PEMBUATAN TEMPE
Oleh :
NIM : 06101181419021
Kelompok : 2 (Dua)
Kacang
Kedelai
Dibersihkan
Dikupas Kulit
arinya
Diberikan ragi
Angkat dan dinginkan
tempe
TEMPE
IX. Data Hasil Pengamatan
Pengamatan
Hari ke-1 Masih berwujud kedelai utuh dan belum ada
miselium
Hari ke-2 Mulai terjadi penguapan di dalam bungkusan
tempe, sudah muncul serat-serat miselium
berwarna putih (jamur) di sekitar kedelai.
Hari ke-2 Serat-serat miselium di dalam bungkusan
kedelai semakin banyak, sehingga kedelai
semakin padat, dan terasa hangat.
X. Persamaan Reaksi
% Ragi = 0,02%
Menghitung Rendemen Tempe
Massa tempe = 850 gram
Massa kedelai yang sudah direndam = 1900 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒
Rendemen tempe = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑑𝑒𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎𝑚 × 100%
850 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1900 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 44,7%
XII. Pembahasan
Pembuatan tempe dilakukan dengan fermentasi kacang kedelai dengan
menggunakan ragi tempe. 1 kg kacang kedelai di cuci dan di rendam di dalam air
selama satu hari dengan penggantian air rendaman beberapa kali. Tujuan
perendaman biji kedelai adalah untuk menghilangkan bau langu pada kedelai.
Selama proses perendaman, biji mengalami proses hidrasi, sehingga kadar air biji
naik sebesar kira-kira dua kali kadar air semula, yaitu mencapai 62-65 %. Proses
perendaman memberi kesempatan pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat
sehingga terjadi penurunan pH dalam biji menjadi sekitar 4,5 – 5,3. Penurunan pH
biji kedelai tidak menghambat pertumbuhan jamur tempe, tetapi dapat
menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri kontaminan yang bersifat pembusuk.
Setelah direndam kacang kedelai direbus, hal ini dilakukan untuk
memudahkan pengupasan kulit ari pada kedelai. Baru kemudian kacang kedelai di
kupas kulit arinya. Pengupasan kulit ari perlu dilakukan karena dalam kulit ari
tersebut mengandung senyawa anti jamur yaitu zat tanduk (khitin). Maka dari itu
kulit biji kedelai dikupas, agar miselium kapang dapat menembus biji kedelai
selama proses fermentasi. Pada pengupasan kulit ari diusahakan keping biji
kedelai terpisah karena penetrasi miselium kapang banyak terjadi pada permukaan
yang datar daripada permukaan yang melengkung. Bila pengupasan sudah selesai,
dilakukan perebusan kedua selama 20-30 menit yang bertujuan untuk membunuh
bakteri-bakteri kontaminan, mengaktifkan senyawa tripsin inhibitor, membantu
membebaskan senyawa senyawa dalam biji yang diperlukan untuk pertumbuhan
jamur.
Setelah matang, kacang kedelai ditiriskan dan didinginkan, hal ini
dilakukan agar kandungan air dalam kacang kedelai berkurang dan mengering.
Karena air yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan jamur dan
menstimulasi pertumbuhan bakteri-bakteri kontaminan, sehingga menyebabkan
pembusukan. Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu biji sampai sesuai
dengan kondisi pertumbuhan jamur yaitu pada suhu antara 25°-30° C atau suhu
kamar. Kemudian baru dilakukan peragian. Peragian dilakukan dengan cara
ditebar diatas permukaan kacang kedelai yang telah dingin dan kering, lalu diaduk
rata. Jumlah lagi yang ditambahkan setidaknya 0,2% - 0,5% dari berta bahan yang
dibuat menjadi tempe. Keaktifan ragi dapat mempengaruhi fermentasi tempe.
Ragi yang disimpan terlalu lama akan mengurangi keaktifannya, karena itu pada
pembuatan tempe sebaiknya digunakan ragi yang belum lama disimpan agar
dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan.
