003 - Fika Dina Aprilia - Artikel Awal
003 - Fika Dina Aprilia - Artikel Awal
Abstrak
Argumentasi merupakan salah satu tujuan penting di era pembelajaran modern karena
merupakan langkah dasar untuk mempromosikan proses berpikir kritis dan sastra sains yang
mengaitkan kemampuan mengaitkan klaim, bukti ilmiah dan alasan yang rasional. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis level argumentasi masyarakat kota Surabaya pada
peristiwa terbentuknya pelangi. Metode pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data
penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang dibagikan melalui media sosial kepada masyarakat kota
Surabaya yang telah diisi oleh 70 responden. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian
ini yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif yang akan dikategorikan dalam tingkat argumentasi
yang diadaptasi dari pola argumentasi Toulmin. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat kota Surabaya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup luas dan baik yang berkaitan dengan peristiwa terbentuknya pelangi. Kemampuan
responden ketika memberikan suatu argumentasi ilmiah rata-rata mencapai pada level 3 dimana
klaim dan bukti kuat serta hubungan antar komponen merupakan argumen yang kuat. Namun ada
beberapa subjek yang tidak mampu untuk menjelaskan argumentasi ilmiahnya tanpa didukung oleh
adanya ilmu pengetahuan yang hanya dimiliki.
1
Abstract
Argumentation is one of the important goals in the era of modern learning because it is a
basic step to promote critical thinking processes and scientific literature that links the ability to
relate claims, scientific evidence and rational reasons. This research was conducted with the aim of
analyzing the level of argumentation of the people of Surabaya on the event of the formation of a
rainbow. The method in this study is a qualitative descriptive method. The data of this study were
obtained from questionnaires distributed through social media to the people of the city of Surabaya
which had been filled out by 70 respondents. The data analysis technique used in this study is a
qualitative descriptive analysis technique which will be categorized in the level of argumentation
adapted from Toulmin's argumentation pattern. Based on the research that has been done, it can be
concluded that the people of the city of Surabaya have a fairly broad and good knowledge and
understanding related to the event of the formation of a rainbow. The respondent's ability when
giving a scientific argument averages at level 3 where the claims and evidence are strong and the
relationship between components is a strong argument. However, there are some subjects who are
unable to explain their scientific arguments without being supported by the knowledge they only
have.
2
PENDAHULUAN
3
Argumentasi merupakan salah satu tujuan penting di era pembelajaran modern karena
merupakan langkah dasar untuk mempromosikan proses berpikir kritis dan sastra sains. Argumen
diproses yang digunakan oleh seseorang untuk menganalisis informasi tentang suatu topik dan
kemudian hasil analisisnya dikomunikasikan kepada orang lain (Warnick, 2015). Argumentasi
adalah proses memperkuat suatu klaim melalui analisis berpikir kritis berdasarkan dukungan
dengan bukti-bukti dan alasan yang logis. Bukti-bukti ini dapat mengandung fakta atau kondisi
objektif yang dapat diterima sebagai suatu kebenaran. Kualitas argumentasi atau kuat lemahnya
suatu argumentasi (klaim) ditentukan oleh pemahaman suatu konsep yang didukung data/bukti,
warrant, backing dan bagaimana kita mengkonstruk komponen komponen tersebut sehingga dapat
meyakinkan (Rahmawati, 2020).
Kemampuan berargumentasi tidak didapatkan dengan mudah tanpa disertai dengan latihan
berkelanjutan (Kuhn, 2013 dalam Wardani, A.D, dkk., 2016). Ada banyak strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan argumentasi ilmiah. Berdasarkan studi literatur, telah
ditemukan beberapa strategi yang digunakan seperti mengembangkan perangkat pembelajaran
(instructional content) berbasis argumentasi ilmiah (Berland & McNeill, 2010), dan membentuk
kelompok kecil dalam aktivitas lab (Yun & Kim, 2015).. Pada dasarnya untuk meningkatkan
kemampuan argumentasi ilmiah siswa dapat dilakukan melalui aktivitas ilmiah (Manz, 2015).
Namun, dari kajian literatur yang dilakukan belum banyak yang memanfaatkan perkembangan
teknologi dalam upaya meningkatkan kemampuan argumentasi ilmiah. Padahal penggunaan
teknologi dalam pendidikan menjadi sangat penting di era revolusi industri 4.0 ini.
Peristiwa dispersi cahaya yang terjadi secara alami adalah peristiwa terbentuknya pelangi.
