Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017)

PENGGUNAAN PERMAINAN PEPETIK BERBANTUAN ANALISIS


ADIKSIMBA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
SISWA DALAM MENENTUKAN PIKIRAN POKOK

Mita Maulani, Dede Tatang Sunarya, Dety Amelia Karlina


1,2,3
Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
1
Email: mita.maulani@student.upi.edu
2
Email: dedetatangsunarya@upi.edu
3
Email: dety@upi.edu

Abstract
Lack of student motivation to follow the learning and use of methods used by teachers in
learning to determine the main thoughts less attractive for students, causing less motivated
students to follow the learning well. Therefore, the use of game Pepetic-assisted analysis
Adiksimba to improve the value of the process and student learning outcomes. The use of
Pepetic game is used to improve the result of lesson plan, implementation or learning
process, student activity, and result of student learning test in cognitive aspect and
psychomotor aspect. The method used in this research is PTK with Kemmis model design and
Mc Taggart. After using Adiksimba-assisted Pepetic analysis game, the learning cycle I
learned 84.8%, 83% learning, 59% student activity, and student learning test result in the
subject matter determined 75% of complete students. While in cycle III, the results of
planning and implementation of teacher performance learning reaches 100%, student
activity reaches 90.3%, and learning test results reach 88.5%.
Keywords: Pepetic game, Adiksimba, principal thoughts.

PENDAHULUAN bahasa menurut Diknas (dalam Resmini,


Bahasa merupakan alat komunikasi verbal 2009, hlm.29) bahwa “pembelajaran bahasa
yang dapat digunakan seseorang secara lisan dan sastra Indonesia di SD diarahkan untuk
maupun tulisan. Tampubolon (2015) meningkatkan kemampuan siswa untuk
mengemukakan bahwa bahasa merupakan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
alat untuk menyatakan dan memahami dengan baik dan benar, baik secara lisan
pikiran dan perasaan. Dengan demikian, maupun tulis ...”.
dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran
alat komunikasi verbal yang digunakan bahasa tersebut, diadakannya empat
secara lisan maupun tulisan untuk keterampilan berbahasa yang terdapat dalam
menyatakan dan memahami pikiran maupun kurikulum sekolah, yaitu keterampilan
perasaan. Bahasa hendaknya digunakan membaca, keterampilan menulis,
dengan baik dan benar. Untuk itu, keterampilan berbicara, dan keterampilan
diperlukannya sebuah pembelajaran bahasa menyimak. Maka dari itu, hendaknya siswa
diseluruh jenjang pendidikan. Berdasarkan mampu menguasai setiap keterampilannya
kurikulum, pembelajaran bahasa dan sastra untuk menjadikan dasar pengembangan
Indonesia dilaksanakan pada mata pelajaran pengetahuan bahasanya.
bahasa Indonesia. Tujuan dari pembelajaran

