OLEH :
ASNITA, S.Pd
NIM : 856634889
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBBJ JAMBI
2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………….
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………..
1.3 Tujuan PTK…………………………………………………
1.4 Manfaat Hasil Penelitian……………………………………
Dalam setiap saat kehidupan, terjadi suatu proses belajar mengajar, dari
proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya
disebut hasil belajar. Agar memperoleh hasil belajar yang bermakna, proses
belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi
secara baik.
Seorang guru senantiasa dihadapkan dengan siswa yang memiliki
kemauan belajar yang berbeda. Menghadapi siswa yang demikian, guru harus
dapat mendorong mereka untuk tetap berusaha dan selalu belajar. Untuk itulah
guru perlu memahami siswa dan berusaha mengelolanya dengan baik untuk
membantu siswa berhasil mencapai tujuan pembelajaran di kelas dan pendidikan
pada umumnya.
Dalam bermain drama, siswa dituntut bisa bermain dengan lafal, intonasi,
nada, dan mimik yang tepat, serta memahami jalan cerita, tema, dan problem,
yang terdapat dalam drama tersebut. Jika belajar bermain drama diarahkan untuk
keterampilan berbahasa, secara tidak langsung bermain drama dapat membantu
siswa dalam pemahaman dan penggunaan bahasa yang dipelajarinya. Pengajaran
drama sebagai penunjang pemahaman bahasa berarti untuk berlatih keterampilan
berbahasa melalui bermain drama.
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD N No.145/VI
Salam Buku I ditemui pada hasil sebelumnya bahwa tingkat kemampuan
penguasaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V hanya pada taraf
ketercapaian cukup. Jadi guru harus lebih pandai dan berusaha agar dapat
meningkarkan hasil belajar Bahasa Indonesia tersebut untuk proses ketercapaian
dimasa yang akan datang.
Kurangnya ketercapaian pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut bisa
disebabkan oleh kurangnya keterampilan guru dalam memberi pelajaran
pemahaman kepada siswa dan bisa disebabkan oleh kurangnya pengelolaan kelas
dan penggunaan metode serta model pembelajaran yang dapat membangkitkan
gairah dan minat belajar siswa.
Oleh karena itu penggunaam model Role Playing dalam pelajaran Bahasa
Indonesia diharapakan dapat memberi peningkatan mutu pembelajaran Bahasa
Indonesia pada pelajaran bermain drama siswa kelas V SD N No.145/VI Salam
Buku I .
Menurut Briggs (dalam Subana 1999:13) dalam mengajar guru bukan
hanya untuk menyampaikan bahan pelajaran, melainkan mengupayakan agar
siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Ini berarti bahwa upaya
guru hanya merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi siswa
untuk belajar. Dengan demikian, peranan guru berubah, bukan saja sebagai
penyampai informasi melainkan juga bertindak sebagai stimulator untk terjadi
proses belajar mengajar. Untuk iru guru perlu mengatur dan menggunakan
metode, teknik, serta model pembelajaran yang bermanffat bagi siswa.
Dari latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini peneliti
tertarik untuk memilih judul “Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Dalam Pelajaran Bermain Drama Siswa Kelas V Melalui Penerapan Model Role
Playing SD N No.145/VI Salam Buku I”.
Dari rumusan masalah yang akan dipecahkan, maka tujuan penelitian ini
adalah meningkatkan pembelajaran bermaian drama dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia siswa kelas V SD N No.145/VI Salam Buku I melalui model Role
Playing.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, untuk memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
2. Bagi guru, dan pihak sekolah diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
tindak lanjut pembelajaran bermain drama dalam pelajaran bahasa
Indonesia pada siswa kelas V.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat memberi penignkatan mutu belajar
pembelajaran Bahasa Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Teori Kognitif
Teori belajar kognitif dikembangkan oleh seorang psikolog
asal Swiss bernama Jean Piaget. Teori kognitif membahas tentang
manusia membangun kemampuan kognitifnya dengan motivasi yang
dilakukan oleh diri sendiri terhadap lingkungannya. Inti dari konsep
teori kognitif ini adalah bagaimana munculnya dan diperolehnya
schemata (skema atau rencana manusia dalam mempersepsikan
lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan manusia atau
saat seseorang mendapatkan cara baru dalam memaknai informasi
secara mental. Jika merujuk pada teori belajar kognitif, belajar dapat
diartikan sebagai sebuah proses perubahan persepsi dan pemahaman.
