PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan
kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar
anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri
kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga
menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kerajaan Kadiri, Ken Arok lebih
dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir abad ke-13. Kerajaan Hindu-Buddha
ini mengalami masa kejayaan pada abad ke-14. Raja pertama adalah Raden Wijaya.
Dia dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, atau
bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Reden Wijaya, sang pendiri Kerajaan
Majapahit, bergelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana. Masa pemerintahan
Raden Wijaya berlangsung selama 16 tahun, yakni pada 1293 Masehi hingga 1309
Masehi. Keruntuhan Kerajaan Majapahit diperkirakan terjadi pada abad ke-16.
Kerajaan Bali terletak di sebuah pulau yang tidak jauh dari daerah Jawa
Timur, tepatnya di sebelah timur Pulau Jawa, maka dalam perkembangan sejarahnya,
Bali mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Pulau Jawa. Ketika kerajaan
Majapahit runtuh, banyak dari rakyat Majapahit yang melarikan diri kemudian
menentap di Bali. Sehingga sampai saat ini masih ada kepercayaan bahwa sebagian
dari masyarakat Bali adalah pewaris tradisi Majapahit.
Kerajaan Bali adalah sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau
berukuran kecil yang tak jauh dari Pulau Jawa dan berada di sebelah timur. Kerajaan
ini berada di sebuah pulau kecil yang dahulu masih dinamakan dengan Pulau Jawa
sehingga bisa dikatakan pulau ini masih dianggap sebagai bagian dari Pulau Jawa.
Kerajaan ini pada umumnya menganut kepercayaan berupa agama Hindu
walau pada perkembangannya nanti ternyata tidak hanya agama Hindu yang dominan,
tapi juga kepercayaan-kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Ini bisa terjadi
karena kentalnya budaya nenek moyang pada saat itu walau kerajaan ini sudah berdiri.
Penulisan makalah terkait kehidupan terdahulu adalah sebagai bahan
pembelajaran kita akan perjalanan peradabannya dari mulai Nabi Adam diciptakan,
juga agar kita mengetahui dan memahami akan pentingnya kisah-kisah peradaban di
masa lalu sehingga masyarakat dapat mengetahui akan asal usul bangsa, budaya dan
agamanya. Dari sejarah, kita bisa mengetahui dan memahami peristiwa penting di
masa lalu yang sangat berpengaruh bagi kehidupan di masa sekarang.
2
Pada makalah ini, Penulis akan memaparkan ketiga kerajaan terdahulu yakni
Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Bali, sehingga pembaca dapat
memahami asal-usul terbentuknya suatu negara. Namun disini Penulis memfokuskan
pada pembahasan ketiga kerajaan tersebut di atas.
B. Rumusan Masalah
Agar lebih mudah dalam penulisan makalah ini, maka penulis merumuskannya
dalam beberapa pertanyaan, yang nantinya akan dijadikan acuan dalam pembahasan.
Beberapa pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kerajaan Singasari
a. Apa saja sumber sejarah Kerajaan Singasari ?
b. Bagaimana Kehidupan Politik pada zaman Kerajaan Singasari?
c. Bagaimana Kehidupan Sosial pada zaman Kerajaan Singasari?
d. Bagaimana Kehidupan Ekonomi pada zaman Kerajaan Singasari?
e. Bagaimana Kehidupan Budaya pada zaman Kerajaan Singasari?
2. Kerajaan Majapahit
a. Apa saja sumber sejarah Kerajaan Majapahit ?
b. Bagaimana Kehidupan Politik pada zaman Kerajaan Majapahit?
c. Bagaimana Kehidupan Sosial pada zaman Kerajaan Majapahit?
d. Bagaimana Kehidupan Ekonomi pada zaman Kerajaan Majapahit?
e. Bagaimana Kehidupan Budaya pada zaman Kerajaan Majapahit?
3. Kerajaan Bali
a. Apa saja sumber sejarah Kerajaan Bali ?
b. Bagaimana Kehidupan Politik pada zaman Kerajaan Bali?
c. Bagaimana Kehidupan Sosial pada zaman Kerajaan Bali?
d. Bagaimana Kehidupan Ekonomi pada zaman Kerajaan Bali?
e. Bagaimana Kehidupan Budaya pada zaman Kerajaan Bali?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah;
2. Untuk mendalami tentang Sejarah Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, dan
Kerajaan Bali; dan
3. Untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang Sejarah Kerajaan Singasari,
Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Bali.