151
Mita Maulani, Dede Tatang Sunarya, Dety Amelia Karlina

Dari keempat keterampilan tersebut, menunjukkan rendahnya keterampilan


keterampilan membaca merupakan salah membaca siswa dalam menentukan pikiran
satu keterampilan yang sangat penting pokok. Pada materi menentukan pikiran
dimiliki, karena setiap aspek kehidupan pokok tersebut siswa dituntut untuk
melibatkan kegiatan membaca. Selain itu, mencapai dua indikator, yaitu membuat
membaca pun merupakan tuntutan realitas pertanyaan berdasarkan teks dan
kehidupan sehari-hari manusia dalam menentukan pikiran pokok berdasarkan teks.
mencari dan menambah pengetahuannya. Namun, hasil evaluasi menunjukkan masih
Siswa yang gemar membaca akan banyak siswa yang tidak mampu mencapai
memperoleh banyak pengetahuan baru pembelajaran. Kondisi kelas dan kurangnya
sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran,
kecerdasannya. menyebabkan hasil evaluasi siswa tidak
Keterampilan membaca dapat dikuasai siswa mencapai KKM. Batas KKM yang bernilai 70
melalui pembelajaran membaca, karena tidak mampu dicapai oleh siswa, baik tes
keterampilan membaca tidak bersifat kognitif maupun psikomotor. Dari seluruh
bawaan melaiankan keterampilan yang siswa yang hadir, nilai tertinggi hanya bernilai
dapat dipelajari. Maka dari itu, dalam 60 dan itupun hanya diperoleh oleh satu
pembelajaran membaca hendaknya siswa.
dilakukan secara maksimal. Salah satu cara Berdasarkan hasil evaluasi dan wawancara
supaya siswa dapat meningkatkan yang dialakukan dengan wali kelas IV,
keterampilan membacanya dapat dilakukan penyebab siswa kurang mampu menentukan
dengan membaca pemahaman dalam pikiran pokok adalah siswa lebih sering
menentukan pikiran pokok. Menurut menentukan kalimat utama sebagai pikiran
Kusmayadi, dkk (2009, hlm.4) bahwa pokok. Menurut siswa, pikiran pokok yang
“pikiran pokok merupakan ide dasar ditulis dalam satu kalimat (kalimat utama)
pengembangan sebuah paragraf”. Dengan merupakan jawaban yang paling benar.
demikian, siswa dituntut untuk mencari ide Sementara dalam membuat pertanyaan,
dasar dalam setiap paragraf. Semakin siswa siswa cenderung lebih paham menggunakan
mampu menentukan ide dasar atau pikiran tanda tanya daripada kata tanya. Bahkan
pokok bacaan maka siswa tersebut akan ada siswa yang tidak menggunakan kata
semakin mampu meningkatkan kualitas tanya maupun tanda tanya dalam membuat
membacanya. Dalam pengajarannya, dapat kalimat tanya. Selain kepada wali kelas,
pula dilakukan dengan menggunakan wawancara juga dilakukan kepada siswa.
permainan Pepetik berbantuan analisis Berdasarkan hasil wawancara siswa, dapat
Adiksimba. Penggunaan permainan ini dapat disimpulkan bahwa siswa masih kesulitan
membantu siswa dalam materi menentukan dalam menentukan pikiran pokok,
pikiran pokok. Menurut Djuanda (2006) sementara dalam membuat kalimat
bahwa permainan merupakan aktivitas pertanyaan siswa merasa cukup mampu.
untuk memperoleh keterampilan tertentu Namun jika dilihat dari hasil pembelajaran,
dengan cara yang menggembirakan. Dengan tujuan pembelajaran masih belum tercapai
menggunakan permainan Pepetik ini, oleh siswa.
diharapkan siswa akan mampu dan Adanya wawancara ini adalah untuk
memahami materi menentukan pikiran mendapat data yang valid tentang penyebab
pokok dengan cara yang menggembirakan. terjadinya permasalahan tersebut.
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang Berdasarkan hasil wawancara dan hasil
dilakukan di kelas IV SD Negeri Buahdua I pembelajaran, hendaknya dilakukan
pada tanggal 28 November 2015 pembelajaran yang lebih memotivasi siswa.

152
Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017)

