Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH STRUKTUR LAPISAN TANAH

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

Anggota Kelompok 5:
1. Sellyna Wardania
2. Suryandika Dava Alwasyah
3. Nabila Silalahi
4. Rizka Paramitha
5. Zaitun Qomariyah
6. Siti Rabiah
7. M. Yusuf NPP

Kelas X MIPA 2 TKJ

MAN 2 LABUHANBATU
UTARA
T.A 2022/2023

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lapisan tanah adalah formasi yang dibentuk oleh berbagai lapisan dalam tanah yang secara
spesifik dapat dibedakan secara geologi, kimia, dan biologi, termasuk proses pembentukannya.
Ketika usia tanah meningkat, lapisan tanah umumnya lebih mudah untuk diamati.
Pengidentifikasian dan pendeskripsian lapisan yang ada adalah langkah pertama dalam
mengklasifikasikan tanah dalam level yang lebih tinggi, menggunakan berbagai sistem seperti USDA
soil taxonomy atau Australian Soil Clasification.

Setiap tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang berbeda. Lapisan dibedakan umumnya
pada keadaan fisik yang terlihat, warna dan tekstur adalah yang utama. Hal ini membawa
pengklasifikasian lebih lanjut dalam hal tekstur tanah yang dipengaruhi ukuran partikel, seperti
apakah tanah itu lebih berpasir atau lebih liat dari pada lapisan tanah di atas dan di bawahnya.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanah?
2. Apa yang dimaksud dengan lapisan tanah?
3. Apa saja struktur lapian tanah?
4. Bagaimanakan proses pembentukan tanah dan apa faktor pembentuknya?

C . Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan lapisan tanah.
3. Untuk mengetahui apa saja struktur lapisan tanah.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan tanah dan faktor pembentuknya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tanah
Tanah merupakan lapisan paling luar kulit bumi yang biasanya bersifat tak padu dan mempunyai
sifat tebal mulai dari selaput tipis sampai lebih dari 3 meter, yang berbeda dari bahan di bawahnya
dalam hal: warna, sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologinya.

Komponen Penyusun Tanah


Komponen penyusun tanah terbagi sebagai berikut.
 Batuan
Batuan merupakan suatu bahan padat yang terbuat secara alami serta juga terdiri atas
campuran mineral dan senyawa lainnya dengan berbagai komposisi. Batuan yang ada di
permukaan bumi ini berasal dari magma gunung berapi yang keluar hingga mengeras di
permukaan bumi akibat perubahan suhu. Batuan yang ada dipermukaan bumi ini
selanjutnya mengalami pelapukan sehingga bisa disebabkan oleh air, angin, zat yang bersifat
korosif.

 Udara
Udara adalah sebuah zat bebas yang seringkali kita temui dimana saja, serta di dalam tanah.
Karena udara bisa menempati ruang yang sama dengan air, ia bisa membentuk sekitar 2%
hingga mencapai 50% dari volume tanah. Udara sangat penting sebagai respirasi akar dan
serta mikroba, yang membantu untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

 Karbon dioksida dan juga nitrogen menjadi penting untuk mendukung fungsi tanaman di
dalam tanah, untuk bakteri pengikat nitrogen. Jika tanah tergenang air, bisa mencegah
pertukaran gas akar yang bisa membuat kematian tanaman, yang menjadi masalah umum
setelah banjir.

 Humus
Humus merupakan komponen yang sering ditemukan di tanah yang terletak pada tingkat
sekitar 1% hingga 5%. Humus sendiri berasal dari tumbuhan dan juga hewan yang mati.
Dengan demikian, memiliki kapasitas yang tinggi untuk menahan atau pun menyediakan
unsur-unsur esensial juga air untuk pertumbuhan tanaman.

 Air
Air bisa membuat sekitar 2% hingga 50% dari volume tanah. Air menjadi sebuah peran
penting untuk mengangkut nutrisi ke dalam tanaman juga organisme tanah yang tumbuh
serta juga untuk memfasilitasi dekomposisi biologis serta kimia.

