NIM : 11000119130456
Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana (G)
Dosen Pengampu : Sukinta, S.H., M.Hum.
PERTEMUAN 5
Lembaga yang diberikan wewenang untuk menjadi penuntut umum di Indonesia adalah
kejaksaan (Walau dalam Pengadilan ad hoc ada KPK)
Hal ini dijelaskan di dalam undang undang tidak boleh menjadi penuntut umum selain
kejaksaan kecuali diatur dalam undang undang
Dalam perkara lalulintas penyidik dalam polisi lalulintas yang menjadi penuntut umum
Yang melaksanakan putusan hakim berkaitan dengan pidana baik itu denda atau penjara dan
lain lain pasti jaksa bukan polisi lalulintas atau KPK
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi kewenangan oleh undang undang untuk beracara di
pengadilan
[Semua penuntut umum pasti Jaksa (kecuali KPK dan penyidik lalulintas yang diatur dalam
undang undang), Tetapi tidak semua Jaksa adalah penuntut umum]
[Hukum Progresif juga membahas tentang peradilan walau di kemas dalam pembahasan
Sosiologis]
1. Asas legalitas
2. Asas oportunitas
Asas legalitas
Adalah Asas di mana apabila sudah mempunyai cukup bukti seorang tersangka wajib
untuk dituntut yakni dengan syarat adanya bukti permulaan yakni dua alat bukti yang sah
Asas oportunitas
Meskipun seseorang cukup memiliki bukti tetapi ia tidak dapat dituntut atau disebut
perkaranya dikesampingkan
Hal ini dikarenakan apabila ia dituntut maka akan menimbulkan masalah kejauhan misalnya
Habib Rizieq atau FPI (front pembela Islam)
Banyak masa yang akan kontra karena banyak pendukung yang fanatik
Misalnya kasus Deponering ini adalah kasus Candra pimpinan KPK apabila canda di
jalankan kasusnya di Adili maka KPK akan berhenti untuk menyelidiki tindakan korupsi maka
koruptor akan senang di dalam sini ada unsur politik dan apabila Candra
Apabila dituntut akan berakibat konflik kalau dituntut akan mengganggu kepentingan umum
masyarakat tapi bisa juga mengganggu kepentingan politik dan bisa juga adanya kericuhan
nasional atau kericuhan lokal contoh kericuhan lokal misalnya konflik antar ras.
Karena tujuan utama dari penuntutan adalah untuk mencari kedamaian di mana negara
menjamin kepentingan umum yakni kepentingan masyarakat dengan cara memberi
perlindungan dengan memidana Oknum oknum kejahatan agar tidak ber Keliaran bebas di
lingkungan masyarakat, agar tidak kembali lagi terulang kejadian pidana yang sama sehingga
m tidak meresahkan masyarakat
Hal ini pun berkaitan erat dalam hukum publik di mana balas dendam tidak boleh
dilakukan langsung oleh korban hal ini haruslah diambil alih oleh negara tidak boleh korban
ataupun masyarakat main hakim sendiri, Misalnya maling atau pelaku pemerkosaan dibunuh
atau pembunuh langsung dibunuh itu tidak boleh karena memang tugas negara untuk mengadili
oknum tindak pidana tersebut
Fungsi dari penuntut umum yakni:
Surat dakwaan
Surat surat atau akta yang membuat Perumusan dari tindak pidana yang didakwa kan yang
sementara dapat disimpulkan dari hasil penyidikan penyidik yang merupakan dasar bagi hakim
untuk melakukan pemeriksaan di sidang pengadilan
(Biasa juga disebut sebagai tahapan pra penuntutan, lutis contosta sio batas batas pemeriksaan)
Dalam surat dakwaan pasal yang didakwakan dihubungkan dengan fakta dan unsur tindak
pidana, misalnya dalam pembunuhan berencana pasal 340 KUHP seseorang dengan sengaja
berencana menghilangkan nyawa seseorang tindakan kesengajaan ini dapat berupa di
temukannya fakta bahwa A membeli bisa menyiapkan pisau dan membawa pisau
umur dan tanggal lahir Secara lengkap tentang tindak pidana yang
didakwakan
tempat tinggal
agama
pekerjaan tersangka
Cara merumuskan dakwaan harus mengandung lukisan tentang apa yang senyatanya terjadi
dalam lukisan itu harus ternyata pula unsur yuridis dari tindak pidana yang didakwa kan
1. dakwaan tunggal
2. dakwaan alternatif
3. dakwaan subsider
4. dakwaan kumulatif
5. dan dakwaan campuran
Adanya bentuk surat dakwaan hal ini untuk memberikan kepastian hukum dan memberikan
serta mempengaruhi rasa keadilan karena misalnya dakwaan tunggal yakni mencuri maka
Hakim tidak bisa menuntut terdakwa untuk dipidana mati sedangkan apabila menggunakan
dakwaan kumulatif ini mencuri dan melakukan pembunuhan berencana maka Hakim dapat
menentukan pidana mati
Dakwaan tunggal hanya satu perbuatan dan hanya satu pasal
dakwaan alternatif antar pasal saling dan paling mengecualikan konotasinya atau kalau tidak
A ya B
Dakwaan subsider dari paling berat Ke dakwaan teringan , dari dakwaan solut akan
subsider dakwaan lebih subsider dan Dakwah lebih lebih subsider dan hanya empat dakwaan
saja misalnya
Dakwaan kumulatif masing masing berdiri sendiri, tunduk pada pasal sendiri sendiri misalnya
mencuri dan membunuh di dalam dakwaan kumulatif masuk teori Absorpsi
Penggabungan perkara atau (Voging) di mana di dalam suatu tindakan pidana terdakwa nya
Lebih dari satu orang maka orang orang tersebut secara bersama sama diadili dijadikan ke
dalam satu surat dakwaan
Pemisahan perkara atau (Splitsing) di mana dalam tindak pidana terdakwa yang saling bantu
membantu dan berkaitan dipisah dan di sinilah ada istilah saksi mahkota dengan ini beda
penomoran pada surat dakwaan
Misalnya pembunuhan yang dilakukan oleh tiga orang yakni kejahatan badan atau kejahatan
nyawa dilakukan split sing agar apabila dilakukan fogging dan ternyata tidak terbukti maka
tidak tiga tiga pelakunya bebas
Penghentian penuntutan pasal 140 ayat (2) huruf a -tidak terdapat cukup bukti (minimal ada
dua alat bukti)
3. Perkara singkat
4. Perkara biasa