Karya Imiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ners (Ns)
Disusun Oleh :
AMBARWATI
2053084
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bulan Desember 2019 telah dtemukan pertama kali corona virus di
Wuhan China yang diduga penyebarannya berasal dari kekelawar dan menyebar ke
manusia. Pertama kali di temukan di pasar hewan provinsi Wuhan ( Rosmha, 2020) .
Corona virus sendiri itu masih satu keluarga/ rumpun dari virus yang menyebabkan
yang suatu penyakit dengan gejala flu, demam hingga penyakit yang berat seperti
( Mona, 2020) covid-19 ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi
Virus ini berukuran sangat kecil dan memiliki ukiuran sebesar 120-160 nm
yang utamanya virus ini akan menginfeksi hewan seperti kelelawar dan unta.
Penularan virus covid-19 bisa menular ke manusia dan menjadi penularanya sangat
cepat serta virus ini sangat agresif. Penularan dari manusia ke manusia bisa lewat
droplet, yang keluar saat batuk dan bersin ( Purnamasari & Raharyani,2020).
Penelitian lain menyebutkan bahwa penularan virus covid 19 bisa menular secara
percikan dahak ( droplet) pada saat batuk atau bersin, dan penularan secara tak
langsung terjadi secara tidak sengaja melaui kontak dengan benda yang
dengan gejala flu. Gejalanya antara lain batuk, demam, letih lesu, sesak napas, dan
tidak nafsu makan. Penelitian yang dilakukan oleh Susilo et al (2020), sebagian besar
pasien yang terinfeksi SARS CoV- 2 memiliki gejala pada sistem pernapasan seperti
batuk, demam, bersin, serta sesak napas. Gejala yang sangat sering terjadi adalah
demam, batuk kering, dan fatigue. Gejala lain yang bisa ditemukan adalah batuk
mual muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis serta kongesti
kongjungtiva.
singkat karena virus corona bisa berkembang dengan cepat menuntut tenaga medis
atau tenaga Kesehatan khususnya perawat dapat bertindak dengan cepat dalam
gangguan pertukaran oksigen merupakan salah satu ciri-ciri pasien yang terjangkit
virus corona. Salah satu penyebab gangguan pertukaran oksigen adalah adanya
obstruksi di sauran nafas, termasuk obstruksi pada Endotracheal Tube ( ETT) dan
keperawatan kritis, dimana perannya sebagai pengganti bagi fungsi paru dalam hal
Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Dimana
O2 arteri yang sangat adekuat serta bisa menurunkan WOB (Work Of Breathing).
Ada dua cara dalam menggunakan ventilasi mekanik yaitu secara invasif dan
non invasif. Pemakaian secara invasif dengan menggunakan pipa Endo Tracheal Tube
(ETT) yang pemasangannya melalui intubasi, dimana pemasangan pada pipa ETT
akan menekan sistem pertahanan host, menyebabkan trauma dan inflamasi lokal,
disekitar cuff (Setiadi & Soemantri, 2009). Pemakaian secara non invasif dengan
asam basa yaitu asidosis respiratorik ,maka dari itu pemakaian ventilator non invasif
perawatan kesehatan umum (HCAI) yang terjadi pada 10-20% pasien yang dipasang
ventilasi mekanis di ICU (Chastre dan Fagon, 2002) . Meskipun kematian terkait
yang pasti terbukti sulit untuk ditentukan, hal itu memiliki konsekuensi yang
signifikan dengan peningkatan kematian, lama tinggal di ICU dan rawat inap di
rumah sakit dan peningkatan biaya perawatan kesehatan ( Mersen dkk, 2011) .
terjadi pada pasien dalam waktu 48 jam atau lebih setelah intubasi dengan pipa
endotrakeal atau pipa trakeostomi dan yang sebelumnya tidak ada. VAP onset dini
terjadi dalam 48 jam dan VAP onset lambat setelah 48 jam intubasi trakea
( Guidelines , 2015) .
potensial meliputi orofaring, area subglotis, sinus, dan saluran gastrointestinal (GI).
(ETT) (Seegobin and Van hasselt, 1986). Intervensi untuk mencegah VAP bertujuan
untuk mencegah mikroaspirasi berulang, kolonisasi saluran napas atas dan saluran GI
pencegahan VAP. Bukti terbaru telah menantang praktik luas saat ini dan
( Nice,2008).
