Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU POLITIK

“IMPLIKASI MULTIPARTAI DALAM SISTEM


PRESIDENSIAL DI INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU : Wellyana, M.Pd

Kelompok 10
Disusun Oleh :

1. Diana Febrianti (2087205023)


2. Muhammad Rival (2087205046)
3. Wahyu Arantika (2087205035)
4. Puja Febiola (2087205003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT sebagai pencipta atas segala

kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

tugas tanpa adanya hambatan. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita kejalan yang diridhoi

oleh Allah SWT. Penyusunan makalah ini bertujuan guna menyelesaikan tugas yang telah

diberikan dan juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai materi makalah tersebut.

Pembahasan terkait mengenai makalah akan diuraikan lebih lanjut. Kami

mengucapkan terima kasih kepada ibu Wellyana, M.Pd selaku dosen pengampu yang telah

memberikan tugas ini sehingga banyak pengetahuan yang kami dapatkan. Harapannya,

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Namun tidak lepas dari

semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi

penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca yang bersifat membangun demi kelengkapan makalah ini. Penyusun sangat

mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan dapat

menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada

makalah- makalah selanjutnya.

Bengkulu,10 April 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Definisi Sistem Kepartaian.............................................................................................3

B. Dampak Sistem Multi Partai Terhadap Keutuhan Bangsa di Indonesia.........................4

C. Koalisi Partai-partai Politik Dalam Sistem Presidensial Indonesia................................6

D. Dampak Positif Menerapkan Sistem Multi Partai Dalam Kehidupan Politik Indonesia 7

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sistem pemerintahan presidensial adalah suatu sistem pemerintahan dimana


kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada parlemen, dengan kata lain
bahwa kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan (langsung) parlemen.
Memperkuat sistem pemerintahan presidensial telah menjadi perbincangan di
Indonesia sejak 2004 ketika sistem presidensial mulai diterapkan pasca reformasi.
Salah satu aspek dari perbincangan itu adalah soal penyederhanaan sistem kepartaian
di lembaga legislatif dan penguatan dukungan politik bagi presiden agar lebih mudah
dalam menjalankan pemerintahan. Pelaksanaan pemilu serentak (legislatif dan
presiden) dianggap sebagai salah satu jalan untuk mencapai penguatan sistem
presidensial tersebut. Tetapi dalam hal ini perpaduassn sistem presidensial dan
multipartai di Indonesia juga memiliki implikasi politik terhadap konfigurasi dan pola
koalisi politik. Dinamika koalisi sejak era reformasi memperlihatkan sebuah
fenomena seiring proses demokrasi yang sedang mencari bentuk idealnya. Koalisi
menjadi pilihan yang tidak terelakkan di tengah kehadiran sistem multipartai.
Rapuhnya ikatan koalisi dapat menyebabkan partai mitra koalisi pemerintahan
cenderung menggunakan politik pragmatis dalam menyikapi kebijakan pemerintahan.
Di satu sisi bergabung di kabinet, tetapi di sisi lain seolah berperan sebagai partai
oposisi di DPR. Faktor utama dari tidak efektifnya koalisi yang dibangun dalam
sistem presidensial di Indonesia. Implikasi utama yang akan terjadi dengan sistem
presidensial dengan sistem multipartai adalah tingkat pelembagaan kepartaian rendah
dan kekuatan politik di parlemen cenderung berubah oleh berbagai kepentingan dan
kemajemukan partai yang cukup tinggi. Presiden dalam menjalankan pemerintahan
mendapat pengaruh dari DPR yang notabene semua anggota DPR ialah orang-orang
partai politik. Indonesia adalah negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan republik
dan menganut sistem pemerintahan presidensial dimana Presiden Negara Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara (head of state) dan sekaligus
sebagai kepala pemerintahan (head of government) dan mengangkat serta
memberhentikan para menteri yang bertanggungjawab kepadanya sebagaimana yang
tercantum dalam Pasal 4 dan Pasal 17 Undang-Undang Dasar 1945.