Dengan kata lain, belajar tidak harus berbicara tentang perubahan
tingkah laku atau sikap yang bisa diamati oleh guru. Setiap orang
atau siswa memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-
beda dan tertata rapi dalam bentuk struktur kognitif. Pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki siswa inilah yang membuat proses belajar
mengajar akan berjalan dengan baik. Teori ini akan dapat berjalan
dengan baik ketika materi pelajaran yang baru dapat beradaptasi
dengan struktur kognitif atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Teori kognitif mempercayai bahwa perilaku seseorang dapat
ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya dalam melihat situasi
yang berhubungan dengan tujuan proses belajar mengajar. Teori ini
juga percaya bahwa belajar itu dihasilkan dari proses persepsi
kemudian membentuk hubungan antara pengalaman yang baru dan
pengalaman yang sudah tersimpan di dalam dirinya. Hal yang perlu
diperhatikan saat menerapkan teori kognitif dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut:
a. Materi pembelajaran harus disusun dengan pola atau logika
sederhana dan kompleks.
b. Guru harus memberikan pengarahan sesuai dengan usia siswa
karena mereka bukanlah orang dewasa yang sudah mengerti dan
mudah dalam berpikir.
c. Proses belajar mengajar harus bermakna.
d. Guru harus mengamati perbedaan yang ada pada setiap siswa
supaya siswa dapat berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
C. Teori Konstruktivisme
Makna konstruksi berarti membangun. Maka teori belajar
konstruktivisme adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
membangun tata hidup yang berbudaya modern. Landasan dari teori
belajar konstruktivisme adalah pembelajaran kontekstual. manusia
membangun pengetahuan sedikit demi sedikit yang hasilnya
disebarkan melalui konteks yang terbatas dan dalam waktu yang
direncanakan. Dalam teori ini ditekankan bahwa seseorang yang
belajar memiliki tujuan untuk menemukan bakatnya, menambah
pengetahuan atau teknologi, dan lain-lain yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dirinya. Dari pengalaman-pengalaman yang telah
dilewati oleh siswa, maka mereka akan memiliki hidup yang lebih
dinamis dan pengetahuan akan bertambah. Dalam konteks belajar
mengajar, teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
membebaskan siswa untuk membimbing sendiri pengetahuan yang
dimiliki berdasarkan pengalaman. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat menerapkan teori konstruktivisme dalam proses
belajar mengajar adalah:
a. Saat mengajar sebaiknya Guru Pintar memberikan kesempatan
kepada siswa agar dapat mengeluarkan pendapat dengan
bahasanya sendiri.
b. Siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalamannya
agar menjadi siswa yang lebih kreatif dan imajinatif.
c. Lingkungan belajar mengajar harus dibuat kondusif supaya
siswa dapat belajar dengan maksimal.
d. Siswa diberikan kesempatan untuk membuat gagasan atau ide
yang baru.
D. Teori Humanistik
Teori belajar ini lebih cenderung melihat perkembangan
pengetahuan dari sisi kepribadian manusia. Hal ini disebabkan
karena humanistik itu sendiri merupakan ilmu yang melihat segala
sesuatu dari sisi kepribadian manusia. Teori belajar humanistik juga
memiliki tujuan untuk membangun kepribadian siswa dengan
melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Guru atau pendidik yang
menerapkan teori humanistik akan mengutamakan hasil pengajaran
berupa kemampuan positif yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan
positif akan dapat membangun atau mengembangkan emosi positif
pada siswa. Perbedaan teori belajar humanistik dan teori belajar
behavioristik adalah teori belajar humanistik lebih mengutamakan
melihat tingkah laku manusia sebagai campuran antara motivasi
yang lebih tinggi atau lebih rendah. Sedangkan teori behavioristik
hanya melihat motivasi manusia sebagai sebuah usaha untuk
memenuhi fisiologis manusia. Teori belajar humanistik menekankan
pada pembentukan kepribadian, perubahan sikap, menganalisis
fenomena sosial, dan hati nurani yang diterapkan melalui materi-
materi pelajaran. Dalam teori ini Guru Pintar sangat berperan sebagai
fasilitator untuk siswa. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat menerapkan teori humanistik dalam proses belajar
mengajar :
a. Guru Pintar harus berusaha untuk menyusun dan
mempersiapkan materimateri pembelajaran lebih banyak agar
tujuan belajar mengajar tercapai.