VAP diperkirakan terjadi pada 9-27% dari semua pasien dengan ventilasi
mekanik, dengan risiko tertinggi pada awal rawat inap. Studi telah menempatkan
kematian akibat VAP di antara 33-50%, tetapi angka ini bervariasi dan sangat
bergantung pada penyakit medis yang mendasari VAP adalah infeksi nosokomial
kedua yang paling umum di unit perawatan intensif dan yang paling umum pada
pasien dengan ventilasi mekanik( Hunter JD,2021) .. VAP meningkatkan lama tinggal
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang didapat atau dialami pasien
selama dirawat di rumah sakit. Peyebab dari infeksi nosokomial adalah adanya
transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan
perangkatnya. Kerugian dari infeksi nosokomial adalah los of stay menjadi besar,
serta menandakan bahwa manejemen pelayanan medis di rumah sakit tidak bermutu
(Hunter. J, 2006).
Ringkasan laporan data untuk 2003- 2008 dibandingkan dengan 3,3 per 1.000
tercermin pada tingginya insiden dan membuat VAP antara infeksi yang paling umum
di ICU dan pengobatan dengan biaya tinggi, dengan jumlah hari rawat yang lebih
besardi ICU, durasi yang lebih lama dari ventilasi mekanis, dan kematian lebih tinggi
(Mohamed, 2014).
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi VAP adalah dengan VAP
nasokomial VAP dapat mengurangi biaya 10 kali lipat dan meningkatkan hasil pasien
terkait dan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan. Intervensi keperawatan kritis
dilakukan secara rutin telah terbukti mengurangi angka kejadian VAP. (The Institute
for Healthcare Improvement, 2006). The Centers for Disease Control and Prevention
(CDC, 2003) dan An European Care Bundle (Rello et al., 2010) telah merancang VAP
kepatuhan terhadap pedoman bukti dasar, dalam rangka meningkatkan hasil pasien.
Tindakan yang dilakukan seperti elevasi kepala tempat tidur (HOB) 300 -450 , sedasi
yang berhubungan dengan perawatan pada pasien dengan ventilator mekanik yang
agen sedasi dan penilaian kesiapan extubasi, profilaksis trombosis vena dalam,
terutama VAP......
keadaan dengan gambaran infiltrasi paru yang menetap pada foto-foto thoraxs disertai
salah satu gejala yaitu ditemukan hasil biakan darah atau pleura sama dengan
mikroorganisme yang ditemukan pada sputum maupun aspirasi trakea, kavitas pada
rongga thoraxs. Gejala Pneumonia yang muncul bisa sebagai berikut : demam,
Improvement( IHI) pencegahan VAP yang diberi nama VAP bundle ada lima cara
yaitu Elevasi head of the bed (HOB) 30 o-45 Evaluasi sedatif harian dan kesiapan
Pencegahan VAP bisa dilakukan mandiri oleh perawat, ada 8 cara untuk
melakukannya: hand hygiene, head of bed elevation 30 o-45o , ETT with subglotic, ETT
Pencegahan VAP bisa dilakukan dengan tindakan keperawatan salah satunya oral
1 menit dan sangat efektif bisa menurunkan kolonisasi kuman penyebab VAP sampai
nosokomial pada pasien- pasien dengan kondisi sakit kritis. Penggunaanya secara
bilasan oral sebanyak dua kali sehari bisa menurunkan tingkat kejadian infeksi saluran
nafas sebesar 69% (Jelie dkk, 2008). Dari penelitaian yang dilakukan Fitri Hapsari
povidine iodine 1 %.
Associated Pneumonia ) yaitu di oral, nasal serta mencegah bakteri dental plak pada
Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Koeman,
Hak, Ramsay,Joore Kaasjager, Hans dan Van Der Ven ( 2006) yang mendapatkan
oropharyngeal baik gram positif maupun gram negatif secara signifikan, dimana
Berdasarkan latar belakang ini penulis akan mengambil kasus perawatan di ruang
GICU 2 yang sebelumnya ruangan ini adalah ruang khussus perawatan NCCU dan
ULB dimana NCCU dengan kapasitas 4 tidur, sedangkan ULB dengan kapasitas 6
kasus terkonfirmasi Covid 19 semakin bertambah maka dari itu sesuai arahan dan
instruksi dari Kemenkes Ruang GICU 2 sejak Januari 2021 dibuka untuk ruang isolasi
perawatan intensif Covid 19. Dengan 10 kapasitas tempat tidur yang dilengkapi 2
dialisis, Alat Echo, USG, mesin EKG, Defibrilator.Sejak dibukanya menjadi ruang
perawatan intensif covid banyak pasien yang masuk menggunakan ventilasi mekanik
Karya Ilmiah ini diharapkan bisa memberikan manfaat secara teoritis dan praktis,
sehingga bisa digunakandalam praktek klinis asuhan keperawatan pada klien dengan
yang dilakukan selama bekerja di ruang intensif , penulis tertarik untuk membuat
Tulisan ini memiliki dua tujuan yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus
Untuk melakukan tindakan mandiri perawat oral hygiene pada pasien Pneumonia
Manfaat dari karya ilmiah akhir ini (KIA) terbagi menjadi dua, yaitu secara aplikatif
Karya ilmiah akhir ini NERS ini diharapkan bisa digunakan sebagai dasar dalam
melakukan asuhan keperawatan sehingga pelayanan di ruang ICU isolasi Covid 19,
tidak hanya mengutamakan tentang masalah fisik dan juga memperhatikan masalah
secara holistik.
