Anda di halaman 1dari 4

1.

Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO) merupakan tembakau yang


ditanam di akhir musim hujan dan panen di musim kemarau kegunaan tembakau
VO adalah sebagai bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek,
memiliki daun yang tebal,kasar,dan beraroma kuat serta memiliki nikotin yang
tinggi sehingga cocok dijadikan bahan pembuatan rokok putih dan kretek.
Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO) adalah tembakau yang ditanam di
akhir musim kemarau dan dipanen pada waktu musim hujan, kegunaan
tembakau NO adalah jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat
cerutu maupun cigarillo, disamping itu juga ada jenis tembakau hisap dan
kunyah serta daun tembakau NO memiliki daun yang lebih hijau,tipis,dan aroma
netral serta agak elastis.

2. Perbedaan tembakau Voor-Oogst (VO) dengan Na-Oogst (NO)


1) Kalau Voor-Oogst (VO) adalah :
 Kegunaannya untuk membuat rokok kretek dan rokok putih
 Memiliki kadar nikotin yang tinggi
 Daunnya tebal dan kasar
 Memiliki aroma yang kuat
2) Kalau Na-Oogst (NO) adalah :
 Kegunaannya untuk bahan dasar pembuatan cerutu
 Digunakan juga untuk bahan dasar cigarillo
 Jenis tembakau hisap dan kunyah
 Daunnya lebih menghijau namun tipis
 Tidak memiliki aroma yang kuat tapi netral
 Daunnya agak elastis

3. Sistem SFB merupakan sistem pembibitan yang modern pembibitan ini


dilakukan didalam tray yang diletakkan didalam kolam air. Media air digunakan
sebagai pengontrol akar agar tetap terkonsentrasi dengan media tray. Media
yang digunakan dalam pembibitan ini yaitu media yang mampu mengikat air
dengan baik. Kelebihan dari sistem SFB ini yaitu praktis dalam pelaksanaan
kegiatan, menghemat penggunaan tenaga kerja, tidak perlu dilakukan
penyiraman setiap hari, tidak perlu dilakukan kegiatan penyiangan serta bibit
yang dihasilkan memiliki pertumbuhan yang seragam dengan perakaran yang
baik. Akan tetapi kekurangan dari sistem SFB pembibitan ini yaitu adanya
biaya tambahan diawal untuk pembelian tray, pembuatan kolam serta pembelian
media tanam yang sesuai.
4. Pengolahan Tanah Bedengan Konvensional dan pemasangan Bedengan
AtapBlabat/Welit (BAB)
Pengerjaan lahan dimulai dengan membersihkan sisa-sisa tanaman seperti
rumput-rumputan, tunggak dan lain-lain, kemudian dicangkul dengan kedalaman
20 cm atau lebih. Sisa-sisa tanaman jangan ditimbun karena akan menjadi sarang
rayap atau mendorong berkembangnya bibit-bibit penyakit. Jika masih banyak
bongkahan tanah yang besar periu dipecah ulang, sehingga ukuran tanah tinggal
2-3 cm atau kurang. Jika bongkahan tanah terlalu kecil atau terlalu lembut, tanah
akan mudah mampat. Pengolahan tanah untuk bedengan konvensional (sebar)
diolah sampai 4 kali selang satu minggu. Tahap selanjutnya untuk bedengan
sebar dibuat setinggi 30 cm dengan permukaan datar. Diatas permukaan
bedengan sebar nantinya akan dilapisi dengan campuran media yang telah
disteril, sehingga butiran yang terbentuk pada dasar bedengan sebesar biji
jagung.
Pengolahan Bedengan Sistem Polihag
sistem polibag adalah pembibitan dengan media tumbuh menggunakan polibag
yang terbuat dari potongan sosis (kantong plastik) dengan ukuran 4 X 3 cm atau
lebar plastik 6 cm. Media dalam sosis terbuat dari campuran anah sedang (top
soil) dengan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 3 2: 1. Untuk
bedengan dengan sistem polibag cukup dilakukan pengolahan 1-2 kali saja.
Bedengan dibuat miring kearah timur dengan ketinggian sebelah barat 30 cm
dan timur 20 cm. Bedengan membujur utara-selatan efektif dengan lebar 1 meter
dan panjang bedengan 8 meter. Pembuatan bedengan dilakukan dengan
membuka lapisan olah tanah yang masak dan memindahkan tanah yang akan
digunakan sebagai jalan jarak antar bedengan ke atas bedengan 1 meter.
Bedengan sistem polibag dibuat serata mungkin dengan kemiringan yang telah
ditentukan, kemudian dilapisi dengan plastik agar nantinya dapat meloloskan air
dengan lancar.