Untuk itu, dirancanglah sebuah perencanaan pembelajaran pada materi menentukan


pembelajaran untuk memperbaiki pikiran pokok. Permainan ini berisi tentang
permasalahan yang terjadi, yaitu dengan teknik latihan dasar dalam menentukan
“penggunaan permainan Pepetik pikiran pokok. Dalam permainan ini, siswa
berbantuan analisis Adiksimba untuk akan membaca sekilas dan
meningkatkan keterampilan membaca siswa mengelompokkan setiap kalimat yang ada
dalam menentukan pikiran pokok”. pada paragraf berdasarkan hubungan sebab
Permainan Pepetik merupakan salah satu akibat. Setelah itu, setiap kalimat yang
permainan bahasa dalam keterampilan sudah dikelompokkan akan dianalisis
membaca. Permainan ini diawali dengan menggunakan papan sebab akibat dan
cara pemotongan per titik kalimat untuk papan analisis Adiksimba. Adapun teori
memisahkan antar kalimat yang terdapat belajar yang mendukung permainan Pepetik
dalam satu paragraf. Setelah itu berbantuan nalisis Adiksimba, yaitu teori
dilakukannya analisis setiap kalimat dengan beehaviorisme, kognitivisme, dan teori
menggunakan papan sebab akibat. Menurut bermain. Dalam teori behaviorisme,
Wijayanti, dkk. (2013, hlm. 116) “paragraf kaitannya dengan permainan Pepetik
dapat diawali dengan sebab sebagai gagasan berbantuan analisis Adiksimba, yaitu bahwa
utama dan dikembangkan dengan teori behaviorisme ini mendukung dalam
menguraikan akibat-akibat sebagai gagasan penerapannya. Kaitan yang pertama adalah
penjelas”. Adapun akibat-sebab menurut dengan kaidah efek, dimana kekuatan
Wijayanti, dkk. (2013, hlm. 117) bahwa “... respon ditentukan oleh efek kesenangan
suatu akibat menjadi gagasan utama dan yang bisa diperoleh. Penggunaan permainan
sebab-sebab menjadi gagasan-gagasan Pepetik berbantuan analisis Adiksimba ini
penjelasnya”. Dalam hal ini, karena pikiran dapat membuat suasana belajar menjadi
pokok terdapat pada gagasan utama, maka lebih hidup, rileks, dan menyenangkan. Hal
siswa harus mencari setiap gagasan utama tersebut tentu saja dapat menimbulkan
terlebih dahulu untuk dapat menemukan respon dari timbal balik siswa adalah respon
pikiran pokoknya. yang baik pula. Kaitan yang kedua adalah
Sementara Adiksimba merupakan singkatan dengan kaidah latihan. Penggunaan
dari kumpulan kata tanya “apa, dimana, permainan Pepetik berbantuan analisis
kapan, siapa, mengapa, dan bahagimana”. Adiksimba ini juga memfasilitasi siswa dalam
Analisis Adiksimba merupakan kegiatan berlatih latihan dasar menentukan pikiran
mengkaji struktur bahasa dengan pokok. Begitupun menurut Djuanda (2006,
menggunakan bantuan kumpulan kata tanya hlm.8) bahwa “kaidah latihan, berisi
Adiksimba. Selain itu, Analisis Adiksimba pun anggapan bahwa semakin sering dan lama
digunakan untuk mempermudah siswa suatu latihan diberikan akan semakin tinggi
membuat kalimat tanya berdasarkan teks. pengalaman dan bentuk keterampilan yang
Dengan menggunakan analisis Adiksimba, diperoleh”. Serta kaitan yang ketiga adalah
siswa akan lebih terfokus memilih topik kaidah kesiapan. Penggunaan permainan
kalimat tanya dengan menggunakan kata Pepetik berbantuan analisis Adiksimba ini
tanya terlebih dahulu. Penggunaan memberikan keadaan yang mendorong
permainan ini dapat memberikan suasana keseriusan dan tumbuhnya konsentrasi.
belajar yang lebih menyenangkan dan Pada teori kognitivisme, implikasinya dalam
membuat siswa termotivasi mengikuti penelitian ini, yaitu siswa dituntut untuk
pembelajaran dengan lebih baik. Dengan menyesuaikan pengetahuan awalnya dengan
suasana belajar yang seperti itu, hendaknya pengetahuan baru. Ketika siswa kesulitan
dapat membantu siswa mencapai tujuan pengerjaan tugas menentukan pikiran pokok,