 Mineral
Mineral menjadi komponen terbesar dari tanah. Mineral tanah ini terbagi dua jenis mineral.
Pertama, mineral primer yang biasanya ditemukan pada pasir dan danau. Mineral primer ini
adalah bahan tanah mirip dengan bahan induk dari asal mereka terbentuk. Mereka sering
kali berbentuk atau bulat, tidak beraturan. Kedua, mineral sekunder, sisi lain dari pelapukan
mineral primer yang melepaskan ion penting, membentuk bentuk mineral lebih stabil seperti
tanah liat.

 Mikroorganisme
komponen terakhir dari lapisan tanah ini adalah mikroorganisme. Mereka ditemukan di
dalam lapisan tanah dengan jumlah yang tinggi namun jumlahnya kurang dari 1% dari
volume tanah. Perkiraan umumnya adalah bahwa satu bidal yang penuh dengan tanah
lapisan atas yang bisa menampung lebih 20.000 organisme mikroba.

Bagian terbesar dari organisme ini adalah nematoda, cacing tanah, dan yang terkecil adalah
actinomycetes, alga, bakteri, serta jamur. Mikroorganisme merupakan pengurai utama bahan
organik mentah. Mikroorganisme mengkonsumsi air, bahan organik, serta udara untuk
mendaur ulang bahan organik yang mentah hingga menjadi humus, yang sangat kaya akan
nutrisi tanaman yang tersedia.

2.2 Pengertian Lapisan Tanah


Lapisan pada tanah adalah susunan yang terbuat dari tingkatan dan secara spesifik bisa
dibedakan secara kimiawi, geologi, dan biologis. Ketika sebuah tanah dipotong secara vertikal dari
samping maka bentuk lapisan tanah akan terlihat jelas karena pada tingkat atau lapisan memang
memiliki perbedaan karakteristiknya.

Melalui sisi vertikal tersebut akan bisa terlihat tahapan pembentukan sebuah tanah. Bisa
dikatakan bahwa dalam setiap lapisan tanah itu membentuk sebuah periode yang pada lapisan
tanah atas menjadi hasil akhir dari proses pembentukan tanah, sedangkan untuk lapisan tanah
paling dalam yang banyak berupa batu yang keras, menjadi awal sebelum tanah terbentuk.

2.3 Struktur Lapisan Tanah

Secara umum dari lapisan tanah yang paling atas hingga terbawah terdiri atas horizon O, A, E, B, C
dan R, untuk penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

1. Horizon O
Horison ini terletak pada bagian paling atas lapisan tanah, lapisan tanah yang mengandung bahan
organik hasil dari pelapukan dan juga hanya terkandung humus. Horison ini sangat bisa ditemukan
pada hutan hutan alami yang belum terganggu oleh manusia. Horizon organik ini merupakan tanah
yang mengandung bahan organik yang lebih dari 20 persen dari keseluruhan penampang tanah.

Horizon O ini terbagi lagi akan menjadi dua yaitu horizon O1 yang terbentuk dari sisa sisa tanaman
yang masih terlihat, seperti guguran bunga dan daun ataupun seperti ranting pohon sedangkan
untuk horizon O2 berada pada di bawah O1 yang terbuat dari sisa bagian tanaman yang sudah tidak
berbentuk lagi karena telah mengalami pelapukan lanjutan.

2. Horizon A
Untuk Horizon A ini merupakan horizon tanah mineral yang terbentuk di permukaan tanah. Untuk
horison ini terjadi apabila terjadi kehilangan pada sebagian besar ataupun seluruh struktur batuan
asli pada dalam tanah serta memperlihatkan sifat akumulasi bahan organik yang telah bercampur
dengan mineral dengan sangat intensif.

