Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Singasari atau Singhasari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang


didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan
berada di daerah Singasari, Malang. Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi
Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut
Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan
Tumapel bernama Kutaraja.
Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama
Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari.
Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal
daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama
Kerajaan Singhasari. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti
Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan
Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul
Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang
bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang
mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian
berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kerajaan Kadiri
melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok
yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang
Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kadiri meletus di desa Ganter yang
dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan
Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu
pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil
mengalahkan Kertajaya raja Kerajaan Kadiri.

1
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan
kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar
anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri
kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga
menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kerajaan Kadiri, Ken Arok lebih
dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir abad ke-13. Kerajaan Hindu-Buddha
ini mengalami masa kejayaan pada abad ke-14.  Raja pertama adalah Raden Wijaya.
Dia dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, atau
bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Reden Wijaya, sang pendiri Kerajaan
Majapahit, bergelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana. Masa pemerintahan
Raden Wijaya berlangsung selama 16 tahun, yakni pada 1293 Masehi hingga 1309
Masehi. Keruntuhan Kerajaan Majapahit diperkirakan terjadi pada abad ke-16.
Kerajaan Bali terletak di sebuah pulau yang tidak jauh dari daerah Jawa
Timur, tepatnya di sebelah timur Pulau Jawa, maka dalam perkembangan sejarahnya,
Bali mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Pulau Jawa. Ketika kerajaan
Majapahit runtuh, banyak dari rakyat Majapahit yang melarikan diri kemudian
menentap di Bali. Sehingga sampai saat ini masih ada kepercayaan bahwa sebagian
dari masyarakat Bali adalah pewaris tradisi Majapahit.
Kerajaan Bali adalah sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau
berukuran kecil yang tak jauh dari Pulau Jawa dan berada di sebelah timur. Kerajaan
ini berada di sebuah pulau kecil yang dahulu masih dinamakan dengan Pulau Jawa
sehingga bisa dikatakan pulau ini masih dianggap sebagai bagian dari Pulau Jawa.
Kerajaan ini pada umumnya menganut kepercayaan berupa agama Hindu
walau pada perkembangannya nanti ternyata tidak hanya agama Hindu yang dominan,
tapi juga kepercayaan-kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Ini bisa terjadi
karena kentalnya budaya nenek moyang pada saat itu walau kerajaan ini sudah berdiri.
Penulisan makalah terkait kehidupan terdahulu adalah sebagai bahan
pembelajaran kita akan perjalanan peradabannya dari mulai Nabi Adam diciptakan,
juga agar kita mengetahui dan memahami akan pentingnya kisah-kisah peradaban di
masa lalu sehingga masyarakat dapat mengetahui akan asal usul bangsa, budaya dan
agamanya. Dari sejarah, kita bisa mengetahui dan memahami peristiwa penting di
masa lalu yang sangat berpengaruh bagi kehidupan di masa sekarang.

2
Pada makalah ini, Penulis akan memaparkan ketiga kerajaan terdahulu yakni
Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Bali, sehingga pembaca dapat
memahami asal-usul terbentuknya suatu negara. Namun disini Penulis memfokuskan
pada pembahasan ketiga kerajaan tersebut di atas.

B. Rumusan Masalah

Agar lebih mudah dalam penulisan makalah ini, maka penulis merumuskannya
dalam beberapa pertanyaan, yang nantinya akan dijadikan acuan dalam pembahasan.
Beberapa pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kerajaan Singasari
a. Apa saja sumber sejarah Kerajaan Singasari ?
b. Bagaimana Kehidupan Politik pada zaman Kerajaan Singasari?
c. Bagaimana Kehidupan Sosial pada zaman Kerajaan Singasari?
d. Bagaimana Kehidupan Ekonomi pada zaman Kerajaan Singasari?
e. Bagaimana Kehidupan Budaya pada zaman Kerajaan Singasari?
2. Kerajaan Majapahit
a. Apa saja sumber sejarah Kerajaan Majapahit ?
b. Bagaimana Kehidupan Politik pada zaman Kerajaan Majapahit?
c. Bagaimana Kehidupan Sosial pada zaman Kerajaan Majapahit?
d. Bagaimana Kehidupan Ekonomi pada zaman Kerajaan Majapahit?
e. Bagaimana Kehidupan Budaya pada zaman Kerajaan Majapahit?
3. Kerajaan Bali
a. Apa saja sumber sejarah Kerajaan Bali ?
b. Bagaimana Kehidupan Politik pada zaman Kerajaan Bali?
c. Bagaimana Kehidupan Sosial pada zaman Kerajaan Bali?
d. Bagaimana Kehidupan Ekonomi pada zaman Kerajaan Bali?
e. Bagaimana Kehidupan Budaya pada zaman Kerajaan Bali?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah;
2. Untuk mendalami tentang Sejarah Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, dan
Kerajaan Bali; dan
3. Untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang Sejarah Kerajaan Singasari,
Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Bali.

3
D. Manfaat
1. Untuk memberikan pengetahuan baru bagi para pembaca tentang Kerajaan
Singasari, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Bali;
2. Untuk memberikan pengetahuan baru tentang Kehidupan pada waktu Kerajaan
Singasari, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Bali berkuasa;
3. Untuk memberikan sedikit gambaran terkait asal mula terbentuknya sebuah
negara.

4
E. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya sejarah dari Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, dan


Kerajaan Bali maka penulis membuat batasan berdasar rumusan masalah yang penulis
buat.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang


terdiri dari 3 bab.

1. BAB I Pendahuluan

Dimana dalam bab ini penulis memaparkan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan, manfaat, pembatasan masalah, dan sistematika
penulisan.

