Anda di halaman 1dari 485

O P T I M A P R E PA R AT I O N

| DR. SEPRIANI | DR. YOLINA | DR. CEMARA |


| DR. AARON | DR. CLARISSA | D R. OKTRIAN | DR. REZA |
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212

Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364

w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
1
SOAL
Seorang laki-laki, 30 tahun, dibawa ke UGD RS karena kecelakaan
lalu lintas. Mobil yang dikendarai pasien menabrak truk 2 jam
sebelumnya. Pasien terjepit setir di bagian perutnya. Pasien
merasa nyeri pada perut dan pinggang kanan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan penderita sadar, tekanan darah 110/70 mmHg,
denyut nadi 100x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, jejas pada
perut kanan atas dan pinggang kanan, nyeri tekan dan nyeri lepas
perut kanan atas, ballotement tidak ada. Setelah dipasang kateter
uretra tampak hematuria makroskopik. Apakah diagnosis yang
paling mungkin?
A. Ruptur uretra pars posterior
B. Trauma ginjal
C. Fraktur pelvis
D. Ruptur buli-buli intraperitoneal
E. Ruptur ureter
TRAUMA GINJAL
MEKANISME TRAUMA : DIAGNOSIS
• Langsung • Cedera di daerah
• Tidak langsung ( deselerasi) pinggang,punggung dan
dada bawah dengan nyeri
JENIS TRAUMA:
• Tajam
• Hematuri (gross /
• Tumpul mikroskopik )
• Fraktur costa bg bawah atau
PENCITRAAN proc.Spinosus vertebra.
• BNO – IVP • Kadang syok
• CT SCAN
• MRI • Sering disertai cedera organ
• USG TIDAK DIANJURKAN. lain
AAST Renal Trauma Classification
• grade I: contusion or non-enlarging subcapsular perirenal
haematoma, and no laceration
• grade II: superficial laceration <1 cm depth and does not involve the
collecting system (no evidence of urine extravasation), non-
expanding perirenal haematoma confined to retroperitoneum
• grade III: laceration >1 cm without extension into the renal pelvis or
collecting system (no evidence of urine extravasation)
• grade IV
– laceration extends to renal pelvis or urinary extravasation
– vascular: injury to main renal artery or vein with contained haemorrhage
– segmental infarctions without associated lacerations
– expanding subcapsular haematomas compressing the kidney
• grade V
– shattered kidney
– avulsion of renal hilum: devascularisation of a kidney due to hilar injury
– ureteropelvic avulsions
– complete laceration or thrombus of the main renal artery or vein
KLASIFIKASI TR GINJAL:
• GRADE I : KONTUSIO DAN GRADE II : LASERASI KORTEK DAN
SUBKAPSULAR HEMATOM PERIRENAL HEMATOM
KLASIFIKASI TR GINJAL:
GRADE III : LASERASI DALAM
HINGGA KORTIKOMEDULARI GRADE IV : LASERASI MENEMBUS
JUNCTION KOLEKTING SISTEM
KLASIFIKASI TR GINJAL:
GRADE V : TROMBOSIS ARTERI
RENALIS,AVULSI PEDIKEL DAN
SHATTERED KIDNEY.

GRADE I DAN II : CEDERA


MINOR (85%)
GRADE III , IV DAN V : CEDERA
MAYOR. (15%)
CT Scan contrast
Trauma ginjal grade I

Tidak ada jejas parenkim ginjal

Hematom Subkapsular

Ginjal Normal
CT Scan contrast
Trauma ginjal grade II

Laserasi Korteks Ginjal

Hematom Perirenal

CT Scan contrast
Trauma ginjal grade III

Panah merah menunjukan


Laserasi dalam hingga kortiko-medulari junction
CT Scan contrast
Trauma ginjal grade IV

Laserasi mencapai collecting duct

Huruf U: menggambarkan
eksravasi urine ke peritoneal

CT Scan contrast
Trauma ginjal grade V

Perdarahan intraperiotenal masif

Laserasi mengenai arteri


renalis

Gambaran perfusi ginjal


menurun
One shot-Intraoperative Intraveous Pyelography
• Indikasi: pasien yang tidak stabil tidak
dimungkinkan dilakukan CT scan, maka perlu
dilakukan one shot-IVP di ruang operasi.
• Teknik: injeksi kontras sebanyak 2 ml/KgBB
dan diikuti dgn satu kali pengambilan plain
foto tunggal 10 menit post injeksi.
• Tujuan: memberikan informasi untuk tindakan
laparotomi segera, dan data mengenai normal
atau tidaknya fungsi ginjal kontralateral.
• Pada trauma ginjal grade 5 (non-functioning
kidney) tidak akan tampak zat kontras yang
diekskresikan. Ekstravasasi zat kontras di
jaringan sekitar ginjal mungkin terlihat pada
grade 1-4.
• One-shot IVP tidak memiliki manfaat yang
signifikan untuk menilai pasien dengan trauma
tembus ginjal yang akan menjalani operasi
laparotomi.
2
SOAL

Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke puskesmas


dengan keluhan benjolan di payudara kanan sejak 2 bulan
yang lalu. Benjolan dirasakan membesar saat menjelang
menstruasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan
soliter di payudara kanan dengan diameter sekitar 2 cm,
konsistensi padat, tidak nyeri tekan, berbatas tegas, dan
dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya. Apa diagnosis
yang paling mungkin dari kasus di atas?
A. Abses mammae
B. Penyakit fibrokistik
C. Mastitis granulomatosa
D. Lipoma
E. Fibroadenoma mammae
Fibroadenoma
• Most common benign tumor of
breast.
• Benign tumors that represent a
hyperplastic or proliferative
process in a single terminal ductal
unit.
• Young females:15 -25yrs of age.
• Aberration in normal development
of a lobule.
• Cause -unknown.
• 10% of disappear spontaneously
each year.
• Most stop growing after they
reach 2-3 cm.
• Clinical features • Treatment
– Painless swelling • Excision of the lump
• In pericanalicular type -
– Smooth, firm, non-
periareolar incision
tender
• Intracanalicular-
– Well-localized submammary incision
– Moves freely within the
breast tissue- breast
mouse.
– Axillary LN not enlarged.
Fibroadenoma
Mammography
Fibroadenoma tampak sebagai massa
oval atau bulat berbatas tegas, dapat
multiple atau bilateral.

Penampakannya seperti popcorn padat


pada mammogram

http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/ra
dio/curriculum/surgery/mammography1.htm
Karakteristik Benjolan Payudara
Tipe Benjolan Onset Karakteristik
Kanker 30 tahun- Peau d’orange , keras, nyeri, border asimetris,
Payudara menopause invasive, keluar cairan/darah dari putting, massa
axilla
Fibroadenoma < 30 tahun Massa padat, bulat, kenyal yang bergerak bebas di
mammae payudara, tidak nyeri
(FAM)
Fibrokistik 20-40 tahun Massa di kedua payudara yang membesar dan nyeri
mammae saat sebelum menstruasi, terkadang disertai keluar
cairan dari putting.
Tumor 30-55 tahun Stroma intralobular dengan konfigurasi mirip daun
Phyllodes (leaf-like). Keras, permukaan licin, membesar cepat.
Ductal 45-50 tahun Muncul sering di saluran ductus utama, dengan
Papilloma secret serous atau berdarah keluar dari puting
3
SOAL

Nn. Suwarti Purbanigrum, seorang perempuan berusia 20 tahun


datang ke unit gawat darurat RS setelah kecelakaan dengan
dada menabrak trotoar, 1 jam yang lalu. Pasien mengeluh nyeri
dada terutama saat menarik nafas dan batuk. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 84x/menit, RR
24x/menit, dan suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
jejas pada hemitoraks kanan, dada kanan tampak tertinggal saat
inspirasi dan mengembang saat ekspirasi, serta fraktur
segmental iga 3, 4, 5. Diagnosis kasus diatas adalah…
A. Hematotoraks
B. Contusio pulmonum
C. Tamponade jantung
D. Contusio muskulorum
E. Fraktur costa
Fraktur Costae
• Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang
diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada.
• Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh
karena luas permukaan trauma yang sempit, sehingga gaya
trauma dapat melalui sela iga.
• Etiologi:
– Trauma tumpul  penyebab tersering, biasanya akibat kecelakaan
lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian, atau
jatuh pada dasar yang keras atau akibat perkelahian.
– Trauma tembus  luka tusuk dan luka tembak.
Klasifikasi
• Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan
– Fraktur simple
– Fraktur multiple
• Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat
• Fraktur segmental
• Fraktur simple
• Fraktur comminutif
• Menurut letak fraktur dibedakan :
• Superior (costa 1-3 )
• Median (costa 4-9)
• Inferior (costa 10-12 )
• Menurut posisi :
– Anterior
– Lateral
– Posterior
• Ada beberapa kasus timbul fraktur campuran, seperti pada kasus Flail chest,
dimana pada keadaan ini terdapat fraktur segmental, 2 costa atau lebih yang
letaknya berurutan
Patofisiologi
• Costae  tulang pipih dan memiliki sifat yang lentur. Pada anak costae
masih sangat lentur sehingga sangat jarang dijumpai fraktur iga pada anak.
• Costae merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang
berfungsi memberikan perlindungan terhadap organ di dalamnya dan
yang lebih penting adalah mempertahankan fungsi ventilasi paru.
• Fraktur costae dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah
depan, samping, ataupun dari belakang.
• Costae, tulang yang sangat dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki
pelindung  akibatnya trauma dada  trauma costae.
• Iga 1 – 3
– paling jarang fraktur, karena dilindungi oleh struktur tulang dari bahu, tulang skapula,
humerus, klavikula, dan seluruh otot-otot.
– Jika fraktur kemungkinan cedera pembuluh darah besar.
• Iga 4 – 9
– paling sering fraktur, kemungkinan cedera jantung dan paru
• Iga 10 – 12
– agak jarang fraktur, karena costae 10-12 ini mobil,
– Jika fraktur kemungkinan cedera organ intraabdomen.
Trauma kompresi anteroposterior dari
rongga thorax

Lengkung iga akan lebih melengkung lagi


ke arah lateral

Fraktur iga Krepitasi

Terjadi pendorongan ujung-ujung


fraktur masuk ke rongga pleura

Kerusakan struktur &


jaringan

Stimulasi saraf Pneumothoraks Hemotoraks

Nyeri dada

Gerakan dinding dada Gangguan ventilasi


terhambat/asimetris
Sesak nafas
http://emedicine.medscape.com/article/433779
Flail chest:
FLAIL CHEST • Beberapa tulang iga
• Beberapa garis fraktur pada
satu tulang iga

The first rib is often fractured


posteriorly (black arrows). If multiple
Fraktur segmental dari tulang-tulang iga yang rib fractures occur along the midlateral
berdekatan, sehingga ada bagian dari dinding (red arrows) or anterior chest wall
dada yang bergerak secara independen (blue arrows), a flail chest (dotted
black lines) may result.
http://emedicine.medscape.com/

Treatment
ABC’s dengan c-spine control sesuai indikasi
Analgesik kuat
intercostal blocks
Hindari analgesik narkotik
Ventilation membaik tidal volume meningkat, oksigen darah
meningkat
Ventilasi tekanan positif
Hindari barotrauma
Chest tubes bila dibutuhkan
Perbaiki posisi pasien
Posisikan pasien pada posisi yang paling nyaman dan membantu
mengurangi nyeriPasien miring pada sisi yang terkena
Aggressive pulmonary toilet
Surgical fixation  rarely needed
Rawat inap24 hours observasion
4
SOAL

Tn. Chaidir Muhammad, laki-laki usia 30 tahun mengeluh


sesak nafas mendadak sejak 3 jam yang lalu. Pasien memiliki
riwayat TB dan sudah minum obat sejak 6 bulan lalu.
Pemeriksaan tanda vital 120/80 mmHg, nadi 90x/ menit, RR
22x/ menit, dan suhu 36,7OC. Pada pemeriksaan fisik pada
hemitorak kiri mengembang, pernafasan dada kiri tertinggal,
suara nafas kiri melemah dan perkusi hipersonor, JVP 5-2
cmH2O. Apakah tatalaksana yang dapat dilakukan?
A. Perikardiosintesis
B. Perikardiotomi
C. Needle decompression
D. WSD
E. Pemberian cairan intravena
Pneumothorax
Definisi: Pneumotoraks udara bebas di dalam rongga pleura

KIRCHER & SWARTEL

• A.B–a.b X 100% = LUAS PNEUMOTORAK


• A.B
Jenis pneumotorak berdasarkan fistel

• Pneumotorak tertutup (Simple


Pneumothorax)
– Setelah terjadi pneumotorak vistel tertutup
secara spontan
• Pneumotorak terbuka (Open Penumothorax)
– Ada hub antara pleura dengan brokus
– Ada hub antara pleura dengan dinding dada
• Pneumotorak ventil (Tension Pneumothorax)
– Berbahaya oleh karena termasuk kegawatan paru
– Sifat ventil dimana udara bisa masuk tapi tidak
bisa keluar
– Gejala mendadak dan makin lama makin berat
– Segera pasang wsd atau mini wsd ( kontra ventil )
Jenis Pneumotorak Menurut kejadian
 P. spontan
 Primer ( idio patik )

 Sekunder ( disertai py dasar )

 P. traumatik
 P. iatrogenik ( oleh karena efek samping
tindakan )
 P. katamenial
 Terapeutik
• Mekanisme pneumotorak
Diagnosis pneumotorak
 Anamnesis
o Gejala penyakit dasar
o Sesak napas mendadak
o Nyeri dada
o Tanpa atau dg penyakit paru sebelumnya
• PF ; Takipnea Taki kardi
• PF Paru
:In ; Tertinggal pada pergerakan napas
Lebih cembung , sela iga melebar
Pal ; Fremitus melemah , Deviasi trakea
Per; Hipersonor, tanda 2 pendorongan organ
Aus; Suara napas melemah / tidak terdengar
Diagnosis pneumotorak
Ro : Paru kolaps
Pleural line
Daerah avascular
Hiper radio lusen
Sela iga melebar
tanda-tanda pendorongan
Kalau kurang jelas ro torak
CT Scan Thorak
NB: tidak dilakukan pada kasus tension
pneumotoraks
PNEUMOTORAKS

WSD
WSD (Water Seal Drainage)
• Tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari
rongga pleura, rongga thorax; dan
mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.
• Indikasi: Pneumothorax, Hematothorax,
Thoracotomy, Efusi Pleura, Empyema.

Tujuan
• Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari
rongga pleura dan rongga thorak
• Mengembalikan tekanan negative pada
rongga pleura
• Mengembangkan kembali paru yang kolaps
• Mencegah refluks drainage kembali ke dalam
rongga dada

Tempat Pemasangan WSD:


linea mid-axillaris, sela iga 5-6
Jenis-jenis WSD

Tindakan setelah prosedur:


● Perhatikan undulasi pada
sleng WSD
● Bila undulasi tidak ada,
berbagai kondisi dapat
terjadi antara lain :
○ Motor suction tidak
berjalan
○ Slang tersumbat
○ Slang terlipat
○ Paru-paru telah
mengembang
Perawatan setelah prosedur pemasangan WSD antara lain :
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
2. Observasi tanda-tanda vital : pernafasan, nadi, setiap 15 menit
pada 1 jam pertama
3. Monitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka operasi
4. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan
memperhatikan jangan sampai selang terlipat
5. Anjurkan pasien untuk memegang selang apabila akan mengubah
posisi
6. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
7. Ganti botol WSD setiap tiga hari dan bila sudah penuh, catat
jumlah cairan yang dibuang
8. Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran
9. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, cynosis,
empisema.
10. Anjurkan pasiuen untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara
batuk yang efektif
11. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
Indikasi pengangkatan WSD
1. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai
dengan :
– Tidak ada undulasi
– Tidak ada cairan yang keluar
– Tidak ada gelembung udara yang keluar
– Tidak ada kesulitan bernafas
– Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara
2. Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi
dengan spooling atau pengurutan pada selang.
5
SOAL

Tn. AT Mahmud Siregar, laki-laki berusia 22 tahun dibawa ke


UGD Rumah Sakit setelah terjatuh dari atap rumah 2 jam
yang lalu. Pasien merasa kesakitan pada lengan kanannya.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan deformitas pada lengan bawah
kanan. Pada foto polos, didapatkan fraktur pada 1/3 distal
radius disertai dengan dislokasi radioulnar. Jenis fraktur yang
dialami pasien adalah…
A. Fraktur Galeazzi
B. Fraktur Smith’s
C. Fraktur Colles
D. Fraktur Montegia
E. Fraktur Ulnaris
Fraktur Antebrachii
• Fraktur Galeazzi
– fraktur radius distal disertai dislokasi atau subluksasi sendi
radioulnar distal.
• Fraktur Monteggia
– fraktur ulna sepertiga proksimal disertai dislokasi ke
anterior dari kapitulum radius.
• Fraktur Colles:
– fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan
tangan dengan pergeseran dorsal fragmen distal.
• Fraktur Smith:
– Fraktur smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior
(volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture.
Prinsip diagnostik
• Secara umum, pada kasus
fraktur dilakukan foto polos AP
dan lateral
• Khusus untuk fraktur pada
lengan bawah dan
pergelangan, urutan foto
polos: PA
- PA Bila hanya Akan menentukan
pergelangan tangan saja tangan sebelah
yang difoto mana yang patah
- APBila meliputi sendi dan arah PA
siku dan pergelangan pergeserannya
tangan pada foto lateral
- Lateral
- Oblique

Ekayuda I. Radiologi diagnostik. 2nded


Montegia Fracture Dislocation

• Fraktur 1/3 proksimal


Ulna disertai dengan
Lateral displacement
dislokasi kepala radius
ke arah anterior,
posterior, atau lateral
• Head of Radius
dislocates same
direction as fracture
• Memerlukan ORIF

http://www.learningradiology.com
Galleazzi Fracture
• Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
• Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
• This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP

http://www.learningradiology.com
Fraktur Monteggia
Fraktur Galeazzi

Fraktur Colles
Fraktur Smith
6
SOAL

Tn. Rico Simatupang, pasien laki-laki usia 28 tahun datang


dibawa oleh Satpol PP ke RS Azra Medika Tanjung dengan
penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas 45 menit yang lalu. Pasien baru saja tiba di ruang
Triase dengan GCS E2V3M4. Pasien mengalami luka terbuka
pada kepala, kedua lengan, dan tungkai kiri. Anda sebagai
dokter yang bertugas tindakan selanjutnya yang paling
tepat dilakukan adalah…
A. Rawat luka
B. Cek Airway, Breathing, & Circulation
C. Koreksi hipoglikemi
D. CT scan
E. Mencari kemungkinan luka lain pada tubuh
Management of Trauma Patient
Initial Assessment
Penderita trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang
cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan
sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat.
Proses awal ini dikenal dengan Initial assessment ( penilaian awal ).