153
Mita Maulani, Dede Tatang Sunarya, Dety Amelia Karlina

siswa dituntut untuk menentukan kalimat- Dalam teori kognitif, siswa dituntut untuk
kalimat pendukung. Dalam hal ini, siswa memahami pembelajaran dengan cara
akan mengingat apa yang telah mereka menerapkan struktur permainan dalam
ketahui mengenai pembelajaran yang saling memahami materi sesuai aturan bukan
berkaitan dalam menentukan pikiran pokok. memahami materi sesuai keadaan. Dengan
Dalam teori bermain, menurut Seto dan demikian, penggunaan permainan ini
Soemitro (dalam Djuanda, 2006) bahwa diharapkan dapat membantu siswa
“dari sejumlah teori yang ada dapat mencapai tujuan pembelajaran dalam
dikemukakan tujuh pandangan utama, yaitu materi menentukan pikiran pokok.
teori surplus energi, teori relaksasi, teori
pandangan utama, teori rekapitulasi, teori METODE PENELITIAN
perkembangan, teori penyaluran Metode Penelitian
sosioemosional, dan teori kognitif”. Dalam Metode yang dilakukan dalam penelitian ini
teori surplus energi, permainan Pepetik adalah metode PTK dengan mengacu pada
berbantuan analisis Adiksimba yang pada model Kemmis dan Mc Taggart. Menurut
pelaksanaannya dapat membantu siswa Kemmis dan Mc Taggart (dalam Hanifah,
dalam menyalurkan energi dengan lebih 2014) adalah model ini pada hakekatnya
bermanfaat dalam pembelajaran. Dalam berupa untaian-untaian atau perangkat-
teori relaksasi, permainan Pepetik perangkat dengan satu perangkat terdiri dari
berbantuan analisis Adiksimba dapat empat komponen, yaitu perencanaan,
membuat siswa lebih santai dalam tindakan, pengamatan, dan refleksi.
mengikuti dan memahami pembelajaran Metode PTK merupakan penelitian yang
setelah menyalurkan keaktifan melalui berbasis kelas yang bertujuan untuk
permainan. Dalam teori preparasi atau mengatasi permasalahan proses dan hasil
insting, permainan Pepetik berbantuan belajar di kelas. Begitupun menurut Jaedun
analisis Adiksimba, yaitu siswa akan (dalam Hanifah, 2014) bahwa penelitian
melakukan permainan tanpa mengubah tindakan kelas adalah jenis penelitian
tingkah laku sesuai perkembangannya. tindakan yang dilakukan oleh guru untuk
Dalam teori rekapitulasi, permainan Pepetik meningkatkan kualitas pembelajaran di
berbantuan Analisis Adiksimba, yaitu siswa kelasnya baik dalam segi pendekatan,
akan melakukan permainan dengan metode, penggunaan media, teknik evaluasi,
mencoba menemukan hubungan antara dsb. tujuan dari penelitian tindakan kelas
kegiatan bermain dengan perkembangan (PTK) adalah memperbaiki dan
kebudayaan. Dalam hal ini, siswa dapat meningkatkan mutu, baik dalam hasil
membedakan permainan yang biasa maupun pelaksanaan pembelajaran dengan
dilakukan di lingkungan sekitar dengan adanya penemuan solusi dalam
permainan dalam pembelajaran. Dalam teori permasalahan di dalam kelas.
pertumbuhan dan perkembangan, Grundy dan Kemmis (dalam Somadayo,
permainan Pepetik berbantuan analisis 2013) menyatakan bahwa tujuan penelitian
Adiksimba, dapat mengembangkan tindakan kelas adalah untuk peningkatan
pemahaman dan kemampua siswa pada praktek, peningkatan atau pengembangan
materi yang dituntut untuk dipahami Dalam profesional pengembangan praktek oleh
teori penyaluran sosioemosional, permainan praktisi, dan peningkatan situasi tempat
Pepetik berbantuan analisis Adiksimba yaitu pelaksanaan praktek.
setiap kegiatan dalam permainan ini
berpengaruh pada emosi siswa melalui Lokasi Penelitian
kompetisi yang ada dalam permainan.

154
Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017)

Penelitian ini berlokasi di SD Negeri siswa, perencanan dan pelaksanaan kinerja


Buahdua I, Kecamatan Buahdua, Kabupaten guru. Untuk tes, peneliti menggunakan tes
Sumedang. Dalam melakukan penelitian di soal essay, dan untuk catatan lapangan
SD tersebut, peneliti mempunyai beberapa peneliti menggunakan format catatan
alasan. Alasan pertama peneliti memilih lapangan.
sekolah ini karena ditemukannya
permasalahannya pada kelas IV, terutama Analisis Pengolahan Data
kurangnya pemahaman siswa kelas IV SDN Dalam penelitian ini peneliti menganalisis
Buahdua I pada materi menentukan pikiran dengan menyesuaikan hasil dari hasil
pokok. Selain itu, peneliti memilih sekolah instrumen pengumpulan data, seperti hasil
ini karena keadaan sekolah yang cukup dari wawancara, observasi, tes, dan catatan
strategis dan mudah dijangkau. Serta alasan lapangan yang selanjutnya diolah untuk
lainnya, yaitu karena keadaan sekolah yang diperbaiki berdasarkan kekurangan dari hasil
berpotensi untuk berkembang dan analisis yang dilakukan. Selain itu, dalam
berprestasi. penelitian ini pun, peneliti akan memvalidasi
data. Adapun bentuk-bentuk validasi data
Waktu Penelitian dalam penelitian tindakan kelas menurut
Pengambilan data awal untuk penelitian ini Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2006, hlm.168)
dilakukan pada tanggal 28 November 2016. terdiri dari “member chek, triangulasi,
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 saturasi, eksplanasi saingan (kasus negatif),
bulan di SD Negeri Buahdua I. audit trail expert opinion, dan key respondents
review”.
Subjek Penelitian Validasi data yang dilakukan peneliti dalam
Subjek penelitian disini adalah siswa siswi penelitian ini yaitu dengan cara member
kelas IV SD Negeri Buahdua I yang terdiri check, triangulasi dan exspert opinion.
dari 15 orang siswa. Masing-masing terdiri Member chek adalah bentuk validasi data
dari siswa laki-laki yang berjumlah 7 orang yang dilakukan dengan memeriksa kembali
dan perempuan berjumlah 8 orang. Alasan data yang diperoleh peneliti untuk
pengambilan subjek penelitian ini karena dikonfirmasikan kebenarannya kepada guru
banyaknya permasalahan yang terjadi di dan siswa melalui diskusi di setiap akhir
kelas tersebut. Permasalahan-permasalahan tindakan. Triangulasi adalah bentuk validasi
itu adalah kurangnya kemampuan siswa data yang dilakukan dengan memeriksa
dalam keterampilan membaca materi kembali data yang diperoleh peneliti untuk
menentukan pikiran pokok dan juga sikap dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
siswa yang sulit diatur disaat pembelajaran. sumber lain. Sumber lain dalam hal ini
adalah guru dan siswa. Expert opinion adalah
Teknik Pengumpulan Data bentuk validasi data yang mengarah pada
Teknik pengumpulan data merupakan cara permintaan pendapat ataupun nasihat dari
yang digunakan oleh peneliti untuk para pakar.
mengumpulkan sejumlah informasi yang
dibutuhkan selama penelitian berlangsung. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penggunaan permainan Pepetik berbantuan
teknik pengumpulan data dari wawancara, analisis Adiksimba pada pembelajaran
observasi, tes, catatan lapangan. Dalam membaca dalam materi menentukan pikiran
wawancara, peneliti menggunakan pedoman pokok dilakukan dalam tiga siklus. Pada
wawancara, dalam observasi peneliti setiap siklus dilakukan tindakan yang
menggunakan lembar observasi aktivitas menunjukkan peningkatan terhadap