b. Guru Pintar harus berusaha tenang ketika mendengar
ungkapanungkapan dari siswa yang memberitahukan bahwa ada
perasaan yang kuat dan dalam saat belajar mengajar.
c. Guru Pintar adalah fasilitator. Guru Pintar harus memberikan
perhatian kepada siswa dan menciptakan suasana kelas
kondusif.
d. Guru Pintar harus dapat mengenali dan menerima kelemahan-
kelemahan pada dirinya supaya saat mengajar akan lebih tenang.
e. Guru Pintar harus mengetahui keinginan dari setiap siswa
karena keinginan-keinginan yang ada pada setiap siswa dapat
menambah kekuatan dan mendorong semangat belajar.
Yang menjadi objek dan subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N
No.145/VI Salam Buku I Kabupaten Merangin.
1. siklus pertama
- menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
- menyiapkan materi bahan ajar, sebanyak 9 kali pertemuan
- menyusun skenario pembelajaran model role playing
- menyiapkan alat tes untuk evaluasi
- melakukan pretes membaca drama
- menginpormasikan tentang model membaca drama
- memberikan latihan dasar bermain drama
2. siklus kedua
- melakukan pretes kembali membaca drama
- menginpormasikan tentang model membaca drama
- memberikan latihan bermain drama
- mengamati siswa dalam mengerjakan latihan
- menganalisis hasil pengamatan
- mengevaluasi bersama-sama siswa hasil latihan bermain drama
- memberikan latihan lanjut untuk dikerjakan siswa dirumah bagi
siswa yang belum mencapai tingkat kemampuan yang
diharapkan
3. siklus ketiga
- mengoreksi bersama-sama dengan siswa hasil latihan bermain
drama yang dikerjakan dirumah pada siklus kedua
- memberikan latihan kembali tentang cara bermain drama
- mengamati siswa dalam mengerjakan latihan dengan lembar
observasi
- menganalisis hasil pengamatan
- memberikan latihan untuk dikerjakan dirumah bagi siswa yang
belum mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.
Setelah melakukan tindakan kelas, penulis memberikan tes akhir
dari setiap pelajaran untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam
mengerjakan latihan.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan dengan mengunakan instrument yang telah
disiapkan yaitu catatan harian, pedoman observasi, daftar dan
pengamatan dari penelitian sendiri, kreteria keberhasilan yang akan
diperoleh melalui pengolahan data dan penarikan kesimpulan hasil
analisis dan pencapaian tindakan yang dilakukan.
d. Refleksi
Dari kegiatan observasi maka perlu dilakukan pementasan drama
sebagai upaya dalam meningkatkan pembelajaran bermain drama
siswa.
Siklus 2
Pertemuan I x
Pertemuan 2 x
Pertemuan 3 x
Siklus 3
Pertemuan I x
Pertemuan 2 x
Pertemuan 3 x
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Mendeskripsikan pelaksanaan metode
role playing, mengetahui hasil belajar dengan menggunakan metode role
playing pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SD N 145/VI Salam
Buku, dengan menggunakan metode role playing. Penelitian ini dilaksanakan
dalam 3 siklus dengan setiap siklus terdiri dari 3 x pertemuan, dengan alokasi
waktu pelajaran 3 jam pelajaran (3 x 35) menit pada setiap tatap muka.
