Nikah Menurut 4 Mazhab
Nikah Menurut 4 Mazhab
BAB I
PENDAHULUAN
1[1]http://www.rizkyonline.com/barat/pengertian-nikah-menurut-empat-mazhab.html#ixzz2fnoeGoqJ
صلِ ِحي َْن ِمنْ عِ َبا ِد ُك ْم َو ِا َم ۤا ِٕى ُك ۗ ْم ِانْ َّي ُك ْو ُن ْوا فُ َق َر ۤا َء
ّ ٰ َواَ ْن ِكحُوا ااْل َ َي ٰامى ِم ْن ُك ْم َوال
هّٰللا هّٰللا
ِ ي ُْغ ِن ِه ُم ُ ِمنْ َفضْ لِ ۗ ٖه َو ُ َو
اس ٌع َعلِ ْي ٌم
Artinya : dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.3[3]
LIMA HUKUM NIKAH
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa hukum asal nikah adalah
mubah. Namun, hukum mubah ini bisa tetap mubah dan bisa pula berubah menjadi
wajib, haram, sunnah dan makruh, sesuai dengan situasi serta kondisi. Namun, dalam
hal ini, ada beberapa perbedaan pandangan diantara para ulama dalam memberikan
syarat dan kriteria lima hukum nikah.
1. Versi Imam Hanafi
a. Wajib
Hukum nikah menjadi wajib apabila terpenuhi empat syarat, yaitu:
1. Ada keyakinan terjadi zina apabila tidak menikah.
2. Tidak mampu berpuasa, atau mampu akan tetapi puasanya tidak bisa menolak
terjadinya zina.
3. Tidak mampu memiliki budak perempuan (amal) sebagai ganti dari isteri.
4. Mampu membayar mahar dan memberi nafkah.
b. Sunnah Muakkadah
Hukum nikah akan menjadi sunnah muakkadah apabila terpenuhi syarat-syarat berikut:
1. Ada keinginan menikah.
2. Memiliki biaya untuk mahar dan mampu memberi nafkah.
3. Mampu untuk ijma’
4[4] Ponpes...,Ibid,hal.5-6
5[5]Ponpes.. Ibid,hal.6-7.
Hukum menikah menjadi wajib apabila:
1. Ada biaya (mahar da nafkah)
2. Hawatir berbuat zina bila tidak menikah.
b. Haram
Hukum menikah menjadi haram apabila memiliki keyakinan bahwa dirinya tidak bisa
untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada di dalam pernikahan.
c. Sunnah
Hukumnya menikah menjadi sunnah apabila ada keinginan menikah dan ada biaya
(mahar dan nafkah) dan mampu untuk melaksanakan hal-hal yang ada di dalam
pernikahan.
d. Makruh
Hukum menikah menjadi makruh apabila tidak ada keinginan untuk menikah, tidak ada
biaya dan ia hawatir tidak bisa melaksanakan hal-hal yang ada dalam pernikahan.
e. Mubah
Hukum menikah menjadi mubah apabila ia menikah hanya semata-mata menuruti
keinginan syahwatnya saja.
4. Versi Imam Hambali
a. Wajib
Hukum menikah menjadi wajib aoabila ada kehawatiran berbuat zina bila tidak
menikah, baik dia mampu menanggung biayanya (mahar dan nafkah) maupun tidak.
b. Haram
Hukum menikah menjadi haram apabila menikah di tempat yang sedang terjadi
peperangan.
c. Sunnah
Hukum nikah menjadi sunnah apabila seseorang berkeinginan menikah, dan juga ia
tidak hawatir berzina andaikan tidak menikah.
d. Mubah
Hukum menikah menjadi mubah apabila seseorang tidak berkeinginan menikah.6[6]
RUKUN DAN SYARAT NIKAH
Rukun adalah sesuatu yang harus ada, dan juga merupakan bagian integral dari suatu
ibadah ataupun mu’amalah.
6[6] Ibid,hal.8-9
Adapun syarat adalah sesuatu yang harus ada, tetapi tidak termasuk integral dari suatu
ibadah ataupun mu’amalah, seperti adanya dua saksi dalam nikah menurut mazhab
Hanafi. Berikut adalah rukun dan syarat nikah menurut madzahib al arba’ah.