1
B. Rumusan Masalah
1. Definisi sistem kepartaian ?
2. Bagaimana dampak sistem multipartai terhadap keutuhan bangsa di Indonesia ?
3. Bagaimanakah koalisi partai-partai politik dalam sistem presidensial Indonesia ?
4. Apa dampak positif menerapkan sistem multipartai dalam kehidupan politik Indonesia
?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sistem kepartaian ?
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak sistem multipartai terhadap keutuhan bangsa di
Indonesia ?
3. Untuk mengetahui bagaimanakah koalisi partai-partai politik dalam sistem
presidensial Indonesia ?
4. Untuk mengetahui apa dampak positif menerapkan sistem multipartai dalam
kehidupan politik Indonesia ?

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Kepartaian

Karakteristik sistem presidensil, basis legitimasi presiden bersumber pada


rakyat, bukan pada parlemen, seperti halnya sistem parlementer. Sistem presidensil
ditandai dengan penerapan sistem pemilihan presiden dan wakil presiden secara
langsung oleh rakyat dengan masa jabatan tetap. Dengan demikian presiden tidak
bertanggung jawab kepada parlemen melainkan kepada rakyat. Kedua institusi ini
bersifat mandiri dan dalam menjalankan fungsi checks and balances pemerintahan.
Kedudukan presiden dalam sistem presidensial sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan (singel chief executive). Presiden memiliki kekuasaan proregretif untuk
membentuk pemerintahan dan berwenang mengangkat dan memberhentikan para
menteri kabinet

Sistem multipartai adalah salah satu varian dari beberapa sistem kepartaian
yang berkembang di dunia modern saat ini. Andrew Heywood (2002) berpendapat
bahwa sistem partai politik adalah sebuah jaringan dari hubungan dan interakasi
antara partai politik di dalam sebuah sistem politik yang berjalan. Untuk
mempermudah memahami sistem partai politik Heywood kemudian memberikan kata
kunci untuk membedakan tipe-tipe sistem kepartaian. Kata kunci tersebut adalah
jumlah partai politik yang tumbuh atau eksis yang mengikuti kompetisi mendapatkan
kekuasaan melalui pemilu. Parameter “jumlah partai politik” untuk menentukan tipe
sisem partai politik pertama kali dikenalkan dan dipopulerkan oleh Duverger pada
tahun 1954 dimana Duverger membedakan tipe sitem politik menjadi 3 sistem, yaitu
sistem partai tunggal, sistem dua partai, dan sistem multi partai. Dari definisi yang
diperkenalkan oleh Duverger tersebut kita dengan mudah menentukan sistem partai
politik di sebuah negara. Kalau di negara tersebut hanya terdapat satu partai politik
yang tumbuh atau satu partai politik yang dominan dalam kekuasaan maka dapat
dipastikan bahwa sistem tersebut adalah sistem partai tunggal. Namun jika terdapat
dua partai politik maka sistem partainya adalah sitem dua partai. Sebaliknya, jika di
dalam negara tersebut tumbuh lebih dari dua partai politik maka dikatakan sebagai
sistem multi partai. Sartori (1976) menyatakan bahwa yang paling terpenting dari
sebuah sistem kepartaian adalah sebuah pengaturan mengenai hubungan partai politik

3
yang berkaitan dengan pembentukan pemerintahan, dan secara lebih specifik apakah
kekuatan mereka memberikan prospek untuk memenangkan atau berbagi (sharing)
kekuasaan pemerintah.

Meski demikian, pada perkembangan selanjutnya pendekatan yang hanya


berdasarkan jumlah dan interaksi antar partai politik tersebut mendapat kritikan dan
ketidaksetujuan dari beberapa ahli misalnya Bardi and Mair (2008) dan Blau (2008).
Bardi dan Mair berpendapat bahwa sistem kepartaian tidak bisa ditentukan semata-
mata oleh jumlah partai yang ikut dalam pemilu akan tetapi sebagai fenomena yang
multi dimensi. Selanjutnya Bardi dan Mair menjelaskan bahwa tipe partai politik
dipengaruhi oleh 3 (tiga) dimensi, yaitu vertikal, horisontal dan fungsional. Dimensi
veritikal yang mempengaruhi sistem partai politik dicontohkan dengan adanya
polarisasi dan segmentasi di dalam masyarakat pemilih (bahasa, etinisitas, agama dan
lain-lain). Sedangkan dimensi horisontal ditentukan oleh pembedaan level
pemerintahan dan level pemilu. Dimensi fungsional disebabkan oleh karena
pembedaan arena kompetisi (nasional, regional, dan lokal).