3
D. Manfaat
1. Untuk memberikan pengetahuan baru bagi para pembaca tentang Kerajaan
Singasari, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Bali;
2. Untuk memberikan pengetahuan baru tentang Kehidupan pada waktu Kerajaan
Singasari, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Bali berkuasa;
3. Untuk memberikan sedikit gambaran terkait asal mula terbentuknya sebuah
negara.
4
E. Batasan Masalah
F. Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
Dimana dalam bab ini penulis memaparkan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan, manfaat, pembatasan masalah, dan sistematika
penulisan.
2. BAB II Pembahasan
Dimana dalam bab ini, penulis membahas tentang apa yang telah di rumuskan,
dalam perumusan masalah
Dimana dalam bab ini, penulis memaparkan mengenai kesimpulan dan saran-
saran yang ingin disampaikan penulis.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. KERAJAAN SINGASARI
a. Sumber Sejarah
Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur yang
didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini sekarang
diperkirakan di daerah Singasari, Malang. Kerajaan Singasari hanya sempat bertahan
70 tahun sebelum mengalami keruntuhan. Kerajaan ini beribu kota di Tumapel yang
terletak di kawasan bernama Kutaraja. Pada awalnya, Tumapel hanyalah sebuah
wilayah kabupaten yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Kadiri dengan bupati
bernama Tunggul Ametung. Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok yang
merupakan pengawalnya.
7
tulisannya yakni 1535 Saka atau tepatnya 3 Agustus 1613. bila melihat tanggal
Pararaton ditulis sejaman dengan berkuasanya Sultan Agung di Jawa.
Pararaton diawali dengan cerita mengenai inkarnasi Ken Arok, yaitu tokoh
pendiri kerajaan Singhasari (1222–1292). Selanjutnya hampir setengah kitab
membahas bagaimana Ken Arok meniti perjalanan hidupnya, sampai ia menjadi
raja di Tahun 1222. Penggambaran pada naskah bagian ini cenderung bersifat
mitologis. Cerita kemudian dilanjutkan dengan bagian-bagian naratif pendek, yang
diatur dalam urutan kronologis. Banyak kejadian yang tercatat di sini diberikan
penanggalan. Mendekati bagian akhir, penjelasan mengenai sejarah menjadi
semakin pendek dan bercampur dengan informasi mengenai silsilah berbagai
anggota keluarga kerajaan Majapahit.
2. Kitab Negarakertagama
Pertama dari isian Kitab Negarakertagama hasil karya Empu Prapanca adalah
mengisahkan tetnang sejarah raja-raja Singasari dan Majapahit beserta masa
pemerintahannya. Dari kitab ini kamu bisa melihat silsilah raja sejak zaman
Singasari dan Majapahit.
8
Berbagai sumber sejarah mengenai kondisi kota Majapahit beserta daerah-daerah
kekuasannya sudah tertuang secara jelas dalam Kitab Negarakertagama karya
Empu Prapanca. Jadi tak heran bila kitab ini menjadi sumber sejarah tervalid yang
banyak diakses oleh para peneliti sejarah.
Raja paling terkenal dari Majapahit yakni Hayam Wuruk juga dikisahkan dalam
kitab Negarakertagama ini bahkan sudah dikisahkan sejak berkunjung ke berbagai
daerah kekuasannya di Jawa Timur hingga daftar candi-candi yang sudah dibuat.
Selain dari kisah raja, isi kitab Negarakertagama juga memperlihatkan kehidupan
budaya dari masyarakat Majapahit baik dari keagamaan hingga upacara-upacara
sakral salah satunya upacara Srrada untuk menghormati roh Gayatri hingga
mampu menambah kesaktian raja.
9
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi
pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama
prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk
pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud
prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.
b. Kehidupan Politik
Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini.
Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu.
Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan
oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang
diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah
Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi
Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang
Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang dilanjutkan
Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data
ini didapat dari prasasti Mula Malurung.
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja
Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu
dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa).
Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M,
Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok
dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.
2. Anusapati (1227–1248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan
Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak
melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya
menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga
ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa
10
Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa
(tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat
Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut
keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati.
Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
3. Tohjoyo (1248 M)
4. Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri
Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang
diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat
Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama
Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi
raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan
didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi
Waleri sebagai Siwa.
5. Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-
cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar
Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga
orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i
sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-
pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih
Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria
Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain.
11
Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi
Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan
pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.
Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan
berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para
pembesar istana. Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan
tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan
Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta
perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden
Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya
diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati.
Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.
Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang
dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di
Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang
berada di Taman Simpang, Surabaya.
c. Kehidupan Sosial
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun.
Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan
12
masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada
pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian
karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana
kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia
meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara
dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.
2. Menguasai Bali.
d. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi kerajaan Singasari berasal dari berita negeri asing, sumber
prasasti dan analisis para ilmuan. Menurutnya kerajaan Singasari berpusat di sekitar
Lembah Sungai Brantas dan rakyatnya banyak mengantungkan hidupnya sebagai
seorang petani. Perekonomian tersebut didukung oleh melimpahnya hasil bumi.
Dengan begitu Kertanegara banyak memperluas kekuasaannya untuk lintas
perdagangan. Bahkan Sungai Brantas digunakan untuk sarana jalur perdagangan dari
wilayah wilayah luar. Perkembangan perekonomian dalam kerajaan Singasari juga
didukung oleh jalur perdagangan.
13
e. Kehidupan Budaya
2. KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu terbesar yang letaknya
berada di Jawa Timur. Kerajaan Majapahit termasuk ke dalam kerajaan kuno di
Indonesia yang berdiri antara tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan Majapahit pertama
kali didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 M.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya dan hampir menguasai
seluruh wilayah di Nusantara pada abad ke-14 pada masa kekuasaan Hayam Wuruk
(1350-1389 M) yang kala itu didampingi oleh Patih Gadjah Mada (1331-1364 M).
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu terakhir yang berada di
Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari kerajaan terbesar dalam
sejarah Indonesia. Majapahit menguasai kerajaan lain di semenanjung Malaya, seperti
Bornei, Sumatera, Bali, dan juga negara Filipina.
a. Sumber Sejarah
Mengenai bukti sejarah Kerajaan Majapahit yang bisa kita peroleh informasinya
hingga saat ini, tidak terlepas dari prasasti dan juga kitab yang menceritakan Kerajaan
Majapahit. Berikut diantaranya :
1. Prasasti Butak (tahun 1294), berisi peristiwa-peristiwa keruntuhan Kerajaan
Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan.
2. Prasati Kudadu, berisi kisah pertempuran pasukan Raden Wijaya melawan
pasukan Kediri.
3. Kidung Harsawijaya dan kidung Panji Wijayakrama, menceritakan tentang
Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari Kediri dan tahun-tahun awal
perkembangan Majapahit.
14
4. Kitab Pararaton, menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan
Majapahit.
5. Kitab Negarakertagama, menceritakan tentang perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa
Timur.
Selain sumber-sumber tersebut, sumber yang tidak kalah penting menerangkan
keberadaan Kerajaan Majapahit adalah sumber yang berasal dari luar negeri berupa
berita asing, yaitu sebagai berikut.
Catatan Dinasti Tang (1292) yang berasal dari China, yang mengungkap bahwa
pada tahun tersebut kaisar China mengirim tentara untuk menghukum raja
Kertanegara (raja terakhir Singasari) karena melukai wajah utusan yang dikirim
mereka sebelumnya.
Catatan Dinasti Ming (1268 M) yang juga berasal dari China mengungkap
adanya hubungan diplomasi antara Majapahit dan kekaisaran China.
Laporan Gubernur Portugis di Malaka yaitu, Ruo de Brito pada tahun 1524 M
tentang adanya kedaulatan di tanah Jawa (Majapahit) dan tanah Pasundan
(Pajajaran)
b. Kehidupan Politik
Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja Majapahit pertama pada tahun 1293
dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Sebagai seorang raja yang besar, Raden
Wijaya memperistri empat putri Kertanegara sebagai permaisurinya. Dari Tribuana, ia
mempunyai seorang putra yang bernama Jayanegara, sedangkan dari Gayatri, Raden
Wijaya mempunyai dua orang putri, yaitu Tribuanatunggadewi dan Rajadewi
Maharajasa.
Para pengikut Raden Wijaya yang setia dan berjasa dalam mendirikan kerajaan
Majapahit, diberi kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan. Tetapi ada saja yang
tidak puas dengan kedudukan yang diperolehnya. Hal ini menimbulkan
15
pemberontakan di sana-sini. Pemberontakan pertama terjadi pada tahun 1295 yang
dilakukan oleh Rangga Lawe (Parangga Lawe) Bupati Tuban. Rangga Lawe
memberontak karena tidak puas terhadap kebijaksanaan Kertarajasa yang dirasa
kurang adil. Kedudukan Patih Majapahit seharusnya diberikan kepadanya. Namun,
oleh Kertarajasa kedudukan itu telah diberikan kepada Nambi (anak Wiraraja).