2. BAB II Pembahasan

Dimana dalam bab ini, penulis membahas tentang apa yang telah di rumuskan,
dalam perumusan masalah

3. BAB III Penutup

Dimana dalam bab ini, penulis memaparkan mengenai kesimpulan dan saran-
saran yang ingin disampaikan penulis.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. KERAJAAN SINGASARI

a. Sumber Sejarah

Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur yang
didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini sekarang
diperkirakan di daerah Singasari, Malang. Kerajaan Singasari hanya sempat bertahan
70 tahun sebelum mengalami keruntuhan. Kerajaan ini beribu kota di Tumapel yang
terletak di kawasan bernama Kutaraja. Pada awalnya, Tumapel hanyalah sebuah
wilayah kabupaten yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Kadiri dengan bupati
bernama Tunggul Ametung. Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok yang
merupakan pengawalnya.

Gambar 1.1 ( Peta sejarah kerajaan Singhasari (1222–1292) Jawa Timur )

Keberadaan Kerajaan Singasari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak


ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singasari sampai Malang, juga melalui kitab
sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu
Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singasari serta kitab
Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab
Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab
Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi raja,
Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul
Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung.
Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang
diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kadiri
meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M /1144 C Ken
Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran
di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi.

Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singasari berasal dari :

1. Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singasari.

Gambar 1.2 ( Kitab Pararaton )

Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"),


adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa
Jawa Kawi. Naskah ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang
terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di
Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam
Bahasa Sansekerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang
menunjukkan siapa penulis Pararaton. Di akhir kisah Pararaton penulisnya hanya
menulis nama desa dan catatan waktu ketika pengarangnya menyelesaikan

7
tulisannya yakni 1535 Saka atau tepatnya 3 Agustus 1613. bila melihat tanggal
Pararaton ditulis sejaman dengan berkuasanya Sultan Agung di Jawa.

Pararaton diawali dengan cerita mengenai inkarnasi Ken Arok, yaitu tokoh
pendiri kerajaan Singhasari (1222–1292). Selanjutnya hampir setengah kitab
membahas bagaimana Ken Arok meniti perjalanan hidupnya, sampai ia menjadi
raja di Tahun 1222. Penggambaran pada naskah bagian ini cenderung bersifat
mitologis. Cerita kemudian dilanjutkan dengan bagian-bagian naratif pendek, yang
diatur dalam urutan kronologis. Banyak kejadian yang tercatat di sini diberikan
penanggalan. Mendekati bagian akhir, penjelasan mengenai sejarah menjadi
semakin pendek dan bercampur dengan informasi mengenai silsilah berbagai
anggota keluarga kerajaan Majapahit.

2. Kitab Negarakertagama

Gambar 1.3 ( kitab negarakertagama )

 Menceritakan Raja Majapahit dan Singasari

Pertama dari isian Kitab Negarakertagama hasil karya Empu Prapanca adalah
mengisahkan tetnang sejarah raja-raja Singasari dan Majapahit beserta masa
pemerintahannya. Dari kitab ini kamu bisa melihat silsilah raja sejak zaman
Singasari dan Majapahit.

 Menceritakan Kota Majapahit

8
Berbagai sumber sejarah mengenai kondisi kota Majapahit beserta daerah-daerah
kekuasannya sudah tertuang secara jelas dalam Kitab Negarakertagama karya
Empu Prapanca. Jadi tak heran bila kitab ini menjadi sumber sejarah tervalid yang
banyak diakses oleh para peneliti sejarah.

 Perjalanan Hayam Wuruk

Raja paling terkenal dari Majapahit yakni Hayam Wuruk juga dikisahkan dalam
kitab Negarakertagama ini bahkan sudah dikisahkan sejak berkunjung ke berbagai
daerah kekuasannya di Jawa Timur hingga daftar candi-candi yang sudah dibuat.

 Kehidupan Budaya di Majapahit

Selain dari kisah raja, isi kitab Negarakertagama juga memperlihatkan kehidupan
budaya dari masyarakat Majapahit baik dari keagamaan hingga upacara-upacara
sakral salah satunya upacara Srrada untuk menghormati roh Gayatri hingga
mampu menambah kesaktian raja.

3. Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.

Prasasti Singhasari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singasari,


Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah. Ditulis
dengan Aksara Jawa.

Gambar 1.4 ( prasasti Singasari )

9
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi
pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama
prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk
pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud
prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.

b. Kehidupan Politik

Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini.
Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu.
Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan
oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang
diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah
Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi
Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang
Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang dilanjutkan
Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data
ini didapat dari prasasti Mula Malurung.

1. Ken Arok (1222–1227 M)

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja
Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu
dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa).
Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M,
Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok
dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.

2. Anusapati (1227–1248 M)

Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan
Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak
melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya
menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga
ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa

10
Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa
(tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat
Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut
keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati.
Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.

3. Tohjoyo (1248 M)

Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh


Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak
Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan
bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan
Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.

4. Ranggawuni (1248–1268 M)

Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri
Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang
diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat
Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama
Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi
raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan
didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi
Waleri sebagai Siwa.

5. Kertanegara (1268-1292 M)

Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-
cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar
Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga
orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i
sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-
pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih
Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria
Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain.

11
Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi
Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan
pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.

Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali,


Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin
hubungan persahabatan dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan
kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di
daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara
menolak dengan melukai muka utusannya yang bernama Mengki. Tindakan
Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya
dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan
Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang (Kediri)
menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah,
yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan
pasukan inti.

Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan
berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para
pembesar istana. Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan
tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan
Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta
perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden
Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya
diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati.
Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.
Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang
dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di
Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang
berada di Taman Simpang, Surabaya.

c. Kehidupan Sosial

Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun.
Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan

12
masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada
pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian
karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana
kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia
meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara
dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.

Politik Dalam Negeri:

1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih


Raganata digantikan oleh Aragani, dll.

2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra


Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.

3. Memperkuat angkatan perang.

Politik Luar Negeri:

1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta


melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.