Penilaian awal meliputi:


1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik

ATLS Coursed 9th Edition


Primary Survey
A. Airway dengan kontrol servikal
1. Penilaian
a) Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
b) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2. Pengelolaan airway
a) Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
b) Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang
rigid
c) Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
d) Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabell )
3. Fiksasi leher
4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula.
5. Evaluasi

ATLS Coursed 9th Edition


ATLS Coursed 9th Edition
Cervical in-line immobilization
Indikasi Airway definitif
Krikotirotomy
Suatu insisi untuk
mengamankan jalan nafas
pasien selama situasi keadaan
darurat tertentu, misalnya
adanya benda asing di saluran
nafas, edema saluran nafas,
pasien yang tidak mampu
bernafas dengan sendiri
secara adekuat, atau pada
kasus trauma berat wajah
yang menghalangi masuknya
endotrakeal tube melalui
mulut.
B. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
1. Penilaian
a) Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan
kontrol servikal in-line immobilisasi
b) Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris
atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera
lainnya.
d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e) Auskultasi thoraks bilateral
2. Pengelolaan
a) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12
liter/menit)
b) Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c) Menghilangkan tension pneumothorax
d) Menutup open pneumothorax
e) Memasang pulse oxymeter
3. Evaluasi

ATLS Coursed 9th Edition


C. Circulation dengan kontrol perdarahan
1. Penilaian
a) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b) Mengetahui sumber perdarahan internal
c) Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.
d) Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi masif segera.
e) Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
f) Periksa tekanan darah
2. Pengelolaan
a) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b) Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah.
c) Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah
untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia
subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).
d) Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
e) Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasienpasien
fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
f) Cegah hipotermia
3. Evaluasi
ATLS Coursed 9th Edition
Pressure Bandages
• Apply over wound on
extremity to maintain
direct pressure
• Use roller bandage to
completely cover
wound and maintain
pressure

Make sure it doesn’t cut off circulation


Check victim’s fingers and toes for circulation
Kontrol Perdarahan
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah
Evaluasi Resusitasi Cairan
• Kembalinya nilai normal tekanan darah,
kekuatan nado, dan laju nadi.
• Perbaikan dari status neurologis (pasien
sadar), dan sirkulasi kulit.
• Urin output: 0,5 – 1,0 ml/ jam (dewasa).
• Evaluasi CVP
• Acid base balance.
End Points of Resuscitation
(Resusitasi)
• Restoration of normal vital signs
• Adequate Urine output
• 0.5 - 1.0 cc/kg/hr
• Tissue Oxygenation measurement
• Adequate Cardiac Index
• Normalization of Oxygen delivery DO2I
• Normal Serum Lactate levels

Englehart; Curr Op Crit Care; Vol 12(6), Dec 06, p 579-574


D. Disability
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor
GCS/PTS
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek
cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi,
ventilasi dan circulation.

E. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita, periksa jejas
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan
tempatkan pada ruangan yang cukup hangat.
ATLS Coursed 9th Edition
7
SOAL

An. Johanda Damanik, seorang anak laki-laki usia 3 tahun,


dibawa ke UGD Rumah Sakit setelah terkena ledakan gas LPG
dengan kondisi terdapat beberapa luka bakar di sekitar
tubuhnya. Dari pemeriksaan tampak beberapa kulit bewarna
merah terang dengan bullae, nyeri (+) hebat, dan beberapa
bagian tampak merah pucat di dada, perut, dan seluruh
tangan kanannya. Berapakah derajat dan luas luka bakar
yang dialami oleh anak tersebut?
A. Derajat 2A dan 2B, 27%
B. Derajat 2A dan 3, 27%
C. Derajat 2A dan 2B, 18%
D. Derajat 1 dan 2, 36%
E. Derajat 1 dan 3B, 18%
Perhitungan Luas Bakar pada Soal
• Anak usia 3 tahun datang dengan luka bakar di
dada dan perut, serta seluruh lengan kanan
• Luas permukaan yang terbakar adalah?
– Dada dan perut = 18%
– Seluruh lengan kanan = 9%
– Total 27%
Luka Bakar
Tindakan Penyelamatan Segera pada
Luka Bakar

• Kontrol Airway
• Menghentikan
proses luka bakar
• Pemsangan akses
intravena
Menghentikan Proses Luka Bakar
• Segera tanggalkan pakaian dan perhiasan pasien
– Menghentikan proses pemanasan
– Mencegah jeratan karena oedema
• Debris dan bubuk kimia kering dibersihkan
dengan cara menyapu untuk menghindari
terjadinya kontak langsung.
• Permukaan tubuh yang terkena dicuci dengan air
bersih, kemudian pasie diselimuti kain hangat
yang bersih dan kering.
Tatalaksana Emergency luka Bakar

Emergency Management of Severe Burns (EMSB) COURSE MANUAL 17th edition Feb
2013
Australia and New Zealand Burn Association Ltd 1996
Rule of nines

Adult Infant
• Bayi berusia sampai satu tahun
– Luas permukaan kepala dan leher berkisar 18%
– Luas permukaan tubuh dan tungkai berkisar 14%.
• Dalam masa pertumbuhannya, setiap tahun di
atas usia satu tahun, maka ukuran kepala
berkurang sekitar 1% dan ukuran tungkai
bertambah 0. 5%
• Proporsi dewasa tercapai saat seorang anak
mencapai usia sepuluh tahun
• Usia 10 thn penambahan ukuran tungkai dipindahkan ke
genitalia dan perineum 1%
Emergency Management of Severe Burns (EMSB) COURSE MANUAL 17th edition Feb 2013
Australia and New Zealand Burn Association Ltd 1996
Contoh
• Anak usia 6 tahun datang dengan luka bakar di
wajah dan seluruh bagian depan kaki kanan
• Luas permukaan yang terbakar adalah?
– Wajah (18-(6-1))/2= 6,5%
– Bagian depan 1 kaki (14+(0,5x(6-1))/2= 8,25%
– Total 13,75%
Indikasi Resusitasi Cairan
• Rumus Baxter adalah
dasar pemberian cairan
pertama kali
• Titrasi sesuai produksi
urine
– Bila kurang dari target
0,5-1 cc/KgBB/Jam
tambahkan volume
cairan resusitasi menjadi
150% pada jam
berikutnya atau bolus
cairan 5-10cc/KgBB
Emergency Management of Severe Burns (EMSB) COURSE MANUAL 17th edition Feb 2013
Australia and New Zealand Burn Association Ltd 1996
Contoh
• Seorang perempuan, berat 60 kg dengan luka
bakar di dada dan perut, karena ledakan kompor
1 jam yang lalu. Terdapat eritem di dada dan
perut, bula, bula pecah, suara serak tidak ada.
• Kebutuhan cairan 4x18%x60 kg = 4320 cc/24 jam
– 2160 cc dalam 8 jam pertama 270 cc/jam
– 2160 cc dalam 16 jam berikutnya
• Saat pemberian cairan jam pertama urine 30
cc/jam (sesuai target 0,5-1 cc/KgBB/Jam
• jam ke-2 didapatkan urine 10 cc/jam (kurang dari
target.
A. Jam berikutnya diberikan 270ccx150% = 405
cc/ jam kemudian nilai ulang produksi urine
jam berikutnya
– Masih kurang? Tambah jadi 405ccx150%= 607,5
cc/jam
B. Atau berikan bolus cairan 5-10 cc/kgBB
secepatnya (utk pasien ini 300-500 cc). Nilai
urine jam berikutnya
– Masih kurang? Boleh pilih A atau B lagi
INDIKASI RAWAT INAP
PADA LUKA BAKAR
– LB yang memenuhi indikasi resusitasi cairan (Baxter)
– LB derajat II >30%  ICU
– LB yang mengenai: wajah, leher, mata, telinga, tangan,
kaki, sendi, genitalia
– LB derajat III >5% (semua umur)
– LB elektrik / petir dengan kerusakan di bawah jaringan
kulit
– LB kimia / radiasi
– LB dengan Trauma Inhalasi
– LB dengan penyakit penyerta

emedicine
Luka Bakar Khusus
• Luka bakar listrik
– Target urine lebih banyak (1-2cc/kgBB/jam)
• mencegah sumbatan mioglobin di ginjal
• bila tidak memenuhi target dengan penambahan volume
cairan
• pertimbangkan pemberian manitol 12,5 g setiap 1000 cc
cairan resusitasi
– Fasciotomi segera untuk kompartemen syndrome
• Luka bakar anak <10 thn
– Risiko hipoglikemiaberikan cairan maintenance
tambahan yang mengandung glukosa (dihitung
dengan rumus Darrow/Holliday Segar)
8
SOAL

Seorang laki-laki usia 32 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan tidak bisa
BAK sejak 4 jam yang lalu. Sebelumnya pasien sempat terjatuh dari motor
dan terduduk di atas aspal. Keluhan disertai keluar darah yang menetes
dari ujung kemaluan. Terdapat nyeri dan bengkak pada kemaluan. Pada
pemeriksaan didapatkan darah menetes dari OUE, perineum bengkak
hingga meluas sampai dengan skrotum, penis, suprapubik. Pernyataan
yang tidak benar dibawah ini adalah…
A. Diagnosis yang mungkin terjadi pada pasien adalah ruptur uretra
B. Pemasangan kateter adalah tatalaksana awal untuk mengevaluasi
perdarahan pada kasus di atas
C. Pemeriksaan RT mungkin didapatkan floating prostate
D. Modalitas pencitraan utama untuk kasus diatas adalah retrograde
urethrography
E. Komplikasi yang dapat terjadi adalah striktur uretra
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf

Trauma Uretra
• Curiga adanya trauma
pada traktus urinarius
bag.bawah, bila:
– Terdapat trauma
disekitar traktus
urinarius terutama
fraktur pelvis
– Retensi urin setelah
kecelakaan
– Darah pada muara OUE
– Ekimosis dan hematom
perineal
Uretra Anterior:
• Anatomy:
– Bulbous urethra
Uretra Posterior :
– Pendulous urethra • Anatomy
– Fossa navicularis – Prostatic urethra
• Etiologi: – Membranous urethra
– Straddle type injuries • Etiologi:
– Intrumentasi – Fraktur tulang Pelvis
– Fractur penis • Gejala klinis:
• Gejala Klinis: – Darah pada muara OUE
– Disuria, hematuria – Nyeri Pelvis/suprapubis
– Hematom skrotal – Perineal/scrotal hematom
– Hematom perineal akan timbul bila terjadi robekan – RT Prostat letak tinggi atau
pada fasia Buck’s sampai ke dalam fasia melayang
Colles‘‘butterfly’’ hematoma in the perineum • Radiologi:
– will be present if the injury has disrupted Buck’s – Pelvic photo
fascia and tracks deep to Colles’ fascia, creating a
– Urethrogram
characteristic ‘‘butterfly’’ hematoma in the
perineum • Therapy:
• Therapy: – Cystostomi
– Cystostomi – Delayed Repair
– Immediate Repair
• Don't pass a diagnostic • Retrograde
catheter up the patient's urethrography
urethra because: – Modalitas pencitraan yang
– The information it will give utama untuk mengevaluasi
will be unreliable. uretra pada kasus trauma
– May contaminate the dan inflamasi pada uretra
haematoma round the
injury.
– May damage the slender
bridge of tissue that joins
the two halves of his
injured urethra

Posterior urethral rupture above the


intact urogenital diaphragm
following blunt trauma

http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary
Ruptur Uretra Anterior
• Penyebab tersering :
DIAGNOSIS
straddle injury ( cedera Klinis :
selangkangan ) • Perdarahan
peruretra/hematuri
Jenis kerusakan : • Hematom / butterfly
• Kontusio uretra hematom
• Ruptur parsial • Kadang retensi urine
• Ruptur total
• Kontusio : ekstravasasi

• Ruptur : ekstravasasi
+ bulbosa
Sleeve Hematom

Butterfly Hematom
TINDAKAN
Kontusio :
• observasi 4-6 bln
• evaluasi: uretrografi ulang

Ruptur :
• Sistostomi 1 bulan
• 3 bulan uroflometri, k/p uretrogram .
• striktura, lakukan sachse.
RUPTUR URETRA POSTERIOR
• Ruptur uretra pars COLAPINTO DAN MCCOLLUM
prostato – membranasea. (1976 ) :
• Grade I: Stretching (teregang)
• Terbanyak disebabkan
– Tidak ada ekstravasasi.
fraktur tulang pelvis.
• Grade II: Uretra ruptur diatas
• Robeknya ligamen pubo - prostato membranasea
prostatikum – Diaphragma urogenital utuh
– Ekstravasasi terbatas pada (di
atas) diaphragma urogenital.
• Grade III: Uretra posterior,
diaph.Urogenital & uretra pars
bulbosa proksimal ruptur.
– Ekstravassasi berada di atas
dan bawah diaphragma
urogenital hingga perineum.
DIAGNOSIS
GAMBARAN KHAS :
• PERDARAHAN PER URETRA
• RETENSI URINE
• RT : FLOATING PROSTAT. Floating Prostat

URETROGRAFI :
• EKSTRAVASASI KONTRAS PD PARS PROSTATO
MEMBRANASEA
• FRAKTUR PELVIS.
Uretrografi

Ruptur Parsial

Ruptur total
TINDAKAN KOMPLIKASI
AKUT : SISTOSTOMI • Striktura uretra
• Disfungsi ereksi
STABIL : • Inkontinentia urine
• Primary endoskopic
realigment, 1 minggu
paska ruptur
• Uretroplasti, 3 bulan
paska ruptur.
• Rail roading kateter
dilakukan bila bersamaan
dg operasi lain.
9
SOAL

Seorang laki-laki usia 24 tahun dibawa ke UGD setelah


mengalami KLL saat mengendari sepeda motor. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan KU compos mentis, TD 120/80
mmHg, nadi 100x/menit, RR 21x/menit, dan suhu 37,5OC.
Tampak fraktur femur dengan luka terbuka ukuran > 2 cm,
didapatkan bone ekspose femur 1/3 medial sinistra. Arteri
dorsalis pedis masih teraba dan fraktur dirasakan kominutif.
Diagnosa yang tepat pada pasien tersebut adalah…
A. Open fraktur Grade I, 1/3 medial femur sinistra
B. Open fraktur Grade II, 1/3 medial femur sinistra
C. Open fraktur Grade IIIa, 1/3 medial femur sinistra
D. Open fraktur Grade IIIb, 1/3 medial femur sinistra
E. Open fraktur Grade IIIc, 1/3 medial femur sinistra
Fraktur Terbuka
• Dimana terjadi hubungan tulang dengan lingkungan
luar melalui kulit.
• Terdapat luka robek yang menghubungkan patahan tulang
dengan lingkungan luar kulit.
• Luka robek yang menembus kulit & otot hingga ke tulang
• Tidak termasuk
• luka lecet (abrasi)/ vulnus ekskoriasi,
• vulnus laceratum, ataupun
• luka lain yang tidak menembus ke tulang.
• Terjadi kontaminasi bakteri  komplikasi infeksi
• Luka pada kulit :
– Tusukan tulang tajam keluar menembus kulit (from within)
– Dari luar misal oleh peluru atau trauma langsung (from
without)
10
SOAL

Laki-laki usia 40 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan BAB


bercampur darah sejak 7 hari yang lalu. Darah keluar saat mengejan
dan di akhir BAB. Selain itu dikeluhkan adanya benjolan yang keluar
dari anus dan dapat masuk sendiri. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan KU agak lemah, konjungtiva pucat, TTV, pemeriksaan
thorax, dan pemeriksaan abdomen dalam batas normal.
Pemeriksaan RT teraba massa di anus kenyal dan darah pada
handscoon. Apakah diagnosis pasien tersebut?
A. Hemorrhoid externa
B. Hemorrhoid interna grade 1
C. Hemorrhoid interna grade 2
D. Hemorrhoid interna grade 3
E. Hemorrhoid interna grade 4
Hemoroid
Gambaran Histologis
• Hemoroid  structur
vaskular dalam anal
canal
• Gambaran Histologis:
Epitel skuomosa
kolumnar simplex dan
eptel skuomosa
bertingkat dengan
pelebaran vena pada
lapisan lamina proria
dan submukosa
Grading Hemoroid Interna
(Banov, 1985)
• Grade I hemorrhoids project into the anal canal and often bleed but do
not prolapse

• Grade II hemorrhoids may protrude beyond the anal verge with straining
or defecating but reduce spontaneously when straining ceases (ie, return
to their resting point by themselves)

• Grade III hemorrhoids protrude spontaneously or with straining and


require manual reduction (ie, require manual effort for replacement into
the anal canal)

• Grade IV hemorrhoids chronically prolapse and cannot be reduced; these


lesions usually contain both internal and external components and may
present with acute thrombosis or strangulation
ACG (American College of
Gastroenterology Guideline
Treatment for internal hemorrhoids by grade:
• Grade I hemorrhoids
– conservative medical therapy and avoidance of nonsteroidal anti- inflammatory drugs
(NSAIDs) and spicy or fatty foods
– Conservative therapy:
• Increased fiber intake and adequate fluids  reducing both prolapse and bleeding
• Avoid straining and limit their time spent on the commode
• Topical and systemic analgesics; proper anal hygiene
• a short course of topical steroid cream
• Grade II or III hemorrhoids
– initially treated with nonsurgical procedures, rubber band ligation, sclerotherapy, and infrared
coagulation
– Rubber band Ligation is the treatment of choice for second- degree hemorrhoids, and it is a
reasonable first-line treatment for third-degree hemorrhoids
• Very symptomatic grade III and grade IV hemorrhoids
– surgical hemorrhoidectomy, or stapled
– Very symptomatic gr. III continous bleeding, intractable pain, large hemoroid gr. III
• Treatment of grade IV internal hemorrhoids or any incarcerated or gangrenous
tissue requires prompt surgical consultation

Wald A, Bharucha AE, Cosman BC, et al. ACG clinical guideline: management of benign anorectal
disorders. Am J Gastroenterol. Aug 2014
11
SOAL

Tn Shadiq El Neni, laki-laki 26 tahun datang ke tempat


praktek Anda dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak
2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan
tidak nafsu makan. Pemeriksaan tanda vital TD 110/70
mmHg, nadi 90x/ menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu
38,6OC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rovsing sign (+)
dan psoas sign (+). Pada pemeriksaan lab didapatkan leukosit
14.000/mm3. Diagnosis pada pasien ini adalah…
A. Apendisitis akut
B. Chron disease
C. Gastroenteritis
D. Konstipasi
E. Divertikulitis
Appendisitis
Sign of Appendicitis
Alvarado Score
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
ticles/PMC3299622/
12
SOAL