Pemberontakan Rangga Lawe dapat ditumpas dan ia tewas oleh Kebo Anabrang.
Lembu Sora, sahabat Rangga Lawe, karena tidak tahan melihat kematiannya,
kemudian membunuh Kebo Anabrang. Peristiwa itu dijadikan alasan Mahapatih yang
mempunyai ambisi politik besar di Majapahit menyusun strategi agar raja bersedia
menghukum tindakan Lembu Sora. Lembu Sora membangkang perintah raja dan
mengadakan pemberontakan pada tahun 1298–1300. Lembu Sora gugur bersama
sahabatnya, Jurudemung dan Gajah Biru.
Susunan pemerintahan Raden Wiajaya tidak banyak berbeda dengan
pemerintahan Singasari. Raja dibantu oleh tiga orang mahamenteri (i hino, i sirikan,
dan i halu) dan dua orang pejabat lagi, yaitu rakryan rangga dan rakryan tumenggung.
Pada tahun 1309 Raden Wiajay wafat dan didharmakan di Simping dengan Arca
Syiwa dan di Antahpura (di kota Majapahit) dengan arca perwujudannya berbentuk
Harihara (penjelmaan Wisnu dan Syiwa).
2. Sri Jayanegara (1309–1328)
Setelah Raden Wijaya mangkat, digantikan putranya yang bernama Kala Gemet
dengan gelar Sri Jayanegara. Kala Gemet sudah diangkat sebagai raja muda
(kumararaja) sejak ayahnya masih memerintah (1296). Ternyata, Jayanagara adalah
raja yang lemah. Oleh karena itu, pada masa pemerintahannya terus dirongrong oleh
sejumlah pemberontakan.
Pada Tahun 1316 timbul pemberontakan yang dipimpin oleh Nambi yang
menjabat Rakryan Patih Majapahit. Nambi memusatkan kekuatannya di daerah
Lumajang dan Pajarakan. Pemberontakan Nambi mendapat dukungan dari ayahnya
(Wiraraja). Raja Jayanegara atas nasihat Mahapati memerintahkan Lumajang dan
Pajarakan digempur sampai hancur. Terjadilah pertempuran sengit dan Nambi pun
gugur.
Keadaan belum pulih, terjadi lagi pemberontakan Semi pada tahun 1318.
Setahun kemudian (1319) terjadi pemberontakan Kuti. Semi dan Kuti adalah dua
16
orang dari tujuh dharmmaputra. Pemberontakan inilah yang paling berbahaya karena
Kuti berhasil menduduki ibu kota Kerajaan Majapahit. Jayanegara terpaksa melarikan
diri dan mengungsi ke Badander di bawah perlindungan pasukan Bayangkara yang
dipimpin oleh Gajah Mada.
Setelah raja dalam keadaan aman, Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk
melakukan pendekatan kepada rakyat. Ternyata masih banyak rakyat yang memihak
raja dan Gajah Mada pun berhasil menanamkan rasa kebencian kepada Kuti. Dengan
strategi yang jitu, Gajah Mada mengadakan serangan secara tiba-tiba ke pusat
kerajaan. Pasukan Kuti dapat dihancurkan dan Kuti tewas dalam pertempuran itu.
Setelah keadaan benar-benar aman, Jayanegara pulang ke ibu kota untuk meneruskan
pemerintahannya. Karena jasanya yang besar, Gajah Mada diangkat menjadi Patih
Kahuripan. Dua tahun berikutnya, ia diangkat menjadi Patih Daha menggantikan Arya
Tilan (1321).
Pada tahun 1328 terjadilah musibah yang mengejutkan. Raja Jayanegara
dibunuh oleh Tanca (seorang tabib kerajaan). Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah
Mada. Peristiwa itu disebut Patanca. Jayanegara didharmakan di Candi Srenggapura di
Kapopongan.
3. Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwarddhani (1328–1350)
17
dikenal dengan nama Sumpah Palapa. Palapa berarti garam atau rempah-rempah yang
dapat melezatkan berbagai masakan. Oleh karena itu, sumpah itu dapat diartikan
bahwa Gajah Mada tidak akan makan palapa (hidup enak) sebelum berhasil
menyatukan Nusantara.
Semula banyak pejabat negara yang menertawakannya, tetapi Gajah Mada sudah
bertekad baja, bersemangat membara, dan maju terus pantang mundur. Gajah Mada
mempersiapkan segala sesuatunya untuk mewujudkan sumpahnya, seperti prajurit
pilihan, persenjataan, dan armada laut yang kuat. Setelah persiapannya matang, tentara
Majapahit sedikit demi sedikit bergerak menyerang untuk menaklukkan wilayah
kerajaan lain.