2. Menguasai Bali.

3. Menguasai Jawa Barat.

4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.

d. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi kerajaan Singasari berasal dari berita negeri asing, sumber
prasasti dan analisis para ilmuan. Menurutnya kerajaan Singasari berpusat di sekitar
Lembah Sungai Brantas dan rakyatnya banyak mengantungkan hidupnya sebagai
seorang petani. Perekonomian tersebut didukung oleh melimpahnya hasil bumi.
Dengan begitu Kertanegara banyak memperluas kekuasaannya untuk lintas
perdagangan. Bahkan Sungai Brantas digunakan untuk sarana jalur perdagangan dari
wilayah wilayah luar. Perkembangan perekonomian dalam kerajaan Singasari juga
didukung oleh jalur perdagangan.

13
e. Kehidupan Budaya

Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya


candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang
ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing
kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung
Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (kedua patung kertanegara
baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara
menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).

2. KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu terbesar yang letaknya
berada di Jawa Timur. Kerajaan Majapahit termasuk ke dalam kerajaan kuno di
Indonesia yang berdiri antara tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan Majapahit pertama
kali didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 M.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya dan hampir menguasai
seluruh wilayah di Nusantara pada abad ke-14 pada masa kekuasaan Hayam Wuruk
(1350-1389 M) yang kala itu didampingi oleh Patih Gadjah Mada (1331-1364 M).
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu terakhir yang berada di
Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari kerajaan terbesar dalam
sejarah Indonesia. Majapahit menguasai kerajaan lain di semenanjung Malaya, seperti
Bornei, Sumatera, Bali, dan juga negara Filipina.

a. Sumber Sejarah

Mengenai bukti sejarah Kerajaan Majapahit yang bisa kita peroleh informasinya
hingga saat ini, tidak terlepas dari prasasti dan juga kitab yang menceritakan Kerajaan
Majapahit. Berikut diantaranya :
1. Prasasti Butak (tahun 1294), berisi peristiwa-peristiwa keruntuhan Kerajaan
Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan.
2. Prasati Kudadu, berisi kisah pertempuran pasukan Raden Wijaya melawan
pasukan Kediri.
3. Kidung Harsawijaya dan kidung Panji Wijayakrama, menceritakan tentang
Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari Kediri dan tahun-tahun awal
perkembangan Majapahit.

14
4. Kitab Pararaton, menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan
Majapahit.
5. Kitab Negarakertagama, menceritakan tentang perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa
Timur.
Selain sumber-sumber tersebut, sumber yang tidak kalah penting menerangkan
keberadaan Kerajaan Majapahit adalah sumber yang berasal dari luar negeri berupa
berita asing, yaitu sebagai berikut.
 Catatan Dinasti Tang (1292) yang berasal dari China, yang mengungkap bahwa
pada tahun tersebut kaisar China mengirim tentara untuk menghukum raja
Kertanegara (raja terakhir Singasari) karena melukai wajah utusan yang dikirim
mereka sebelumnya.
 Catatan Dinasti Ming (1268 M) yang juga berasal dari China mengungkap
adanya hubungan diplomasi antara Majapahit dan kekaisaran China.
 Laporan Gubernur Portugis di Malaka yaitu, Ruo de Brito pada tahun 1524 M
tentang adanya kedaulatan di tanah Jawa (Majapahit) dan tanah Pasundan
(Pajajaran)

b. Kehidupan Politik

Kehidupan politik di Kerajaan Majapahit dilihat pada masa pemerintahan raja-


raja berikut ini :

1. Raden Wijaya (1293–1309)

Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja Majapahit pertama pada tahun 1293
dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Sebagai seorang raja yang besar, Raden
Wijaya memperistri empat putri Kertanegara sebagai permaisurinya. Dari Tribuana, ia
mempunyai seorang putra yang bernama Jayanegara, sedangkan dari Gayatri, Raden
Wijaya mempunyai dua orang putri, yaitu Tribuanatunggadewi dan Rajadewi
Maharajasa.
Para pengikut Raden Wijaya yang setia dan berjasa dalam mendirikan kerajaan
Majapahit, diberi kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan. Tetapi ada saja yang
tidak puas dengan kedudukan yang diperolehnya. Hal ini menimbulkan

15
pemberontakan di sana-sini. Pemberontakan pertama terjadi pada tahun 1295 yang
dilakukan oleh Rangga Lawe (Parangga Lawe) Bupati Tuban. Rangga Lawe
memberontak karena tidak puas terhadap kebijaksanaan Kertarajasa yang dirasa
kurang adil. Kedudukan Patih Majapahit seharusnya diberikan kepadanya. Namun,
oleh Kertarajasa kedudukan itu telah diberikan kepada Nambi (anak Wiraraja).
Pemberontakan Rangga Lawe dapat ditumpas dan ia tewas oleh Kebo Anabrang.
Lembu Sora, sahabat Rangga Lawe, karena tidak tahan melihat kematiannya,
kemudian membunuh Kebo Anabrang. Peristiwa itu dijadikan alasan Mahapatih yang
mempunyai ambisi politik besar di Majapahit menyusun strategi agar raja bersedia
menghukum tindakan Lembu Sora. Lembu Sora membangkang perintah raja dan
mengadakan pemberontakan pada tahun 1298–1300. Lembu Sora gugur bersama
sahabatnya, Jurudemung dan Gajah Biru.
Susunan pemerintahan Raden Wiajaya tidak banyak berbeda dengan
pemerintahan Singasari. Raja dibantu oleh tiga orang mahamenteri (i hino, i sirikan,
dan i halu) dan dua orang pejabat lagi, yaitu rakryan rangga dan rakryan tumenggung.
Pada tahun 1309 Raden Wiajay wafat dan didharmakan di Simping dengan Arca
Syiwa dan di Antahpura (di kota Majapahit) dengan arca perwujudannya berbentuk
Harihara (penjelmaan Wisnu dan Syiwa).
2. Sri Jayanegara (1309–1328)

