EKLAMPSIA
ASUHAN
KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009
PROSEDUR 2. Patofisiologis
Plasentasi Abnormal pada Eklamsia
Peningkatan Tekanan Darah pada Eklamsia
3. Penatalaksanaan umum
a. Terapi Suportif
Jaga patensi jalan napas dan pastikan
oksigenasi baik. Pada pasien dengan
penurunan kesadaran,
peralatan intubasi perlu dipersiapkan
Posisikan pasien dalam posisi left lateral
decubitus. Posisi ini dapat mencegah aspirasi
dan obstruksi atau penekanan pada vena kava
oleh janin yang dapat meningkatkan uterine
blood flow
Pasang monitor untuk memantau tanda-tanda
vital, yakni tekanan darah, nadi, laju napas,
hingga saturasi oksigen. Lakukan monitor
pada janin juga dengan memeriksa denyut
jantung janin secara berkala
ASUHAN
KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009
PROSEDUR b. Medikamentosa
Antikonvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat lini
pertama sebagai antikonvulsan pada kejang
eklamsia. Dosis inisial sebesar 4–6 gram
diberikan dalam 15–20 menit. Selanjutnya,
dosis rumatan 1–2 gram per jam diberikan
secara kontinu. Pemberian magnesium sulfat
harus dilanjutkan setidaknya hingga 24 jam
setelah kejang terakhir atau setelah
persalinan.
Obat ini harus diberikan dengan
perhatian khusus karena dapat
menyebabkan toksisitas, kelumpuhan
saluran napas, depresi sistem saraf pusat,
dan henti jantung. Pemantauan refleks,
kadar kreatinin, dan urine output penting
dilakukan selama pemberian magnesium
sulfat.
Pada kejang refrakter yang tidak
merespons terhadap magnesium sulfat,
dapat digunakan lorazepam 2–4 mg melalui
intravena dalam 2–5 menit atau diazepam 5–
10 mg melalui intravena secara perlahan
untuk menangani kejang.
Pada kondisi yang merupakan
kontraindikasi terhadap magnesium sulfat,
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
EKLAMPSIA
ASUHAN
KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009
ASUHAN
KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009
PROSEDUR Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan untuk
mengantisipasi persalinan darurat, terutama
ketika usia kehamilan <32 minggu, untuk
pematangan paru janin. Dexamethasone 6
mg intramuskular setiap 12 jam diberikan
sebanyak 4 dosis atau betamethasone 12 mg
intramuskular setiap 24 jam diberikan
sebanyak 2 dosis.
c. Pemantauan Maternal
Pemantauan berkala pada status neurologis
pasien perlu dilakukan untuk mendeteksi
peningkatan tekanan intrakranial atau
perdarahan intrakranial. Intake cairan dan urine
output, laju pernapasan, dan oksigenasi juga
perlu diperiksa secara berkala. Pada pasien yang
mengalami edema paru atau oliguria/anuria,
pemantauan tekanan arteri pulmonal dapat
dibutuhkan.
Pemeriksaan untuk mendeteksi kemungkinan
penyebab lain juga diperlukan setelah kejang
teratasi dan pasien stabil.
Terminasi kehamilan merupakan tata laksana
definitif untuk kasus eklamsia. Namun, pastikan
bahwa pasien sudah dalam kondisi stabil, yakni
tidak dalam kondisi kejang atau koma dan
hemodinamik sudah stabil. Apabila tidak
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
EKLAMPSIA
ASUHAN
KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009
ASUHAN
KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009
ASUHAN
KEBIDANAN
dr. Rahmawaty Dai, M. Kes
NIP:19760805 200501 2 009
4. Intervensi
Jelaskan hasil pemeriksaan
Minta persetujuan keluarga untuk dilakukan
tindakan segera
PROSEDUR Pasang IVFD cairan RL + MgSO4 40% 15 cc
Pasang cateter
Observasi TTV, urine
Jika usia kehamilan sudah aterm segera
dilakukan terminasi kehamilan sectio caesarea
1. Bidang Keperawatan
UNIT TERKAIT 2. Ruang Rawat Jalan
3. Ruang Rawat Inap