Pada tahun 1334 Bali berhasil ditaklukkan oleh Gajah Mada yang dibantu oleh
Laksamana Nala dan Adityawarman. Adityawarman adalah seorang pejabat Majapahit
keturunan Melayu dan berkedudukan sebagai werdhamantri dengan gelar Arya
Dewaraja Pu Aditya. Setelah penaklukkan Bali, satu demi satu daerah di Sumatra,
Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian
(Papua) bagian barat berhasil ditundukkan dan mengakui kekuasaan Majapahit. Tugas
besar itu tercapai pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Agar pengakuan
kekuasaan Majapahit di Sumatra kekal, Adityawarman diangkat menjadi raja di
Melayu menggantikan Mauliwarmadewa (1343). Adityawarman segera menata
kembali struktur pemerintahan dan meluaskan daerah kekuasaannya hingga
Pagarruyung–Minangkabau. Setelah itu, Adityawarman memindahkan pusat kerajaan
dari Jambi ke Pagarruyung. Adityawarman memerintah hingga tahun 1375.
Pada tahun 1372 Tribhuwanatunggadewi meninggal dan didharmakan di
Panggih dengan nama Pantarapurwa.
4. Raja Hayam Wuruk (1350–1389)
Hayam Wuruk setelah naik takhta bergelar Sri Rajasanagara dan dikenal pula
dengan nama Bhre Hyang Wekasing Sukha. Ketika Tribhuwanatunggadewi masih
memerintah, Hayam Wuruk telah dinobatkan menjadi rajamuda (kumararaja) dan
mendapat daerah Jiwana sebagai wilayah kekuasaannya. Dalam memerintah
Majapahit, Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada sebagai patih hamangkubumi.
Hayam Wuruk adalah raja yang cakap dan didampingi oleh patih yang gagah
berani pula. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai
18
puncak kebesaran. Wilayah kekuasaannya hampir seluas negara Indonesia sekarang.
Bahkan, pengaruhnya terasa sampai ke luar Nusantara, yaitu sampai ke Thailand
(Campa), Indocina, dan Filipina Selatan. Dengan kenyataan itu, berarti Sumpah
Palapa Gajah Mada benar-benar terwujud sehingga seluruh pembesar kerajaan selalu
hormat kepadanya. Kecuali sebagai seorang negarawan dan jenderal perang, Gajah
Mada juga ahli hukum. Ia berhasil menyusun kitab Kutaramanawa yang digunakan
sebagai dasar hukum di Majapahit.
Pada saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk, ada satu daerah di Pulau Jawa yang
belum tunduk kepada Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Kerajaan Sunda
itu diperintah oleh Sri Baduga Maharaja. Gajah Mada ingin menundukkan secara
diplomatis dan kekeluargaan. Kebetulan pada tahun 1357 Raja Hayam Wuruk
bermaksud meminang putri Sri Baduga yang bernama Dyah Pitaloka untuk dijadikan
permaisuri. Lamaran itu diterimanya. Dyah Pitaloka dengan diantarkan oleh Sri
Baduga beserta prajuritnya berangkat ke Majapahit. Akan tetapi, ketika sampai di
Bubat, Gajah Mada menghentikan rombongan pengantin. Gajah Mada menghendaki
agar putri Kerajaan Sunda itu dipersembahkan kepada Hayam Wuruk sebagai tanda
tunduk Raja Sunda kepada Majapahit. Tentu saja maksud Gajah Mada itu ditentang
oleh raja dan kaum bangsawan Sunda. Akibatnya, terjadilah pertempuran sengit yang
tidak seimbang. Sri Baduga beserta para pengikutnya gugur, Dyah Pitaloka bunuh diri
di tempat itu juga. Peristiwa itu terkenal dengan nama Perang Bubat.
5. Raja Wikramawardhana (1389–1429)
19
6. Raja Suhita (1429–1447)
Wikramawardhana wafat pada tahun 1429 dan digantikan oleh putrinya yang
bernama Suhita. Penobatan Suhita menjadi Raja Majapahit dimaksudkan untuk
meredakan pertikaian keluarga tersebut. Namun, benih balas dendam sudah telanjur
tertanam pada keluarga Bhre Wirabhumi. Akibatnya, pada tahun 1433 Raden Gajah
dibunuh karena dipersalahkan telah membunuh Bhre Wirabhumi. Hal itu
menunjukkan bahwa pertikaian antarkeluarga Majapahit terus berlangsung.