Kemudian kedelai dikemas dengan mengkondisikan sedikit oksigen sesuai
kebutuhan kapang. Oksigen diperlukan dalam pertumbuhan kapang, tetapi bila
berlebihan dan tak seimbang dengan pembuangnya (panas yang ditimbulkan
menjadi lebih besar dari pada panas yang dibuang dari bungkusan). Jika hal ini
terjadi maka suhu kedelai yang sedang difermentasi menjadi tinggi dan
mengakibatkan kapangnya mati selain itu juga kelebihan oksigen menyebabkan
proses metabolismenya terlalu cepat, sehingga suhu pada kedelai naik. Oleh
karena itu, pada pembungkus tempe biasanya dilakukan penusukan menggunakan
lidi dengan jarak 1-2 cm yang bertujuan agar oksigen dapat masuk dalam bahan
tempe. Setelah itu baru dilakukan inkubasi pada suhu 25°-37° C selama 36-48
jam.
Fermentasi pada pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang
Rhizopus oligosporus. Mikroorganisme ini selama proses pembuatan tempe,
menguraikan protein menjadi asam-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya
akan mengalami peningkatan. Kedelai yang telah difermentasi menjadi tempe
akan lebih mudah dicerna. Selama fermentasi sebagian nutrisi kacang akan
dimetabolisme oleh jamur dan lepaslah air, adanya panas oleh proses metabolisme
juga menghasilkan uap air. Uap air akibat proses metabolisme kapang akan
dilepaskan keluar, namun karena tertahan oleh kemasan maka uap air tersebut
akan jatuh kembali ke tempe, sehingga dapat meningkatkan kadar air tempe.
Proses yang fermentasi terlalu lama, menyebabkan terjadinya kenaikan
jumlah bakteri, jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur juga menurun dan
menyebabkan degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amoniak. Akibatnya,
tempe yang dihasilkan mengalami proses pembusukan dan aromanya menjadi
tidak enak. Hal ini terjadi karena senyawa yang dipecah dalam proses fermentasi
adalah karbohidrat.
Secara umum, tempe yang bagus mempunyai warna putih karena
pertumbuhan miselium kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga
terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada
fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Tempe yang kami
hasilkan mempunyai warna putih, dengan aroma khas tempe dan tekstur keras
padat tidak buyar.
XIII. Kesimpulan
1. Fermentasi pada pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang
Rhizopus oligosporus yang menguraikan protein menjadi asam-asam
amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan
sehingga kedelai pada tempe akan lebih mudah dicerna.
2. Proses perendaman menyebabkan biji mengalami proses hidrasi hingga
kadar air naik menjadi 62-65%, memberi kesempatan pertumbuhan
bakteri-bakteri asam laktat sehingga terjadi penurunan pH dalam biji
menjadi sekitar 4,5 – 5,3.
3. Pengupasan kulit ari perlu dilakukan agar miselium fungi dapat menembus
biji kedelai selama proses fermentasi karena terdapat senyawa antijamur
yaitu zat tanduk (khitin) pada kulit ari.
4. Penetrasi miselium kapang banyak terjadi pada permukaan yang datar
daripada lengkung, sehingga pada saat pengupasan kulit ari kedelai
dipecah.
5. Proses fermentasi yang terlalu lama, menyebabkan terjadinya kenaikan
jumlah bakteri, jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur juga
menurun dan menyebabkan degradasi protein lanjut sehingga terbentuk
amoniak. Akibatnya, tempe yang dihasilkan mengalami proses
pembusukan dan aromanya menjadi tidak enak.
6. Tempe yang bagus mempunyai warna putih, tekstur yang memadat serta
memiliki rasa dan aroma khas.
Daftar Pustaka
Deliani. 2008. Pengaruh Lama Terhadap Kadar Protein, Lemak, Komposisi Asam
Lemak dan Asam Fitat pada Pembuatan Tempe. Tidak Dipublikasikan.
Universitas Sumatera Utara, Medan
Proses Perebusan