155
Mita Maulani, Dede Tatang Sunarya, Dety Amelia Karlina

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan menggunakan permainan Pepetik


pembelajaran yang terdiri dari kinerja guru berbantuan analisis Adiksimba dilakukan
dan aktivitas siswa, serta hasil tes seefektif mungkin dengan acuan tercapainya
kemampuan kognitif dan psikomotor dalam tujuan pembelajaran. Begitupun menurut
materi menentukan pikiran pokok. Secara Djuanda (2006) bahwa permainan akan
keseluruhan, hasil penelitian ini memberikan menjadi efektif jika kemampuan dan
pengaruh yang positif terhadap peningkatan keterampilan teknis dimiliki oleh guru. Selain
hasil belajar siswa kelas IV SDN Buahdua I. itu, perencanaan yang dibuat termasuk
Hal tersebut diketahui berdasarkan data- perencanaan pembelajaran menggunakan
data yang diperoleh dari pelaksanaan permainan yang mengarah pada permainan
penelitian tindakan kelas sebanyak tiga untuk pendidikan dengan tujuan tertentu.
siklus. Dengan demikian, perencanaan
pembelajaran dibuat terlebih dahulu supaya
Perencanaan Tindakan guru dapat menguasai teknik yang ada
Rencana pembelajaran yang dibuat dalam dalam permainan Pepetik berbantuan
tiga siklus mengalami perbaikan disetiap analisis Adiksimba. Berikut diagram
siklusnya sesuai dengan temuan yang peningkatan perencanaan pembelajaran
diperoleh pada siklus sebelumnya. yang dilakukan oleh guru.
Perencanaan pembelajaran dengan

84,8 93,3 100


100
28 32 33
50
0
Siklus I Siklus II Siklus III

Skor Persentase Column1

Gambar 4.1 Diagram Penilaian Peningkatan Perencanaan Pembelajaran

Penilaian yang diperoleh oleh guru pada saat Pelaksanaan Tindakan


perencanaan pembelajaran pada siklus I Kinerja Guru
mendapatkan skor 28 dengan persentase Setelah rencana pembelajaran disusun,
84,8% dan mendapatkan interpretasi baik selanjutnya dilakukan pelaksanaan
sekali. Pada siklus II skor yang diperoleh pembelajaran di setiap siklus. Pembelajaran
meningkat menjadi 32 dengan persentase dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah
93,3% dan mendapatkan interpretasi baik permainan Pepetik berbantuan analisis
sekali. Begitupun pada siklus III yang Adiksimba, dengan perbaikan dan tindakan
mengalami peningkatan dengan jumlah skor yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
33, persentase 100% dan interpretasi baik meningkatkan pembelajaran sehingga
sekali. Diagram tersebut menunjukkan mampu mencapai target pelaksanaan yang
bahwa perencanaan pembelajaran yang ditentukan. Tindakan yang dilaksanakan
dibuat dalam setiap tindakan mengalami dalam setiap siklus, yaitu dengan
peningkatan sehingga mampu mencapai menggunakan permainan Pepetik
target yang ditentukan. berbantuan analisis Adiksimba. Kegiatan
dalam permainan Pepetik ini terdiri dari tiga

