidak hanya bersifat
parsial atau sebagian. Contohnya:
‫ض فََأصْ بَ َح ه َِش ْي ًما‬
ِ ْ‫ات اَأْلر‬ ْ ‫َواضْ ِربْ لَهُ ْم َمثَ َل ْال َحيَو ِة ال ُّد ْنيَا َك َما ٍء اَ ْن‬
ْ َ‫زَلنَهُ ِمنَ ال َّس َما ِء ف‬
ُ َ‫اختَلَطَ بِ ِه نَب‬
ً‫و َكانَ هللاُ َعلَى ُك ِّل َشٍئ ُم ْقتَ ِدرا‬.ُ
َ ‫الريَح‬ِ ُ‫ت َْذرُوْ ه‬.

E. Urgensi Amtsal dalam Al-Qur’an

1. Menampilkan sesuatu yang rasional dalam bentuk konkrit yang


dapat dirasakan indra manusia, sehingga akal mudah menerimanya.
Sebab pengertian-pengertian abstrak tidak akan tertanam dalam benak
kecuali jika ia dituangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan
pemahaman. Misalnya Alloh membuat perumpamaan bagi keadaan
orang yang menafkahkan hartanya secara riya’ bahwa ia tidak akan
mendapatkan pahala sedikit pun dari perbuatannya itu.

ِ َّ‫هُ ِرَئا َء الن‬Bَ‫ق َمال‬


‫ْؤ ِم ُن‬Bُ‫اس َواَل ي‬ ُ Bِ‫ال َمنِّ َواَأْل َذى َكالَّ ِذي يُ ْنف‬B
ْ Bِ‫ص َدقَاتِ ُك ْم ب‬
َ ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اَل تُ ْب ِطلُوا‬
‫ ِدرُونَ َعلَى‬B ‫ ْلدًا اَل يَ ْق‬B ‫ص‬
َ ُ‫صابَهُ َوابِ ٌل فَتَ َر َكه‬ َ ‫ص ْف َوا ٍن َعلَ ْي ِه تُ َرابٌ فََأ‬ َ ‫بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل‬
)‫ َش ْي ٍء ِم َّما َك َسبُوا…(األية‬.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang
di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan…”
2. Mengungkapkan hakekat-hakekat sesuatu yang tidak tampak
seakan-akan sesuatu yang tampak.
‫الُوا‬BBَ‫َأنَّهُ ْم ق‬B ِ‫كَ ب‬BBِ‫ان ِمنَ ْال َمسِّ َذل‬ َّ ُ‫الَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ ال ِّربَا اَل يَقُو ُمونَ ِإاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَخَ بَّطُه‬
ُ َ‫ ْيط‬B ‫الش‬
َ‫ِإنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ بَا َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا فَ َم ْن َجا َءهُ َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ِه فَا ْنتَهَى فَلَهُ َما َسلَف‬
‫ُأ‬
َ‫ار هُ ْم ِفيهَا َخالِ ُدون‬ ِ َّ‫وَأ ْم ُرهُ ِإلَى هَّللا ِ َو َم ْن عَا َد فَ ولَِئكَ َأصْ َحابُ الن‬.
َ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila, keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.”
3. Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan
yang padat.
4. Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan
isi matsal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa.

‫ ْنبُلَ ٍة ِماَئةُ َحبَّ ٍة‬B‫ ِّل ُس‬B‫نَابِ َل فِي ُك‬B‫ ْب َع َس‬B‫َت َس‬ْ ‫ل َحبَّ ٍة َأ ْنبَت‬B ِ ِ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ َأ ْم َوالَهُ ْم فِي َسب‬
ِ Bَ‫يل هَّللا ِ َك َمث‬
‫ف لِ َم ْن يَ َشا ُء َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم‬
ُ ‫اع‬
ِ ‫ض‬َ ُ‫وهَّللا ُ ي‬.
َ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir: seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.”
5. Menjauhkan dan menghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu
yang dibenci jiwa. Misalnya tentang larangan bergunjing.
)‫ض ُك ْم بَ ْعضًا َأي ُِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ…(األية‬
ُ ‫واَل يَ ْغتَبْ بَ ْع‬.
َ
“…Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya….”
6. Untuk memuji orang yang diberi matsal.
‫تَ َوى َعلَى‬B ‫اس‬ ْ َ‫آزَ َرهُ ف‬BBَ‫طَْأهُ ف‬B ‫ع َأ ْخ َر َج َش‬
ْ َ‫تَ ْغلَظَ ف‬B ‫اس‬ ِ ‫ك َمثَلُهُ ْم فِي التَّوْ َرا ِة َو َمثَلُهُ ْم فِي اِإْل ْن ِج‬
ٍ ْ‫يل َكزَر‬ َ ِ‫َذل‬
)‫الزرَّا َع لِيَ ِغيظَ بِ ِه ُم ْال ُكفَّا َر…(األية‬
ُّ ُ‫سُوقِ ِه يُ ْع ِجب‬.