7. Raja Raja Majapahit Terakhir
Pada tahun 1447 Suhita meninggal dan digantikan Dyah Kertawijaya. Ia hanya
memerintah selama empat tahun (1447–1451) karena pada tahun 1451 meninggal dan
didharmakan di Kertawijayapura. Apa yang diperbuat oleh raja tidak ada keterangan
yang jelas.
Sepeninggal Kertawijaya, pemerintahan Majapahit dipegang oleh Bhre Pamotan
dengan gelar Sri Rajawarddhana. Rajawarddhana juga disebut Sang Sinagara. Dalam
kitab Pararaton disebutkan bahwa ia berkedudukan di Keling, Kahuripan. Ini lebih
dikuatkan lagi oleh Prasasti Waringin Pitu yang dikeluarkan oleh Kertawijaya (1447).
Sepeninggal Rajawarddhana (1453), Kerajaan Majapahit selama tiga tahun
(1453–1456) tidak mempunyai seorang raja. Pada tahun 1456 Majapahit diperintah
oleh Bhre Wengker dengan gelar Girindrawardhana. Bhre Wengker adalah anak Bhre
Tumapel Kertawijaya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 10 tahun (1456–
1466).
c. Kehidupan Sosial
Stratifikasi sosial pada masyarakat majapahit memang terlihat cukup jelas. Kasta
yang dikenalkan oleh ajaran Hindu Budha masih terlihat sangat mencolok pada era
majapahit berkuasa. Adapun stratifikasi sosial masyarakat pada masa tersebut terbagi
dalam 4 kasta yakni kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya, dan golongan sudra.
Selain dari keempat golongan tersebut majapahit juga mengenal golongan yang
berada di luar stratifikasi sebagaimana dikenal oleh masyarakat India dan menduduki
golongan masyarakat paling bawah. Adapun golongan di luar keempat kasta ialah
candala, teccha, serta mleccha.
1. Brahmana
20
Golongan Brahmana dikenal sebagai salah satu stratifikasi tertinggi yang diberikan
bagi para kaum pendeta. Adapun tugas mereka yakni terkait dengan ajaran religi
seperti memberikan pelajaran, melakukan sebuah acara sesaji sebagai wujud
persembahan dari mereka sendiri maupun orang lain.
Jika pada era modern seperti saat ini kita mengenal pajak dan zakat dalam islam,
maka kehidupan masyarakat majapahit juga mengenal istilah tersebut dengan
sebutan derma yang harus mereka bayarkan kepada Brahmana yang nantinya akan
dibagikan kepada orang lain guna mencapai kesempurnaan.
2. Ksatria
Golongan ksatria terdiri dari mereka para keturunan raja yang biasanya mewarisi
kedudukan dan tahta. Dalam kehidupan sosial kerajaan majapahit tentu saja
mereka memiliki peran penting dalam menjalankan sistem pemerintahan semenjak
masih muda.
Selain terdiri dari keturunan raja, golongan ksatria juga terdiri dari beberapa
bangsawan yang juga memiliki kedudukan dalam sistem pemerintahan kerajaan
majapahit. Pada masa lalu sistem pemerintahan kekuasaan wilayah juga di
terapkan guna mempermudah penyampaian kebijakan raja terhadap seluruh rakyat
di bawah kekuasaannya. Mereka tentu saja memiliki hubungan yang cukup dekat
dengan para keturunan raja yang kemudian dikenal sebagai parawangsya.
3. Waisya
Para pengusaha pribumi seperti mereka para pedagang serta petani termasuk
dalam golongan Waisya. Dari para waisya inilah sebenarnya perekonomian
kerajaan majapahit bertumpu selain dari pendapatan upeti atau pajak daerah.
Dalam struktur kehidupan sosial kaum waisya memang tidak banyak berperan
dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh raja. Namun setidaknya mereka tidak
terikat kepada kaum di atasnya kecuali pembayaran upeti dan pajak.
4. Sudra
Kasta sudra memang tergolong sebagai masyarakat yang tertindas, dimana mereka
diharuskan mengabdikan dirinya kepada kaum yang lebih tinggi seperti golongan
ksatria, waisya, dan brahmana.
Namun demikian masih terdapat lagi golongan diluar keempat kasta tersebut
sebagaimana yang telah kita sebutkan di atas tentang candala, mleccha, dan tuccha.