156
Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017)

tahap, yaitu tahap pembagian kelompok, hasil bahwa proses dan hasil belajar siswa
tahap pemotongan per titik kalimat, dan dapat meningkat sehingga mampu mencapai
tahap analisis kalimat. Penjelasan yang target yang ditentukan. Berikut ini adalah
dilakukan oleh guru dalam setiap siklusnya diagram peningkatan penilaian pelaksanaan
selalu diperbaiki sesuai hasil refleksi pada pembelajaran yang dilakukan.
siklus sebelumnya. Setelah melakukan
perbaikan tindakan setiap siklus, didapatkan

200
83 93,3 100
100 25 28 30
0
Siklus I Siklus II Siklus III

Skor Persentase Column1

Gambar 4.2 Diagram Peningkatan Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan diagram 4.2, pelaksanaan karena dilakukannya perbaikan dalam


kinerja guru pada siklus I mencapai 83% yang pembagian kelompok untuk lebih fokus dan
diperbaiki kembali pada siklus II dan bekerjasama secara disiplin dengan
mencapai 93,3%. Pada siklus III terjadi lagi kelompoknya. Guru merupakan pemimpin
peningkatan sehingga mencapai 100%, dalam pembelajaran ini. Selain itu hal
dengan demikian pelaksanaan kinerja guru tersebut terjadi karena penggunaan
yang dilaksanakan telah mencapai target permaian Pepetik berbantuan analisis
yang ditentukan. Adiksimba telah meningkatkan motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal
Aktivitas Siswa tersebut terbukti ketika siswa menjadi tidak
Kegiatan siswa selama dilakukan tindakan sering keluar bangku untuk menghampiri
dalam tiga siklus mengalami peningkatan teman yang bukan anggotanya. Bahkan
pada setiap siklusnya. Aspek yang dinilai siswa lebih fokus untuk mengerjakan
dalam aktivitas siswa adalah keaktifan, penugasan yang seharusnya ia kerjakan.
kerjasama dan disiplin. Pada proses Berikut ini adalah diagram peningkatan
pembelajaran siklus III, terlihat siswa lebih kegiatan siswa dari hasil observasi pada
aktif dalam bekerjasama dan mengerjakan setiap siklus.
penugasan dengan lebih disipin. Hal tersebut

150 122
104 90,3
100 80 77,03
59,2
50
0
Siklus I Siklus II Siklus III
Skor Persentase Column1

Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Aktivitas Siswa

157
Mita Maulani, Dede Tatang Sunarya, Dety Amelia Karlina

Dalam diagram tersebut terjadi peningkatan Pepetik berbantuan analisis Adiksimba pada
aktivitas siswa menjadi semakin baik. Pada siklus III membuktikan bahwa permainan
siklus I hasil observasi aktivitas siswa secara Pepetik sebagai permainan bahasa telah
keseluruhan memperoleh jumlah skor 80 membantu mengembangkan pengetahuan
dengan persentase 59%. Pada siklus II hasil dan keterampilan siswa dalam materi
observasi aktivitas siswa secara keseluruhan menentukan pikiran pokok. Djuanda (2006)
mengalami peningkatan dari siklus I. Jumlah mengemukakan bahwa permainan
skor yang diperoleh menjadi 104 dengan merupakan sesuatu yang bermakna dalam
persentase 77,03%. Begitupun hasil observasi menggabarkan pesan, suasana,
aktivitas siswa secara keseluruhan pada siklus mengembangkan pengatahuan dan
III, memperoleh skor 122 dengan persentase keterampilan, dan bernilai bagi anak dalam
90,3%. membuahkan pengalaman belajar tertentu.
Selain itu, Djuanda (2006) mengemukakan
Tes Hasil Belajar bahwa dengan menggunakan permainan,
Adanya pembagian tugas di siklus III untuk siswa dapat memahami suatu konsep,
setiap anggota kelompok telah prinsip, unsur pokok, dan hasil. Dalam
meningkatkan kemampuan siswa dalam penelitian ini, tes yang diberikan pada siswa
memahami pembelajaran. Djuanda (2006) menuntut siswa untuk memahami suatu
mengemukakan bahwa seluruh siswa harus unsur pokok dalam teks, tepatnya pada
terlibat dengan cara saling membagi tugas. pikiran pokok yang terdapat di setiap
Hal tersebut dilakukan untuk menghidari paragraf cerita. Dengan demikian,
adanya siswa yang hanya diam sebagai terbuktilah penggunaan permainan Pepetik
penonton dan pada siklus III, setiap anggota berbantuan analisis Adiksimba ini yang telah
kelompok ditugaskan untuk menentukan meningkatkan keterampilan membaca siswa
pikiran pokok dan membuat pertanyaan dalam menentukan pikiran pokok. Djuanda
dalam satu paragraf sehingga setiap anggota (2006) mengemukakan bahwa pendidikan
terlibat secara adil dalam pengerjaan dan yang baik adalah pendidikan yang akan
penyelesaian tugas kelompok. Secara menggunakan bermain sebagai alat
keseluruhan, tindakan yang dilakukan pendidikan. Berdasarkan hasil tes di siklus I,
selama tiga siklus mampu meningkatan hasil awalnya masih terdapat banyak siswa yang
belajar siswa. Tes dari setiap siklus telah belum benar-benar memahami materi
mampu membuat siswa memahami materi pembelajaran, namun pada siklus II dan
pembelajaran mengenai menentukan pikiran siklus III, kemampuan siswa membaca
pokok dan membuat pertanyaan dengan pemahaman dalam menentukan pikiran
menggunakan kata tanya dan tanda tanya. pokok semakin meningkat sehingga dapat
Tes tersebut berupa tes kognitif dan mencapai target yang telah ditentukan.
psikomotor. Tes kognitif yang diberikan Berikut ini adalah diagram peningkatan hasil
mengenai menentukan pikiran pokok tes kognitif dan psikomotor siswa pada
sementara tes psikomotor mengenai materi menentukan pikiran pokok.
membuat pertanyaan dengan menggunakan
kata tanya dan tanda tanya. Berbagai
perbaikan dilakukan sampai siswa mampu
mencapai target yang ditentukan, yaitu 85%
dari jumlah siswa memenuhi ketuntasan
minimal. Adanya teknik estafet dan
perbedaan pada papan sebab akibat dan
papan analisis adiksimba dalam permainan

158
Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017)

82 88,5
100 74
50 12 14
10
0
Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah Siswa Persentase Column1

Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Hasil Tes Kognitif dan Psikomotor