Pembibitan Semi Float Bed (SFB)

Ukuran bedengan kontruksi bedengan Ukuran bedengan tinggi 80 cm dari pemukaan


media bedengan, lebar 108 panjang 5,2 dan tinggi kolam 3 cm Jarak antara bedengan 50
cm Ukuran kolam standar 10 tray (5 tray masing-masing) Halk ini tergantung jumlah
bibit yang akan diproduksi dan ukuran tray yang akan digunakan. Alat dan bahan
Plengkung bambu ukuran 320 cm sesuai dengan kedalaman padas, 13 buah/bed Patok
bambu panjang 25 cm sebanyak 20 buah. Atap bedengan menggunakan WPW.Alat
pelindung diri dan alat perlengkapan (gergaji, parang, dll) Pembuatan bedengan
Siapkan alat dan bahan Ukur lahan yang akan digunakan menggunakan benang Pasang
batu bata atau reng bambu dengan tebal 5 cm untuk tepi kulam Ratakan dasar kolam
dengan alat waterpas mengurangi atau menambah ketinggian dasar kolam, hal ini harus
benar-benar ran agar tidak menimbulkan cekungan yang akan mempengaruhi
keseragaman bibit. Bagi bedengan menjadi 9 bagian kolam dengan ukuran yang sama
Untuk lebar bedengan (ukur panjang dan lebar trey yang akan digunakan terlebih dahulu
sehingga trey yang terpasang persis pada tepi kolam) Pengukuran lebar bedengan
menggunakan ukuran dalam bedengan Lapisi bedengan dengan plastik dan atur
sedemikian rupa agar rapi tidak ada cekungan setiap kolam. Apabila tray tidak rapat
akan rawan terkena jamur.

5. Arah barisan Timur Barat. Setiap tanaman mendapatkan sinar matahari yang
cukup (daun yang tumbuh disamping kanan kiri). Agar sinar matahari lebih
merata, maka jarak antar barisan tidak terlalu jarang, dan jarak tanam didalam
barisan harus lebih jarang. Sebagai contoh dengan jarak 90 cm x 50 cm. Arah
barisan Utara Selatan. Daun tembakau lebih berwarna terang. Jarak antar
tanaman dapat lebih rapat dan antar barisan harus cukup jarang. Sebagai contoh
100 cm x 40 cm.Pada lahan miring sebaiknya menanam sesuai dengan
kemiringan tanah, agar mendapatkan sinar lebih merata dan populasi tanaman
lebih tinggi.
Contoh jarak tanam
 Tanam dilakukan akhir Agustus – awal September
 Jarak tanam antar baris 90 – 110 cm, dalam baris 40 – 50 cm
 Kondisi bibit sehat dan tidak nyacing (etiolasi)
 Dilakukan pemupukan dasar H-1 pada lubang tanam dengan 4 gr SP 36,
5 gr ZA dan 5 gr KNO3 per tanaman
 Waktu tanam pagi atau sore

6. Prinsip HDMSB ( Halus, Dalam, Masak, Subur, Bersih ) adalah suatu sistem

7. Penjelasan mengenai unsur hara


 Unsur N (Nitrogen)
-Mempengruhi pertumbuhan dan kualitas krosok yang dihasilkan tetapi
kekurangan N tanaman terhambat pertumbuhannya, dan helaian daun
berwarna kekuningan kelebihan N khlorofil lebih stabil, krosok
berwarna hijau dan meningkatkan pembentukan protein, sehingga
menurunkan kualitas.
 Unsur P
Berperan memperkuat perakaran, mempengaruhi masa generatif serta
mempercepat proses pemasakan awal daun karena masih mengandung
gula reduksi dalam jumlah yang cukup dimana mempengaruhi terhadap
ketebalan daun.
 Unsur K
Berperan memperbaiki daya bakar dan elastisitas daun dan memperbaiki
ketahanan tanaman terhadap penyakit.
Pemberian pupuk disesuaikan dengan target kualitas hasil yang dicapai.

8. Kriteria Panen
 Umur tanaman berkisar 42 - 45 hari tergantung kesehatan tanaman dan
perlakuan pupuk.
 Posisi helaian daun mulai merunduk.
 Daun tembakau telah semburat kuning.
 Permukaan daun mulai berombak/tidak rata.
 Jika diukur dg khlorofilmeter untuk tembakau NO : 290 – 320,
sedangkan TBN : 280 – 310.
 80 % dari areal sudah memenuhi kriteria diatas.

Anda mungkin juga menyukai