Setelah Raden Wijaya mangkat, digantikan putranya yang bernama Kala Gemet
dengan gelar Sri Jayanegara. Kala Gemet sudah diangkat sebagai raja muda
(kumararaja) sejak ayahnya masih memerintah (1296). Ternyata, Jayanagara adalah
raja yang lemah. Oleh karena itu, pada masa pemerintahannya terus dirongrong oleh
sejumlah pemberontakan.
Pada Tahun 1316 timbul pemberontakan yang dipimpin oleh Nambi yang
menjabat Rakryan Patih Majapahit. Nambi memusatkan kekuatannya di daerah
Lumajang dan Pajarakan. Pemberontakan Nambi mendapat dukungan dari ayahnya
(Wiraraja). Raja Jayanegara atas nasihat Mahapati memerintahkan Lumajang dan
Pajarakan digempur sampai hancur. Terjadilah pertempuran sengit dan Nambi pun
gugur.
Keadaan belum pulih, terjadi lagi pemberontakan Semi pada tahun 1318.
Setahun kemudian (1319) terjadi pemberontakan Kuti. Semi dan Kuti adalah dua

16
orang dari tujuh dharmmaputra. Pemberontakan inilah yang paling berbahaya karena
Kuti berhasil menduduki ibu kota Kerajaan Majapahit. Jayanegara terpaksa melarikan
diri dan mengungsi ke Badander di bawah perlindungan pasukan Bayangkara yang
dipimpin oleh Gajah Mada.
Setelah raja dalam keadaan aman, Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk
melakukan pendekatan kepada rakyat. Ternyata masih banyak rakyat yang memihak
raja dan Gajah Mada pun berhasil menanamkan rasa kebencian kepada Kuti. Dengan
strategi yang jitu, Gajah Mada mengadakan serangan secara tiba-tiba ke pusat
kerajaan. Pasukan Kuti dapat dihancurkan dan Kuti tewas dalam pertempuran itu.
Setelah keadaan benar-benar aman, Jayanegara pulang ke ibu kota untuk meneruskan
pemerintahannya. Karena jasanya yang besar, Gajah Mada diangkat menjadi Patih
Kahuripan. Dua tahun berikutnya, ia diangkat menjadi Patih Daha menggantikan Arya
Tilan (1321).
Pada tahun 1328 terjadilah musibah yang mengejutkan. Raja Jayanegara
dibunuh oleh Tanca (seorang tabib kerajaan). Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah
Mada. Peristiwa itu disebut Patanca. Jayanegara didharmakan di Candi Srenggapura di
Kapopongan.
3. Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwarddhani (1328–1350)

Raja Jayanegara tidak berputra sehingga ketika baginda mangkat, takhta


kerajaan diduduki oleh adik perempuannya dari ibu berbeda (Gayatri) yang bernama
Bhre Kahuripan. Ia dinobatkan menjadi Raja Majapahit dengan gelar
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwarddhani. Selama memerintah,
Tribhuwanatunggadewi didampingi suaminya yang bernama Cakradhara atau
Cakreswara yang menjadi raja di Singasari (Bhre Singasari) dengan gelar
Kertawardhana. Berkat bantuan dan saran dari Patih Gajah Mada, pemerintahannya
dapat berjalan lancar walaupun masih timbul pemberontakan.
Pada tahun 1331 timbul pemberontakan Sadeng dan Keta di daerah Besuki,
tetapi dapat dihancurkan oleh pasukan Gajah Mada. Karena jasanya itu, Gajah Mada
naik pangkat lagi dari Patih Daha menjadi Mahapatih Majapahit menggantikan Pu
Naga. Setelah diangkat menjadi Mahapatih Majapahit, dalam suatu persidangan besar
yang dihadiri oleh para menteri dan pejabat negara lainnya, Gajah Mada mengucapkan
sumpah untuk menyatukan Nusantara di bawah naungan Majapahit. Sumpahnya itu

17
dikenal dengan nama Sumpah Palapa. Palapa berarti garam atau rempah-rempah yang
dapat melezatkan berbagai masakan. Oleh karena itu, sumpah itu dapat diartikan
bahwa Gajah Mada tidak akan makan palapa (hidup enak) sebelum berhasil
menyatukan Nusantara.
Semula banyak pejabat negara yang menertawakannya, tetapi Gajah Mada sudah
bertekad baja, bersemangat membara, dan maju terus pantang mundur. Gajah Mada
mempersiapkan segala sesuatunya untuk mewujudkan sumpahnya, seperti prajurit
pilihan, persenjataan, dan armada laut yang kuat. Setelah persiapannya matang, tentara
Majapahit sedikit demi sedikit bergerak menyerang untuk menaklukkan wilayah
kerajaan lain.
Pada tahun 1334 Bali berhasil ditaklukkan oleh Gajah Mada yang dibantu oleh
Laksamana Nala dan Adityawarman. Adityawarman adalah seorang pejabat Majapahit
keturunan Melayu dan berkedudukan sebagai werdhamantri dengan gelar Arya
Dewaraja Pu Aditya. Setelah penaklukkan Bali, satu demi satu daerah di Sumatra,
Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian
(Papua) bagian barat berhasil ditundukkan dan mengakui kekuasaan Majapahit. Tugas
besar itu tercapai pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Agar pengakuan
kekuasaan Majapahit di Sumatra kekal, Adityawarman diangkat menjadi raja di
Melayu menggantikan Mauliwarmadewa (1343). Adityawarman segera menata
kembali struktur pemerintahan dan meluaskan daerah kekuasaannya hingga
Pagarruyung–Minangkabau. Setelah itu, Adityawarman memindahkan pusat kerajaan
dari Jambi ke Pagarruyung. Adityawarman memerintah hingga tahun 1375.
Pada tahun 1372 Tribhuwanatunggadewi meninggal dan didharmakan di
Panggih dengan nama Pantarapurwa.
4. Raja Hayam Wuruk (1350–1389)