Secara keseluruhan, dilihat dari diagram 4.4 dikerjakan dengan bantuan media, yaitu
terdapatnya peningkatan terhadap hasil tes papan analisis sebab akibat dan analisis
kognitif dan psikomotor siswa kelas IV SDN Adiksimba. Pada siklus I, persentase
Buahdua I pada materi menentukan pikiran perencanaan kinerja guru adalah 84,8%
pokok. Dalam siklus I, jumlah siswa yang dengan kriteria baik sekali. Pada siklus II
tuntas terdapat 10 siswa atau 74% dari 15 terjadi peningkatan menjadi 93,3% dengan
siswa. Pada siklus II terdapat peningkatan kriteria baik sekali.Begitupun pada siklus III
siswa yang tuntas menjadi 12 siswa atau 82% yang mengalami peningkatan menjadi 100%
dari 15 siswa. Begitupun pada siklus III telah dengan kriteria baik sekali. Pelaksanaan
mengalami peningkatan ketuntasan menjadi pembelajaran bahasa Indonesia pada materi
14 siswa atau 88,5% dari 15 siswa. menentukan pikiran pokokdi kelas IV SDN
Buahdua I Kecamatan Buahdua Kabupaten
KESIMPULAN Sumedang dengan menggunakan permaian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pepetik berbantuan analisis Adiksimba
di kelas IV SDN Buahdua I Kecamatan terangkum dalam kinerja guru dan aktivitas
Buahdua Kabupaten Sumedang pada siswa. Pada siklus I, persentase kinerja guru
pembelajaran bahasa Indonesia membaca mencapai 83% dengan kriteria baik sekali.
pemahaman dalam materi menentukan Pada siklus II kinerja guru mengalami
pikiran pokok dengan menggunakan peningkatan menjadi 93,3% dengan kriteria
permainan Pepetik berbantuan analisis baik sekali. Begitupun pada siklus III
Adiksimba dapat disimpulkan bahwa. mengalami peningkatan menjadi 100%
Perencanaan pembelajaran bahasa dengan kriteria baik sekali. Selain kinerja
Indonesia pada materi menentukan pikiran guru, dalam pelaksanaan pembelajaran
pokok di kelas IV SDN Buahdua I Kecamatan didapatkan hasil aktivitas siswa. Selama
Buahdua Kabupaten Sumedang dengan pelaksanaan siklus I sampai siklus III,
menggunakan permainan Pepetik aktivitas siswa terekam dalam format
berbantuan analisis Adiksimba. Tahap observasi aktivitas siswa dan catatan
perencanaan pada penelitian ini dimulai lapangan. Pada siklus I, aktivitas siswa yang
dengan mempersiapkan Rencana diperoleh secara keseluruhan mencapai
Pelaksanaan Pembelajaran yang disesuaikan 59,2%. Pada siklus II, aktivitas siswa
dengan tahap-tahap permainan Pepetik mengalami peningkatan lebih baik secara
berbantuan analisis Adiksimba. Penelitian ini keseluruhan menjadi 77,03% dan pada siklus
terdiri dari tiga siklus yang pada setiap III, terdapat peningkatan menjadi 90,3%.
siklusnya terdapat perubahan pada langkah- Dengan demikian aktivitas siswa secara
langkah skenario pembelajaran RPP. keseluruhan telah melebihi target 85%.
Perubahan tersebut merupakan hasil analisis Peningkatan keterampilan membaca dalam
dan refleksi pada siklus sebelumnya. Selain menentukan pikiran pokok di kelas IV SDN
itu, peneliti juga mebuat LKS yang harus Buahdua I Kecamatan Buahdua Kabupaten

159
Mita Maulani, Dede Tatang Sunarya, Dety Amelia Karlina

Sumedang dengan menggunakan permainan Tarigan, H. G. (2008). Membaca Sebagai


Pepetik berbantuan analisis Adiksimba. Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Target penelitian ini adalah 85% populasi Angkasa.
kelas mampu mencapai KKM yang telah
ditentukan, yakni bernilai 70 untuk aspek Kusmayadi, dkk. (2009). Belajar Bahasa
kognitif dan psikomotor. Berdasarkan hal Indonesia Itu Menyenangkan untuk Kelas
tersebut maka siklus tetap dilakukan sampai IV. Jakarta: Depdiknas.
target berhasil dicapai dalam penelitian.
Pembelajaran membaca pemahaman dalam Wijayanti, dkk. (2013). Bahasa Indonesia:
menentukan pikiran pokok dengan Penulisan dan Penyajia Karya Ilmiah.
menggunakan permainan Pepetik Jakarta: PT RajaGrafindo.
berbantuan analisis Adiksimba mampu
menyelesaikan permasalahan siswa dalam Somadayo, Samsu. (2011). Strategi dan Teknik
materi menentukan pikiran pokok. Adapun Pembelajaran Membaca. Yogyakarta:
hasil belajar siswa SDN Buahdua I untuk Graha Ilmu.
aspek kognitif dan psikomotor pada data
awal tidak terdapat siswa yang tuntas. Hanifah, N. (2014). Memahami Penelitian
Bahkan nilai tertinggi hanya 60 yang Tindakan Kelas: Teori dan Aplikasinya.
diperoleh oleh satu siswa. Pada siklus I Bandung: UPI PRESS.
mengalami peningkatan siswa yang tuntas
menjadi 10 siswa (74%). Peningkatan jumlah Nasucha.Y,dkk. (2010). Bahasa Indonesia
siswa yang tuntas kembali terjadi pada siklus untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Mata
II, yaitu menjadi 12 siswa (82%). Begitupun Kuliah Kepribadian). Yogyakarta: Media
pada siklus III yang mengalami peningkatan Perkasa.
siswa yang tuntas menjadi 14 siswa (88,3%).
Dengan demikian, hasil tes yang diperoleh Resmini, N. Tatat, H. Isah, C. (2009).
siswa telah melebihi 85%, target yang Pembinaan dan Pengembangan
ditentukan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bandung: UPI PRESS.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Dadan. (2006). Pembelajaran Tampubolon. (2015). Kemampuan Membaca
Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas. Bandung: CV Angkasa.

160

Anda mungkin juga menyukai