Dalam suatu kesempatan mereka disebut pula dengan pancama yakni diluar 4
21
golongan masyarakat. Sebutan ini diberikan kepada mereka keturunan orang-orang
sudra yang menikah dengan orang dari kasta lain.
Para pancama ini benar-benar tidak memiliki peran penting dalam kehidupan
sosial kerajaan majapahit. Mereka hanya diperbolehkan untuk bergaul di lingkup
keluarga saja. Lebih-lebih jika pancama tersebut merupakan seorang wanita, ia
hanya diperbolehkan untuk mengabdi kepada sang suami bahkan tidak
diperbolehkan bergaul meskipun sekedar bercakap dengan lawan jenis di luar
keluarganya.
d. Kehidupan Ekonomi
22
barang keramik, dan barang dari besi. Kala itu mata uang yang digunakan dibuat dari
campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga.
Pada masanya, Kerajaan Majapahit mengalami kemakmuran yang
disebabkan oleh 2 faktor, yakni:
a. Lokasi Kerajaan Majapahit dekat dengan lembah sungai Brantas dan
Bengawan Solo. Lokasi di dataran rendah Jawa Timur ini sangat cocok untuk
kegiatan pertanian, terutama padi. Kala itu pemerintahan Majapahit
membangun berbagai infrastruktur irigasi untuk mendukung kegiatan
pertaniannya.
b. Keberadaan pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa sangar
berperan dalam hal penyaluran komoditas rempah-rempah dari Maluku.
Pemasukan dari pajak yang dikenakan untuk komoditas rempah-rempah yang
melewati Jawa juga menjadi sumber pendapatan utama Majapahit.
e. Kehidupan Budaya
a. Sumber Sejarah
Sumber sejarah kerajaan Bali dari beberapa berita Jawa dan juga prasasti di
Bali, seperti:
Prasasti Sanur. Dalam prasasti ini menunjukkan adanya kekuasaan raja-raja dari
Wangsa atau Dinasti Warmadewa.
Prasasti Calcuta, India (1042). Dalam prasasti ini dikemukakan tentang asal-usul
Raja Airlangga yang merupakan keturunan raja-raja Bali,
Dinasti Warmadewa. Raja Airlangga lahir dari hasil perkawinan Raja Udayana
dari Kerajaan Bali dengan Mahendradata (putri Kerajaan Medang Kamulan adik
raja Dharmawangsa)
23
Komplek Candi Gunung Kawi (Tampak Siring). Ini merupakan makam dari
raja-raja Bali. Komplek candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Anak
Wungsu.
Berita yang cukup mengenai Pulau Bali adalah prasasti yang berangka 881
M. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Bali Kuno. Ada juga prasasti yang tertulis
dalam bahasa Sanskerta. Pada abad ke- 11 sudah ada berita dari Cina yang
menjelaskan tentang tanah Po-Li (Bali).
Berita Cina tersebut menyebutkan bahwa adat istiadat penduduk di tanah Po-
Li hampir sama dengan masyarakat Ho-ling (Kalingga). Penduduknya menulis di
atas daun lontar. Jika orang meninggal, mulutnya dimasukan emas lalu dibakar. Adat
semacam ini masih berlangsung di Bali. Adat tersebut dinamakan “Ngaben”. Salah
satu keluarga terkenal yang memerintah Bali adalah Wangsa Warmadewa.
Hal tersebut bisa diketahui dari Prasati Blanjong berangka 914 ditemukan di
Desa Blanjong, dekat Sanur, Denpasar, Bali. Isi tulisannya mengenai Nagari (India)
dan sebagian berbahasa Sanskerta. Diberitakan bahwa raja yang memerintah adalah
Raja Khesari Warmadewa. Pada tahun 915, Khesari Warmadewa digantikan
Ugrasena.
b. Kehidupan Politik
Kerajaan Bali dipimpin oleh Raja Udayana sejak tahun 989 sampai 1011
Masehi. Beliau memiliki nama gelar Sang Ratu Maruhani Sri Dharmodayana
Warmadewa. Selama hidupnya beliau dikaruniai tiga orang putra yang bernama
Airlangga, Marakatapangkaja dan Anak Wungsu. Nantinya Airlangga akan menjadi
raja terbesar dari Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur.
Berdasarkan catatan pada sebuah prasasti, raja Udayana menjalin hubungan
baik dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Pasalnya permaisurinya yang bernama
Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok.