Hayam Wuruk setelah naik takhta bergelar Sri Rajasanagara dan dikenal pula
dengan nama Bhre Hyang Wekasing Sukha. Ketika Tribhuwanatunggadewi masih
memerintah, Hayam Wuruk telah dinobatkan menjadi rajamuda (kumararaja) dan
mendapat daerah Jiwana sebagai wilayah kekuasaannya. Dalam memerintah
Majapahit, Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada sebagai patih hamangkubumi.
Hayam Wuruk adalah raja yang cakap dan didampingi oleh patih yang gagah
berani pula. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai

18
puncak kebesaran. Wilayah kekuasaannya hampir seluas negara Indonesia sekarang.
Bahkan, pengaruhnya terasa sampai ke luar Nusantara, yaitu sampai ke Thailand
(Campa), Indocina, dan Filipina Selatan. Dengan kenyataan itu, berarti Sumpah
Palapa Gajah Mada benar-benar terwujud sehingga seluruh pembesar kerajaan selalu
hormat kepadanya. Kecuali sebagai seorang negarawan dan jenderal perang, Gajah
Mada juga ahli hukum. Ia berhasil menyusun kitab Kutaramanawa yang digunakan
sebagai dasar hukum di Majapahit.
Pada saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk, ada satu daerah di Pulau Jawa yang
belum tunduk kepada Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Kerajaan Sunda
itu diperintah oleh Sri Baduga Maharaja. Gajah Mada ingin menundukkan secara
diplomatis dan kekeluargaan. Kebetulan pada tahun 1357 Raja Hayam Wuruk
bermaksud meminang putri Sri Baduga yang bernama Dyah Pitaloka untuk dijadikan
permaisuri. Lamaran itu diterimanya. Dyah Pitaloka dengan diantarkan oleh Sri
Baduga beserta prajuritnya berangkat ke Majapahit. Akan tetapi, ketika sampai di
Bubat, Gajah Mada menghentikan rombongan pengantin. Gajah Mada menghendaki
agar putri Kerajaan Sunda itu dipersembahkan kepada Hayam Wuruk sebagai tanda
tunduk Raja Sunda kepada Majapahit. Tentu saja maksud Gajah Mada itu ditentang
oleh raja dan kaum bangsawan Sunda. Akibatnya, terjadilah pertempuran sengit yang
tidak seimbang. Sri Baduga beserta para pengikutnya gugur, Dyah Pitaloka bunuh diri
di tempat itu juga. Peristiwa itu terkenal dengan nama Perang Bubat.
5. Raja Wikramawardhana (1389–1429)

Setelah Raja Hayam Wuruk mangkat, terjadilah perebutan kekuasaan di antara


putra-putri Hayam Wuruk. Kemelut politik pertama meletus pada tahun 1401. Seorang
raja daerah dari bagian timur, yaitu Bhre Wirabhumi memberontak terhadap Raja
Wikramawardhana. Raja Wikramawardhana adalah suami Kusumawardhani yang
berhak mewarisi takhta kerajaan ayahnya (Hayam Wuruk), sedangkan Bhre
Wirabhumi adalah putra Hayam Wuruk dari selir. Dalam kitab Pararaton, pertikaian
antarkeluarga itu disebut Perang Paregreg. Pasukan Bhre Wirabhumi dapat
dihancurkan dan ia terbunuh oleh Raden Gajah.

19
6. Raja Suhita (1429–1447)

Wikramawardhana wafat pada tahun 1429 dan digantikan oleh putrinya yang
bernama Suhita. Penobatan Suhita menjadi Raja Majapahit dimaksudkan untuk
meredakan pertikaian keluarga tersebut. Namun, benih balas dendam sudah telanjur
tertanam pada keluarga Bhre Wirabhumi. Akibatnya, pada tahun 1433 Raden Gajah
dibunuh karena dipersalahkan telah membunuh Bhre Wirabhumi. Hal itu
menunjukkan bahwa pertikaian antarkeluarga Majapahit terus berlangsung.
7. Raja Raja Majapahit Terakhir
Pada tahun 1447 Suhita meninggal dan digantikan Dyah Kertawijaya. Ia hanya
memerintah selama empat tahun (1447–1451) karena pada tahun 1451 meninggal dan
didharmakan di Kertawijayapura. Apa yang diperbuat oleh raja tidak ada keterangan
yang jelas.
Sepeninggal Kertawijaya, pemerintahan Majapahit dipegang oleh Bhre Pamotan
dengan gelar Sri Rajawarddhana. Rajawarddhana juga disebut Sang Sinagara. Dalam
kitab Pararaton disebutkan bahwa ia berkedudukan di Keling, Kahuripan. Ini lebih
dikuatkan lagi oleh Prasasti Waringin Pitu yang dikeluarkan oleh Kertawijaya (1447).
Sepeninggal Rajawarddhana (1453), Kerajaan Majapahit selama tiga tahun
(1453–1456) tidak mempunyai seorang raja. Pada tahun 1456 Majapahit diperintah
oleh Bhre Wengker dengan gelar Girindrawardhana. Bhre Wengker adalah anak Bhre
Tumapel Kertawijaya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 10 tahun (1456–
1466).

c. Kehidupan Sosial
Stratifikasi sosial pada masyarakat majapahit memang terlihat cukup jelas. Kasta
yang dikenalkan oleh ajaran Hindu Budha masih terlihat sangat mencolok pada era
majapahit berkuasa. Adapun stratifikasi sosial masyarakat pada masa tersebut terbagi
dalam 4 kasta yakni kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya, dan golongan sudra.
Selain dari keempat golongan tersebut majapahit juga mengenal golongan yang
berada di luar stratifikasi sebagaimana dikenal oleh masyarakat India dan menduduki
golongan masyarakat paling bawah. Adapun golongan di luar keempat kasta ialah
candala, teccha, serta mleccha.
1. Brahmana

20
Golongan Brahmana dikenal sebagai salah satu stratifikasi tertinggi yang diberikan
bagi para kaum pendeta. Adapun tugas mereka yakni terkait dengan ajaran religi
seperti memberikan pelajaran, melakukan sebuah acara sesaji sebagai wujud
persembahan dari mereka sendiri maupun orang lain.
Jika pada era modern seperti saat ini kita mengenal pajak dan zakat dalam islam,
maka kehidupan masyarakat majapahit juga mengenal istilah tersebut dengan
sebutan derma yang harus mereka bayarkan kepada Brahmana yang nantinya akan
dibagikan kepada orang lain guna mencapai kesempurnaan.
2. Ksatria
Golongan ksatria terdiri dari mereka para keturunan raja yang biasanya mewarisi
kedudukan dan tahta. Dalam kehidupan sosial kerajaan majapahit tentu saja
mereka memiliki peran penting dalam menjalankan sistem pemerintahan semenjak
masih muda.
Selain terdiri dari keturunan raja, golongan ksatria juga terdiri dari beberapa
bangsawan yang juga memiliki kedudukan dalam sistem pemerintahan kerajaan
majapahit. Pada masa lalu sistem pemerintahan kekuasaan wilayah juga di
terapkan guna mempermudah penyampaian kebijakan raja terhadap seluruh rakyat
di bawah kekuasaannya. Mereka tentu saja memiliki hubungan yang cukup dekat
dengan para keturunan raja yang kemudian dikenal sebagai parawangsya.
3. Waisya
Para pengusaha pribumi seperti mereka para pedagang serta petani termasuk
dalam golongan Waisya. Dari para waisya inilah sebenarnya perekonomian
kerajaan majapahit bertumpu selain dari pendapatan upeti atau pajak daerah.
Dalam struktur kehidupan sosial kaum waisya memang tidak banyak berperan
dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh raja. Namun setidaknya mereka tidak
terikat kepada kaum di atasnya kecuali pembayaran upeti dan pajak.
4. Sudra
Kasta sudra memang tergolong sebagai masyarakat yang tertindas, dimana mereka
diharuskan mengabdikan dirinya kepada kaum yang lebih tinggi seperti golongan
ksatria, waisya, dan brahmana.
Namun demikian masih terdapat lagi golongan diluar keempat kasta tersebut
sebagaimana yang telah kita sebutkan di atas tentang candala, mleccha, dan tuccha.
Dalam suatu kesempatan mereka disebut pula dengan pancama yakni diluar 4

21
golongan masyarakat. Sebutan ini diberikan kepada mereka keturunan orang-orang
sudra yang menikah dengan orang dari kasta lain.
Para pancama ini benar-benar tidak memiliki peran penting dalam kehidupan
sosial kerajaan majapahit. Mereka hanya diperbolehkan untuk bergaul di lingkup
keluarga saja. Lebih-lebih jika pancama tersebut merupakan seorang wanita, ia
hanya diperbolehkan untuk mengabdi kepada sang suami bahkan tidak
diperbolehkan bergaul meskipun sekedar bercakap dengan lawan jenis di luar
keluarganya.

d. Kehidupan Ekonomi

Adapun sistem perekonomian yang dijalankan di Kerajaan Majapahit adalah


sistem agraris dan perdagangan. Pada masa itu ekonomi Jawa telah sebagian
mengenal mata uang, tepatnya sejak abad ke-8 (jaman Kerajaan Medang yang
menggunakan keping emas dan perak).
Kemudian pada tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit,
keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng". Uang ini adalah berupa
keping uang berbahan tembaga yang diimpor dari China.
Adapun alasan penggunaan koin impor tersebut tak disebutkan dalam catatan
sejarah. Namun para ahli menduga bahwa hal itu disebabkan oleh semakin
kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh
dalam sistem mata uang Majapahit. Tujuannya agar pecahan kecil tersebut dapat
digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit, karena untuk
sekedar belanja saja -- menggunakan uang emas dan perak tentunya terlalu mahal.
Catatan sejarah mengenai skala ekonomi Jawa pada masa Kerajaan Majapahit
dapat dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Pada Prasasti Canggu (1358)
misalnya, disebutkan ada 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di
dalam negeri (Mandala Jawa). Kemudian ada berbagai pekerjaan rakyat Majapahit
kala itu, seperti pengrajin emas dan perak, penjual minuman, hingga tukang daging.
Ini membuktikan bahwa penduduk bermata pencaharian selain agraris semakin
bertambah di era Kerajaan Majapahit.
Berdasarkan catatan sejarah dari pedagang Tiongkok Wang Ta-Yuan,
komoditas utama ekspor Jawa saat itu adalah lada, garam, kain, dan burung kakak
tua. Kemudian untuk komoditas impornya adalah berupa mutiara, emas, perak, sutra,

22
barang keramik, dan barang dari besi. Kala itu mata uang yang digunakan dibuat dari
campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga.
Pada masanya, Kerajaan Majapahit mengalami kemakmuran yang
disebabkan oleh 2 faktor, yakni:
a. Lokasi Kerajaan Majapahit dekat dengan lembah sungai Brantas dan
Bengawan Solo. Lokasi di dataran rendah Jawa Timur ini sangat cocok untuk
kegiatan pertanian, terutama padi. Kala itu pemerintahan Majapahit
membangun berbagai infrastruktur irigasi untuk mendukung kegiatan
pertaniannya.
b. Keberadaan pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa sangar
berperan dalam hal penyaluran komoditas rempah-rempah dari Maluku.
Pemasukan dari pajak yang dikenakan untuk komoditas rempah-rempah yang
melewati Jawa juga menjadi sumber pendapatan utama Majapahit.