Pelangi terbentuk dari cahaya matahari yang diuraikan oleh titik-titik air hujan di langit.
(Erixon,2015). Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya
matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Sifat-sifat cahaya dapat dimanfaatkan dalam
pembuatan berbagai macam alat, di antaranya periskop, teleskop, kaleidoskop, dan lup. Alat-alat
tersebut sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari (Rosmadi,2018)
Masyarakat sering sekali melihat pelangi tetapi masih banyak yang belum mengetahui
terkait terbentuknya pelangi. Pelangi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lengkungan
warna spektrum di langit sebagai akibat adanya pembiasan sinar matahari oleh titik hujan atau
embun. Semua warna yang dihasilkan oleh pelangi berawal dari cahaya matahari. Matahari itu
sendiri memiliki beberapa warna yang disebut polikromatik. Cahaya yang dapat ditangkap jelas
oleh mata manusia hanya ada tujuh warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu
(mejikuhibiniu). Ke tujuh cahaya inilah yang dikenal sebagai cahaya tampak.
4
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis argumentasi ilmiah pada
peristiwa terbentuknya pelangi. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 100 responden.
Responden pada penelitian ini adalah masyarakat kota Surabaya.
Pada penelitian ini data diperoleh dari kuesioner yang dibagikan melalui media sosial
kepada masyarakat kota Surabaya. Dimana pada kuesioner ini terdiri dari 7 pertanyaan sesuai
dengan topik penelitian yaitu terkait peristiwa terbentuknya pelangi. Berdasarkan data yang
diperoleh dari kuesioner selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan Teknik analisis data
yaitu Teknik analisis deskriptif kualitatif. Data pada penelitian ini yang diperoleh dari kuesioner
terkait dengan argumentasi ilmiah masyarakat kota Surabaya pada peristiwa terbentuknya pelangi
dianalisis dengan menggunakan rubrik observer yang diadaptasi dari Toulmin. Data telah
dikategorikan ke dalam tingkat argumentasi yang diadaptasi dari pola argumentasi Toulmin
berdasarkan tabel 1.
Identifikasi Masalah
Pembuatan Kuesioner
Pengisian Kuesioner
Menganalisis Data
Kesimpulan
5
Tabel Argumen Penskoran Matriks
(Diadaptasi dari Pola Argumentasi Toulmin)
Tingkatan Kriteria
6
Berdasarkan hasil angket yang telah kami buat terkait Argumentasi Ilmiah tentang
terbentuknya Pelangi telah diisi oleh 70 responden yaitu masyarakat Surabaya diperoleh hasil
berikut :
2
1.5
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7
Pertanyaan
7
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengisian kuesioner oleh masyarakat kota
Surabaya terdapat beberapa subjek memberikan jawaban yang sedikit berbeda antara responden
satu dan lainnya. Para responden dapat memberikan jawaban yang benar, sesuai dan lengkap
dengan ilmu sains yang ada terkait dengan proses terbentuknya pelangi. Sehingga para responden
dapat menyampaikan argumen ilmiahnya pada pertanyaan tersebut. Berikut beberapa jawaban dari
responden antara lain:
● Menurut blog ilmugeografi.com, pelangi terbentuk karena adanya pembiasan sinar matahari
(cahaya) yang dibelokkan berpindah tempat ke arah lain dari perjalanan satu medium ke
medium lainnya oleh tetesan air yang ada di atmosfer. Sinar matahari melewati tetesan air.(IM)
● Proses terjadinya pelangi melibatkan beberapa unsur. Mulai dari tetesan air hujan, cahaya
matahari, serta udara atau atmosfer bumi. Dalam hal ini, cahaya matahari memasuki tetesan-
tetesan air hujan, dengan gerakan yang lambat dan menekuk saat bergerak dari udara menuju
air yang lebih padat. Saat sudah masuk ke dalam tetesan air, cahaya yang terdiri dari banyak
panjang gelombang warna akan memantulkan bagian dalam tetesan air hingga terlihat warna-
warna yang terbentuk. Selanjutnya, saat cahaya mulai keluar dari tetesan air maka akan
memunculkan cahaya berwarna-warni yang dikenal dengan pelangi." (SN)
"Mengapa pelangi selalu muncul / tidak selalu muncul setelah hujan?"