B. Dampak Sistem Multi Partai Terhadap Keutuhan Bangsa di Indonesia

Reformasi sebagai bagian dari perjalanan historis bangsa Indonesia untuk


mengembalikan cita-cita proklamasi seperti yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 tidak selalu berkaitan dengan penolakan akan
kemapanan dan konservatisme, melainkan harus dipandang dan diperlakukan sebagai
subsistem dalam proses dinamika mencapai tujuan. Infrastruktur politik terpenting
dalam negara demokrasi adalah partai politik, kelompok kepentingan, kelompok
penekan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat. 
Perubahan regulasi yang menempatkan partai politik sebagai “organisasi yang
bersifat nasional” diharapkan dapat mengubah paradigma politik sekelompok kecil
masyarakat yang gemar mendirikan partai politik. Undang-undang berfungsi sebagai
“a tool of social engineering”, dalam hal ini tujuan regulasi partai politik
dimaksudkan untuk membatasi kebebasan warga negara mendirikan partai dengan
menetapkan persyaratan yang lebih ketat. Persyaratan dimaksud  antara lain melalui
ketentuan  mengenai “pembentukan partai politik” serta organisasi dan kedudukan”
partai politik.  Dengan demikian (calon) para deklarator politik harus benar-benar

4
berusaha memperoleh dukungan publik secara nasional sebelum pembentukan partai
diumumkan.
Politik hukum yang mempertahankan sistem multipartai,seperti tersirat dari
pengaturan mengenai pembentukan partai politik tentu telah dipertimbangkan secara
matang oleh pembentuk undang-undang. Dengan memperhatikan tipe partai politik
yang dikenal, yaitu (i) sistem partai partai tunggal; (ii) sistem dwi partai; dan (iii)
sistem multipartai, tampaknya pilihan yang ketiga ini paling banyak diterapkan di
berbagai negara yang menganut paham demokrasi (Eropa, Asia, Afrika, dan Latin
Amerika). Sistem kepartaian jelas tidak hanya menentukan susunan dan kedudukan
MPR, DPR dan DPRD melainkan juga sistem pemerintahan.
Konsekuensi sistem multipartai tidak hanya mempengaruhi mekanisme dan
efisiensi pembahasan rancangan undang-undang dan rancangan peraturan daerah di
DPR atau DPRD, melainkan juga birokrasi pemerintahan yang harus dipegang oleh
banyak orang sebagai representasi dari partai politik yang menang dalam pemilihan
umum. Wakil-wakil rakyat yang duduk di legislatif dan pemerintahan akan
memperjuangkan aspirasi para pendukungnya yang sangat bervariasi. Pandangan dan
analisis ahli ilmu politik, mengingatkan pula bahwa sistem multipartai yang dipakai
sebagai sarana memodernisasikan masyarakat di negara sedang berkembang, relatif
menumbuhkan instabilitas dari pada di negara yang menganut sistem dua partai. Pada
hakekatnya sistem multipartai itu tidak banyak berbeda dengan tiadanya partai dalam
masyarakat.
Dampak dari sistim multipartai adalah sistem multipartai meniscayakan
adanya koalisi pemerintahan karena tidak adanya partai mayoritas di badan legislatif.
Koalisi itu sendiri dianggap sebagai karakteristik dari sistem parlementer. Dan
memasukkan kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara. Jelas yang
pertama diperjuangkan adalah kepentingan politik anggota. Dari sosiologi politik hal
itu berarti urusan masyarakat, bangsa dan negara nomor dua. Yang berarti mereka
seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat secara keseluruhan.  Pengukuhan
sistem multi partai dengan UU 2/2008 yang diharapkan dapat mewujudkan kaidah
demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, aspirasi, keterbukaan, keadilan,
tanggung jawab dan perlakuan yang tidak diskriminatif seperti yang diharapkan oleh
pembentuk undang-undang. Nada pesimis tentang keampuhan regulasi politik
mengatur kehidupan politik dalam tatananan budaya hukum, pernah diungkapkan oleh
Daniel S. Lev, pengamat senior politik hukum Indonesia yang menyatakan bahwa

5
politik tidak berjalan sesuai dengan aturan, tetapi berlangsung sesuai dengan aturan
pengaruh, uang, keluarga, status sosial, dan kekuasaan militer. 