Horizon A ini terdiri atas berbagai topsoil, seperti materi organik dengan warna yang gelap
bercampur dengan butiran mineral karena efek dari aktivitas organisme. Partikel yang lebih halus
akan mudah larut dan terbawa ke lapisan bawah.

3. Horizon E
Untuk jenis lapisan ini berada dibawah permukaan tanah yang sudah tidak memiliki kandungan
mineral yang cukup besar. Horizon E ini kerap kali melekat pada jenis Horizon A dengan tujuan
menggantikan lapisan tersebut. Untuk menjadi pembeda antara batas horizon di bawahnya, yaitu
dengan cirinya yang warna lebih terang daripada horizon B.

4. Horizon B
Proses dari terbentuknya horizon B ini berada di bawah horizon A, E, O yang sudah mengalami
perkembangan. Sebagian besar hingga dari seluruh struktur dari batuan asli dicirikan hilang pada
horizon ini. Kemudian akan terlihat satu atau lebih sifat tanah. Seperti jenis tanah alluvial dari
silikat, humus, alumunium, senyawa besi, juga karbonat dalam bentuk gabungan maupun tunggal.

5. Horizon C
Horizon C ini merupakan lapisan bahan induk tanah. Proses penciptaanya disebabkan oleh sedikit
proses pedogenik dan tidak memiliki karakteristik seperti horizon O, A, E, juga B. Letaknya berada
pada lapisan tanah terbawah yang terdiri atas batuan dasar yang melapuk.

6. Horizon D atau Rsss


Horizon D atau R ini memiliki lapisan batuan induk paling dasar yang tercipta dari batuan yang
sangat padat. Pada area ini belum sempat mengalami pelapukan pada batuan-batuannya. Batuan
yang ada pada horizon D maupun R ini terdiri atas batu pasir, basal, granit, batu gamping,

Jenis-Jenis Tanah Pada Lapisan Tanah.


Dalam lapisan tanah terdapat beberapa jenis – jenis tanah seperti:

1. Tanah Aluvial
Sebuah tanah endapan yang dibentuk dari lumpur dan juga pasir halus yang mengalami erosi tanah.
Sangat banyak berada di dataran rendah, di sekitar rawa-rawa, muara sungai, lembah-lembah,
maupun di pinggiran aliran sungai besar. Tanah ini sangat banyak mengandung pasir serta tanah
liat, tidak banyak mengandung unsur zat hara.

Ciri-cirinya sendiri memiliki warna kelabu dengan tekstur yang sedikit terlepas dan peka akan
erosi. Kadar kesuburannya sedang mencapai tinggi bergantung pada bagian induk dan iklim. Di
Indonesia sendiri tanah aluvial ini merupakan tanah yang baik serta telah dimanfaatkan untuk
tanaman pangan (sawah dan juga palawija) musiman hingga tahunan.

2. Tanah Andosol
Kata Andosol berasal dari bahasa jepang, gabungan dari dua kata (An = Hitam; do = Tanah), jadi
andosol sendiri berarti jenis jenis tanah berwarna hitam. Menurut ilmu tanah, tanah dengan warna
hitam ini merupakan sebuah tanah vulkanis berasal dari gunung berapi. Penamaan dari andosol
berbeda untuk di setiap negara, seperti contoh di jepang sendiri disebut dengan nama Kurobokudo
yang berubah nama menjadi Ando soils sejak 1947 oleh ahli Amerika Serikat.

Pengertian dari tanah andosol menurut Balai Besar Penelitian dan juga Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian merupakan sebuah tanah yang memiliki horizon A molik atau horizon A umbrik
yang berada setelah horizon B kambik yang berisi atas fraksi tanah halus dan juga sebagian besar
tertata atas abu vulkanik, dan bahan piroklastik vitrik lainnya.

3. Tanah Entisol
Tanah entisol sendiri adalah sebuah tanah yang dikatakan masih sangat muda, sejak proses tingkat
awal di dalam perkembangannya. Tanah ini ditandai dari bahan mineral tanah yang belum
membuat horizon pedogenik yang nyata.

