Lampiran foto :
3.2 Pembahasan :
Praktikum mengenai pembuatan tempe dari kedelai yang telah dilakukan oleh kelompok kami
bertujuan memahami proses pembuatan tempe, mendeskripsikan langkah-langkah proses pembuatan
tempe, memahami peranan jenis kapang Rhizopus oryzae dalam peragian, memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi proses terjadinya fermentasi dalam pembuatan tempe.
Sebelum di beri perlakuan, biji kedelai di rendam di dalam air selama satu hari dengan
penggantian air rendaman beberapa kali. Tujuan perendaman biji kedelai adalah untuk menghilangkan
bau langu pada kedelai. Selama proses perendaman, biji mengalami proses hidrasi, sehingga kadar air
biji naik sebesar kira-kira dua kali kadar air semula, yaitu mencapai 62-65 %. Proses perendaman
memberi kesempatan pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat sehingga terjadi penurunan pH dalam
biji menjadi sekitar 4,5 – 5,3. Penurunan biji kedelai tidak menghambat pertumbuhan jamur tempe,
tetapi dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri kontaminan yang bersifat pembusuk. Proses
fermentasi selama perendaman yang dilakukan bakteri mempunyai arti penting ditinjau dari aspek
gizi, apabila asam yang dibentuk dari gula stakhijosa dan rafinosa. Keuntungan lain dari kondisi asam
dalam biji adalah menghambat penaikan pH sampai di atas 7,0 karena adanya aktivitas proteolitik
jamur dapat membebaskan amonia sehingga dapat meningkatkan pH dalam biji. Pada pH di atas 7,0
dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan atau kematian jamur tempe. Proses hidrasi terjadi
selama perendaman dan perebusan biji. Makin tinggi suhu yang dipergunakan makin cepat proses
hidrasinya, tetapi bila perendaman dilakukan pada suhu tinggi menyebabkan penghambatan
pertumbuhan bakteri sehingga tidak terbentuk asam.
Setelah di rendam, biji kedelai di rebus untuk menghilangkan bau langu dan untuk mempermudah
pelepasan kulit biji kedelai. Proses pemanasan atau perebusan biji setelah perendaman juga bertujuan
untuk membunuh bakteri-bakteri kontaminan, mengaktifkan senyawa tripsin inhibitor, membantu
membebaskan senyawa-senyawa dalam biji yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur (Hidayat, dkk.
2006). Biji kedelai yang sudah di rebus kemudian di pisahkan dengan kulitnya. Setelah di pisah
dengan kulit, di peroleh berat bersih biji kedelai sebesar yang telah di rebus dan di kupas. Kemudian
biji kedelai di beri ragi sebanyak 0.75% dari berat bersih biji kedelai. Penambahan ragi tersebut
bertujuan untuk fermentasi tempe. Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan
dalam pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin
dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai
lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu
menghasilkan protease. Rhizopus sp. tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Semakin lama waktu
fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena
pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk
pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan
kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan
oleh jamur. Pada tempe terdapat jamur Rhizopus oryzae yang mengalami fermentasi.
Setelah pemberian ragi, biji kedelai yang sudah di beri ragi di susun di dalam plastik yang sudah
di lubangi. Kemudian di inkubasi selama tiga hari pada suhu ruangan. Selama inkubasi terjadi proses
fermentasi yang menyebabkan perubahan komponen-komponen dalam biji kedelai. Persyaratan
tempat yang dipergunakan untuk inkubasi kedelai adalah kelembaban, kebutuhan oksigen dan suhu
yang sesuai dengan pertumbuhan jamur (Hidayat, dkk. 2006).
Pemberian ragi selesai, bungkus tempe dengan plastik bungkusan dan diinkubasi+ selama 2 hari 2
malam. Selama inkubasi terjadi fermentasi yang menyebabkan komponen-komponen dalam biji
kedelai. Persyaratan tempat untuk inkubasi kedelai adalah kelembaban, kebutuhan oksigen dan suhu
yang sesuai dengan pertumbuhan jamur.
Setelah diinkubasi + selama 2 hari 2 malam, pengamatan pun dilakukan. Didapati hasil tempe
yang kurang bagus atau belum sesuai yang diinginkan. Karena pada bagian tengah tempe tidak
terfermentasi secara sempurna. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan tempe
antara lain :
a. Suhu
b. Banyaknya ragi yang diberikan
c. Kandungan air yang diperas harus benar-benar berkurang sampai kering
d. Kesterilan alat dan bahan
Sehingga mungkin hal ini terjadi karena penambahan ragi yang tidak homogen atau kurang
memadatnya pembungkusan tempe. Sehingga pada bagian tengah tempe kedelai masih memisah,
tidak terfermentasi secara sempurna
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembuatan tempe memanfaatkan jamur Rhizopus oryzae. Sebelum dilakukan proses pembuatan
tempe, yang dilakukan pertama perendaman biji kedelai. Tujuan perendaman biji kedelai adalah untuk
menghilangkan bau langu pada kedelai. Selama proses perendaman, biji mengalami proses hidrasi,
sehingga kadar air biji naik sebesar kira-kira dua kali kadar air semula. Proses perendaman memberi
kesempatan pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat sehingga terjadi penurunan pH dalam biji
kedelai.
Adanya proses hidrasi terjadi selama perendaman biji. Makin tinggi suhu yang dipergunakan
maka makin cepat proses hidrasinya, tetapi bila perendaman dilakukan pada suhu tinggi menyebabkan
penghambatan pertumbuhan bakteri sehingga tidak terbentuk asam. Proses pemanasan atau perebusan
biji setelah perendaman juga bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri kontaminan, mengaktifkan
senyawa tripsin inhibitor, membantu membebaskan senyawa-senyawa dalam biji yang diperlukan
untuk pertumbuhan jamur.
Pembusukan pada tempe di sebabkan karena sedikitnya ragi yang di gunakan pada pembuatan
tempe dan sudah memasuki fase pembusukan sehingga terjadi penaikan jumlah bakteri dan jumlah
asam lemak bebas, pertumbuhan jamur menurun dan pada kadar air tertentu pertumbuhan jamur
terhenti.
DAFTAR PUSTAKA