Tn Hermono Agung, laki-laki usia 25 tahun dibawa oleh temannya


ke IGD Rumah Sakit setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 1
jam yang lalu. Pasca KLL, pasien mengeluhkan sesak napas dan
dirasa berat untuk bernapas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
TD 80/60 mmHg, nadi 120x/menit, laju napas 38x/menit, dan
suhu 36,3OC dengan gerakan dada asimetris, trakea bergeser ke
kiri, perkusi hemitoraks dextra hipersonor, suara paru kanan
berkurang, suara jantung normal. Apa tindakan yang harus
segera dilakukan?
A. Intubasi
B. Perikardiosintesis
C. Dekompresi jarum
D. Pemasangan WSD
E. Pemasangan sungkup oksigen
Tension
Pneumothorax
NEEDLE DECOMPRESSION

MID AXILLARY
LINE sela iga
IV-V
13
SOAL

Tn Ilham Yudiansyah Lubis, seorang laki-laki usia 22 tahun dibawa


ke IGD Rumah Sakit karena mengalami luka bakar. Bensin yang
dipegang pasien secara tidak sengaja tersulut api saat membakar
sampah. Saat pemeriksaan kesadaran somnolen, TD 90/70
mmHg, nadi 120x/ menit, laju pernpasan 28x/ menit, dan suhu
36OC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan luka bakar tampak
kemerahan, terdapat bula, nyeri seluas 45%. Berapakah cairan
yang diberikan apabila berat badan pasien 50 kg?
A. 22500 cc/ 24 jam
B. 11250 cc/ 24 jam
C. 9000 cc/ 24 jam
D. 6000 cc/ 24 jam
E. 2450 cc/ 24 jam
Perhitungan Rumus Baxter
• Luka bakar derajat IIA
• Luas 45%
• Asumsi BB=50 kg
• Kebutuhan cairan dalam 24 jam pertama
rumus Baxter (BB x luas bakar x 4)
– 50 kg x 45% x 4 = 9000cc/ 24 jam.
Luka Bakar
Rule of nines

Adult Infant
• Bayi berusia sampai satu tahun
– Luas permukaan kepala dan leher berkisar 18%
– Luas permukaan tubuh dan tungkai berkisar 14%.
• Dalam masa pertumbuhannya, setiap tahun di
atas usia satu tahun, maka ukuran kepala
berkurang sekitar 1% dan ukuran tungkai
bertambah 0. 5%
• Proporsi dewasa tercapai saat seorang anak
mencapai usia sepuluh tahun
• Usia 10 thn penambahan ukuran tungkai dipindahkan ke
genitalia dan perineum 1%
Emergency Management of Severe Burns (EMSB) COURSE MANUAL 17th edition Feb 2013
Australia and New Zealand Burn Association Ltd 1996
14
SOAL

Tn Cha In Chon, pasien laki-laki berusia 29 tahun dibawa ke


Instalasi Gawat Darurat RS karena mengalami kecelakaan lalu
lintas satu jam yang lalu. Pasien jatuh terkangkang saat
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan tungkai kanan tampak dalam fleksi,
abduksi, dan eksorotasi sendi panggul. Tampak luka-luka lecet di
sekujur tubuh pasien. Keadaan hemodinamik pasien stabil.
Apakah diagnosis yang paling tepat pada kasus tersebut?
A. Fraktur collum femur
B. Fraktur shaft femur
C. Dislokasi lutut
D. Dislokasi panggul posterior
E. Dislokasi panggul anterior
DISLOKASI SENDI PANGGUL
Posterior Hip Dislocation
soundnet.cs.princeton.edu

Anterior Hip Dislocation


Gejala
• Nyeri pada sendi
panggul
• Tidak dapat berjalan
atau melakukan
adduksi dari kaki.
• The leg is externally
rotated, abducted,
and extended at the
hip

netterimages.com
Tatalaksana Dislokasi Sendi Panggul:
Reposisi
• Bila pasien tidak memiliki komplikasi lain:
– Berikan Anestetic atau sedative dan manipulasi
tulang sehingga kembali pada posisi yang
seharusnya reduction/reposisi
• Pada beberapa kasus, reduksi harus dilakukan
di OK dan diperlukan pembedahan
• Setelah tindakan, harus dilakukan
pemeriksaan radiologis ulang atau CT-scan
untuk mengetahui posisi dari sendi.
15
SOAL

Tn Kwah Bach Soo, seorang laki-laki usia 65 tahun datang ke


poliklinik dengan keluhan BAB berdarah sejak 2 bulan yang
lalu. Keluhan disertai dengan berat badan yang semakin
turun, perut semakin kembung walaupun nafsu makan baik.
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan adanya filling deffect
yang menyebabkan penyempitan lumen kolon sigmoid
dengan tepi ireguler dan gambaran apple core. Apa
diagnosis yang mungkin pada pasien?
A. Diverticulitis
B. Adenokarsinoma kolon
C. Kolitis ulseratif
D. Infark usus
E. TB usus
Colo-rectal Cancer
Di dunia kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga pada tingkat insiden
dan mortalitas.

Insidensi tahun 2002 : >1 juta, dengan tingkat mortalitas lebih dari 50%.

Angka insiden tertinggi terdapat pada Eropa, Amerika, Australia dan Selandia
baru.

Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada orang
muda.

Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid.

96% kasus ca kolorektal berupa adenocarcinoma


ETIOLOGI
Idiopatik

Faktor predisposisi
• Polyposis familial
• Defisiensi Imunologi
• Inflamatory bowel disease : Kolitis ulseratifa, granulomatosis
• Diet (rendah serat, tinggi protein hewani, lemak dan
karbohidrat refined) mengakibatkan perubahan pada flora
feces dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau
hasil pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-
zat ini bersifat karsinogenik.
DIAGNOSA KLINIS

1. Anamnesa
• Diare palsu atau “spurious diarrhoea”
• BAB berlendir
• Feses pipih seperti kotoran kambing
• Penurunan berat badan
• Perdarahan bercampur tinja
Colon Carcinoma
Awal sering asimtomatik

Sign Symtoms
Anemia defisiensi besi
Letak kiri obstruksi >>, kanan < •Koilonychias
•Glossitis
•Cheilitis

konstipasi, mual, nyeri abdomen dan


distensi abdomen, kadang disertain Hipoalbumin
diare intermitten

Letak distal pendarahan lebih nyata


BU  melemah/meningkat
dibanding letak prox

kelemahan seluruh badan, cepat lelah,


sesak atau palpitasi Cappel MS. 2005
Riwanto I. Hamami AH. Pieter J. Tjambolang T. Ahmadsyah
I. 2010
157
• Perbedaan gejala dan karsinoma kolorektal
berdasarkan letaknya
Kolon kanan Kolon kiri Rektum

Aspek klinis Kolitis Obstruksi Proktitis


Karena
Nyeri Karena obstruksi Tenesmus
penyusupan
Tenesmi terus-
Defekasi Diare Konstipasi progresif
menerus
Obstruksi Jarang Hampir selalu Tidak jarang
Samar atau
Darah pada feses Samar Makroskopis
makroskopis
Feses Normal Normal Perubahan bentuk
Dispepsia Sering Jarang Jarang

Memburuknya KU Hampir selalu Lambat Lambat

Anemia Hampir selalu Lambat Lambat


Colon-Rectum
• Anus
– Dari Linea Dentata sampai 3-4 cm
dari linea dentata (Anocutan Line)
• Rectum
– Mulai dari 3-4 cm dari Linea
Dentata sampai 15 cm ke
proksimal
• Rectosigmoid junction is the
point at which the three tenia
fan out and form a complete
outer longitudinal layer. Linea Dentata

• Carcinoma proximal to this


pointcolonic ca, distal to this
pointrectal
2. Pemeriksaan Fisik
Cari kemungkinan
Colok dubur dapat
metastase (pembesaran
diketahui :
KGB atau hepatomegali)
Adanya tumor rektum

Lokasi dan jarak dari anus

Posisi tumor, melingkar /


menyumbat lumen

Perlengketan dengan jaringan


sekitar
3. Pemeriksaan penunjang
Biopsi

Pemeriksaan Tumor marker : CEA (Carcinoma Embryonic Antigen), CA


242, CA 19-9
uji FOBT (Faecal Occult Blood Test) untuk melihat perdarahan di
jaringan.

Endoskopi
• Sigmoidoskopi
• Kolonoskopi
• Virtual colonoscopy (CT colonography)

Imaging Tehnik :
• MRI, CT scan, transrectal ultrasound
Pemeriksaan penunjang
Fecal Occult Blood Stool DNA (sDNA)
Lab Darah
Test (FOBT) test
• guaiac-based • Mendeteksi • DL
(gFOBT) adanya mutasi • LFT
• immunochemical gen • Tumor marker 
tests (iFOBT) • Jika (+) CEA, CA 19-9
• Jika (+) disarankan untuk
disarankan untuk colonoscopy
colonoscopy
American Cancer Society. 2013. Colorectal Cancer. Atlanta Georgia

Konsentrasi CEA dalam


darah
(Underwood JCE. 2007)

162
Pemeriksaan penunjang

MRI (Magnetic
Colon in loop Resonance Foto thorax
Imaging)

Positron Emission
CT Scan abdomen
Sigmoidoscopy Tomography
dengan kontras
(PET) scan

Colon in loop:
adenocarcinoma colon
Colonoscopy USG abdomen Angiography assending
(Fauci AS. Kasper DL. 2008)

163
16
SOAL

Pasien perempuan, usia 20 tahun datang dengan riwayat fraktur


humerus sinistra 2 minggu yang lalu. Fraktur tidak sembuh
sempurna dan sering mengeluarkan sekret kental berbau kuning
dan kental pada daerah sekitar luka. Keluhan disertai rasa nyeri.
Pada pemeriksaan radiologis didapatkan gambaran focus bone
menghilang dan dilakukan cauter biopsi ditemukan sekuestrasi,
poliferasi sel inflamasi, dan jaringan granulasi. Kuman pathogen
yang umum menyebabkan kondisi tersebut adalah…
A. Escherichia Coli
B. Campilobacter sp.
C. Staphylococcus aureus
D. Pseudomonas aeruginosa
E. Streptococcus pyogenes
Osteomyelitis
• Osteomyelitis is an inflammation of bone caused by an
infecting organism.
• It may remain localized, or it may spread through the
bone to involve the marrow, cortex, periosteum, and
soft tissue surrounding the bone.
• Based on the duration and type of symptoms:
Organisms Isolated in Bacterial
Osteomyelitis
Organism Comments
Staphylococcus aureus Organism most often isolated in all types
of osteomyelitis
Coagulase-negative staphylococci or Foreign-body–associated infection
Propionibacterium species
Enterobacteriaceae species Common in nosocomial infections and
orPseudomonas aeruginosa punchured wounds
Streptococci or anaerobic bacteria Associated with bites, fist injuries caused
by contact with another person’s mouth,
diabetic foot lesions, decubitus ulcers
Salmonella species orStreptococcus Sickle cell disease
pneumoniae

Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N Engl J Med 1997;336:999-1007.


Local signs (Acute)
• Calor, rubor, dolor, tumor
• Heat, red, pain or tenderness, swelling
• Initially, the lesion is within the medually cavity,
there is no swelling, soft tissue is also normal.
• The merely sign is deep tenderness.
• Localized finger-tip tenderness is felt over or
around the metaphysis.
• It is necessary to palpate carefully all metaphysic
areas to determine local tenderness,
pseudoparalysis
X-ray findings
• X-ray films are negative within 1-2 weeks
• Careful comparison with the opposite side may
show abnormal soft tissue shadows.
• It must be stressed that x-ray appearances are
normal in the acute phase.
• There are little value in making the early
diagnosis.
• By the time there is x-ray evidence of bone
destruction, the patient has entered the chronic
phase of the disease.
X-ray findings
• It takes from 10 to 21 days for an osseous lesion to
become visible on conventional radiography,
because a 30–50% reduction of bone density must
occur before radiographic change is apparent

Bonakdarpour A, Gaines VD (1983) The radiology of osteomyelitis. Orthop Clin North


Am 14:21–33
SUBACUTE HEMATOGENOUS
OSTEOMYELITIS
• More insidious onset and lacks the severity of
symptoms
• Diagnosis typically is delayed for more than 2
weeks.
• a pathogen is identified only 60% of the time
• S. aureus and Staphylococcus epidermidis
• The diagnosis often must be established by an
open biopsy and culture
Brodie’s abcess
• Bone abscess containing pus
or jelly like granulation tissue
surrounded by a zone of
sclerosis
• Age 11-20 yrs, metaphyseal
area, usually upper tibia or
lower femur
• Deep boring pain, worse at
night, relieved by rest
• Circular or oval luscency
surrounded by zone of
sclerosis
• Treatment:
– Conservative if no doubt - rest
+ antibiotic for 6 wks.
– if no response – surgical
evacuation & curettage, if large
cavity - packed with cancellous
bone graft
Chronic osteomyelitis
• If any of sequestrum, abscess cavity, sinus tract
or cloaca is present. (Dead bone is present)

• Hematogenous infection with an organism of


low virulence may be present by chronic onset.
– Infection introduced through an external wound
usually causing a chronic osteomyelitis.
– It is due to the fact that the causative organism can lie
dormant in
– avascular necrotic areas occasionally becoming
reactive from a flare up.
Clinical features
• During the period of inactivity, no symptoms are
present.
• Only Skin-thin, dark, scarred, poor nourished,
past sinus, an ulceration that is not easily to heal
• Muscles-wasting contracture, atrophy
• Joint-stiffness
• Bone-thick, sclerotic,
• often contain abscess cavity
Clinical features
• At intervals, a flare-up occurs,
• The relapse is often the result of poor body
condition and lower resistance.
• A lighting up of infection is manifested by aching
pain that is worse at night.
• Locally there will be some heat, swelling, redness,
tenderness, edema, because pus may build up in
cavity, then a sinus may open and start to
exudates purulent materials and small sequestra.
• The sinus closed and the infection subsided.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 Sekuestrum (bangunan dense dikelilingi
lusentulang yang mati dikelilingi oleh pus)
 Involucrum (pembentukan tulang baru di
sekitar tulang yang mengalami destruksi)
 Korteks menebal/sklerotik dan berkelok-
kelok
 Kanalis medularis menyempit hingga
gambaran medula menghilang
Osteomyelitis, chronic. Sclerosing osteomyelitis
Osteomyelitis, chronic. Sequestrum of the lower tibia of the lower tibia. Note the bone expansion an
marked sclerosis.
TERAPI
Antibiotik Tindakan Operatif
• Bertujuan untuk : • Bertujuan untuk :
• Mencegah terjadinya – Mengeluarkan seluruh jaringan
penyebaran infeksi pada nekrotik, baik jaringan lunak
tulang sehat lainnya. maupun jaringan tulang (
• Mengontrol eksaserbasi sequesterum) sampai ke
jaringan sehat sekitarnya.
Selanjutnya dilakukan drainase
dan irigasi secara kontinu
selama beberapa hari.
– Sebagai dekompresi pada
tulang dan mencegah
penyebaran osteomyelitis lebih
lanjut
– Gips untuk mencegah patah
tulang patologik
17
SOAL

Bayi perempuan usia 2 hari, lahir dengan persalinan sectio


caesarean dari ibu usia 30 tahun dengan usia kehamilan 38
minggu. Ibu pasien mengeluhkan anaknya muntah setiap kali
diberikan ASI. Selain itu air liur sering tampak keluar mengalir dari
mulutnya. Bayi juga sering batuk dan sesekali sesak dan terilihat
kebiruan. Saat dilakukan percobaan memasukkan orogastric tube
tidak dapat masuk hingga ke lambung. Dari hasil pemeriksaan
babygram didapatkan gambaran usus yang tidak terisi udara.
Apakah diagnosis kasus diatas?
A. Intususepsi
B. Hirschprung’s disease
C. Atresia duodenum
D. Atresia esofagus
E. Hernia diafragmatika
Atresia Esofagus
Definisi Etiologi
• Kelainan kongenital dari • Belum diketahui
esofagus yg mengalami
diskontinuitas  obstruksi • Terkait dgn abnormalitas lain
esofagus proksimal.  VACTERL syndrome
(vertebral anomalies, anal
atresia, cardiac,
Epidemiologi
tracheoesophageal, renal, limb)
• 1 : 4000 neonatus
• >90% terkait dengan
• Slight male predominance
trachoesophageal fistula (TEF)

Faktor risiko
• Advanced maternal age, European ethnicity, obesity, tobacco
smoking, infants weighing < 1.500 g at birth
Sumber : Townsend C, Beauchamp D, Evers M. Sabiston Textbook of Surgery. 20th edition. Philadelphia: Elsevier; 2017
Atresia Esofagus
Klasifikasi menurut Gross
• Type A - Esophageal atresia without fistula or so-called pure esophageal atresia
(7%)
• Type B - Esophageal atresia with proximal TEF (2%)
• Type C - Esophageal atresia with distal TEF (86%)
• Type D - Esophageal atresia with proximal and distal TEFs (<1%)
• Type E - TEF without esophageal atresia or so-called H-type fistula (4%)

Sumber : Townsend C, Beauchamp D, Evers M. Sabiston Textbook of Surgery. 20th edition. Philadelphia: Elsevier; 2017
Atresia Esofagus
Presentation
• Prenatal – polyhydramnios, absent Management
stomach bubble, associated • Decompression of the proximal
abnormalities. esophageal pouch
• Birth onwards – frothing of oral • Upright prone position 
secretions, drooling, choking or and minimize GER and prevent
sianosis. aspiration
• Thoracotomy  repair
Investigations
• Unable to pass wide - bore
orogastric tube; confirmed on chest
• X - ray, shows tube in esophageal
pouch. Air in the stomach indicates
a fistula is present.