e. Kehidupan Budaya

Kehidupan budaya kerajaan Majapahit berkembang pesat, terutama di bidang


seni sastra. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sastra yang dihasilkan, seperti kitab
Negarakretagama, Kitab Sutasoma, Kitab Kunjarakarna dan lain sebagainya.
Kerajaan Majapahit juga meninggalkan banyak jejak sejarah kebudayaan berupa
prasasti dan candi.
3. KERAJAAN BALI

a. Sumber Sejarah
Sumber sejarah kerajaan Bali dari beberapa berita Jawa dan juga prasasti di
Bali, seperti:

 Prasasti Sanur. Dalam prasasti ini menunjukkan adanya kekuasaan raja-raja dari
Wangsa atau Dinasti Warmadewa.
 Prasasti Calcuta, India (1042). Dalam prasasti ini dikemukakan tentang asal-usul
Raja Airlangga yang merupakan keturunan raja-raja Bali,
 Dinasti Warmadewa. Raja Airlangga lahir dari hasil perkawinan Raja Udayana
dari Kerajaan Bali dengan Mahendradata (putri Kerajaan Medang Kamulan adik
raja Dharmawangsa)

23
 Komplek Candi Gunung Kawi (Tampak Siring). Ini merupakan makam dari
raja-raja Bali. Komplek candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Anak
Wungsu.

Berita yang cukup mengenai Pulau Bali adalah prasasti yang berangka 881
M. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Bali Kuno. Ada juga prasasti yang tertulis
dalam bahasa Sanskerta. Pada abad ke- 11 sudah ada berita dari Cina yang
menjelaskan tentang tanah Po-Li (Bali).
Berita Cina tersebut menyebutkan bahwa adat istiadat penduduk di tanah Po-
Li hampir sama dengan masyarakat Ho-ling (Kalingga). Penduduknya menulis di
atas daun lontar. Jika orang meninggal, mulutnya dimasukan emas lalu dibakar. Adat
semacam ini masih berlangsung di Bali. Adat tersebut dinamakan “Ngaben”. Salah
satu keluarga terkenal yang memerintah Bali adalah Wangsa Warmadewa.
Hal tersebut bisa diketahui dari Prasati Blanjong berangka 914 ditemukan di
Desa Blanjong, dekat Sanur, Denpasar, Bali. Isi tulisannya mengenai Nagari (India)
dan sebagian berbahasa Sanskerta. Diberitakan bahwa raja yang memerintah adalah
Raja Khesari Warmadewa. Pada tahun 915, Khesari Warmadewa digantikan
Ugrasena.

b. Kehidupan Politik

Kerajaan Bali dipimpin oleh Raja Udayana sejak tahun 989 sampai 1011
Masehi. Beliau memiliki nama gelar Sang Ratu Maruhani Sri Dharmodayana
Warmadewa. Selama hidupnya beliau dikaruniai tiga orang putra yang bernama
Airlangga, Marakatapangkaja dan Anak Wungsu. Nantinya Airlangga akan menjadi
raja terbesar dari Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur.
Berdasarkan catatan pada sebuah prasasti, raja Udayana menjalin hubungan
baik dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Pasalnya permaisurinya yang bernama
Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok.
Setelah Udayana wafat, tahta kerajaan diberikan kepada putranya yang
bernama Marakata. Pada era pemerintahan Marakata, rakyatnya menganggap bahwa
beliau merupakan sumber kebeneran hukum karena sifatnya yang dermawan dan
selalu melindungi rakyatnya. Beliau juga membangun sebuah tempat peribadatan
untuk masyarakat kerajaan yang berada di Gunung Kawi.

24
Setelah raja Marakata wafat, tahta kerajaan diteruskan oleh Anak Wungsu
yang sejatinya adalah adik dari Marakarta. Anak Wungsu menjadi raja terbesar yang
berasal dari Dinasti Warmadewa. Raja ini mampu menjaga kestabilan kerajaan
dengan menanggulangi berbagai gangguan dan ancaman, baik itu yang berasal dari
dalam, maupun dari luar wilayah kerajaan.
Dalam menjalankan pemerintahannya, raja Anak Wungsu dibantu oleh
penasihat pusat yang bernama Pakirakiran I Jro Makabehan. Badan penasihat yang
terdiri atas senapati dan pendeta Siwa serta Buddha tersebut memiliki tugas untuk
memberikan tafsiran serta nasihat kepada Sang Raja dalam berbagai permasalahan
yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Selain itu, senapati memiliki tugas dalam bidang kehakiman dan pemerintahan.
Dan pendeta bertugas untuk mengurusi masalah yang berhubungan dengan masalah
agama dan kehidupan sosial.

c. Kehidupan Sosial

Struktur masyarakat pada masa Kerajaan Bali didasarkan atas empat hal, yaitu
pembagian golongan dalam masyarakat, pembagian warisan, kesenian, serta agama
dan kepercayaan. Golongan masyarakat dibagi dua, yaitu caturwarna (empat kasta
dalam agama Hindu) dan golongan luar kasta yang disebut jaba. Pembagian hak
waris, anak laki-laki memiliki hak lebih besar dari perempuan. Kesenian, dibedakan
antara seni keraton dan seni rakyat. Agama dan kepercayaan, masyarakat
menyembah banyak dewa yang bukan hanya berasal dari dewa Hindu dan Buddha,
tetap dari kepercayaan animisme.
Disamping itu, raja memberi kebebasan kepada rakyatnya untuk mengeluarkan
pendapat mengenai kehidupan kerajaan. Demikian juga dengan peraturan-peraturan
lainnya, seperti perkawinan, kematian, warisan, budak, peternakan, dan perpindahan
penduduk.

d. Kehidupan Ekonomi

Kegiatan ekonomi masyarakat Bali dititikberatkan pada sektor pertanian. Hal


itu didasarkan pada beberapa prasasti Bali yang memuat hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupan bercocok tanam. Beberapa istilah itu, antara lain sawah, parlak
(sawah kering), kebwan (kebun), gaga (ladang), dan kasuwakan (irigasi).