Tanah ini terjadi di bagian lapisan di daerah dari bahan induk pengendapan material baru, di
daerah-daerah tempat erosi atau pengendapan yang lebih cepat daripada perkembangan tanah.
Seperti daerah lereng curam, dataran banjir dan juga dunes. Kriteria utama dari ordo entisol adalah
tidak-adanya organisasi dalam material tanah. Tanah ini menunjukkan sedikit perkembangan
struktur atau pun horison dan juga menyerupai material di dalam timbunan pasir yang segar.

4. Tanah grumusol
Tanah ini merupakan panduan dari tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur serta tuffa
vulkanik yang secara umum memiliki sifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik di dalamnya.
Hal ini yang mengakibatkan tanah ini sangat miskin akan hara dan juga unsur organik lainnya. Sifat
kapur itu sendiri adalah bisa menyerap seluruh unsur hara di dalam tanah sehingga kadar kapur
tinggi bisa menjadi racun bagi tumbuhan.

Tanah grumusol ini masih memiliki sifat dan juga karakteristik seperti batuan pada induknya.
Pelapukan yang akan terjadi ini hanyalah mengubah fisik dan juga tekstur unsur seperti Ca dan Mg
yang pada sebelumnya terikat dan juga secara rapat pada batuan induknya sehingga menjadi lebih
longgar yang bisa dipengaruhi oleh faktor – faktor dari luar seperti iklim, cuaca, air dan lainnya.
Terkadang dalam tanah grumusol ini terjadi konkresi kapur dengan unsur kapur lunak serta
berkembang menjadi lapisan tebal juga keras.
2.4 Proses Pembentukan Tanah
Bahan induk tanah adalah batuan. Batuan tersebut harus melalui proses sedemikian sehingga
terbentuk tanah. Adapun proses pembentukan tanah oleh batuan adalah sebagai berikut.

1. Proses pelapukan batuan


Sebelum terbentuk tanah, batuan harus mengalami pelapukan terlebih dahulu. Pelapukan adalah
kondisi hancurnya batuan secara fisik, biologi, maupun kimia. Pelapukan batuan dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Pelapukan fisik
Pelapukan yang terjadi secara fisik tanpa mengubah kandungan kimia di dalamnya. Contoh
pelapukan fisik adalah batuan besar yang terbelah menjadi batuan-batuan kecil. Pelapukan ini
dipengaruhi oleh perbedaan suhu dan adanya erosi.

 Perbedaan suhu
Perbedaan suhu akan menyebabkan perubahan volume batuan melalui proses pemuaian dan
pendinginan. Saat batuan berada di suhu tinggi, batuan tersebut akan memuai sehingga terjadi
peningkatan volume.

Saat batuan berada di suhu rendah, batuan akan mengalami pendinginan sehingga terjadi
penyusutan volume. Jika kondisi itu berlangsung secara terus-menerus, batuan bisa terbelah
menjadi batuan kecil.

 Erosi
Erosi adalah proses pengikisan batuan oleh air. Jika kandungan air di dalam batuan meningkat,
volumenya akan meningkat pula. Akibatnya, batuan akan mendapatkan tekanan yang lebih besar
hingga akhirnya terbelah menjadi batuan-batuan kecil.

b. Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang menyebabkan struktur kimia batuan berubah, misalnya
akibat terjadinya hujan asam, sehingga batuan bersifat korosif. Pelapukan ini dibedakan menjadi
empat, yaitu sebagai berikut.

Hidrasi, yaitu pelapukan yang hanya berlangsung di bagian permukaan batuan.