Sumber : Townsend C, Beauchamp D, Evers M. Sabiston Textbook of Surgery. 20th edition. Philadelphia: Elsevier; 2017
MANIFESTASI KLINIS

• Polyhidramnion tanpa bubble


Fetus stomach pada bayi masa gestasi 18
minggu

• Kateter yang digunakan untuk resusitasi pada


waktu lahir tidak bisa dimasukkan ke dalam
lambung
• Timbul sesak nafas yang disertai sekresi mulut
Neonatus yang berlebihan
• Tersendak, sianosis, atau batuk pada waktu
berupaya menelan makanan karena aspirasi
cairan ke dalam jalan nafas
• Tracheomalacia
Manifestasi klinis

• Fistula proksimal :menghambat pernafasan, distress,


dan sianosis selama makan
• Fistula distal: saliva yang banyak dan regurgitasi
muncul bersamaan dengan sianosis dan pneumonia
Bayi/anak- sekunder .
• Jika kedua fistula proksimal dan distal ada, biasanya
anak fistula proksimal yang memberikan gejala
• Tipe fistula trakeoesofagus tanpa atresia atau fistula
tipe-H, akan menimbulkan gejala batuk dan tersedak
sewaktu makan, pneumonia berulang dan distensi
abdomen intermitten

Dewasa • Pneumonia rekuren dan bronkiektasis


Gambaran Radiologi

Foto thorax

Dilakukan dengan memasukkan sonde


lambung ke dalam esofagus, kalau perlu
kateter diisi kontras non ionic. Penampakan
radiografi pada kasus atresia esofagus
tergantung dari tipe atresia esofagus itu
sendiri.
Radiologi
Atresia Esofagus dengan fistula
trakeoesofagus pada bagian distal

Tampak saluran di kantung


Tampak orogastric tube di bagian proksimal, Adanya gas pada bagian
proximal esofagus serta terlihat gas perut menunjukkan
pada usus di abdomen adanya fistula trakeoesofagus
distal
Atresia Esofagus Tanpa Fistula
Trakeoesofagus

Tampak abdomen tidak Tampak ujung kateter yang


memperlihatkan gas sama tidak mencapai abdomen,
sekali. serta tidak adanya gas yang
tampak pada daerah abdomen
Atresia Esofagus dengan fistula
trakeoesofagus pada bagian proximal
Fistula Trakeoesofagus tanpa atresia
esofagus ( H-Type )
• Pada pemeriksaan esofagogram menunjukkan
adanya fistula ( tanda panah) dari bagian
anterior esofagus (e) menuju bagian posterior
trakea (t).
18
SOAL

Tn Yunus Harimukti Sidogiri, seorang laki-laki usia 56 tahun


datang ke Puskemas Sukabumi Makmur, tiba-tiba
mengeluhkan skrotum nyeri saat istirahat. Pemeriksaan tada
vital TD 130/80 mmHg, nadi 90x/ menit, laju pernapasan
20x/ emnit, dan suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan testis kiri lebih tinggi dari testis kanan, dan posisi
testis kiri horizontal. Pemeriksaan penunjang yang tepat
untuk kasus di atas adalah...
A. USG ginjal-buli-prostat
B. USG doppler testis
C. USG testis
D. CT-urography
E. MRI
Torsio Testis
Gejala dan tanda:
• Nyeri hebat pada skrotum yang mendadak
• Pembengkakan skrotum
• Nyeri abdomen
• Mual dan muntah
• Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau
pada posisi yang tidak biasa
Phren Sign
RINGDAHL ERIKA,et al. Testicular Torsion
Am Fam Physician. 2006 Nov 15;74(10):1739-1743. Columbia, Missouri. In
http://www.aafp.org/afp/2006/1115/p1739.html
Ultrasound
• Normal: homogenous symmetric

Late ischemia/infarct: Early ischemia: enlargement, no Δ


hypoechoic echogenicity

• Hemorrhage: hyperechoic areas


in an infarcted testis,
heterogenous, extra testicular
fluids
• Penurunan Vaskularisasi
http://emedicine.medscape.com/article/2036003-treatment#a1156

Tatalaksana Torsio Testis


• Manual detorsion
– Dapat dilakukan saat pasien di IGD dan merupakan terapi
sementara
– Cara manual detorsion
• Seperti Opening of a book bila dokter berdiri di kaki pasien
• Sebagian besar torsio testis , terpelintir kearah dalam dan medial, sehingga
manual detorsion akan memutar testis kearah luar dan lateral
• Bila testis kiri yang terkena, dokter memegang testis dengan ibu jari dan
telunjuk kanan kemudian memutar kearah luar dan lateral 180derajat
• Rotasi testis mungkin memerlukan pengulangan 2-3 kali sampai detorsi
terpenuhi
– Bila berhasil (dikonfirmasi dengan USG color Doppler dan gejala
yang membaik)  terapi definitif masih harus dilakukan sebelum
keluar dari RS
• Surgical detorsion  Terapi definitif
• Untuk memfiksasi testis
• Tetap dilakukan walaupun,manual detorsion berhasil
• CITO bila manual detorsion tidak berhasil dilakukan
• Bila testis yang terkena sudah terlihat, testis dibungkus
kassa hangatuntuk memperbaiki sirkulasi dan menentukan testis
masih hidup atau tidak
• Orchiectomy  Bila testis telah nekrosis
19
SOAL

Tn Yudiansyah Setiawan, seorang laki-laki 25 tahun datang ke


Poliklinik Rumah Sakit dengan keluhan adanya benjolan di
leher. Benjolan sudah diarasakan ada sejak 6 bualn yang lalu,
dan membesar perlahan. Pada pemeriksaan fisik teraba
benjolan asimetris di leher sebelah kiri, kenyal, ikut gerakan
menelan. Pada pemeriksaan mikroskopis tampak adanya
gambaran ground glass pada sitoplasma sel. Diagnosis klinis
yang tepat adalah...
A. Morbus Basedow
B. Hashimoto disease
C. Grave’s disease
D. Karsinoma papiler
E. Adenoma folikuler
Kanker Tiroid
• Epidemiologi
- Merupakan jenis keganasan jaringan endokrin yang
terbanyak.
- Lebih banyak pada wanita
- Usia penderita <20 tahun atau >50 tahun
• Etiologi yang pasti belum diketahui.
• Beberapa faktor predisposisi:
 Penyinaran di daerah kepala leher dan dada.
 Stimulasi terus menerus TSH pada goitre.
 Hashimoto / Tiroiditis Otoimun
 Genetika yang abnormal.
 Kekurangan yodium atau kelebihan yodium.
 Penyakit Grave dan Stimulator Endogen.
 Inborn Error Metabolisme Tiroid.
Faktor Risiko
• Paparan radiasi pada tiroid
• Age and Sex
• Nodul jinakpaling sering pada wanita 20-40 years (Campbell,
1989)
• 5%-10% of these are malignant (Campbell, 1989)
• Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi memiliki nodul yang ganas
• Family History
– History of family member with medullary thyroid carcinoma
– History of family member with other endocrine abnormalities
(parathyroid, adrenals)
– History of familial polyposis (Gardner’s syndrome)

optimized by optima
Gejala Klinis
• Biasanya, satu-satunya gejala yang diduga sebagai keganasan adalah
adanya massa tiroid teraba yang tidak nyeri atau kelenjar getah
bening yang membesar.
• Terkadang, pasien datang dengan gejala dan tanda-tanda yang
perlu diwaspadai untuk kemungkinan kondisi ganas.
• Gejala dan tanda tersebut misalnya:
– suara serak (akibat penekanan n. Laryngeus rekuren)
– nyeri lokal
– Disfagia
– sesak napas
– Hemoptisis
– nodul atau massa pada leher tidak nyeri yang cepat membesar
– Stridor
Klasifikasi Karsinoma Tiroid menurut WHO:

• Tumor epitel maligna


– Karsinoma folikulare
Mc Kenzie membedakan kanker tiroid atas 4
– Karsinoma papilare
tipe yaitu : karsinoma papilare, karsinoma
– Campuran karsinoma folikulare-papilare
– Karsinoma anaplastik ( undifferentiated )
folikulare, karsinoma medulare dan karsinoma
– Karsinoma sel skuamosa anaplastik.
– Karsinoma Tiroid medulare
• Tumor non-epitel maligna Jenis kanker Persen
– Fibrosarkoma
Karsinoma tiroid papiller 75%
– Lain-lain
• Tumor maligna lainnya karsinoma tiroid folikuler 16 %
– Sarkoma
karsinoma tiroid medular 5%
– Limfoma maligna
– Haemangiothelioma maligna Undifferentiated 3%
– Teratoma maligna
• Tumor sekunder dan unclassified tumors karsinoma jenis lainnya 1%

207
Evaluation of the thyroid Nodule
(Physical Exam)
• Examination of the thyroid nodule: • Examine for ectopic thyroid
• consistency - hard vs. soft tissue
• Indirect or fiberoptic
• size - < 4.0 cm laryngoscopy
• Multinodular vs. solitary nodule – vocal cord mobility
– multi nodular - 3% chance of – evaluate airway
malignancy (Goldman, 1996) • Systematic palpation of the
– solitary nodule - 5%-12% neck
chance of malignancy • Metastatic adenopathy
(Goldman, 1996) commonly found:
• Mobility with swallowing – in the central
• Mobility with respect to compartment (level VI)
surrounding tissues – along middle and lower
portion of the jugular vein
• Well circumscribed vs. ill defined (regions III and IV) and
borders
optimized by optima
Evaluation of the Thyroid Nodule
• Blood Tests • Radioactive iodine
– Thyroid function tests – is trapped and organified
• thyroxine (T4) – can determine functionality of a
• triiodothyronin (T3) thyroid nodule
• thyroid stimulating hormone (TSH) – 17% of cold nodules, 13% of warm
– Serum Calcium or cool nodules, and 4% of hot
– Thyroglobulin (TG) nodules to be malignant
– Calcitonin • FNAB : Currently considered to be the
• USG : best first-line diagnostic procedure in
the evaluation of the thyroid nodule
– 90% accuracy in categorizing
nodules as solid, cystic, or mixed
(Rojeski, 1985)
– Best method of determining the
volume of a nodule (Rojeski, 1985)
– Can detect the presence of lymph
node enlargement and
calcifications

optimized by optima
Thyroid Nodules. American Family Physician.
https://www.aafp.org/afp/2013/0801/p193.html
Well-Differentiated Thyroid Carcinomas (WDTC) -
Papillary, Follicular, and Hurthle cell
• Pathogenesis - unknown
• Papillary has been associated with the RET proto-
oncogene but no definitive link has been proven
(Geopfert, 1998)
• Certain clinical factors increase the likelihood of
developing thyroid cancer
• Irradiation - papillary carcinoma
• Prolonged elevation of TSH (iodine deficiency) - follicular
carcinoma (Goldman, 1996)
– relationship not seen with papillary carcinoma
– mechanism is not known

optimized by optima
WDTC - Papillary Carcinoma

• 60%-80% of all thyroid cancers • Lymph node involvement is


(Geopfert, 1998, Merino, 1991) common
• Histologic subtypes – Major route of metastasis is
• Follicular variant lymphatic
• Tall cell – Clinically undetectable lymph
• Columnar cell node involvement does not
worsen prognosis (Harwood,
• Diffuse sclerosing 1978)
• Encapsulated
• Prognosis is 80% survival at 10
years (Goldman, 1996)
• Females > Males
• Mean age of 35 years
(Mazzaferri, 1994)

optimized by optima
Papillary carcinoma • Micro Findings:
– Based on characteristic
– Most common form of architecture & cytological
thyroid cancer. feature.
– Twenties to forties, – Papillae formed by a central
fibrovascular stalk & covered by
associated with previous neoplastic epithelial cells.
exposure to ionizing – Psammoma bodies in the
radiation. papillary stalk, fibrous stroma or
between tumor cells.
Gross Findings: – Nuclear features:
• Round to slight oval shape.
– Solid, firm, grayish white • Pale, clear, empty or ground
lobulated lesion with glass appearance (Orphan
sclerotic center. Annie): empty of nucleus with
irregular thickened inner aspect
of nuclear membrane.
• Pseudo-inclusion: deep
cytoplasmic invagination and
result in nuclear acidophilic,
inclusion-like round structures,
sharply outlined and eccentric,
with a crescent-shaped rim of
compressed chromatin on the
side.
• Grooves: coffee-bean like.
WDTC - Follicular Carcinoma

• 20% of all thyroid malignancies


• Women > Men (2:1 - 4:1) (Davis, 1992, De Souza, 1993)
• Mean age of 39 years (Mazzaferri, 1994)
• Prognosis - 60% survive to 10 years (Geopfert, 1994)
• Metastasis
– angioinvasion and hematogenous spread
– 15% present with distant metastases to bone and lung
• Lymphatic involvement is seen in 13% (Goldman, 1996)

optimized by optima
Medullary Thyroid Carcinoma

• 10% of all thyroid malignancies


• 1000 new cases in the U.S. each year
• Arises from the parafollicular cell or C-cells of
the thyroid gland
• derivatives of neural crest cells of the branchial arches
• secrete calcitonin which plays a role in calcium metabolism

optimized by optima
Medullary Thyroid Carcinoma
• Diagnosis
• Labs: 1) basal and pentagastrin stimulated serum
calcitonin levels (>300 pg/ml)
2) serum calcium
3) 24 hour urinary catecholamines
(metanephrines, VMA, nor-metanephrines)
4) carcinoembryonic antigen (CEA)
• Fine-needle aspiration
• Genetic testing of all first degree relatives

optimized by optima
Anaplastic Carcinoma of the Thyroid

• Highly lethal form of thyroid cancer


• Median survival <8 months (Jereb, 1975, Junor, 1992)
• 1%-10% of all thyroid cancers (Leeper, 1985, LiVolsi, 1987)
• Affects the elderly (30% of thyroid cancers in patients
>70 years) (Sou, 1996)
• Mean age of 60 years (Junor, 1992)
• 53% have previous benign thyroid disease (Demeter, 1991)
• 47% have previous history of WDTC (Demeter, 1991)

optimized by optima
20
SOAL

Seorang perempuan berusia 35 tahun, datang ke poliklinik


dengan keluhan benjolan di payudara kiri sejak 2 minggu yang
lalu. Pada awal munculnya benjolan, payudara bengkak,
kemeahan, dan nyeri sudah mereda. Demam tidak ada. Pasien
sedang menyusui bayinya yang berumur 3 bulan, dan sekarang
sudah harus kembali bekerja, sehingga jarang menyusui. Pada
pemeriksaan fisik: terdapat massa di kuadran lateral bawah,
ukuran 3X5 cm, kulit di atasnya kemerahan, fluktuasi (+), nyeri
tekan (+). Apakah tindakan pilihan untuk pasien ini?
A. Eksisi
B. Ekstirpasi
C. De bulking
D. Insisi drainase
E. Marsupialisasi
Abses Payudara
• Diagnosis:
– Edema payudara, eritema, hangat (biasanya
unilateral)
– Riwayat infeksi payudara sebelumnya
– Dapat disertai demam, mual/muntah, discharge
dari massa/puting
– Riwayat menyusui
– Massa fluktuatif pada palpasi
Tatalaksana Abses Payudara
• Sangga payudara dengan adekuat
• Analgetik: ibuprofen atau parasetamol
• Pengosongan payudara
• Tahap awal abses (indurated mass)  antibiotik
• Abses matur/massa fluktuatif  antibiotik +
drainase
• Drainase:
– Aspirasi jarum (18-19G)
– Insisi drainase untuk abses diameter > 5 cm
Diagnosis Banding: Mastitis
• Inflamasi atau infeksi payudara
• Klinis:
– Payudara (biasanya unilateral) nyeri, kemerahan
– Dapat disertai demam > 38 C
– Umumnya minggu ke 3-4 postpartum, namun bisa terjadi kapan
saja selama menyusui
• Predisposisi:
– Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
– Puting yang lecet
– Menyusui pada satu posisi  drainase payudara tidak sempurna
– Bra terlalu ketat  menghambat aliran ASI
– Riwayat mastitis sebelumnya
Tatalaksana Mastitis
Tatalaksana Umum
• Tirah baring & >> asupan cairan
• Sampel ASI: kultur dan diuji sensitivitas

Tatalaksana Khusus
• Berikan antibiotika :
– Kloksasilin 500 mg/6 jam PO , 10-14 hari ATAU
– Eritromisin 250 mg, PO 3x/hari, 10-14 hari
• Tetap menyusui, mulai dari payudara sehat. Bila payudara yang
sakit belum kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk
mengeluarkan isinya.
• Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
• Berikan parasetamol 3x500mg PO
• Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
• Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
Diagnosis banding: Bendungan Payudara

• Bendungan pada kelenjar payudara akibat ekspansi serta


produksi dan penampungan ASI
• Klinis:
– Payudara bengkak dan keras
– Nyeri
– 3-5 hari postpartum
– Bilateral
• Faktor predisposisi:
– Posisi menyusui tidak baik
– Membatasi menyusui
– Memberikan suplemen susu formula untuk bayi
– Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi  suplai berlebih
– Implan payudara
Tatalaksana Bendungan Payudara
• Sangga payudara dengan bebat/bra yang pas
• Kompres payudara dengan menggunakan kain
basah/hangat selama 5 menit
• Urut payudara dari arah pangkal menuju puting
• Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga
puting menjadi lunak
• Menyusui 2-3 jam sekali/on demand, pastikan
perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar
• Pada masa awal/bila bayi yang menyusu tidak mampu
mengosongkan payudara  pompa ASI manual
• Kompres dingin setelah menyusui/setelah payudara di
pompa
Terminologi Definisi
Insisi luka yang dibuat dengan pisau bedah. Tanpa
mengambil jaringan kulit.
Ekstirpasi tindakan pengangkatan seluruh massa tumor
beserta kapsulnya.
Eksisi salah satu tindakan bedah yaitu membuang
jaringan sakit dengan menyertakan jaringan
sehat dalam batas tertentu.
Marsupialisasi tindakan membuat dinding kista menjadi
kantung yang terbalik untuk mencegah
terbentuknya kista kembali.
Debulking suatu tindakan bedah pada kanker yang tidak
dapat dibuang seluruhnya dengan mengambil
jaringan tumor sebanyak mungkin.
21
SOAL