“…Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat


mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mu’min)…”
7. Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang
dipandang buruk oleh banyak orang.

ِ ‫ ِل ْال َك ْل‬Bَ‫هُ َك َمث‬Bُ‫ َواهُ فَ َمثَل‬Bَ‫ َع ه‬Bَ‫ض َواتَّب‬


‫ ِه‬B‫لْ َعلَ ْي‬BB‫ب ِإ ْن تَحْ ِم‬ ِ ْ‫َولَوْ ِشْئنَا لَ َرفَ ْعنَاهُ بِهَا َولَ ِكنَّهُ َأ ْخلَ َد ِإلَى اَأْلر‬
)‫ث َذلِكَ َمثَ ُل ْالقَوْ ِم الَّ ِذينَ َك َّذبُوا بِآيَاتِنَا…(األية‬ ْ َ‫ث َأوْ تَ ْت ُر ْكهُ يَ ْله‬
ْ َ‫يَ ْله‬.

“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan


(derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya
seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-
ayat Kami…”
8. Amtsal lebih berbekas dalam jiwa, lebih efektif dalam memberikan
nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat
memuaskan hati.

ِ ‫اس فِي هَ َذا ْالقُرْ َء‬


َ‫ان ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُون‬ ِ َّ‫ض َر ْبنَا لِلن‬
َ ‫ َولَقَ ْد‬.
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an
ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.
BAB III
PENUTUP

Dari berbagai penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa:


Amtsal Al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak
dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik
dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas(
Amtsal Al-Qur’an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih
abstrak diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih
mengena di hati.
Dari ciri-ciri spesifik sebagaimana dikemukakan di atas, terlihat
bahwa makna amtsal Al-Qur’an demikian luas, yang dapat
memunculkan berbagai pemahaman yang tak terbatas. Inilah yang
menyebabkan amtsal Al-Qur’an menjadi kaidah dari berbagai prinsip
kebenaran. Seperti firman Alloh:

ِ ْ‫اس فِي هَ َذا ْالقُر‬


َ‫آن ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُوْ ن‬ ِ َّ‫ض َر ْبنَا لِلن‬
َ ‫ولَقَ ْد‬.
َ
Macam-macam amtsal Al-Qur’an adalah amtsal yang jelas dengan
menggunakan lafazh mitslu atau sesamanya, amtsal yang terselubung
tanpa menggunakan lafazh mitslu dan amtsal yang berupa ungkapan
bebas tanpa ada adat tasybih.
Faedah mempelajari amtsal Al-Qur’an yang terpenting adalah
mendorong manusia untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya
melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan
hal-hal abstrak dengan hal-hal yang nyata agar pemahamannya
semakin mantap dalam hati manusia.. Tujuannya agar manusia
mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dengan mengambil hal-hal yang
baik dan menjauhi hal-hal yang buruk demi mendapatkan
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Munjid fi al-Lughah wa al `Alam. Beirut: Dar al-Masyriq, 1973.


Al-Qattan, Manna’ Khalil. Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an. Riyad:
Mansyurat al- Asr al- Hadits, 1973.
Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar studi Ilmu Al-Qur’an.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
As-Suyuthi, Jalal ad-Din, al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-
Fikr, 1951.
Az-Zain, Samih Atif. Mu’jam al-Amtsal fi Al-Qur’an al-Karim.
Libanon: Dar al-Kitab al-Lubnani, 2000.
Dahlan, Abd. Rahman. Kaidah-Kaidah Tafsir. Jakarta: AMZAH,
2010.
Masduki, Mahfudz. Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab: Kajian
Atas Amtsal Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Anda mungkin juga menyukai