1. Siklus I
Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilakukan sebanyak 3 x pertemuan,
pertemuan pertama sebelum mengawali kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan metode role playing diberikan tes (pre-test) terlebih dahulu
guna untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa sebelum diberikan metode
role playing dan diberikan tes (post- test) guna untuk mengetahui nilai hasil
belajar siswa setelah diberikan metode role playing. Adapun tahapan
pelaksanaan pada siklus I perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merencanakan pembelajaran untuk
menerapkan metode role playing. Setiap siklusnya terdiri dari 3 x pertemuan.
Adapun yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan materi yang akan dijadikan bahan pelajaran
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat disesuaikan
dengan menggunakan metode role playing
3. Mempersiapkan alat evaluasi
4. Menyiapkan alat instrumen observasi bagi peneliti
5. Membuat alat pengumpul data berupa lembar observasi aktivitas dan
hasil belajar siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus I dilakukan sebanyak 3 x pertemuan selama 3 jam
pelajaran (3 x 35) menit. Adapun kegiatan pelaksanaan pembelajaran sebagai
berikut.
1). Pendahuluan
Pelaksanaan tindakan diawali dengan melakukan pembelajaran
pendahuluan guru membuka pelajaran dengan salam, kemudian dilanjut
dengan melakukan doa terlebih dahulu, dan melakukan absensi siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan, memberikan
motivasi kepada siswa, guru memberikan beberapa pertanyaan, siswa diberi
kesempatan untuk bertanya materi yang telah dipelajari minggu lalu, Guru
menjelaskan indikator-indikator yang harus dicapai sesuai dengan materi
yang dipelajari. Pentingnya kegiatan pembelajaran agar si anak dapat
mengembangkan kemampuan belajarnya, mengembangkan kemampuan
berfikirnya, serta mengembangkan kemampuan keterampilannya.
2). Inti
Guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan,
menjelaskan materi yang akan disampaikan, menjelaskan langkah-langkah
model pembelajaran role playing. Guru membagikan teks drama pendek,
siswa diberi kesempatan untuk mempelajari teks drama pendek, memilih
siswa yang akan memerankan tokoh masing-masing yang terdapat didalam
teks darama pendek, memberikan kesempatan siswa untuk membacakan
drama pendeknya terlebih dahulu dan perlahan sambil mempelajari bahasa
tubuh, siswa mengerjakan soal-soal mengenai materi drama pendek.
3). Penutup
Guru bersama-sama dengan siswa melakukan review materi pelajaran
yang telah dilaksanakan, mengajak siswa mendiskusikan bersama-sama,
Kemudian memberikan kesimpulan. Setelah itu guru memberikan PR
(Pekerjaan Rumah), selanjutnya guru menutup pelajaran.
2. Siklus II
Pertemuan ke II dilaksanakan selama 3 jam pelajaran (3 x 35) menit.
Adapun kegiatan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
1). Pendahuluan
Pelaksanaan tindakan diawali dengan melakukan pembelajaran
pendahuluan guru membuka pelajaran dengan salam, kemudian dilanjut
dengan melakukan doa terlebih dahulu, dan melakukan absensi siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan, memberikan
motivasi kepada siswa, guru memberikan beberapa pertanyaan, siswa diberi
kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah dipelajari minggu lalu.
Guru menjelaskan indikator-indikator yang harus dicapai sesuai dengan
materi yang dipelajari.Pentingnya kegiatan pembelajaran agar si anak dapat
mengembangkan kemampuan belajarnya, mengembangkan kemampuan
berfikirnya, serta mengembangkan kemampuan keterampilannya.
2). Inti
Guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan,
menjelaskan materi yang akan disampaikan, guru menjelaskan langkah-
langkah model pembelajaran role playing, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari teks drama pendek, siswa memerankan
sesuai tokoh-tokoh yang akan dilakoninya, siswa diminta maju untuk
menunjukkan kemampuannya dalam mementaskan drama pendek, siswa
mengerjakan soal-soal mengenai materi drama pendek.
3). Penutup
Guru bersama-sama siswa melakukan review materi pelajaran yang
telah dilaksanakan, mengajak siswa mendiskusikan bersama-sama, kemudian
memberikan kesimpulan. Setelah itu guru memberikan PR (Pekerjaan
Rumah), selanjutnya guru menutup pelajaran.