Karbonasi, yaitu pelapukan yang disebabkan oleh gas karbondioksida yang terkandung di dalam
uap air. salah satu batuan hasil karbonasi adalah batu kapur.
Hidrolisa, yaitu pelapukan yang disebabkan oleh terurainya unsur-unsur air menjadi ion-ion.
Oksidasi, yaitu pelapukan akibat peristiwa korosi di dalam batuan. Umumnya, oksidasi ini
berlangsung pada batuan yang mengandung besi di dalamnya.

c. Pelapukan biologi
Pelapukan biologi adalah pelapukan yang ditimbulkan oleh adanya reaksi mikroorganisme di dalam
batuan. Pelapukan ini akan terjadi secara kontinu, bahkan setelah terbentuknya tanah. Hal itu
bertujuan untuk menyempurnakan proses pelapukan beserta sifat tanah yang dihasilkan.

2. Proses pelunakan struktur batuan


Setelah terbentuk batuan kecil dari proses pelapukan, batuan tersebut akan mengalami proses
pelunakan. Proses ini melibatkan peran dua unsur utama, yaitu air dan udara.

Kedua unsur tersebut akan meresap masuk ke celah-celah batuan kecil sampai batuannya menjadi
lunak. Sama halnya seperti pelapukan, proses pelunakan ini berlangsung dalam jangka waktu yang
lama.

3. Proses tumbuhnya tanaman perintis


Tanah yang sudah mulai lunak, mudah untuk ditumbuhi tanaman perintis. Tanaman perintis yang
dimaksud adalah tanaman di atas lumut atau lebih besar dari lumut.
Akar tanaman yang berhasil menembus batuan lunak, akan menjadikan batuan tersebut terpecah
kembali secara sempurna.

Tidak hanya itu, kandungan asam humus yang meresap ke dalam batuan akan membuatnya lapuk
dengan sempurna. Hal itu mengakibatkan terjadinya pelapukan biologi.

4. Proses penyuburan
Setelah ditumbuhi oleh tanaman perintis, batuan sudah mulai membentuk tanah. Namun, tanah
yang terbentuk hanya mengandung mineral.

Pada proses ini, tanah yang kaya mineral itu akan mengalami pelapukan secara organik agar
kandungan zat organik di dalamnya melimpah. Mengingat, zat organik merupakan zat penting bagi
kelangsungan makhluk hidup di dalamnya.

Dari pelapukan tersebut, tanah yang terbentuk semakin subur karena banyak mengandung zat-zat
organik. Pelapukan organik yang dimaksud berasal dari makhluk hidup seperti hewan dan
tumbuhan yang telah mati dan diuraikan oleh mikroorganisme tanah.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Tanah


Ukuran butiran tanah berbeda-beda. Hal itu berpengaruh pada sifat-sifatnya. Jenis dan sifat-sifat
tanah yang dihasilkan selama proses pembentukannya, dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.

1. Bahan induk
Bahan induk adalah bahan utama pembentukan tanah. Bahan induk ini akan berpengaruh pada
sifat-sifat tanah yang terbentuk. Misalnya saja bahan induk yang berupa batuan granit dan pasir
akan menghasilkan tanah berpasir dan bertekstur kasar.

2. Topografi
Topografi adalah bentuk permukaan suatu tempat. Perbedaan permukaan itu menyebabkan
perbedaan ketebalan lapisan tanah. Nah, perbedaan ketebalan ini berpengaruh pada kuantitas air
yang bisa diserap beserta kemampuan untuk mempertahankan air di dalamnya.

3. Iklim
Iklim merupakan unsur yang cukup berpengaruh pada proses pembentukan tanah. Hal itu karena
iklim berkaitan langsung dengan penyinaran, suhu, kelembapan, dan curah hujan di suatu tempat.
Misalnya, saja daerah beriklim panas memiliki struktur tanah berpasir, seperti tanah di gurun.

4. Waktu
Lamanya waktu pelapukan batuan akan berpengaruh pada sifat-sifat tanah yang dihasilkan.
Semakin lama proses terbentuknya, semakin baik sifat-sifat tanahnya. Contohnya tanah humus yang
membutuhkan waktu sangat lama untuk terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai