Anda di halaman 1dari 8

STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

EKLAMPSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RSTN/SAK/A04/64 02 1/8
UPTD RSUD-TN
KABUPATEN
BOALEMO

Tanggal Terbit Ditetapkan

28 November 2022 Direktur,


STANDAR
ASUHAN
KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009

PENGERTIAN kelainan pada masa kehamilan, saat persalinan, atau


setelah persalinan. Kondisi ini merupakan komplikasi
berat dari pre-eklampsia, yang ditandai dengan
timbulnya kejang dan dapat disertai koma

TUJUAN Sebagai pedoman bagi bidan dalam memberikan asuhan


kebidanan pada ibu dengan eklampsia
KEBIJAKAN KEMENKES RI, 2020. Modul Pelatihan Penanganan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal bagi Dokter
umum, Bidan dan Perawat di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

PROSEDUR A. Konsep penyakit


1. Etiologi
Hingga saat ini, penyebab terjadinya pre-eklamsia
dan pre eklampsia belum diketahui dengan pasti.
Namun, faktor-faktor lain yang diduga dapat
meningkatkan risiko pre-eklamsia dan eklamsia
pada ibu hamil adalah
a. Memiliki riwayat menderita pre-eklamsia pada
kehamilan sebelumnya..
b. Sedang menjalani kehamilan pertama atau
memiliki jarak antar kehamilan yang terlalu
dekat (kurang dari 2 tahun)
c. Memiliki riwayat hipertensi kronis atau
hipertensi dalam kehamilan
d. Hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun.
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
EKLAMPSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RSTN/SAK/A04/64 02 2/8
UPTD RSUD-TN
KABUPATEN
BOALEMO

Tanggal Terbit Ditetapkan


STANDAR 28 November 2022 Direktur,

ASUHAN

KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009

PROSEDUR 2. Patofisiologis
Plasentasi Abnormal pada Eklamsia
Peningkatan Tekanan Darah pada Eklamsia
3. Penatalaksanaan umum
a. Terapi Suportif
 Jaga patensi jalan napas dan pastikan
oksigenasi baik. Pada pasien dengan
penurunan kesadaran,
peralatan intubasi perlu dipersiapkan
 Posisikan pasien dalam posisi left lateral
decubitus. Posisi ini dapat mencegah aspirasi
dan obstruksi atau penekanan pada vena kava
oleh janin yang dapat meningkatkan uterine
blood flow
 Pasang monitor untuk memantau tanda-tanda
vital, yakni tekanan darah, nadi, laju napas,
hingga saturasi oksigen. Lakukan monitor
pada janin juga dengan memeriksa denyut
jantung janin secara berkala

 Lakukan pemasangan jalur intravena dengan


jarum berukuran 16–18 gauge untuk
mempermudah proses administrasi obat dan
cairan serta mengantisipasi
kebutuhan transfusi darah
 Lakukan pemasangan kateter untuk
memonitor urine output
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
EKLAMPSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RSTN/SAK/A04/64 02 3/8
UPTD RSUD-TN
KABUPATEN
BOALEMO

Tanggal Terbit Ditetapkan


STANDAR 28 November 2022 Direktur,

ASUHAN

KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009

PROSEDUR b. Medikamentosa
 Antikonvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat lini
pertama sebagai antikonvulsan pada kejang
eklamsia. Dosis inisial sebesar 4–6 gram
diberikan dalam 15–20 menit. Selanjutnya,
dosis rumatan 1–2 gram per jam diberikan
secara kontinu. Pemberian magnesium sulfat
harus dilanjutkan setidaknya hingga 24 jam
setelah kejang terakhir atau setelah
persalinan.
Obat ini harus diberikan dengan
perhatian khusus karena dapat
menyebabkan toksisitas, kelumpuhan
saluran napas, depresi sistem saraf pusat,
dan henti jantung. Pemantauan refleks,
kadar kreatinin, dan urine output penting
dilakukan selama pemberian magnesium
sulfat.
Pada kejang refrakter yang tidak
merespons terhadap magnesium sulfat,
dapat digunakan lorazepam 2–4 mg melalui
intravena dalam 2–5 menit atau diazepam 5–
10 mg melalui intravena secara perlahan
untuk menangani kejang.
Pada kondisi yang merupakan
kontraindikasi terhadap magnesium sulfat,
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
EKLAMPSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RSTN/SAK/A04/64 02 4/8
UPTD RSUD-TN
KABUPATEN
BOALEMO

Tanggal Terbit Ditetapkan


STANDAR 28 November 2022 Direktur,

ASUHAN

KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009

PROSEDUR seperti myastheniagravis, levetiracetam atau asa


m valproat dapat menjadi alternatif.
 Antihipertensi
Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau
diastolik >110 mmHg harus segera ditangani
dengan obat-obat antihipertensi. Pilihan
antihipertensi yang direkomendasikan pada
eklamsia adalah labetalol, nifedipine, dan
hydralazine. Dosis awal labetalol adalah 20 mg
intravena, kemudian dapat ditingkatkan
menjadi 40–80 mg dengan interval 10 menit,
sampai target penurunan tekanan darah
tercapai.
Dosis awal hydralazine adalah 5–10 mg
dalam 2 menit melalui intravena, kemudian
dapat ditingkatkan menjadi 10 mg setelah 20
menit dari dosis awal apabila tekanan darah
sistolik masih di atas 160 mmHg atau
diastolik masih di atas 110 mmHg.
Dosis awal nifedipine adalah 10 mg peroral,
dapat ditingkatkan menjadi 20 mg. Nifedipine
dapat diulangi hingga 2 kali pemberian
dengan jeda 30 menit apabila tekanan darah
sistolik masih di atash 160 mmHg atau
diastolik masih di atas 110 mmHg. Tekanan
darah sistolik harus di bawah 150 mmHg dan
diastolik harus di bawah 100 mmHg .
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
EKLAMPSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RSTN/SAK/A04/64 02 5/8
UPTD RSUD-TN
KABUPATEN
BOALEMO