3. Siklus III
Pertemuan ke III dilaksanakan selama 3 jam pelajaran (3 x 35) menit.
Adapun kegiatan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
1) Pendahuluan
Pelaksanaan tindakan diawali dengan melakukan pembelajaran
pendahuluan guru membuka pelajaran dengan salam, kemudian dilanjut
dengan melakukan doa terlebih dahulu, dan melakukan absensi siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan, memberikan
motivasi kepada siswa, guru memberikan beberapa pertanyaan, siswa
diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah dipelajari
minggu lalu. Guru menjelaskan indikator-indikator yang harus dicapai
sesuai dengan materi yang dipelajari.Pentingnya kegiatan pembelajaran
agar si anak dapat mengembangkan kemampuan belajarnya,
mengembangkan kemampuan berfikirnya, serta mengembangkan
kemampuan keterampilannya.
2) Inti
Guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan,
menjelaskan materi yang akan disampaikan, guru menjelaskan langkah-
langkah model pembelajaran role playing, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari teks drama pendek, siswa memerankan
sesuai tokoh-tokoh yang akan dilakoninya, siswa diminta maju untuk
menunjukkan kemampuannya dalam mementaskan drama pendek, siswa
mengerjakan soal-soal mengenai materi drama pendek.
3) Penutup
Guru bersama-sama siswa melakukan review materi pelajaran yang
telah dilaksanakan, mengajak siswa mendiskusikan bersama-sama,
kemudian memberikan kesimpulan. Setelah itu guru memberikan PR
(Pekerjaan Rumah), selanjutnya guru menutup pelajaran.
B. Pembahasan
Sebelum dilaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode role playing pada siswa kelas V SD N 145/VI Salam Buku,
siswa menganggap bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak mudah dipahami
karena banyak membaca, banyak menulis, serta banyak menghafal, karena siswa
tidak berpartisipasi secara aktif sehingga pelajaran cenderung monoton dan tidak
bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang tidak memperhatikan penjelasan
gurunya sehingga siswa tidak memahami materi yang telah disampaikan. Adapun
aktivitas siswa yang mengobrol dengan temannya sehingga hasil belajar siswa
menjadi tidak maksimal. Setelah dilaksanakan metode role playing siswa mulai
menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari siswa yang sebelumnya tidak memperhatikan
penjelasan guru menjadi siswa mau memperhatikan penjelasan gurunya, serta
siswa yang sebelumnya mengobrol dengan temannya menjadi siswa yang tidak
melakukan aktivitas mengobrol dengan temannya. Jadi mata pelajaran Bahasa
Indonesia menjadi pelajaran yang sangat menyenangkan karena dalam
pembelajarannya menjadikan siswa berpartisipasi secara aktif, memperoleh
pengalaman, serta memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan yang didapat dari
mata pelajaran Bahasa Indonesia sehingga siswa merasa senang dalam
mempelajari Bahasa Indonesia. Adapun peneliti melakukan penelitian sebanyak 3
siklus yang terdiri dari 6 pertemuan diantaranya sebagai berikut.
1. Siklus I
Pada siklus 1 sebelum dilaksanakan mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan menggunakan metode role playing pada siswa kelas V SDN 145/VI
Salam Buku, Siswa menganggap mata pelajaran Bahasa Indonesia itu mata
pelajaran yang sulit dipahami, sehingga siswa merasa belum ada ketertarikan
untuk mempelajari Bahasa Indonesia secara mendalam. Hal ini dapat dilihat
dari pendidik yang belum menggunakan metode role playing sehingga siswa
belum ada rasa tertarik untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Pada siklus I
pendidik belum menggunakan metode role playing siswa pun belum ada rasa
tertarik untuk belajar Bahasa Indonesia. Karena disebabkan suasana belajar
yang belum kondusif sehingga siswa belum semangat untuk terlibat didalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Pendidik mulai menampilkan metode role
playing kepada siswa-siswa. Ternyata saat pendidik memperkenalkan metode
role playing ada beberapa siswa yang tertarik dengan kegiatan pembelajaran
yang dikaitkan dengan metode role playing.