Versi Imam Hanafi
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
- Dua saksi
Versi Imam Maliki
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak Perempuan
- Mahar
- Dua saksi
Versi Imam Syafi’i
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
- Dua saksi
Versi Imam Hambali
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki dan pihak perempuan tertentu
- Perempuan dan laki-laki saaling ridlo
- Dua saksi.7[7]
7[7] Ibid,hal.9-10.
8[8]Ponpes..Ibid,hal.180
1. Masalah Wanita yang Tidak Sah Untuk Dinikahi.
Telah menjadi hal yang maklum dalam khazanah ilmu fikih,bahwa diantara syarat nikah
yang telah menjdai konsensus (kesepakatan) ulama adalah status perempuan yang akan
dinikahi itu harus single (belum bersuami), serta layak halal) untuk dinikahi,lantaran
tidak ada sebab-sebab yang menjadikan haram untuk dinikahi. Secara umum, sebab yang
menjadikan haram untuk menikah seseorang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Sebab yang berakibat pada haram untuk dinikahi untuk selamanya.
b. Sebab yang berakibat haram secara temporer (haram dalam jangka waktu,
sementara), yakni selama sebab itu masih ada.
1. Sebab yang mengharamkan untuk selamanya9[9]
Sebab atau faktor yang berakibat pada haram dinikahi untuk selamanya ada tiga:
Hubungan kerabat (qarãbah)
Perempuan yang haram untuk dinikahi karena hubungan kerabat ada empat:
Garis nasab orang tua, yakni ibu, nenek dan nasab di atasnya.
Garis nasab anak, yakni anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki atau
perempuan, dan urutan nasab di bawahnya.
Anak dari ayah atau ibu, yaitu semua kerabat perempuan (sanak saudara), baik
saudara kandung, saudara seayah atau seibu.
Anak dari kakek atau nenek, yakni paman dan bibi dari garis ayah atau dari garis ibu.
Hubungan mertua (mushãharah)
Perempuan yang haram dinikahi untuk selamanya karena hubungan mertua ada tiga:
Anak perempuan dari istri yang telah dijima’. Artinya ketika istri belum pernah
dijima’, maka anak perempuan tersebut halal untuk dinikahi.
Orang tua istri dan urutan nasab di atasnya, yakni ibu mertua, nenek dan kerabat di
atasnya, meskipun istri belum dijima’
Setiap perempuan yang pernah dinikahi dan pernah dijima’ oleh ayah.
Hubungan tunggal susuan
Seorang perempuan yang haram untuk dinikahi sebab tunggal susuan adalah setiap
perempuan yang diharamkan sebab hubungan nasab.
2. Sebab yang Mengharamkan Secara Temporer
Sebab atau faktor yang berakibat pada haram menikahi seorang wanita secara temporer,
yakni dalam jangka waktu ketika sebab tersebut belum hilang, ada lima:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian nikah yaitu melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan
diri antara seorang laki-laki dan perempuan untuk menghalalkanhubungan kelamin
antara dua belah pihak, dengan rasa sukarela dan keridhoan kedua belah pihak untuk
mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputu rasa kasih sayang.
2. Hukum, rukun dan syarat nikah
a. Hukum nikah.
Hukum nikah menurut mazhab hanafi
- Wajib
- Sunnah muakkadah
- Haram
- Makruh takrim
- Mubah
Versi Maliki
- Wajib
- Haram
- Sunnah
- Mubah
Versi Syafi’i
- Wajib
- Sunnah
- Haram
- Makruh
- Mubbah
Versi Hambali
- Wajib
- Sunnah
- Haram
- Mubah
B. SARAN
Kami sebagai penyusun makalah ini menyarankan agar pembaca makalah ini lebih
mengkaji atau mencari referensi yang relevan apabila dalam penulisan makalah ini
kurang lengkap dalam menjelaskan masalah pernikahan.
C. HARAPAN
Harapan kami sebagai penyusun makalah ini adalah semoga bermanfaat bagi
pembaca yang budiman.
DAFTAR RUJUKAN
http://www.rizkyonline.com/barat/pengertian-nikah-menurut-empat-
mazhab.html#ixzz2fnoeGoqJ