Tanggal Terbit Ditetapkan

STANDAR 28 November 2022 Direktur,

ASUHAN
KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009

PROSEDUR  Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan untuk
mengantisipasi persalinan darurat, terutama
ketika usia kehamilan <32 minggu, untuk
pematangan paru janin. Dexamethasone 6
mg intramuskular setiap 12 jam diberikan
sebanyak 4 dosis atau betamethasone 12 mg
intramuskular setiap 24 jam diberikan
sebanyak 2 dosis.
c. Pemantauan Maternal
Pemantauan berkala pada status neurologis
pasien perlu dilakukan untuk mendeteksi
peningkatan tekanan intrakranial atau
perdarahan intrakranial. Intake cairan dan urine
output, laju pernapasan, dan oksigenasi juga
perlu diperiksa secara berkala. Pada pasien yang
mengalami edema paru atau oliguria/anuria,
pemantauan tekanan arteri pulmonal dapat
dibutuhkan.
Pemeriksaan untuk mendeteksi kemungkinan
penyebab lain juga diperlukan setelah kejang
teratasi dan pasien stabil.
Terminasi kehamilan merupakan tata laksana
definitif untuk kasus eklamsia. Namun, pastikan
bahwa pasien sudah dalam kondisi stabil, yakni
tidak dalam kondisi kejang atau koma dan
hemodinamik sudah stabil. Apabila tidak
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
EKLAMPSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RSTN/SAK/A04/64 02 6/8
UPTD RSUD-TN
KABUPATEN
BOALEMO

Tanggal Terbit Ditetapkan


STANDAR 28 November 2022 Direktur,

ASUHAN

KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009

PROSEDUR ada malpresentasi dan gawat janin, maka


induksi persalinan dapat dilakukan. Namun, jika
persalinan normal tidak memungkinkan (kondisi
serviks tidak mendukung, usia kehamilan ≤30
minggu, terdapat kontraindikasi induksi)
maka sectio caesarea dapat dipilih
B. Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
 Sakit kepala yang semakin parah
 Tekanan darah yang semakin tinggi
 Mual dan muntah
 Tangan dan kaki membengkak
 Gangguan penglihatan
 Frekuensi dan jumlah urin yang
berkurang (oligouria).
 Peningkatan kadar protein di urine.
b. Pemeriksaan Fisik
 TD sistolik >160 mmHg atau diastolik
>110 mmHg
 Oedema tungkai
 Mata : pandangan kabur
c. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Diagnostik : Darah Lengkap,
Urine lengkap
 Pemeriksaan Penunjang : USG, fungsi hati,
fungsi ginjal
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
EKLAMPSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RSTN/SAK/A04/64 02 7/8
UPTD RSUD-TN
KABUPATEN
BOALEMO

Tanggal Terbit Ditetapkan


STANDAR 28 November 2022 Direktur,

ASUHAN

KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009

PROSEDUR 2. Diagnosa Kebidanan


Eklampsia
Data subjektif:
 Pasien mengeluh sakit kepala hebat
 Mual muntah
 Penglihatan kabur
 Kedua kaki bengkak
Data Objektif
 Ku lemas kesadaran composmentis
 TD 200/130 MmHg
 Pemeriksaan fisik: Mata apakah pandangan
kabur. Kaki apakah ada oedema tungkai
atau tdk
 Pemeriksaan laboratorium
3. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kebidanan,
gangguan aktivitas sehubungan dengan
terjadinya eklampsia dapat teratasi
Data Subjektif
 Pasien mengatakan sudah tidak sakit kepala,
mual muntah
 Pasien mengatakan pandangan sudah mulai
terlihat jelas
Data Objektif
 Ku lemas kes composmentis
 TD sistolik <160 mmHg atau diastolik <110
mmHg
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
EKLAMPSIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RSTN/SAK/A04/64 02 8/8
UPTD RSUD-TN
KABUPATEN
BOALEMO

Tanggal Terbit Ditetapkan


STANDAR 28 November 2022 Direktur,

ASUHAN

KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009

4. Intervensi
 Jelaskan hasil pemeriksaan
 Minta persetujuan keluarga untuk dilakukan
tindakan segera
PROSEDUR  Pasang IVFD cairan RL + MgSO4 40% 15 cc
 Pasang cateter
 Observasi TTV, urine
 Jika usia kehamilan sudah aterm segera
dilakukan terminasi kehamilan sectio caesarea
1. Bidang Keperawatan
UNIT TERKAIT 2. Ruang Rawat Jalan
3. Ruang Rawat Inap

Anda mungkin juga menyukai