Pendidik memperkenalkan metode role playing didalam kegiatan
pembelajaran. Sebagian dari siswa tertarik untuk mempelajari Bahasa
Indonesia, Karena beberapa siswa merasa tidak monoton sehingga mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang dikaitkan dengan metode role playing
terlihat bervariasi. Namun beberapa dari siswa yang lain masih terlihat asik
sendiri dengan aktivitasnya, sehingga sebagian siswa yang lain perlu waktu
untuk beradaptasi dengan metode role playing yang disajikan oleh pendidik.
Hal itu terlihat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa sendiri
diantaranya : mengobrol dengan temannya, tidak memperhatikan ketika guru
menyampaikan materi, dan lain-lain. Kemudian pendidik mengajak seluruh
siswa untuk terlibat didalam kegiatan pembelajaran agar tercipta suasana
belajar yang kondusif.. Beberapa siswa mencoba menyesuaikan diri dengan
metode baru yang diajarkan oleh pendidik , Sehingga sedikit demi sedikit
siswa ada kemauan untuk mempelajari materi pelajaran Bahasa Indonesia.
Walaupun belum sepenuhnya menguasai materi yang diberikan oleh
pendidik. Kemudian untuk menangani beberapa siswa yang lainnya, pendidik
melakukan pendekatan secara personal secara khusus, Agar pendidik bisa
mengetahui masalah belajar yang dialami oleh siswa, sehingga pendidik bisa
membantu mencari solusinya dengan cara memberikan bimbingan belajar
secara khusus bagi siswa tersebut.
Sehingga siswa tersebut sedikit demi sedikit tertarik untuk terlibat
secara aktif didalam suatu kegiatan proses pembelajaran. Pada siklus I ini
pendidik memberikan materi drama pendek kesombongan anak ketam,
Namun pada pertemuan kali ini pendidik meminta siswa untuk
mempelajarinya terlebih dahulu dengan cara membaca teks drama pendek
yang telah dibagikan oleh pendidik, kemudian siswa diminta untuk
memahami materi yang telah dipelajari. Kemudian pendidik membagi
menjadi beberapa kelompok. Pendidik memberikan waktu luang yang
sebanyaknya-banyaknya bagi siswa guna untuk mempersiapkan diri sebaik-
baiknya didalam mementaskan drama, sehingga siswa siap pada pertemuan
berikutnya.
2. Siklus II
Pada siklus 2 siswa mulai bisa menyesuaikan diri dengan kegiatan
pembelajaran yang dikaitkan dengan metode role playing. Pendidik meminta
seluruh siswa termasuk janoko dan alfian untuk bersiap-siap sesuai kelompok
masing-masing dalam menampikan pentas dramanya. Beberapa kelompok
sudah maju, akhirnya janoko dan alfian maju kedepan bersama teman-teman
yang lain yang tergabung didalam 1 kelompok, tak disangka-sangka
penampilan alfian, janoko, bersama teman-teman lainnya luar biasa, karena
kelompok mereka kompak dalam mementaskan drama terlihat kompak,
janoko dan alfian terlihat menikmati sesuai peran-peran yang dilakoninya,
tidak diragukan lagi bahwa kedua siswa tersebut yang tadinya suka ribut-
ribut dikelas justru menunjukkan bahwa keduanya pada siklus I pertemuan II
sudah tidak ribut-ribut lagi, hal ini tidak terlepas dari keberhasilan pendidik
dalam memanfaatkan keaktifan kedua siswa tersebut diarahkan untuk aktif
didalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing.
Pada pertemuan kali ini pendidik membahas materi yang minggu lalu
yang telah dipelajari. Kemudian pada siklus 2 ini siswa diminta untuk siap
didalam mementaskan drama sesuai peran yang dilakoni masing-masing
sesuai dengan kelompok-kelompok yang sudah dibagi pada pertemuan
sebelumnya. Pendidik meminta masing-masing kelompok menampilkan
performa terbaiknya dalam kegiatan pentas drama pendek sesuai dengan
materinya tentang drama pendek kesombongan anak ketam. Ketika
pembelajaran sudah berlangsung pendidik mulai memantau masing-masing
kelompok yang maju kedepan dalam mementaskan drama pendek
kesombongan anak ketam.