Tn Abdul Rozak, seorang laki-laki berusia 23 tahun datang ke


Poliklinik RS Sejahtera dengan keluhan bengkak pada kantung dan
buah zakar kanan. Keluhan dirasakan sejak 2 hari yang lalu
setelah mengangkat benda berat. Keadaan umum pasien baik,
pada pemeriksaan fisik didapatkan skrotum dan testis kanan
bengkak, kemerahan, dan nyeri. Nyeri berkurang jika skrotum
diangkat. Pasien diketahui menderita sakit kelenjar parotis 5 hari
yang lalu. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
A. Torsio testis
B. Epididimo-orkitis
C. Tumor testis
D. Hernia inguinalis
E. Hidrokel
Epididymo-Orchitis
• Epididimo orkitis adalah inflamasi akut yang
terjadi pada testis dan epididimis yang
memiliki ciri yaitu nyeri hebat dan terdapatnya
pembengkakan di daerah belakang testis yang
juga disertai skrotum yang bengkak dan
merah.
• Cara membedakan orchitis dengan torsio
testis yaitu melalui Prehn Sign yaitu membaik
jika scrotum yang sakit dinaikkan.
Etiologi
• Dapat disebabkan Bakteri dan virus
• Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah virus gondong (mumps)
• Sekitar 15-25% pria yang mengalami gondongan (parotitis) orkitis ketika masa setelah
pubernya
• Orkitis juga ditemukan pada 2-3% pria yang menderita bruselosis.
• Orkitis sering dikaitkan dengan infeksi prostat atau epidedemis, serta
merupakan manifestasi dari penyakit menular seksual (gonore atau klamidia).
• Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular
seksual adalah:
a. Imunisasi gondongan yang tidak adekuat
b. Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
c. Infeksi saluran kemih berulang
d. Kelainan saluran kemih
• Sedang untuk faktor resiko orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular
seksual antara lain :
a. Berganti-ganti pasangan
b. Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
c. Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya
PRESENTATION DIAGNOSIS
• Nyeri skrotum yang menjalar ke lipat paha • Diagnosis ditegakkan berdasarkan
dan pinggang.
– Nyeri testis, bias saat mengejan atau ketika
gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
BAB • Terjadi pembengkakan kelenjar
• Pembengkakan skrotum karena inflamasi
atau hidrokel getah bening di selangkangan dan
• Testis yang terkena terasa berat, di testis yang terkena.
membengkak dan teraba lunak • Pemeriksaan lain yang bias
• Pembengkakan selangkangan pada testis
yang terkenaNyeri selangkangan dilakukan adalah :
• Demam – Analisa air kemih
• Gejala dari uretritis, sistitis, prostatitis. – Pembiakan air kemih
– Keluar nanah dari penis – Tes penyaringan untuk klamidia dan
– Nyeri ketika berkemih / disuria gonore
– Nyeri saat berhubungan seksual / saat – Pemeriksaan darah lengkap
ejakulasi
• O/E tendered red scrotal swelling. – Pemeriksaan kimia darah
• Elevation of scrotum relieves painphren
sign (+)
• Semen mengandung darah
Tatalaksana
• Jika penyebabnya bakteri maka diberikan antibiotic oral.
– Selain itu diberikan obat pereda nyeri dan anti
peradangan.
• Tapi jika penyebabnya virus
– hanya diberikan obat anti nyeri.
• Penderita sebaiknya menjalani tirah baring.
• Skrotumnya diangkat dan dikompres dengan es.
• Admission & IV drugs used.
– In STD treat partner.
– In chronic pain do epididymectomy.
22
SOAL

Di UGD RS, datang secara bersamaan 5 pasien kecelakaan lalu lintas beruntun:
1. Pasien pertama laki-laki umur 18 tahun, dalam keadaan tidak sadar, terdapat
luka pada lengan kanan, terlihat deformitas dan banyak mengeluarkan darah.
2. Perempuan umur 22 th, sadar, patah pada lengan bawah kiri
3. Laki-laki umur 71 th, masih sadar, terdapat luka pada paha kiri, terdapat
deformitas, dan krepitasi
4. Anak umur 6 th, dalam keadaan sadar, terdapat lebam pada kedua lengan
5. Perempuan umur 69 th, sadar, terkejut saat mengetahui kejadian yang
menimpanya
Manakah pasien yang perlu ditangani pada urutan kedua?
A. Pasien 1
B. Pasien 2
C. Pasien 3
D. Pasien 4
E. Pasien 5
Triage
Triage Priorities
1. Red- prioritas utama
– memerlukan penanganan
segeraberkaitan dengan kondisi
sirkulasi atau respirasi

2. Yellow- prioritas kedua


– Dapat menunggu lebih lama, sebelum
transport (45 minutes)

3. Green- Dapat berjalan


– Dapat menunggu beberapa jam untuk
transport

4. Black- Meninggal
– Akan meninggal dalam penanganan
emergensi memiliki luka yang
mematikan

*** mark triage priorities (tape, tag)


Triage Category: Red
• Red (Highest) Priority: • Gangguan Airway dan
Pasien yang breathing
memerlukan • Perdarahan banyak dan
tidak terkontrol
penanganan segera dan
transport secepat- • Decreased level of
consciousness
cepatnya
• Severe medical problems
• Shock (hypoperfusion)
• Severe burns
Yellow Green
• Yellow (Second) Priority:
Pasien yang penanganan • Green (Low) Priority:
dan traportnya dapat Pasien yang
ditunda sementara waktu penanganan dan
• Luka bakar tanpa gangguan
airway transportnya dapat
• Trauma tulang atau sendi ditunda sampai yang
besar atau trauma multiple terakhir
tulang
• Fraktur Minor
• Trauma tulang belakang
dengan atau tanpa • Trauma jaringan lunak
kerusakan medula spinalis Minor
Immediate

Patients Delayed START


Deceased
Simple Triage And Rapid Treatment
• It is a simple step-by-step• If you can walk, go stand
triage and treatment over there!
method to be used by the
first rescuers responding
to a multi casualty • All of Ya’ll, go over there!
incident. It allows these (Texas version )
rescuers to identify victims
at greatest risk for early • Mark green
death and to provide basic
stabilization maneuvers
START Algorithm (Airway/Breathing)

RESPIRATIONS/VENTILATIONS

NONE
YES

REPOSITION AIRWAY

ASSESS RESPIRATIONS/VENTILATIONS

NONE YES > 30/MINUTE <30/MINUTE


ASSESS
DECEASED IMMEDIATE IMMEDIATE PERFUSION
Immediate

Patients Delayed

Deceased
START Algorithm (Circulation)

PERFUSION

<2 SECONDS > 2 SECONDS


ASSESS CONTROL
MENTAL STATUS BLEEDING

IMMEDIATE

Immediate

Patients Delayed

Deceased
START Algorithm (Disability)

MENTAL STATUS

FOLLOWS FAILS TO FOLLOW


SIMPLE SIMPLE
COMMANDS COMMANDS

DELAYED IMMEDIATE

Immediate

Patients Delayed

Deceased
23
SOAL

Tn Johny Gilberger seorang laki- laki, usia produktif, datang


ke Praktek Dokter Swasta dengan keluhan penis ereksi sejak
1 hari yang lalu. Ereksi terasa nyeri dan sebelumnya tanpa
disertai rangsangan seksual. Pasien memiliki riwayat
leukemia sejak 2 tahun yang lalu. Pemeriksaan hemodinamik
stabil. Penis dapat relaksasi sendiri segera setelah pasien
mendapat suntikan sesuatu dari dokter. Diagnosis yang
paling tepat pada kasus tersebut adalah…
A. Priapismus
B. Strangulasi penis
C. Torsion testis
D. Epididymitis
E. Hidrocele
PRIAPISM
• Priapismus  Ereksi involunter dan prolong,
yang tidak berkaitan dengan stimulasi seksual
serta tidak berkurang dengan ejakulasi.
– Low-Flow  Darah terperangkap di dalam
erection chamber
• Nyeri dengan ereksi rigid
• Terjadi iskemia pada korpus
• Tidak ada riwayat trauma
• Faktor risiko: Penyakit sel sabit, leukemia, malaria
– High-Flow  Ruptur arteri sekitar penis atau
perineum
• Tidak nyeri
• Timbul episodik
• Aliran arteri adekuat  kopus teroksigenasi baik
• Riwayat trauma
Priapism
• Ischemic priapism (low-flow)
– a persistent erection marked by pain and rigidity of
the corpora cavernosa, with little or no cavernous
arterial inflow.
– Etiology: sickle cell disease, malignancy, drugs, etc.
– Stuttering priapism/ recurrent priapism: the term has
traditionally described recurrent prolonged and
painful erections in men with SCD (sequential
compression device).
• Nonischemic priapism (arterial, high-flow)
– a persistent erection caused by unregulated
cavernous arterial inflow.
– The corpora are tumescent but not rigid, and the
erection is not painful.
– Etiology: penile trauma.
Management
• Ischemic:
– less than four hours’ duration with an
intracavernosal injection of a
sympathomimetic drug (eg,
phenylephrine).
– After four hours’ duration, aspiration,
with or without irrigation, combined
with an intracavernosal injection of a
sympathomimetic drug is considered
to be the optimal treatment.
• Non-ischemic:
– Nonischemic priapism is not an
urgent condition and may resolve
spontaneously after several hours to
a few days
24
SOAL

Nn Sarah Connor, seorang perempuan berusia 30 tahun,


mengalami kecelakaan mobil dengan dadanya menghantam
kemudi. Pasien tampak gelisah. Pada pemeriksaan fisik
menunjukkan tekanan darah 70/50 mmHg, frekuensi nadi
130x/menit, pernafasan 24x/menit, JVP meningkat dan pada
auskultasi jantung terdengar suara jantung menjauh.
Rontgen ditemukan gambaran jantung seperti botol. Apa
kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
A. Needle perikardiosontesis
B. Hematothoraks
C. Efusi Pleura
D. Cardiac Tamponade
E. Tension Pneumothoraks
Cardiac Tamponade
Gejala Pemeriksaan Fisik
• Takipnea dan DOE, rest • Takikardi
air hunger • Hypotension shock
• Weakness • Elevated JVP with blunted
• Presyncope y descent
• Dysphagia • Muffled heart sounds
• Batu • Pulsus paradoxus
• Anorexia – Bunyi jantung masih
terdengar namun nadi
• (Chest pain) radialis tidak teraba saat
inspirasi
• (Pericardial friction rub)
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
http://www.learningradiology.com/archives2007/COW%20274-Pericardial%20effusion/perieffusioncorrect.html

“Water bottle configuration"


bayangan pembesaran jantung
yang simetris
• Dicurigai Tamponade jantung:
– Echocardiography
– Pericardiocentesis
• Dilakukan segera untuk
diagnosis dan terapi
• Needle pericardiocentesis
– Sering kali merupakan pilihan
terbaik saat terdapat kecurigaan
adanya tamponade jantung atau
terdapat penyebab yang
diketahui untuk timbulnya
tamponade jantung

http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
25
SOAL

An Bohlinger Kusuma Atmadja, seorang anak laki-laki berusia


4 tahun dibawa oleh ibunya ke Puskemas Sari Aman dengan
keluhan kesulitan berkemih. Keadaan umum: compos
mentis, nadi 90x/ menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu
36OC. Pada hasil pemeriksaan secara inspeksi tampak
adanya konstriksi cincin preputium dan non retractable
foreskin. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
A. Paraphymosis
B. Phymosis
C. Hypospadia
D. Epispadia
E. Posthitis
Fimosis
• Prepusium penis yang tidak
dapat diretraksi ke proksimal
sampai korona glandis.

• Dialami sebagian besar bayi


karena terdapat adhesi
alamiah antara prepusium
dengan glans penis. Adhesi
tersebut mulai terpisah seiring
bertambah usia.

• Bila tidak ada keluhan, masih


dapat dianggap fisiologis
hingga usia 3-4 tahun.
Komplikasi Fimosis
Tatalaksana Fimosis
& Patofisiologinya • Steroid topikal selama 1-2
• Ujung prepusium bulan
menyempit, • Dorsal slit (sudah tidak
– Smegma >>  benjolan banyak dipakai)
lunak di ujung penis. • Sirkumsisi
– Pancaran urin kecil  urin
terkumpul di sakus
• Retraksi paksa tidak
prepusium  penis boleh dilakukan  risiko
tampak menggelembung infeksi dan sikatriks
saat BAK.
– Higiene berkurang 
infeksi prepusium
(postitis), infeksi glans
(balanitis), balanopostitis.
Forceful Retraction
PAIN

Glans
becomes raw
with bleeding

Now…Mom has to retract


2-3/day to prevent adhesions

Real Adhesions will form


So…Mom will stop retracting
Tatalaksana Fimosis
• Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada
penderita fimosis, karena akan menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks
pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder.
• Bila fimosis tidak menimbulkan ketidaknyamanan dapat diberikan
penatalaksanaan non-operatif, misalnya seperti pemberian krim steroid
topikal yaitu betamethasone selama 4-6 minggu pada daerah glans penis.
• Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung
prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis
merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis
atau postitis harus diberi antibiotika dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi.
• Fimosis yang harus ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat
obstruksi dan balanopostitis. Bila ada balanopostitis, sebaiknya dilakukan
sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul dengan sirkumsisi sempurna
setelah radang mereda.

Purnomo, Basuki B. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ketiga. Malang :Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya. 2011 : 14, 236-237
Phimosis vs Paraphimosis
Phimosis Paraphimosis
• Prepusium tidak dapat • Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal ditarik kembali dan
• Fisiologis pada neonatus terjepit di sulkus
• Komplikasiinfeksi koronarius
– Balanitis • Gawat darurat bila
– Postitis – Obstruksi vena
– Balanopostitis superfisial  edema dan
nyeri  Nekrosis glans
• Treatment penis
– Dexamethasone 0.1% (6
weeks) for spontaneous
• Treatment
retraction – Manual reposition
– Dorsum incisionbila – Dorsum incision
telah ada komplikasi
http://emedicine.medscape.com/article/ http://en.wikipedia.org/wiki/

Male Genital Disorders


Disorders Etiology Clinical
Testicular torsion Intra/extra-vaginal Sudden onset of severe testicular pain followed by
torsion inguinal and/or scrotal swelling. Gastrointestinal
upset with nausea and vomiting.
Hidrocele Congenital anomaly, accumulation of fluids around a testicle, swollen
blood blockage in the testicle,Transillumination +
spermatic cord
Inflammation or
injury

Varicocoele Vein insufficiency Scrotal pain or heaviness, swelling. Varicocele is


often described as feeling like a bag of worms
Hernia skrotalis persistent patency of Mass in scrotum when coughing or crying
the processus
vaginalis
Chriptorchimus Congenital anomaly Hypoplastic hemiscrotum, testis is found in other
area, hidden or palpated as a mass in inguinal.
Complication:testicular neoplasm, subfertility,
testicular torsion and inguinal hernia
26
SOAL

4. Wanita, 59 tahun, datang dengan keluhan nyeri


pergelangan tangan dan tidak bisa digerakan. Riwasat jatuh
bertumpu dengan tangan kanan 1 hari yang lalu. Dari
pemeriksaan didapatkan dinner fork deformity. Dari
pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur pada distal radius
angulasi ke dorsal. Apa diagnosis yang tepat pada pasien
ini?
A. Fraktur Colles dextra
B. Fraktur Reverse Colles dextra
C. Fraktur Galeazzi dextra
D. Fraktur Monteggia dextra
E. Fraktur Smith dextra
Fraktur Antebrachii
• Fraktur Galeazzi
– fraktur radius distal disertai dislokasi atau subluksasi sendi
radioulnar distal.
• Fraktur Monteggia
– fraktur ulna sepertiga proksimal disertai dislokasi ke
anterior dari kapitulum radius.
• Fraktur Colles:
– fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan
tangan dengan pergeseran dorsal fragmen distal.
• Fraktur Smith:
– Fraktur smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior
(volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture.
Montegia Fracture Dislocation

• Fraktur 1/3 proksimal


Ulna disertai dengan
Lateral displacement
dislokasi kepala radius
ke arah anterior,
posterior, atau lateral
• Head of Radius
dislocates same
direction as fracture
• Memerlukan ORIF

http://www.learningradiology.com
Galleazzi Fracture
• Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
• Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
• This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP

http://www.learningradiology.com
Fraktur Monteggia
Fraktur Galeazzi

Fraktur Colles
Fraktur Smith
27
SOAL

Tn Jaden Smith Ontario, seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa


oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit pasca terjatuh dari sepeda
motor 1 jam yang lalu. Pasien mengeluhkan nyeri pada kanan-nya
dan sulit menggerakan lengan kanan. TD 120/80 mmHg, nadi
92x/ menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu afebris. Gambaran
klinis: lengan adduksi, endorotasi, ROM terbatas. Tampak dari
pemeriksaan radiologi gambaran glenohumeral joint:
Diagnosis pada pasien tersebut adalah…
A. Dislokasi sendi bahu anterior
B. Dislokasi sendi bahu posterior
C. Dislokasi sendi bahu inferior
D. Dislokasi sendi beserta fraktur
E. Fraktur clavicula
• Tampak dari gambar X-
Ray Caput Humerus
bergeser ke arah
posterior.
• Tanda panah
menunjukan adanya
Trough Line Sign, yakni
gari yang tampak akibat
impaksi caput humerus.
Dislokasi Bahu (D.Glenohumeralis)
• Keluarnya caput humerus dari cavum gleinodalis

• Etio : 99% trauma

• Pembahagian

• Dis. Anterior (98 %)

• Dis.Posterior (2 %)

• Dis. Inferior

• Mekanisme Trauma
• Puntiran sendi bahu tiba-tiba

• Tarikan sendi bahu tiba-tiba

• Tarikan & puntiran tiba-tiba


Dislokasi Posterior:
Klinis
• Lengan dipegang di
depan dada
• Adduksi
• Rotasi interna
• Bahu anterio tampak
lebih datar (flat and
squared off)
Dislokasi Anterior
 Lengkung (contour) bahu berobah,

 Posisi bahu abduksi & rotasi ekterna

 Teraba caput humeri di bag anterior

 Prominent acromion, sulcus sign

 Back anestesi  ggn n axilaris

 Radiologis  memperjelas Diagnosis

 Rontgen Foto

 CT Scan
Sulcus Sign test
• a shoulder stability
examination to determine
if there is anterior or
multidirectional instability
observed between the
acromion and the humeral Prominent
head. acromion
• With the arm straight and
relaxed to the side of the
patient, the elbow is
grasped and traction is Sulcus
applied in an inferior Sign
direction
28
SOAL

By Anna Bella Safira, bayi perempuan berusia 3 bulan, dibawa ke


IGD Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas terjadi
15 menit setelah pasien diberi minum ASI oleh ibunya. Pada
pemeriksaan fisik: Nadi 140x/mnt, RR 60x/mnt, dan didapatkan
sianosis pada bibir. Dokter segera mendiagnosis adanya sumbatan
di jalan napas akibat tersedak. Dokter dan paramedic segera
mengambil tindakan untuk mengatasi kondisi tersebut
Penanganan yang tepat pada pasien ini adalah…
A. Back blow
B. Finger swab
C. Heimlich maneuver
D. Chest thrust
E. CPR
SUMBATAN JALAN NAPAS AKIBAT BENDA ASING