C. Koalisi Partai-partai Politik Dalam Sistem Presidensial Indonesia

Koalisi Partai Politik Indonesia dalam sistem presidensil memberikan


gambaran bahwa kekuasaan presiden bisa terkooptasi atau terbatas dikarenakan
adanya kompromi-kompromi politik antarpartai politik dan Presiden yang tergabung
dalam koalisi pemerintah. Koalisi yang dibentuk oleh pemerintah (Presiden beserta
partai pengusung), dibagi berdasarkan komposisi kursi diparlemen dan dukungan
partai selama Pilpres (Pemilu Presiden). Hal ini berimbas pada komposisi jumlah
menteri di dalam kabinet pemerintah. Pembentukan koalisi diharapakan akan
memberikan kestabilan terhadap agenda politik dan kerja presiden dikarenakan
dukungan politik di parlemen yang kuat. Dengan demikian, solidnya koalisi dapat
didasarkan pada kesamaan tujuan dan agenda politik bersama di antara koalisi partai
politik. Koalisi yang dibangun dalam Pemilu Presiden bukan hanya kepentingan
sesaat dalam pergelaran pemilu presiden namun koalisi akan dikembangkan dalam
merebut kekuasaan dilegislatif. Bahkan koalisi akan memberikan tempat yang
menguntungkan bagi partai politik yang mengusung presiden terpilih. Posisi
keberadaan koalisi saat pemilu presiden dan akan berlanjut dalam pembentukan
kabinet oleh presiden. Koalisi dari sebuah kenyataan sistem multipartai lazimnya
merupakan ciri utama dari sistem demokrasi parlementer. Berdasarkan hasil kajian
Garda Bangsa20 bahwa secara teoritik, sistem presidensialisme dianggap tidak
kompatibel dengan sistem kepartaian majemuk (multipartai). Alasannya, yang
pertama, sistem multipartai meniscayakan adanya koalisi pemerintahan karena tidak
adanya partai mayoritas di badan legislatif. Koalisi itu sendiri dianggap sebagai
karakteristik dari sistem parlementer. Kedua, dengan adanya koalisi politik, maka
kekuasaan presiden terpilih akan tersandera oleh kepentingan partai mitra koalisi,
sehingga kekuasaan presiden dianggap melemah dan pemerintahan berjalan tidak
efektif karena terlalu banyak kompromi. Ketiga, sistem multipartai atau sistem
kepartaian yang terfragmentasi membawa kecenderungan munculnya presiden
minoritas dengan dukungan legislatif yang lemah. Situasi ini dianggap akan
menyebabkan sistem pemerintahan lumpuh. Agenda-agenda pemerintah
dikhawatirkan akan mandeg dan hubungan eksekutif-legislatif terancam mengalami
kebuntuan. Dalam peraturan perundangan yaitu UU Nomor 42 tahun 2008 Tentang
6
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan secara langsung dan demokratis
dimana rakyat diberi hak sepenuhnya menentukan Presiden dan wakil Presiden dalam
pemilihan umum secara langsung. Pernyataan tegas tersebut dapat dilihat dalam Pasal
1 angka 2, 3 dan 4 serta Pasal 9 dilakuan secara langsung, bebas, umum dan rahasisa
terhadap presiden dan wakil presiden yang diusung oleh partai politik dalam
pemilihan anggota dewan perwakilan rakyat. Dengan demikian dalam peraturan
perundangan telah membatasi dengan tegas bahwa pasangan calon pemilihan
dilakukan secara langsung terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden

D. Dampak Positif Menerapkan Sistem Multi Partai Dalam Kehidupan Politik


Indonesia

Doktrin utama dalam sistem demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Tiga poin tersebut dapat dimaknai dengan (1) kekuasaan berasal dari
tangan rakyat, (2) dijalankan oleh perwakilan yang mewakili rakyat, (3) bertujuan
untuk kemakmuran rakyat. Tujuan politik di Indonesia seperti yang tertuang dalam
pembukaan UUD 1945 pada esensinya adalah untuk kemakmuran rakyat. Sehingga
tujuan pembangunan nasional pun sejatinya selaras dengan landasan hukum yang ada
di Indonesia tersebut. Risiko yang paling mendasar bagi Indonesia adalah bagaimana
menjaga eksistensi dan keutuhan bangsa sepanjang perjalanan transformasinya. Kita
memiliki modal politik yang cukupuntuk ini, tetapi ia harus terus-menerus dipupuk
kembali dan diperkuat. demokrasi Indonesia dengan sistem mullti partai belum
signifikan memberikan harapan bagi pengelolaan tata pemerintahan yang efektif dan
efisien. Alasannya karena sistem multipartai telah mengalami perluasan fragmentasi,
sehingga mempersulit proses pengambilan setiap keputusan dilegislatif. Karena itu,
tidak heran bila berbagai pihak mulai mendorong penerapan sistem multi partai
sederhana dengan cara Pembatasan partai politik dilakukan dengan menerapkan
berbagai prosedur sistem pemilu. Secara sah, legal, dan demokratis, sistem pemilu
menjadi alat rekayasa yang dapat menyeleksi dan memperkecil jumlah partai politik
dalam jangka panjang. Adapun dampak positif dan negatif terhadap sistem multiparati
di indonesia
Sisi positif dari sistem multipartai,berikut :
1. Suasana demokrasi mulai bersemi di indonesia. pemberian izin untuk membentuk
partai membuktikan setiap warga negara mempunyai hak untuk terjun dalam

7
dunia politik. Hal itu juga bearti bahwa kemerdekaan berbicara termasuk
mengkritik pemerintah,diizinkan di Indonesia.
2. Dalam suasana yang demokratis,sebernanya kekuasaan presiden dan pemerintahan
pusat yang terlalu kuat dapat dikurangi dan rakyat merupakan pemegang
kekuasaan yang diwakili oleh DPR/Parlemen.
3. Penduduk sipil mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk dapat duduk dan
mengambil bagian dalam pemerintahan. Saat itu golongan militer belum terlihata
aktif dalam dunia politik dan pemerintahan.
4. Inspirasi rakyat mampu menciptakan suatu partai

Namun,sistem multipartai juga memiliki sisi negatif,berikut :


1. Setiap partai yang menguasai pemerintahan selalu menginginkan agara orang-
orang dari partainya juga ikut duduk dalam parlemen. Hal itu mengakibatkan
mereka lebih menonjolkan kepentingan partainya daripada kepentingan negara.
2. Terdapat persaingan yang tidak sehat diantara partai-partai. Partai-partai tersebut
selalu mengincar departemen pendidikan dan kebudayaan dan departemen dalam
negeri untuk dikuasai agara memperoleh pengikut sebanyak-banyaknya.

8
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan

Koalisi partai politik di indonesia tidak kaku atau dapat dikatakan cair,hal ini
dikarenakan partai politik mencari persamaan tujuan dalam koalisi untuk memperoleh
kekuasaan melalui cara yang dianggap demokratis yaitu pemilu. Sistem presidensial
indonesia yang dipadukan dengan multipartai,memberikan ruang pembentukkan
koalisi partai politik indonesia akan tetap berlanjut pada pemilihan presiden pada
masa yang akan datang,yaitu koalisi antara partai-partai poltik tidak melihat ideologi
atau aliran-aliran partai sehingga bukan menjadi penghalang membentuk koalisi demi
memperoleh kekuasaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=439:dampak-sistim-multipartai-dalam-kehidupan-

politik-indonesia&catid=100&Itemid=180

https://nasional.kompas.com/read/2010/07/28/03092245/

Kerentanan.Presidensial.Multipartai?page=all

https://nasional.kompas.com/read/2010/07/28/03092245/

Kerentanan.Presidensial.Multipartai?page=all

Budiardjo, Miriam, 2008, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

https://www.puskapol.ui.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/Makalah-Djayadi-Hanan.pdf

https://news.detik.com/kolom/d-4896428/sistem-kepartaian-dan-sistem-pemerintahan

https://media.neliti.com/journal/media/publications/279184-koalisi-partai-politik-dalam-

sistem-pres-7bc9e2c9.pdf

Saraswati, Retno “ Desain Sistem pemerintahan Presidensial yang Efektif “, Fakultas Hukum

Universitas Diponogoro, Semarang

https://scholar.google.com/osf.io/preprints/e37fp//citations?

user=bowPW_kAAAAJ&hl=id&oi=sra

https://jurnal.ugm.ac.id/2018/01/sisi-positif-dan-negatif-dari-sistem.html

10

Anda mungkin juga menyukai