Setelah Udayana wafat, tahta kerajaan diberikan kepada putranya yang
bernama Marakata. Pada era pemerintahan Marakata, rakyatnya menganggap bahwa
beliau merupakan sumber kebeneran hukum karena sifatnya yang dermawan dan
selalu melindungi rakyatnya. Beliau juga membangun sebuah tempat peribadatan
untuk masyarakat kerajaan yang berada di Gunung Kawi.
24
Setelah raja Marakata wafat, tahta kerajaan diteruskan oleh Anak Wungsu
yang sejatinya adalah adik dari Marakarta. Anak Wungsu menjadi raja terbesar yang
berasal dari Dinasti Warmadewa. Raja ini mampu menjaga kestabilan kerajaan
dengan menanggulangi berbagai gangguan dan ancaman, baik itu yang berasal dari
dalam, maupun dari luar wilayah kerajaan.
Dalam menjalankan pemerintahannya, raja Anak Wungsu dibantu oleh
penasihat pusat yang bernama Pakirakiran I Jro Makabehan. Badan penasihat yang
terdiri atas senapati dan pendeta Siwa serta Buddha tersebut memiliki tugas untuk
memberikan tafsiran serta nasihat kepada Sang Raja dalam berbagai permasalahan
yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Selain itu, senapati memiliki tugas dalam bidang kehakiman dan pemerintahan.
Dan pendeta bertugas untuk mengurusi masalah yang berhubungan dengan masalah
agama dan kehidupan sosial.
c. Kehidupan Sosial
Struktur masyarakat pada masa Kerajaan Bali didasarkan atas empat hal, yaitu
pembagian golongan dalam masyarakat, pembagian warisan, kesenian, serta agama
dan kepercayaan. Golongan masyarakat dibagi dua, yaitu caturwarna (empat kasta
dalam agama Hindu) dan golongan luar kasta yang disebut jaba. Pembagian hak
waris, anak laki-laki memiliki hak lebih besar dari perempuan. Kesenian, dibedakan
antara seni keraton dan seni rakyat. Agama dan kepercayaan, masyarakat
menyembah banyak dewa yang bukan hanya berasal dari dewa Hindu dan Buddha,
tetap dari kepercayaan animisme.
Disamping itu, raja memberi kebebasan kepada rakyatnya untuk mengeluarkan
pendapat mengenai kehidupan kerajaan. Demikian juga dengan peraturan-peraturan
lainnya, seperti perkawinan, kematian, warisan, budak, peternakan, dan perpindahan
penduduk.
d. Kehidupan Ekonomi
25
Di luar kegiatan pertanian pada masyarakat Bali juga ditemukan kehidupan
sebagai berikut.
Undagi
Mereka mempunyai kepandaian memahat, melukis, dan membuat bangunan.
Pedagang
Pedagang pada masa Bali Kuno dibedakan atas pedagang laki-laki (wanigrama)
dan pedagang perempuan (wanigrami). Mereka sudah melakukan perdagangan
antarpulau (Prasasti Banwa Bharu).
e. Kehidupan Budaya
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini
terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental
dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk
mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan
Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus
besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah
runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di
Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
Kerajaan Majapahit merupakan satu di antara beberapa kerajaan dengan corak
Hindu-Budha yang pernah berkuasa dan menjadi bagian penting dari sejarah nusantara.
Kata nusantara mengacu pada kawasan yang meliputi gugusan pulau yang terdapat di
antara benua Asia dan Australia serta Semenanjung Malaya. Dalam sejarah Kerajaan
Majapahit tercatat sebagai kerajaan Hindu terbesar yang pernah menguasai
nusantara. Sejarah juga mencatat bahwa kerajaan Majapahit menjadi kerajaan dengan
corak Hindu-Budha terakhir yang menguasai nusantara.
Kerajaan Bali mempunyai hubungan sejarah yang erat dengan kerajaan Singasari
dan Majapahit. Kerajaan Bali merupakan istilah untuk serangkaian kerajaan Hindu -
Budha yang pernah memerintah di Bali, di Kepulauan Sunda Kecil, Indonesia.
B. Saran
Http://jackseparo.com/isi-kitab-negarakertagama-karya-empu-prapanca/ diakses
pada 25 Januari 2023
28
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kerajaan Singasari, Kerajaan
Majapahit, dan Kerajaan Bali”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................................2
E. Batasan Masalah..........................................................................................................3
F. Sistematika Penulisan..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerajaan Singasari.......................................................................................................4
B. Sistem Pemerintahan Kerajaan Singasari....................................................................8
C. Kehidupan Di Kerajaan Singasari...............................................................................10
30