• Mengenali sumbatan jalan


napas (tersedak)
– Apakah ada napas atau
batuk?
– Suara napas bernada
tinggi?
– Apakah batuk cukup kuat?
– Tidak dapat bicara,
bernapas, atau batuk
– Tanda tersedak universal
(memegang leher)
– Sianosis
Airway Foreign Body
• Tracheal foreign body
• Additional
history/physical:
– Complete airway
obstruction
– Audible slap
– Palpable thud
– Asthmatoid wheeze
Laryngeal Foreign Body
• 8-10% of airway foreign
bodies
• Highest risk of death
before arrival to the
hospital
• Additional
history/physical:
– Complete airway
obstruction
– Hoarseness
– Stridor
– dyspnea
Bronchial Foreign Body
• 80-90% of airway foreign
bodies
• Right main stem most
common (controversial)
• Additional history/physical:
– Diagnostic triad (<50% of
cases):
• unilateral wheezing
• decreased breath sounds
• cough
– Chronic cough or asthma,
recurrent pneumonia, lung
abscess
Esophageal Foreign Bodies
• Complete esophageal
obstruction with overflow
of secretions leading to
drooling
• Odynophagia
• Dysphagia
• In young infants respiratory
symptoms including stridor,
croup, pneumonia– caused
by compression of the
tracheal wall
• Typically at level of
cricopharyngeus muscle
Tatalaksana
Tersedak Pada Pasien Dewasa Sadar

• Berikan 5 abdominal thrusts


(Heimlich maneuver)
– Tempatkan kepalan tangan
sedikit di atas umbilikus
– Lakukan 5 thrust ke arah dalam dan
atas, dengan kekuatan hingga
pasien terangkat
– Hamil atau obese? Berikan chest
thrusts
• Kepalan pada sternum
• Bila tidak berhasil topang dada
dengan satu tangan sementara
tangan lein melakukan back blows
• Lanjutkan hingga sumbatan
teratasi atau pasien tidak sadar
Pasien Anak

• Sama dengan dewasa,


namun perbedaan pada
tenaga thrusts
– Kekuatan tidak sampai
anak terangkat dari
kakinya
Pasien Bayi Sadar

• Posisikan kepala
menghadap ke bawah
– 5 back blows (periksa apakah ada
objek yang keluar)

– 5 chest thrusts (periksa apakah


ada objek yang keluar)

• Ulangi
Finger Sweep

• Hanya bila jelas terlihat


benda asing di rongga
mulut
• Tidak ada data yang
mendukung mengenai
efektivitas metode ini
29
SOAL

An Beben Wahyudi Saeputra, seorang anak laki-laki berusia 10


tahun dibawa oleh orang tuanya ke Poliklink Bedah RS Siaga
Sari untuk dilakukan sirkumsisi. Pasien merasa karena teman-
teman sebayanya sudah dikhitan kecuali dirinya sendiri. Keadaan
umum pasien baik, nadi 84x/ menit, laju napas 20x/ menit, dan
suhu 36,5OC. karena sulit berkemih. Pada pemeriksaan
didapatkan oririfisium uretra ekterna berada pada bagian
ventral. Apa diagnosis pada pasien ini?
A. Hipospadia
B. Epispadia
C. Fimosis
D. Paraphimosis
E. Urethritis
http://emedicine.medscape.com/article/1015227

Hypospadia

Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and curvature
30
SOAL

Pasien perempuan bernama Ny. Listiawati Atmodilogo,


berusia 55 tahun datang dengan keluhan nyeri perut yang
berlangsung terus-menerus sejak 1 jam SMRS. Nyeri awalnya
dirasakan di ulu hati dan kemudian menjalar ke seluruh
perut. Pasien memiliki riwayat menggunakan obat nyeri yang
dikonsumsinya selama 10 tahun untuk osteoarthritis.
Diagnosis yang tepat adalah…
A. Peritonitis primer
B. Peritonitis sekunder
C. Peritonitis tersier
D. Ileus obstruktif
E. Ileus paralitik
PERITONITIS

• Peritonitis
– Peradangan dari peritoneum
– Disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur atau reaksi inflamasi
peritoneum terhadap darah(pada kasus trauma abdomen)
• Jenis:
– Peritonitis Primer
• Disebabkan oleh penyebaran infeksi dari peradaran darah dan
pembuluh limfe ke peritoneumpenyakit hati
• Cairaan terkumpul pada rongga peritoneum, menghasilkan lingkungan
yang cocok untuk pertumbuhan bakteri
• Jarang terjadi  kurang dari 1% dari seluruh kasus peritonitis
– Peritonitis Sekunder
• Lebih sering terjadi
• Terjadi ketika infeksi menyebar dari traktus bilier atau GIT

http://www.umm.edu/altmed/articles/peritonitis-000127.htm#ixzz28YAqqYSG
PERITONITIS

• Peritonitis Sekunder
– Bakteri, enzim, atau cairan empedu mencapai
peritoneum dari suatu robekan yang berasal dari
traktus bilier atau GIT
– Robekan tersebut dapat disebabkan oleh:
• Pancreatitis
• Perforasi appendiks
• Ulkus gaster
• Crohn's disease
• Diverticulitis
• Komplikasi Tifoid
Gejala dan Tanda
• Distensi dan nyeri pada Tanda
abdomen • BU berkurang atau
• Demam, menggigil absenusus tidak dapat
• Nafsu makan berkurang berfungsi
• Mual dan muntah • Perut seperti papan
• Peningkatan frekuensi • Peritonitis primerasites
napas dan nadi
• Nafas pendek
• Hipotensi
• Produksi urin berkurang
• Tidak dapat kentut atau BAB
X-Ray Normal
Gambaran radiologis pada peritonitis:
a. Adanya kekaburan pada cavum abdomen
b. Preperitonial fat dan psoas line menghilang
c. Adanya udara bebas subdiafragma atau
d. Adanya udara bebas intra peritoneal
31
SOAL

Laki-laki, 49 tahun, datang ke praktik dokter umum dengan


keluhan terjadi pembesaran pada buah zakar bagian kanan.
Keluhan ini tidak disertai rasa nyeri serta tidak terjadi
gangguan seksual. Pada pemeriksaan fisik teraba skrotum
membesar pada bagian kanan, lunak, tidak nyeri tekan, tidak
teraba masa lain selain testis, transilumination test (+) dan
tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe inguinal.
Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
A. Hidrokel
B. Varikokel
C. Elephantiasis
D. Orkhitis
E. Seminoma
Hydrocele
32
SOAL

Tn Soleh Sanusi, laki-laki berusia 24 tahun datang ke praktek


dokter swasta dengan keluhan nyeri pada pergelangan kaki
kanan sejak 4 jam yang lalu. Pasien mengalami cedera
pergelangan kaki kanan akibat terjatuh saat bermain sepakbola.
Pergelangan kaki pasien tampak bengkak di bagian lateral, nyeri
tekan (+), dan joint laxity (+). Pasien sering mengalami cedera
ankle kanan berulang. Pemeriksaan tanda vital dalam batas
normal. Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah…
A. Sprain ligamen calcaneofibular
B. Sprain ligament deltoid
C. Tendinitis Achilles
D. Ruptur Achilles
E. Fraktur tip of fibula
Sprain Ankle
www.researchgate.net
Strain vs Sprain
Ankle instability
• Caused by injury to the lateral ankle ligaments
• Presentation:
– history of multiple prior ankle sprains
– hindfoot varus
– increased inversion laxity

The anterior drawer
• Menilai integritas dari ligamen talofibular
anterior.
• Cara pemeriksaan:
• Posisi kaki sedikit plantar fleksi
• Pegang kaki dengan tang kiri The inversion stress test
• Tarik tumit kearah antrior dengan • Menilai integrotas ligamen
tangan kanan calcaneofibular
• Positive test Laxity and poor • Cara pemeriksaan:
endpoint on forward translation • Pegang tumit dengan tangan
kiri
• Inversi kaki dengan tangan
kanan
• Compare to opposite side
Inversion Sprain
Inversion Sprain
Sprain Ankle
Note:
• Ideally, ice should be applied within 5-10 minutes of injury and for 20-30
minutes. This can be repeated every 2-3 hours or so whilst you are awake for the
next 24-48 hours.
• After the first 48 hours, when bleeding should have stopped, the aim of treatment
changes from restricting bleeding and swelling to getting the tissues remobilised
with exercise and stretching. Ice helps with pain relief and relaxation of muscle
tissue.
33
SOAL

Tn Adul Muhammad Bonito, laki-laki berusia 22 tahun, datang ke poliklinik


Rumah Sakit dengan keluhan nyeri lutut kanan sejak 3 jam yang lalu.
Pasien merupak seorang pemain bola basket. Nyeri pasien mengalami
cedera saat pasien melakukan gerakan memutar. Peemeriksaan TD 120/80
mmHg, nadi 84x/ menit, suhu afberis, dan laju napas 16x/ menit. Pada
pemeriksaan fisik dokter meminta pasien berdiri satu kaki, bertumpu pada
kaki kanan, fleksi 20O, kemudian diminta untuk endorotasi dan eksorotasi
masing-masing 3 kali. Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter adalah…
A. Mc Murray Test
B. Apley Test
C. Thessaly Test
D. Thomas Test
E. Lachman Test
Thessaly Test
• Pasien berdiri satu kaki, bertumpu pada
kaki kanan, fleksi 20O, kemudian
diminta untuk endorotasi dan
eksorotasi masing-masing 3 kali.
• Hasil positif jika pasien merasa
discomfort atau nyeri baik pada area
lateral atau medial lutut.
• Untuk melihat adanya cedera meniscus.

Tes Apley
• Posisi pasien : telungkup, dengan
lutut fleksi ± 90˚.
• Pegangan : pada kaki disertai
dengan pemberian tekanan
vertikal ke bawah
• Gerakan:
• Putar kaki ke eksorotasikompresi
pada meniscus lateralis
• Putar kaki endorotasikompresi pada
meniscus medialis
• Positif bila ada nyeri dan bunyi “kIik”.
Tes McMurray
• Posisi pasien : telentang
dengan pancjgul ± 110˚ fIeksi,
tungkai bawah maksimal feksi.
• Pegangan : tangan pasif pada
tungkai atas sedekat mungkin
dengan lutut, tangan aktif
memegang kaki.
• Gerakan :
• Tungkai bawah ekstensi disertai
dengan tekanan ke valgus dan
eksorotasiprovokasi nyeri pada
meniscus medialis dan bunyi “kIik”
• Gerakan tungkai bawah ekstensi
disertai dengan tekanan ke varus
dan endorotasi provokasi nyeri
pada meniscus lateralis dan bunyi
“kIik”
Thomas Test
• Disebut juga illiacus test atau illiopsoas test,
untuk mengetahui adanya kontraktur pada sendi
panggul saat fleksi.
• Posisi pasien terlentang pasien
merangkul/memeluk lutut hingga ke dada secara
aktif, tungkai yang lain lurus berabaring pada
alas atau bisa tergantung di ujung tempat tidur.
• Hasil positif apabila lutut terangkat pada
tungkai yang diluruskan.
Lachman Test
• Lachman test dilakukan dengan knee flexi
15-20 derajat, paha distabilisasi dengan
salah satu tangan pemeriksa dan tangan
lainnya memegang proximal kaki, dan
adanya anterior translation pada tibia
menggambarkan lachman test positif .
• Lachman test terbagi 3 grade yaitu grade 1
(1-5 mm translation dibandingkan dengan
lutut sebelahnya), grade 2 ( 6-10mm), dan
grade 3(>10mm).
34
SOAL

Tn. Rudiantara Prima Sanjoyo, sorang laki-laki 25 tahun


datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan benjolan di lipat
paha. Keluhan tersebut sudah diarasakan sejak 2 bulan yang
lalu. Benjolan dirasakan dapat keluar masuk. Keluhan mual
muntah disangkal. Keadaan umum pasien baik dan tanda
vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik didapatkan
lokasi benjolan di bawah ligamentum inguinale.
Kemungkinan diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah…
A. Hernia irreponible
B. Hernia inkarserata
C. Hernia inguinalis medial
D. Hernia inguinalis lateral
E. Hernia femoralis
HERNIA FEMORALIS

• Batas kranioventral:
– ligamentum inguinalis
• Batas kaudodorsal:
– pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum
Iliopektineale (ligamentum Cooper )
• Batas lateral:
– v. femoralis
• Batas medial:
– ligamentum lakunare Gimbernati.
Gambaran klinik

• benjolan dilipat paha yang muncul terutama pada


waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan
intraabdomen seperti mengankat barang atau batuk.
hilang pada waktu berbaring.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak
dilipat paha dibawah ligamentum inguinale di
medial V. femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.

Penatalaksaan
• Operasi terdiri dari herniotomy disusul dengan
hernioplasty dengan tujuan menjepit annulus
femoralis.
Tipe Hernia Definisi
Reponible Kantong hernia dapat dimasukan kembali ke dalam rongga
peritoneum secara manual atau spontan
Irreponible Kantong hernia tidak adapat masuk kembali ke rongga peritoneum

Inkarserata Obstruksi dari pasase usus halus yang terdapat di dalam kantong
hernia
Strangulata Obstruksi dari pasase usus dan obstruksi vaskular dari kantong
hernia  tanda-tanda iskemik usus: bengkak, nyeri, merah,
demam
35
SOAL

An Tholib Abdul Reyhan, anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa


ibunya ke Puskesmas Gegerrotan dengan gangguan berjalan.
Pasien tidak dapat berjalan dengan normal. Riwayat ibu pasien
melakukan ANC secara rutin di bidan. Diketahui persalinan
sungsang dengan dibantu oleh bidan. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Dokter memutuskan untuk melakukan
pemeriksaan X-Ray, dan didapatkan hasil seperti gambar di
samping:
Diagnosis yang mungkin pada pasien adalah…
A. Developmental dysplasia of the hip
B. Fraktur Collum Femur
C. Fraktur Shaft Femur
D. Fraktur Greenstick
E. Dislokasi caput femur
• Hilgenreiner line: hijau
• Perkin line: biru
• Acetabular angle: sudut antara garis hijau dan
merah
Developmental Dysplasia of the Hip

• Developmental Dysplasia of the Hip (DDH) atau yang dahulu


dikenal dengan Congenital Dysplasia of the Hip (CDH)
merupakan suatu abnormalitas hubungan antara caput femur
dengan asetabulum.
• Abnormalitas tersebut berupa dislocated, dislocatable, dan
subluxatable.
• Tiga kali lebih sering pada pinggul kiri dibandingkan kanan.
• Faktor risiko: presentasi bokong, riwayat keluarga dengan DDH
(khususnya orang tua atau saudara), bayi perempuan (4 kali
lebih sering pada bayi perempuan), berat bayi lahir lebih dari
4kg, kehamilan lebih dari 42 minggu, oligohidramnion, anak
pertama atau kehamilan multipel, budaya “membedong”
terlalu ketat.

http://orthoinfo.aaos.org
Manifestasi klinis
• Kaki panjang sebelah
• Terdapat lipatan paha yang asimetris
• Kalau sudah bisa berjalan, jalannya tidak seimbang
• Nyeri
Pemeriksaan Fisik
A.Uji Ortolani

• Pemeriksaan ini dilakukan dengan jalan mengembalikan kepala femur


yang mengalami dislokasi kembali ke asetabulum.
• Pertama-tama femur dipegang dalam keadaan fleksi di daerah midline.
• Kemudian femur diabduksi secara perlahan sambil mendorong
torakanter mayor dengan jari-jari ke arah anterior.
B. Uji Barlow

• Femur difleksikan kemudian dengan hati-hati


digeser ke arah midline.
• Setelah itu femur didorong ke arah posterior secara
perlahan.
• Bila terdapat dislokasi sendi panggul maka akan
terasa kepala femur terdorong keluar asetabulum.
C. Tanda Galleazi

• Dalam keadaan berbaring dan lutut dilipat, kedua lutut


seharusnya sama tinggi.
• Bila terdapat dislokasi panggul, maka lutut pada pada tungkai
yang bersangkutan akan terlihat lebih rendah.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
• Foto Rontgen: menentukan garis helgenreiner &
garis perkin
Sudut acetabular
• N pada bayi baru lahir <28º
• N dewasa : 33º-38º
• Intermediate : 39º-46º
• Hip Dysplasia : >47º
Tatalaksana & Komplikasi
• Tatalaksana Komplikasi dapat terjadi
bergantung: bila penangana DDH telat
• Usia saat diagnosis dilakukan seperti:
• Beratnya kelainan
• Bentuk pengobatan
• Avascular necrosis
• Non Operative • Subchondral fractures
• Operative • Osteoarthritis
Umur 0-6 bulan
- Tujuan

- Mengembalikan caput femur ke


acetabulum

- Menstabilkan posisi sendi panggul

- Tindakan

- Jangan pasang bedung

- Gendong posisi abduksi

- Pavlic Harnes

- Keberhasilan 92-95 %
Umur 6-15 bulan
- Sebelum berjalan

- Reposisi tertutup + Spica cast

- Kalau perlu surgical

a. Adducor tenotomy

b. Open reduction

348
Umur 15 bulan – keatas
- Kelainan sudah menetap  Reposisi
terbuka dengan tindakan pembedahan

- Post operasi spina cast sampai 4 bln

- Komplikasi operasi

a. Redislokasi

b. Gangguan vaskuler caput humeri 


mengecil dan atropi  dislokasi lagi

349
Jenis Operasi
1. Operasi thd Soft Tissue (jaringan lunak)

2. Operasi pada panggul & acetabulum

3. Operasi terhadap kaput femur

4. Kombinasi

5. Penggantian sendi dengan sendi palsu


350
36
SOAL

An Nurmallia Pratiwi, bayi perempuan berusia 2 bulan dibawa


oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit Bantan Medika, dengan
keluhan adanya benjolan di area punggung bawah. Pasien lahir
cukup bulan, dan ibu pasien kontrol rutin ke bidan desa saat
hamil. Pasien lahir spontan, dan langsung menangis. Pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan benjolan berkantung, tidak tertutupi oleh kulit, gerak
tangan dan kaki pasien tampak aktif. Kemungkinan diagnosisnya
adalah…
A. Spina bifida
B. Meningocele
C. Myelomeningocele
D. Encephalocele
E. Meninigitis
Spina Bifida
• Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebrae dan
bisa melibatkan jaringan saraf di bawahnya atau tidak.
• Spina bifida disebut juga myelodisplasia
– suatu keadaan dimana ada perkembangan abnormal pada
tulang belakang, spinal cord, saraf-saraf sekitar dan kantung
yang berisa cairan yang mengitari spinal cord.
• Kelainan ini menyebabkan pembentukan struktur yang
berkembang di luar tubuh