Dari beberapa kelompok yang telah menunjukkan penampilannya
masing- masing, ada kelompok yang anggotanya masih malu malu ketika
melakukan percakapan antara 1 tokoh dengan tokoh-tokoh lainnya sehingga
penampilannya belum menunjukkan penampilan yang maksimal, ada
kelompok yang anggotanya tidak maksimal ketika memerankan tokoh drama
yang dilakoninya sehingga belum terlihat kompak sehingga anggota
kelompok tersebut masih memerlukan latihan lagi agar bakat role playing
nya bisa digali lebih dalam, ada kelompok yang sudah terlihat kompak
dalam mementaskan dramanya sehingga menunjukkan bahwa siswa-siswa
tersebut memanfaatkan waktu yang diberikan dipergunakan secara efisien
dengan menunjukkan minat, bakat, kemauan, serta tekad yang bulat dari
siswa-siswa tersebut. Dengan begitu kemampuan dalam mementaskan drama
telah mengalami perkembangan secara signifikan. Walaupun begitu
kelompok-kelompok masih perlu melakukan latihan secara rutin agar bisa
bersaing secara sehat dengan kelompok-kelompok yang lain, sehingga
kelompok tersebut bisa mencapai target yang telah disesuaikan.
3. Siklus III
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas V SDN
145/VI Salam Buku, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:
1. Aktivitas Guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Role Playing berada pada kategori baik selama proses
pembelajaran berlangsung dan sesuai dengan RPP yang telah disusun.
Aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dari siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan.
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan model role playing
mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa di SDN
145/VI Salam Buku selama pembelajaran melalui menggunakan model
pembelajaran Role Playing berlangsung dengan sangat baik dan sesuai
dengan kriteria yang diharapkan.
3. Minat siswa kelas V Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Role Playing meningkat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa
saran guna meningkatkan minat belajar pembelajaran khususnya di SDN 145/VI
Salam Buku sebagai berikut :
1. Saran bagi guru
a. Diharapkan kepada guru agar menerapkan model role playing dengan
memperhatikan tingkat kemampuan siswa dan menyesuaikan materi
pembelajaran secara tepat.
b. Untuk mencapai kualitas belajar yang baik dan maksimal, diharapkan
kepada Guru agar lebih kreatif, efektif, terampil dan profesional dalam
mengajar dan megelola kelas, menggunakan model-model pembelajaran
yang bervariatif dan juga juga memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif dalam aktivitas belajar siswa.
2. Saran bagi sekolah
a. Penggunaan model role playing hendaknya dapat dapat dijadikan salah
satu upaya dalam mengembangkan sekolah kearah yang lebih baik
terutama kualitas belajar.
b. Diharapkan sarana dan prasarana serta fasilitas belajar agar mampu lebih
optimal dan tidak akan menghambat proses pembelajaran di sekolah.
3. Saran bagi peneliti
Diharapkan untuk penelitian yang sejenis dengan menggunakan model
Role Playing agar dapat dikembangkan dalam penggunaannya bagi proses
pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga mampu mendorong siswa untuk
mencapai nilai ketuntasan yang maksimal.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Nurlina Ariani Hrp, Dkk. (2022). Buku Ajar belajar dan pembelajaran. Bandung:
Widina Bhakti Persada Bandung
Andi Setiawan. (2017). Belajar dan pembelajaran. Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia
Suroso. (2015). Drama teori dan praktek pementasan. Yogyakarta: Elmatera
Dwi rohman soleh. (2021). Drama teori dan praktek pementasan. Madium;
UNIPMA
Jurnal :
Ernani. (2017). Upaya meningkatkan hasil belajar drama dan aktivitas siswa
melalui metode role playing pada siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Vol
1,2
Silviana nur faizah. (2017). Hakikat belajar dan pembelajaran. Jurnal pendidikan
guru madrasah ibtidaiyah. Vol 1,2
Annisa nidaur rohmah. (2017). Belajar dan pembelajaran (hakikat dasar). Jurnal
media komunikasi penelitian dan pengembangan pendidikan islam. Vol 9,2