25
Di luar kegiatan pertanian pada masyarakat Bali juga ditemukan kehidupan
sebagai berikut.

 Pande (Pandai = Perajin)


Mereka mempunyai kepandaian membuat kerajaan perhiasan dari bahan emas dan
perak, membuat peralatan rumah tangga, alat-alat pertanian, dan senjata.

 Undagi
Mereka mempunyai kepandaian memahat, melukis, dan membuat bangunan.

 Pedagang
Pedagang pada masa Bali Kuno dibedakan atas pedagang laki-laki (wanigrama)
dan pedagang perempuan (wanigrami). Mereka sudah melakukan perdagangan
antarpulau (Prasasti Banwa Bharu).

e. Kehidupan Budaya

Dalam bidang kebudayaan, masyarakat Bali banyak menyerap unsur-unsur


budaya Hindu sejak abad ke-18 M. sampai saat ini budaya masyarakat Bali
memiliki cirri khas, sebagai contohnya adalah tradisi pembakaran mayat (ngaben)
yang dahulu selalu diiringi dengan sute, yaitu kebiasaan para wanita Bali turut
terbakar bersama jenazah suami yang sangat dicintainya. Bidang seni lukis, seni
tari, seni pahat yang merupakan unsur-unsur dari kebudayaan mengalami
perkembangan yang pesat dan beraneka ragam. Bidang kesenian ini menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Bali menjadi
sangat terkenal di berbagai pelosok dunia bukan hanya keindahannya, tetapi juga
karena keunikan budayanya.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini
terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental
dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk
mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan
Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus
besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah
runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di
Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
Kerajaan Majapahit merupakan satu di antara beberapa kerajaan dengan corak
Hindu-Budha yang pernah berkuasa dan menjadi bagian penting dari sejarah nusantara.
Kata nusantara mengacu pada kawasan yang meliputi gugusan pulau yang terdapat di
antara benua Asia dan Australia serta Semenanjung Malaya. Dalam sejarah Kerajaan
Majapahit tercatat sebagai kerajaan Hindu terbesar yang pernah menguasai
nusantara. Sejarah juga mencatat bahwa kerajaan Majapahit menjadi kerajaan dengan
corak Hindu-Budha terakhir yang menguasai nusantara.
Kerajaan Bali mempunyai hubungan sejarah yang erat dengan kerajaan Singasari
dan Majapahit. Kerajaan Bali merupakan istilah untuk serangkaian kerajaan Hindu -
Budha yang pernah memerintah di Bali, di Kepulauan Sunda Kecil, Indonesia.

B. Saran

1. Perlu adanya penjelasan lebih tentang sejarah Kerajaan Singasari, Kerajaan


Majapahit, dan Kerajaan Bali.

2. Perlu dikembangkannya materi pokok sejarah Kerajaan Singasari, Kerajaan


Majapahit, dan Kerajaan Bali ini.

3. Perlu adanya pembahasan keterkaitan antara Kerajaan Singasari, Kerajaan


Majapahit, dan Kerajaan Bali.
DAFTAR PUSTAKA

Ardan. 2021. Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit (mediaindonesia.com). Diakses


pada tanggal 25 Januari 2023, Pukul 17.35.

Gambar kitab (2023) https://docs.google.com/document/d/1-X-WQ0M-


dcKIliCUw_VSe5o0qLssUNwj5hWlSQxeMr4/edit?pli=1 diakses pada 25
Januari 2023

Http://jackseparo.com/isi-kitab-negarakertagama-karya-empu-prapanca/ diakses
pada 25 Januari 2023

Kerajaan Singasari (2023) https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singasari diakses


pada 25 Januari 2023

Kerajaan Bali - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kerajaan Singasari (2023) http://www.anneahira.com/kerajaan-singasari.htm diakses


pada 25 Januari 2023

Kerajaan Bali : Sejarah, Raja, Letak, Peninggalan, Masa Kejayaan


(gurupendidikan.co.id)

Makalah sejarah kerajaan Singasari (2023) http://anaktujuhsembilan.blogspot.com


/2023/01/ makalah-sejarah-kerajaan-Singasari.html diakses pada 25
Januari 2023

Prasasti Singhasari 1351 (2023) https://id.wikipedia.org/ wiki/Prasasti_Singhasari


1351 diakses pada 25 Januari 2023

Pengertian sejarah singasari (2023) http://www.google.com/#q =pengertian


+sejarah+singasari diakses pada 25 Januari 2023

Sejarah Puri Pemecutan (2023) http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/


2023/01/kitab-pararaton_10.html diakses pada 25 Januari 2023

Singasari Kingdom (2023) https://upload. wikimedia.org /wikipedia/commons/a/a2


/Singhasari_Kingdom_id.svg diakses pada 25 Januari 2023

28
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kerajaan Singasari, Kerajaan
Majapahit, dan Kerajaan Bali”

Makalah ini berisikan tentang informasi Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit,


dan Kerajaan Bali, atau yang lebih khususnya membahas Sumber Sejarah, Kehidupan
Politik, Kehidupan Sosial, Kehidupan Ekonomi, Kehidupan Budaya Ketiga Kerajaan
tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................................2
E. Batasan Masalah..........................................................................................................3
F. Sistematika Penulisan..................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Kerajaan Singasari.......................................................................................................4
B. Sistem Pemerintahan Kerajaan Singasari....................................................................8
C. Kehidupan Di Kerajaan Singasari...............................................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................................12
B. Saran. ..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13

30

Anda mungkin juga menyukai