353
354
Spina Bifida Classifications
Several classifications that vary in
severity depending on location and
extent of opening
• Spina bifida occulta
• Spina bifida aperta
A. Spina Bifida cystica
1. meningocele
2. Myelomenigocele
B. Myeloschisis
• Spina bifida ventralis
Spina bifida occulta – tethered spinal cord
• Often occurs later in life
• Caused by limitations of movement of the spinal cord within the spinal
column
• Patients often have low back pain, weakness in the legs, and/or
incontinence depending on the site of tethering

http://www.uwhealth.org/images
/ewebeditpro2/upload/6144_Fig
ure_1.jpg
Occulta
• Ringan
• Lengkung-lengkung vertebranya
dibungkus o/ kulit yg biasanya tidak
mengenai jaringan saraf yg ada di
bawahnya.
• Cacat di daerah lumbosakral ( L4 –
S1 )
• Biasanya ditandai dg plak rambut yg
menutupi daerah yg cacat.
• Kecacatan ini krn tdk menyatunya
lengkung-lengkung vertebra ( defek
tjd hanya pd kolumna vertebralis )
• Tjd pada sekitar 10% kelahiran
Spina bifida cystica – meningocele
• The bony vertebra is open, part of the meninges is protruding out of the spinal
canal
• Since the spinal cord is not protruding, there is often normal function
• Some cases of tethering have been reported
Spina bifida cystica – myelomeningocele
• The bony vertebra is open, part of the meninges and part or all of the spinal cord is
protruding out of the spinal canal
• Since the spinal cord is protruding, it is often not fully developed
• Involved nerve roots are often not developed resulting in weakness, pain, and/or
paralysis
Meningomielokel
• bentuk spina bifida dimana jaringan saraf ikut di dalam
kantong tersebut.
• Bayi yang terkena akan mengalami paralisa di bagian bawah
• affected babies: leg paralysis and bladder and bowel control problems

360
Spina bifida ventralis – anterior opening
• Much less common than other forms of spina bifida
• Meningeal sac will protrude into the retroperitoneal space and
impinge on retroperitoneal organs such as the duodenum,
ascending/descending colon, kidneys, adrenal glands, pancreas,
aorta, and inferior vena cava

http://myweb.lsbu.ac.uk/dirt/museum/margaret/871-3398-2082230.jpg
Myeloschisis/rakiskisis
Lumbar Myeloschisis
37
SOAL

Seorang ibu datang ke IGD RS membawa anaknya yang berusia 2


tahun dengan keluhan perut semakin membesar/ kembung sejak
3 jam yang lalu perutnya membesar/kembung. Sejak 5 hari yang
lalu pasien muntah berisi cairan dan makanan dan BAB disertai
darah dan lendir. Pemeriksaan nadi 100x/ menit, laju napas 20x/
menit, dan suhu afebris. Hasil pemeriksaan fisik perut distensi,
bising usus (-), pemeriksaan colok dubur didapatkan pseudo-
portio dan sarung tangan terdapat darah. Apakah pemeriksaan
penunjang yang dilakukan?
A. Pemeriksaan feses
B. Reduksi operatif
C. USG abdomen
D. Foto polos abdomen
E. Kateter
INTUSSUSEPSI/ INVAGINASI
• Sebagian usus masuk ke dalam bag. Usus yang lainobstruksi usus
• Bayi sehat, tiba-tiba menangis kesakitan(crying spells), nyeri, Lethargy
• Pada kuadran kanan atas teraba massa berbentuk sosis dan kekosongan
pada kuadran kanan bawah (Dance sign)
• Usia 6 - 12 bulan
• Biasanya jenis kelamin laki-laki
• lethargy/irritability
• Portio-like on DRE

TRIAD:
• vomiting
• abdominal pain
o colicky, severe, and intermittent,drawing the legs up to the abdomen,kicking
the air, In between attacks, calm and relieved
• blood per rectum /currant jelly stool

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/679/highlights/overview.html
Radiologic Signs
• Ultrasound signs
include:
– target sign /doughnut
sign)
– pseudokidney sign
– crescent in a doughnut
sign
38
SOAL

Tn Ahmad Najmudin, laki-laki berusia 65 tahun datang ke IGD RS


Ros Abdi dengan keluhan sulit BAK sejak 6 bulan yang lalu.
Keluhan disertai BAK berdarah dan harus mengejan sebelum urin
keluar. Riwayat kencing berpasir disangkal. Pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal. Pemeriksaan colok dubur didapatkan
sulcus mediana dan pool atas prostat tidak teraba, terdapat nodul
multipel dengan konsistensi keras. Hasil tes PSA >4ng/mL.
Diagnosis yang tepat adalah…
A. Ca buli
B. Ca prostat
C. BPH
D. Vesikolihtiasis
E. Prostatitis
Kanker Prostat
• Tumor pada umumnya tumbuh dengan lambat dan
sisanya terkurung pada kelenjar selama bertahun-
tahun
• tumor menghasilkan sedikit atau tidak ada gejala-gejala
yang terlihat dari luar (kelainan-kelainan di pengujian
fisik).

• Kanker dapat menyebar di luar prostat ke sekitar


jaringan.
• metastasize ke seluruh area-area lain badan, seperti
tulang-tulang, paru-paru, dan hati.

• Kanker ini paling umum pada pria, terutama mereka


yang berusia di atas 65 tahun.
Faktor Risiko
 Genetic, yaitu BRCA1 dan BRCA2
 Usia
 faktor risiko terbesar kanker prostat
 Jarang terjadi pada pria di bawah 40 tahun, namun risiko kanker prostat
akan meningkat setelah usia 50 tahun
 Dua dari tiga kasus kanker prostat ditemukan pada pria usia 65 tahun.
 Ras/etnis
 Orang berkulit hitam memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan orang berkulit
putihAmerika Serikat
 Diet
 Diet tinggi lemak dan obesitas (kegemukan) meningkatkan risiko
 Teorinya, lemak akan meningkatkan produksi hormon testosteron yang akan
membantu perkembangan sel kanker prostat.
 Suku bangsa
 Pria Asia memiliki risiko lebih rendah dibandingkan Amerika.
Lanjutan . . .
• Virus
• 27% pada jaringan kanker prostat ganas ditemukan Xenotropic
Murine Related Virus (XMRV) penyebab kanker pada hewan.
• Gaya hidup
• Merokok dan minum alkohol ditengarai menjadi pemicu
munculnya kanker prostat
• Sering berganti-ganti pasangan juga membuka kesempatan
terjadinya infeksi virus penyebab kanker yang ditularkan melalui
hubungan kelamin.
• Lingkungan
• kadmium (bahan pembuat batere)
• juga bahan-bahan kimia lain berisiko tinggi mengidap kanker
prostat.
Gejala Kanker Prostat :
Prostatic malignancy
Anatomi Prostat

Image Source: SEER Training Website


Lobes of the Prostate
• Anterior lobe
• Median lobe
• Lateral lobe
• Posterior lobe

Image Source: SEER Training Website


Zones of the Prostate
• Peripheral, 60 – 70% keganasan berasal dari zona perifer
• Central, 5 – 10% keganasan berasal dari zona sentral.
• Transitional, 10 – 20% keganasan berasal dari zona
transitional.

Image Source: SEER Training Website


DIAGNOSA
• Pria berusia > 50 tahun dianjurkan
– Pemeriksaan PSA total setiap setahun
sekali
– Pemeriksaan Digital Rectal Examination
– Bila ada keluarga yang menderita kanker prostat,
skrining dianjurkan sejak usia 40 tahun
• Digital rectal examination:
• konsistensi yang keras
• adanya nodul (benjolan di permukaan)
• pembesaran prostat yang tidak simetris.
• Tes darah. antigen khusus prostat (PSA).
– tidak konklusif
– Pada tahap pengobatan, penurunan kadar PSA
menandakan efektivitas terapi yang dijalankan.
http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/detection/PSA

PSA Test
• Tes yang mengukur kadar prostate specific
antigen (PSA) dalam darah
• PSA protein yang dihasilkan oleh prostat
• Laki-laki secara normal memiliki kadar PSA
rendah, dan kadarnya akan meningkat seiring
dengan usia
PSA—Prostate Cancer
• PSA >4.0 ng/mL Biopsi Prostat
mandatory biopsy • Skrinning PSA untuk Ca
• 50% of all the cancers Prostat, tidak dapat
detected because of an meningkatkan survival
elevated PSA level are rate
localized USG Prostat
• these patients are • Hanya dapat melihat
candidates for pembesaran prostat
potentially curative • Tidak menunjukkan
therapy derajat obstruksinya
Diagnosa
• Tes PCA3.
• PCA3 yang lebih tinggi di urin menunjukkan kehadiran kanker
prostat.
• lebih akurat dibandingkan tes darah (PSA)
• Interpretasi
• Kadar PSA 0,5-4,0ng/ml: normal
• Kadar PSA 4,0-10ng/ml: kemungkinan Ca 20%, lakukan TRUS, jika
PSAd (kadar PSA/ volume prostat) >0,15 lakukan biopsi.
• Kadar PSA >10ng/ml: keumungkinan Ca 50%, perlu dilakukan TRUS
dan biopsi.
• Biopsi.
• Beberapa sampel diambil pada bagian-bagian yang berbeda
dari prostat.
• Hanya dilakukan bila PSA >3
• CT scan, MRI scan dan pemeriksaan penunjang lain
• Untuk mengetahui tingkat penyebaran kanker.
• Sitologi air kemih atau cairan prostat.
39
SOAL

By Rosa Cintami, bayi berusia 7 hari, dibawa ibunya ke RSUD


Tanggul Angin dengan keluhan belum BAB sejak lahir.
Keluhan tersebut disertai muntah hijau kecoklatan, perut
tegang dan kembung. Pasien tampak letargi, lemas, rewel
dan gelisah. Pada gambaran radiologi barium tampak kontras
berada di bagian usus yang menyempit karena tidak ada
persarafan. Komplikasi yang paling ditakutkan terjadi dari
kondisi pasien tersebut di atas adalah…
A. Irritable Bowel Syndrome
B. Inflammatory Bowel Disease
C. Intussusepsi
D. Malrotasi usus
E. Enterokolitis
Hirschsprung
• Suatu kelainan bawaan
berupa aganglionik usus,
mulai dari spinchter ani
interna kearah proksimal
dengan panjang yang
bervariasi, tetapi selalu
termasuk anus dan setidak-
tidaknya sebagian rectum
dengan gejala klinis berupa
gangguan pasase usus.
• Tidak terdapat ganglion
Meisner dan Auerbach
Hisrchsprung Disease
• Tanda – tanda klinis:
– Keterlambatan mekonium
– Tanda obstruksi letak rendah
– Mekonium keluar, tanda obstruksi menghilang 
obstruksi berulang obstipasikronik.
– Mutlak dilakukan colok dubur --> jika tidak ada
hambatan mekanik
CLINICAL FEATURES
1. Failure to pass meconium in 4. TOXIC MEGACOLON : Fever,
the 1st 24h of life Abdominal distension, Bile
– 98% of neonates pass stained vomitous, Explosive
meconium in the first 24 hours diarrhoea, Dehydration,
of age.. Any newborn who fails Shock.
to pass meconium in the first
24-48 hours of life should be 5. Spontanous perforation
evaluated for possible occurs in 3%,specially if long
Hirschsprung's disease. segment aganglionosis.
2. Neonatal Intestinal 6. Chronic constipation patients
obstruction may have chronic
– symptoms include bilious constipation in response to
vomiting, abdominal distension changes in feeding. And may
and refusal to feed. have Growth retardation.
3. Recurrent Enterocolitis Multiple fecal masses on
– mainly in the 1st three months abdominal examination.
of life.
40
SOAL

Nn Amanda Suryani Hartono, wanita berusia 40 tahun datang ke


tempat praktek Anda dengan keluhan tungkai bawah kiri tampak
bengkok. Keluhan tersebut tidak disertai rasa nyeri dan bengkak.
Pasien pernah mengalami kecelakaan lalu lintas 10 bulan yang
lalu, dan mengalami retak pada tulang kering sebelah kiri. Pasien
berobat ke dukun patah tulang karena takut di operasi.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil sebagai berikut:
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah…
A. Non-Union
B. Mal-Union
C. Pseudoarthrosis
D. Delayed union
E. Infected union
Mal union
• Keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya,
tetapi terdapat deformitas yg berbentuk angulasi,
varus / valgus, rotasi, kependekan.
• Etiologi
– Fraktur tanpa pengobatan
– Pengobatan tidak adekuat
– Reduksi dan imobilisasi yg tidak baik
– Pengambilan keputusan serta teknik yg salah pada awal
terapi
– Osifikasi prematur pada lempeng epifisis karena trauma
-

Gambaran Klinis Pengobatan


• Deformitas dengan bentuk • Konservatif
bervariasi – Refrakturisasi dengan
• Gangguan fungsi anggota pembiusan umum
gerak – Apabila ada kependekan
• Nyeri dan keterbatasan anggota gerak dapat
pergerakan sendi dipergunakan sepatu
• Ditemukan komplikasi ortopedi
paralisis tardi nervus ulnaris • Operatif
• Daerah sendi  Osteoartritis – Osteotomi korektif dan bone
(OA)
graft disertai dengan fiksasi
• Bursitis atau nekrosis kulit interna
41
SOAL

Seorang perempuan berusia 65 tahun dibawa keluarganya ke Puskesmas


dengan keluhan tangan terasa sakit sejak 1 minggu yang lalu. Sebelum
terasa nyeri, jari tengah tangan kanan pasien tertusuk duri, tetapi tidak
diobati. Nyeri semakin bertambah dan jari sakit bila diluruskan. Keluhan ini
baru pertama kali dirasakan. Riwayat penyakit gula disangkal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, suhu 38OC.
Digiti III manus dextra tampak hiperemis dan bengkak, nyeri tekan (+). Jari
terasa nyeri bila diluruskan. Avskularisasi dan sensai dalam batas normal.
Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis pasien?
A. Foto manus AP dan lateral
B. SGOT
C. Kultur darah dan uji sensitivitas
D. GDP dan GD2PP
E. Darah lengkap
Tenosinovitis Supuratif
• Tenosinovitis adalah tendinitis yang disertai dengan
peradangan pada selubung pelindung di sekeliling tendon.
• Tenosinovitis supuratif: tenosinovitis dengan etiologi infeksi.
Tanda khas  Kanavels’ cardinal sign.
Diagnosis
• Diagnosis tenosinovitis ditegakan apabila
terdapat 1 atau lebih tanda Kanavel:
– Tenderness over and limited to the flexor sheath
– Symmetrical enlargement of the digit (fusiform)
– Severe pain on passive extenxion of the finger
– Flexed posture of the involved digit
• Namun pada tenosinovitis supuratif dengan
gejala sistemik berupa demam, leukositosis, dsb.
Perlu dilakukan aspirasi cairan sinovial untuk uji
kultur – resitensi.
42
SOAL

Pasien usia 45 tahun perempuan datang dengan keluhan nyeri


pada pergelangan tangan kiri sejak 1 bulan yg lalu. Pasien
memiliki profesi sebagai penjahit yang sudah ditekuni selama 20
tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perabaan area lateral
pergelangan tangan kiri hangat dan nyeri tekan, finklestein sign
(+). Tanda vital dalam batas normal. Leukosit. 9.000, Hb : 11 g/dL,
Trombosit 165.000. dan finklestein (+). Apa kemungkinan
diagnosis pasien di atas?
A. De Quarvein’s Syndrome
B. Carpal Tunnel Syndrome
C. Abses Cutan
D. Fraktur Colles
E. Kista Ganglion
De Quervain’s Tenosynovitis
• DeQuervain's Tenosynovitis
adalah peradangan selubung
tendon (disebut Synovium)
pada bagian dasar ibu jari.
• Tendon yang menggerakkan
ibu jari menjadi terbatas
dalam tunnel (terowongan)
yang ketat.
• Peradangan berasal dari
gesekan yang ditimbulkan saat
tendon menggelincir di
sepanjang ibu jari dengan
gerakan yang berulang-ulang.

https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-surgery-sports-
medicine/dequervain-tenosynovitis
Gejala
Gejala utama yaitu rasa nyeri pada
persendian pergelangan tangan
dekat bagian bawah ibu jari. Gejala
lainnya mencakup:
• Rasa nyeri setelah terjadi
peningkatan aktivitas yang
melibatkan pergelangan dan
tangan
• Rasa nyeri berawal seperti rasa
sakit dan terus berkembang
sampai tahap ketika
menggerakkan pergelangan
tangan atau ibu jari menimbulkan
rasa nyeri yang menusuk di area
yang terpengaruh
• Area pergelangan tangan yang
sakit dapat membengkak

https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-surgery-sports-
medicine/dequervain-tenosynovitis
43
SOAL

By I Nyoman Udayana, bayi laki-laki berusia 10 bulan dibawa


ibunya ke IGD Rumah Sakit Tanjung Belati dengan keluhan keluar
cairan kental seperti BAB dari pusar. Menurut ibunya keluhan
tersebut sudah ada sejak bayinya dilahirkan. Bayi lahir aterm
dibantu oleh bidan desa. Selama kehamilan ibu rutin control ke
Puskesmas setempat. Pemeriksaan tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan dari umbilikal tampak
keluar secret dan berbau. Kemungkinan diagnosis pasien ini
adalah…
A. Hernia umbilikal
B. Kista umbilikal
C. Fistula ileoumbilical
D. Sinus omphalomesenterika
E. Fistula vesica urinaria - umbilikalis
Omphalomesenteric Remnant
• Sinonim: Vitello-intestinal duct.
• Duktus vitello-intestinal biasanya akan menutup pada
minggu ke 5 – 9 kehamilan.
• Kelainan duktus omphalomesentric/ vitteline sutau
keadaan kegagalan menutup duktus vitteline pada masa
kehamilan.
• Bentuk kelainan yang paling sering adalah diverticulum
meckel.
• Bentuk klinis:
– Vitello-intestinal cord
– Persistent fistula (ileum/ colon/ gaster)
– Sinus
– Kista
– Meckel’s diverticulum (paling sering).
44
SOAL

Laki laki, 45 tahun, datang dengan keluhan tidak bisa buang


air kecil yang dirasakan sejak 5 jam lalu. Pasien mengatakan
belum pernah seperti ini. Saat buang air kecil awalnya tidak
bisa, setelah mengedan beberapa saat urin keluar namun
terasa nyeri dan warna urin kemerahan. PF: nyeri ketok CVA
pinggang (+)/ (+), TTV dbn. USG accoustic shadow pada
vesica. Diagnosis yang tepat adalah…
A. Vesikolithiasis
B. Striktur uretra
C. BPH
D. Uretritis
E. FImosis
Vesikulolithiasis
• adalah masa yang berbentuk kristal yang
terbentuk atas material mineral dan protein
yang terdapat pada urin.
Vesikolithiasis
Tanda & Gejala
• Nyeri suprapubik
• Penghentian miksi tiba
tibasesuai dengan
perubahan posisi
• Poliuria
• Disuria
• Hematuria
• PF: demam, conj USG: gambaran objek hiperekoik
anemis/akral anemis, yang berbayang pada bagian
posterior
nyeri ketok CVA dapat (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