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengisian kuesioner oleh masyarakat kota
Surabaya pada soal ini sebanyak 35,8 % berpendapat bahwa pelangi selalu muncul setelah hujan
dan sebanyak 65,2% berpendapat bahwa pelangi tidak selalu muncul setelah hujan. Meskipun
terdapat perbedaan pendapat antar responden, namun responden memberikan suatu penguatan
terhadap pendapatnya dengan mengaitkan alasan mereka berpendapat dengan mengaitkan dengan
sains. Sehingga para responden mampu untuk berargumentasi ilmiah. Pada pertanyaan ini para
responden masih belum benar-benar memahami terkait pertanyaan tersebut. Berikut beberapa
alasan dari responden yang menjawab pelangi selalu muncul setelah hujan dan pelangi yang tidak
selalu muncul setelah hujan antara lain:
● Berpendapat pelangi selalu muncul setelah hujan karena proses terjadinya pelangi
membutuhkan 2 unsur yaitu cahaya dan air.(AR)
● Berpendapat pelangi tidak selalu muncul setelah hujan karena setelah hujan belum tentu terjadi
proses dispersi cahaya.(NF)
Pada pertanyaan tersebut jawaban yang benar adalah hujan tidak selalu muncul setelah hujan
karena hujan hanya menjadi perantara untuk munculnya pelangi. Hal ini karena cahaya matahari
menyinari tetesan pada sudut yang tepat. Itulah yang memunculkan pelangi. Padahal pelangi bisa
muncul kapan saja. Pelangi akan muncul ketika terdapat tetesan air di udara walaupun tidak hujan.
8
Tetesan tersebut akan dipantulkan sinar matahari sehingga membentuk warna-warna indah (Vania,
2020).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat kota
Surabaya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup luas dan baik yang berkaitan dengan
peristiwa terbentuknya pelangi. Pada penelitian ini masyarakat kota Surabaya yang memiliki urutan
terbaik dengan urutan yang sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi kemudian menempuh
pendidikan di sekolah menengah akhir kemudian menempuh pendidikan di sekolah mengenai
pertama dan dilanjutkan oleh semua masyarakat kota Surabaya. Kemampuan para responden ketika
memberikan suatu argumentasi ilmiah rata-rata mencapai pada level 3 dimana klaim dan bukti kuat
serta hubungan antar komponen merupakan argumen yang kuat. Namun ada beberapa subjek yang
tidak mampu untuk menjelaskan argumentasi ilmiahnya tanpa didukung oleh adanya ilmu
pengetahuan yang hanya dimiliki.
Saran
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terkait analisis level argumentasi
ilmiah masyarakat dengan memiliki banyak referensi lain yang lebih banyak lagi agar dapat
melakukan penelitian dengan hasil yang lebih baik lagi. Serta dengan adanya jurnal ini yang
berkaitan dengan sains yaitu pada proses terjadinya pelangi maka diharapkan kedepannya untuk
terus mengembangkan pengetahuan dan pemahaman terutama untuk masyarakat kota Surabaya
pada bidang sains mengenai peristiwa terbentuknya pelangi.
DAFTAR PUSTAKA
Berland, L. K., & McNeill, K. L. (2010). A learning progression for scientific argumentation:
Understanding student work and designing supportive instructional contexts. Science
Education, 94(5), 765–793. https://doi.org/10.1002/sce.20402
Erduran, S., Simon., dan Osborne J. (2004). Tapping Into Argumentation Developments In The
Application Of Toulmin’s Argument Pattern for Studying Science Discourse. Science
Education.
Manz, E. (2015). Representing student argumentation as functionally emergent from scientific
activity. Review of Educational Research, 85(4), 553–590.
https://doi.org/10.3102/003465431455849 0
9
Sumarsono. 2012. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA
Wardani, A.D. 2016. Kemampuan Argumentasi Ilmiah dan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMA
pada Materi Gaya dan Gerak. Pros. Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. (I), ISBN: 978-
602-9286-21-2
Yun, S. M., & Kim, H. B. (2015). Changes in students’ participation and small group norms in
scientific argumentation. Research in Science Education, 45(3), 465–484.
https://doi.org/10.1007/s11165- 014-9432-z
Rossa, Vania. (2020). “Fakta Tentang Pelangi, Benarkah Hanya Muncul Setelah Hujan?”,
(https://lampung-suaracom.cdn.ampproject.org/v/s/lampung.suara.com/amp/read/
2020/12/31/171901/fakta-tentang-pelangi-benarkah-hanya-muncul-setelah-hujan?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16532322460438&_ct=1653232257264&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Flampung.suara.com%2Fread%2F2020%2F12%2F31%2F171901%2Ffakta-tentang-
pelangi-benarkah-hanya-muncul-setelah-hujan), di akses pada Ahad, 22 Mei 2022.
10