LAB DARAH LAB URIN BNO polos BNO IVP


• Hb rendah +/- • BJ meningkat • Mengidentifikasi • Mengidentifikasi
• Leukositosis +/- • Ph asam/ basa masa dengan masa dengan
densitas radio- densitas radio-
• Shift to the left • Nitrit +
opak pada vesika lusen pada vesika
• Leukosit +/-
urinaria urinaria dengan
• esterase,+/-
gambaran berupa
• Darah +/- filling defect
BNO

BNO IVP
USG SISTOSKOPI CT scan
• gambaran objek • memvisualisasikan • dilakukan karena alasan
hiperekoik yang batu, menilai ukuran lain (misalnya, nyeri perut,
berbayang pada serta posisi batu massa panggul, atau
bagian posterior dicurigai abses) tetapi
mungkin juga dapat
menunjukkan vesikolitiasis
bila dilakukan tanpa
kontras.
USG

SISTOSKOPI
TATA LAKSANA
• Diet (banyak minum air)
Konservatif
• Simptomatik
<5mm • Pelarutan batu

Litotripsi
• ESWL
<20mm

• Transurethral
Cystolitholapaxy
Operasi • Precutaneus Suprapubic
Cystolitholapaxy
• Suprapubic Cystostomy
45
SOAL

By Nayla Nayaka Utami, seorang bayi perempuan berusia 3 hari


dibawa ibunya ke IGD RSUD Sorong Barat dengan keluhan sesak
dan badannya membiru. Pasien lahir aterm, dibantu oleh bidan
puskesmas. Keadaan umum tampak letargis, nadi 110x/ menit,
laju pernapasan 60x/ menit, dan suhu 36,5OC. Dokter kemudian
melakukan pemeriksaan fisik dan ditemukan pada pemeriksaan
thorak kanan ditemukan ronkhi dan tanda schapoid pada
abdomen kiri. Apa diagnosa yang paling mungkin?
A. Hernia Umbilikalis
B. Hernia scrotalis
C. Hernia diafragmatica
D. Volvulus
E. Invaginasi
Hernia Diafragmatika
Penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma.
Akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam
rongga thorax melalui suatu pintu pada
diafragma. Terjadi bersamaan dengan
pembentukan sistem organ dalam rahim.
Pembagian Hernia Diafragmatika
a. Traumatica : hernia akuisita, akibat pukulan, tembakan,
tusukan
b. Non-Traumatica
1)Kongenital
› Hernia Bochdalek atau Pleuroperitoneal
Celah dibentuk pars lumbalis, pars costalis diafragma
› Hernia Morgagni atau Para sternalis
Celah dibentuk perlekatan diafragma pada costa dan
sternum
2)Akuisita
Hernia Hiatus esophagus
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-
90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.
Patofisiologi
gangguan pembentukan
diafragma
gangguan
pembentukan otot
dapat berupa kegagalan
pembentukan
diafragma tipis &
eventerasi
diafragma, gangguan fusi
&gangguan pembentukan spt
pembentukan otot
gangguan
pembentukan & fusi

terjadi lubang
hernia
Tanda dan gejala
1. Gangguan pernafasan yang berat
2. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat
kekurangan oksigen)
3. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
4. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak
sama (asimetris)
5. Scaphoid sign pada abdomen kiri.
6. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
HERNIA DIAFRAGMA KONGENITAL

Photograph of a one-day-old infant with congenital diaphragmatic hernia. Note the


scaphoid abdomen. This occurs if significant visceral herniation into the chest is
present.
http://emedicine.medscape.com/article/934824-overview
Tipe Hernia Diafragmatika

Diaphragmatic
Hernias

Congenital Acquired
Hernia (Hiatal) Hernias

Bochdalek Morgagni Classic Mixed


Sliding Hernia Giant Hiatal
(Posterolateral) (Parasternal) Paraesophageal Paraesophageal
(Type I) Hernia (Type IV)
Hernia Hernia Hernia (Type II) Hernia (Type III)
Types of CDH

Bochdalek hernia: 98%: Morgagni hernia: 2% :


Posterolateral defect Anteriomedial defect
Bochdalek Hernia
• Hernia diafragmatika 
posterolateral.
• Manifestasi tersering dari hernia
diafragmatika (95% kasus).
• large and associated with poorer
outcome
• presents earlier
• Kebanyakan (80-85%) kasus
Hernia Bochdalek terjadi pada
diafragma kiri.
– Diafragma gagal menutup saat
perkembangan janin.
– Herniasi organ abdomen ke
dalam rongga thorax.
– Terjadi pulmonary hypoplasia.
• Mnemonic: BBBBB (Bochdalek,
big, back and medial, usually on
the left side, baby, bad
(associated with pulmonary
hypoplasia)
Bochdalek Hernia
Morgagni Hernia
• Morgagni/ Retrosternal/ Parasternal Hernia
• Defek diafragma anterior pada space of Larry  sangat
jarang terjadi.
• presents later
• Mencakup 5% kasus hernia diafragmatika.
• Insidensi pada anak dengan Down’s Syndrome 1:1000.
• Karakteristik  herniasi organ abdomen melalui foramen
Morgagni  area triangular diafragma anterior.
Morgagni Hernia
The mediastinal shift created by a left-sided CDH can lead to apparent
dextrocardia, when in fact the altered position is dextroposition (e.g., the heart
is shifted into the right chest).
Komplikasi
bayi lahir

menangis&bernafas

usus terisi oleh udara

massa dorong jantung

menekan paru-paru sindroma


gawat pernafasan
Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan fisik
1. Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi
gerakan nafas tidak nyata
2. Perut kempis dan menunjukkan gambaran scafoid
3. Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser
sehingga kadang-kadang terletak di hemitoraks kanan
4. Bila anak didudukkan dan diberi oksigen, maka sianosis akan
berkurang
5. Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris
6. Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia
7. Bising usus terdengar di dada
8. Perut terasa kosong
Lanjutan….
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks akan memperlihatkan
adanya bayangan usus di daerah toraks
2. Kadang-kadang diperlukan fluoroskopi
untuk membedakan antara paralisis
diafragmatika dengan eventerasi (usus
menonjol ke depan dari dalam abdomen)
Lanjutan…
c. Perencanaan
• Apabila pada anak dijumpai adanya kelainan-
kelainan yang bisa mengarah pada hernia
difragmatika, maka anak perlu segera dibawa
ke dokter atau rumah sakit agar segera bisa
ditangani dan mendapatkan diagnosis yang
tepat.
Lanjutan…
Tindakan yang bisa dilakukan sesuai dengan
masalah dan keluhan-keluhan yang dirasakan
yaitu:
1. Anak ditidurkan dalam posisi duduk,
dipasang pipa nasogastrik yang dengan
teratur dihisap
2. Diberikan antibiotika profilaksis dan
selanjutnya anak dipersiapkan untuk operasi.
Organ perut harus dikembalikan ke rongga
perut dan lubang pada difragma diperbaiki.
Management
• Immediately following delivery, the infant is intubated (bag and
mask ventilation is avoided).
• A nasogastric tube is passed to decompress the stomach and to
avoid visceral distention.
• Adequate assessment involves continuous cardiac monitoring, ABG
and systemic pressure measurements
• Urinary catheterization to monitor fluid resuscitation,
• preductal (radial artery) and postductal (umbilical artery) oximetry.
• Surfactant
• Surgery:
– With a better understanding of the pathophysiology and variation in
the degree of pulmonary impairment, the timing of surgery has shifted
from early surgical intervention to delaying surgical correction until
the patient has been stabilized medically
http://emedicine.medscape.com/article/934824-overview#a0104
46
SOAL

Johnathan Bongiovi, Laki-laki usia 30 tahun, datang ke


poliklinik untuk perawatan luka pasca operasi usus buntu
satu minggu yang lalu, luka tampak kering, jahitan tidak ada
yang terlepas. Dalam penyembuhan luka, berdasarkan cara
penutupan luka terdapat beberapa mekanisme. Tindakan
penyembuhan luka operasi dengan jahitan termasuk
dalam...
A. Primary Intention
B. Secondary intention
C. Tertiary Intention
D. Delayed Primary Intention
E. Delayed Secondary Intention
Klasifikasi Luka
47
SOAL

Seorang laki-laki, bernama Tn. Nugroho Cahyanto usia 14


tahun datang ke dokter bersama ibunya dengan keluhan
nyeri pada lutut kiri sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan yang
dirasakan sekarang disertai dengan bengkak. Pada palpasi
teraba massa yang keras namun tidak ada gangguan
pergerakan sendi. Pada foto rontgen didapatkan sunburst
appearance. Apa diagnosis yang tepat?
A. Rhabdomiosarkoma
B. Kondrosarkoma
C. Osteosarkoma
D. Leiomioma
E. Lipoma
Osteosarkoma
• Presenting symptom
– PainThe most
common presenting
symptom
• particularly pain with
activity
• sprain, arthritis, or
growing pains
– Often, there is a history
of trauma
• the precise role of trauma
in the development of
osteosarcoma is unclear
Physical examination findings
• Usually limited to the site of the primary tumor
• Mass:
– A palpable mass may or may not be present
– tender and warm indistinguishable from osteomyelitis
– Increased skin vascularity over the mass may be
discernible
– Pulsations or a bruit
• Decreased range of motion
– involvement of a joint
• Lymphadenopathy
– involvement of local or regional lymph nodes is unusual
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan radiologis pada daerah yang
dicurigai terinfeksi, tidak menunjukkan area
radiolusen yang biasa ditemukan pd
osteomielitis.
• Conventional features
– Destruction of normal trabecular bone pattern
– a mixture of radiodense and radiolucent areas
– periosteal new bone formation
– formation of Codman's triangle (triangular elevation
of periosteum)
Periosteal reactions
• Radiographs of the primary
tumor usually show a large,
destructive, mixed lytic and
blastic mass. The tumor
frequently breaks through the
cortex and lifts the periosteum,
onion-skin "sunburst" and "hair-on- resulting in reactive periosteal
end" periosteal reaction bone formation. The triangular
shadow between the cortex
and raised ends of periosteum
is known radiographically as
Codman triangle and is
characteristic, but not
Codman's triangle
diagnostic of this tumor.
No osteoblastic appearance, Notice the osteoblastic-
fracture can be seen osteolytic appearance
Codman triangles (white Osteosarcoma of the distal femur,
arrow); and the large soft demonstating dense tumor bone formation
tissue mass (black arrow) and a sunburst pattern of periosteal reaction.
The MSTS surgical staging system
For bone sarcomas and defines grades of non-metastatic
malignant bone tumours

• I-A: low-grade, intra-compartmental


• I-B: low-grade, extra-compartmental
• II-A: high-grade, intra-compartmental
• II-B: high-grade, extra-compartmental
• III: any grade, metastatic.

• If extensive, eg. Involves quads and adductors


involved 2 compartments ("extra-compartmental)
Ekstrakompartemental
• The extent of the primary tumor is classified
as either intracompartmental (T1), meaning it
has basically remained within the bone, or
extracompartmental (T2), meaning it has
extended beyond the bone into other nearby
structures
The Canadian Journal of Diagnosis / May 2001
48
SOAL

An. Paul Verhoeven, anak laki-laki usia 3 tahun dibawa


ibunya ke IGD karena terbatuk tiba-tiba. Selain itu, pasien
juga sulit berbicara dan bernapas, semua keluhan ini terjadi
saat pasien makan popcorn. Pada pemeriksaan, anak tampak
sesak sulit bernapas, Pada pemeriksaan fisik saat dilakukan
auskultasi didapatkan audible slap, palpatory thud, dan
astmatoir wheezing. Dimanakah letak benda asing ini
tersangkut?
A. Epiglotis
B. Faring
C. Laring
D. Trakea
E. Bronkus
Sumbatan Jalan Napas akibat Benda
Asing
Airway Foreign Body
• Tracheal foreign body
• Additional
history/physical:
– Complete airway
obstruction
– Audible slap
– Palpable thud
– Asthmatoid wheeze
Laryngeal Foreign Body
• 8-10% of airway foreign
bodies
• Highest risk of death
before arrival to the
hospital
• Additional
history/physical:
– Complete airway
obstruction
– Hoarseness
– Stridor
– dyspnea
Bronchial Foreign Body
• 80-90% of airway foreign
bodies
• Right main stem most
common (controversial)
• Additional history/physical:
– Diagnostic triad (<50% of
cases):
• unilateral wheezing
• decreased breath sounds
• cough
– Chronic cough or asthma,
recurrent pneumonia, lung
abscess
Esophageal Foreign Bodies
• Complete esophageal
obstruction with overflow
of secretions leading to
drooling
• Odynophagia
• Dysphagia
• In young infants respiratory
symptoms including stridor,
croup, pneumonia– caused
by compression of the
tracheal wall
• Typically at level of
cricopharyngeus muscle
Tatalaksana
49
SOAL

Laki-laki, 32 tahun, datang ke praktik dokter dengan keluhan


nyeri di daerah pergelangan kaki kanan bagian belakang.
Keluhan dirasakan setelah melakukan jumping smash saat
bermain badminton. Pasien merasa mengalami kesulitan
berjalan. Pada pemeriksaan fisik teraba gap di daerah
posterior ankle. Hasil foto rontgen pergelangan kaki tidak
tampak kelainan. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
A. Ruptur tendon achiles
B. Tendinitis tendon achiles
C. Dislokasi sendi
D. Sprain
E. Strain
Ruptur Tendon Achilles
• Ruptur tendo Achilles adalah putusnya tendo
Achilles atau cedera yangmempengaruhi
bagian bawah belakang kaki.
• Klasifikasi:
– Tipe I: Pecah parsial, yaitu sobek yang kurang dari
50%, biasanya diobati dengan manajemen
konservatif
– Tipe II: sobekan yang penuh dengan kesenjangan
tendon kurang dari sama dengan 3 cm, biasanya
diobati dengan akhir-akhir anastomosis
– Tipe III: sobek yang penuh dengan jarak tendon 3
sampai 6 cm
– Tipe IV: perpisahan yang penuh dengan cacat
lebih 6 cm (pecah diabaikan)
http://emedicine.medscape.com/article/1922965-overview
Manifestasi Klinik Ruptur Tendo Achilles
1. Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang
pergelangan kaki atau betis
2. Bengkak, kaku dan memar
3. Terlihat depresi di tendon 3-5 cm diatas tulang tumit
4. Tumit tidak bisa digerakan turun naik.
5. Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian
belakang kaki.
6. Nyeri bisa berat.
7. Nyeri lokal, bengkak dengan gamblang sepanjang tendon Achilles
dekat lokasi penyisipan, dan kekuatan plantar flexion lemah
8. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian
belakang pegelangan kakiatau betis
9. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan di
dekat tumit.
10.Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di
atas tulang tumit.
11.Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik atau “push off” kaki terluka
ketika berjalan.
12.Pasien merasa seolah-olah ia telah dipukul tepat pada tumitnya dan tidak
bisaberjinjit.
13.Apabila ada robekan,suatu celah dapat dilihat dan terasa 5 cm diatas
insersio tendon.
14.Plantar flexi kaki akan lemah dan tidak disertai dengan tendon
Diagnosis

• Weakness in
plantarflexion
• Gap in tendon
• Palpable swelling
• Positive Thompson test
Pemeriksaan Penunjang
Magnetic Resonance Image (MRI)

Foto Rontgen
Tatalaksana Ruptur Tendo Achilles
• Terapi fisik
– Pengobatan konservatif  Boot
orthosis
– Percutaneous Surgery
– Open Surgical Repair

• Terapi obat NSAIDs


– Ibuprofen dan Asetaminofen
Injury Clinical Findings Imaging
Ankle sprain Positive drawer/inversion X-Ray
test
Achilles Rupture Thompson test, tendon Pemeriksaan awal: USG
gap, unable to plantaflex Gold standar: MRI
foot
Metatarsal fracture Bone tenderness over the X-Ray
navicular bone or base of
the fifth metatarsal
Tarsal Tunnel Syndrome Tinnel test (+), paresthesias MRI
along tibial nerve
Plantar fasciitis Severe plantar pain, foot Not needed
cord tightness
http://www.qualitycarept.com/Injuries-Conditions/Foot/Foot-
Issues/Achilles-Tendon-Problems/a~253/article.html
50
SOAL

Laki laki, 35 tahun, datang dengan keluhan benjolan di


pergelangan tangan kiri sejak setahun terakhir. Benjolan
terasa pegal terutama saat beraktivitas menggunakan
pergelangan tangan. Pada pemeriksaan fisik terdapat masa
kistik di pergelangan tangan bagian radial, bentuk bulat,
diameter 1 cm, terfiksir, warna kulit normal. Nyeri (+) saat
ditekan. Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk
pasien ini?
A. Lipoma
B. Veruca
C. Ganglion
D. Neuroma
E. Kista sebacea
Kista Ganglion
• Degenerasi kistik jaringan
periartikuler, kapsul sendi,
atau pembungkus tendo
• Tumor jaringan lunak tersering
pada tangan dan Pergelangan
Tangan  60 %
• Prediposisi dorsal manus
• Menempel pada Kapsul,
tendon, atau tendon sheath
• Wanita > Pria
• 70% terjadi pada dekade 2 - 4
• Terbentuk tunggal dan pada
tempat yang amat spesifik
Informasisehat.files.wordpress.com/2010/05/ganglion-cyst
Tanda dan Gejala Anatomi
• Ada Riwayat Trauma (10%) • Kista utama bisa tunggal
• Bisa muncul tiba-tiba atau
berkembang dalam hitungan atau multilokul
bulan/tahun • Tampak halus, putih, dan
• Mengecil dalam keadaan translusen
istirahat
• Membesar dengan aktifitas
• Kadangkala bisa menghilang
secara spontan
• Rekurensi sangat jarang
(complete exicion)
• > 50%  eksisi tidak komplit
Penanganan Non-Operatif
• Merupakan Metode terapi • Aspirasi Ganglion 
insial pada ganglion efektif pada 20-30%
• Penekanan jari
• Puncture dinding kista
• Injeksi hialuronidase
• Disseksi Tonotome subkutan • Instillasi lidokain dan
• Fiksasi silang dengan jahitan
bethamethasone pada
besar kapsul dan perlekatan
• Pada pediatrik  observasi tendon sheath
• Yakinkan pasien bahwa
ganglion adalah Tumor
jinak
• Ganglion simptomatik
persisten  Operasi
Penanganan Operatif
• eksisi ganglion  prosedur terbuka
• Minimalisasi pembentukan jaringan parut
• Minimalisasi hilangnya ROM
• Arthroscopic approach  efektif, dengan
resiko rekurensi lokal lebih tinggi
“We Build Doctors”

Anda mungkin juga menyukai