1.3.2 Mahasiswa
Karya ilmiah ini diharapkan bisa membantu sebagai dasar dalam menerapkan
Penelitian
Bisa menjadi rujukan dasar dalam melakukan penelitian lain mengenai asuhan
dengan Pneumonia.
Pendidikan
Menurut Sugiyono ( 2011) mengatakan bahwa metode diskriptif adalah satu jenis
penjelasan diatas penulisan karya ilmiah akhir ini menggunakan metode deskriptif
berdasarkan pendapat para ahli yang berhubungan dengan judul penulisan karya
tulis.
mmepelajari dan menyelidiki suatu kejadian yang terkait dengan individu yang
keluarga klien, pola hidup menanyakan apakah ada riwayat pengobatan klien,
klien.
d. Dokumentasi dengan cara melihat pada status pasien tentang pemerikassan
berkaitan dengan masalah pasien serta interpretasi dari tindakan yang dilakukan.
Asuhan Keperawatan ini dilakukan di ruang Icu Isolasi Covid 19 di Rumah Sakit
BAB 2
LANDASAN TEORI
Tinjauan teoritis adalah kegiatan penelitian yang bertujuan melakukan kajian secara sungguh-
sungguh tentang teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti
(Sugiyono, 2017). Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar penyakit Covid-19 ,
Pada konsep ini akan dijelaskan mengenai defiisi COVID 19, pengertian VAP, anatomi
fisiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, serta tindakan oral hygiene
memakai chlorhexidine.
Wuhan China yang diduga penyebarannya berasal dari kekelawar dan menyebar ke
manusia. Pertama kali di temukan di pasar hewan provinsi Wuhan ( Rosmha, 2020) .
Corona virus sendiri itu masih satu keluarga/ rumpun dari virus yang menyebabkan
yang suatu penyakit dengan gejala flu, demam hingga penyakit yang berat seperti
( Mona, 2020) covid-19 ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi
Virus ini berukuran sangat kecil dan memiliki ukiuran sebesar 120-160 nm
yang utamanya virus ini akan menginfeksi hewan seperti kelelawar dan unta.
Penularan virus covid-19 bisa menular ke manusia dan menjadi penularanya sangat
cepat serta virus ini sangat agresif. Penularan dari manusia ke manusia bisa lewat
droplet, yang keluar saat batuk dan bersin ( Purnamasari & Raharyani,2020).
Penelitian lain menyebutkan bahwa penularan virus covid 19 bisa menular secara
percikan dahak ( droplet) pada saat batuk atau bersin, dan penularan secara tak
langsung terjadi secara tidak sengaja melaui kontak dengan benda yang
gejala berupa sakit flu pada umumnya, batuk-batuk, demam, letih, sesak napas, dan
tidak nafsu makan. Pasien yang sudah terinfeksi virus corona akan berkembang
dengan cepat sehingga menimbulkan infeksi parah, dan gagal organ, serta bisa
dengan masa inkubasi terpanjang selama 14 hari (Wulandari et al., 2020). Sebagian
besar penderita akan mengalami gejala ringan, namun sekitar 5% akan menjadi sakit
serius atau sakit dengan gejala berat dan diantaranya membutuhkan perawatan
insentif. Virus ini mudah berpindah dari manusia ke manusia lain melalui airbone,
droplet, dan kontak langsung. (Aliana, Bejo, & Suryani, 2020). Menurut Rosyanti &
dengan ( Pertikel yang berdiameter 5-10m) dari batuk dan bersin. Sebuah penelitian
menyebutkan bahwa SARS-CoV-2 bisa ditemukan pada plastic 2-3 hari, stainles steel
2- 3hari, kardus hingga 1 hari, tembaga hingga 4 jam. Selain itu SARS-CoV-2 bisa
dilantai, mouse computer, tong sampah, dan pegangan tangan serta udara hingga 4
Seseorang yang mempunyai gejala ISPA seperti demam (≥ 38oC) atau riwayat
demam dan disertai salah satu gejala/tanda berupa batuk, sesak napas, sakit
tenggorokan, pilek, pneumonia ringan hingga berat. Pada kasus COVID 19 yang berat
bisa menyebabkan pneumonia, sindrome pernapasan akut, gagal ginjal dan bahkan
kematian. Gejala klinis yang akan muncul adalah demam dan kesulitan bernapas
1. Kasus Probable
laboratorium RT-PCR
2. Kasus Konfirmasi
terbagi menjadi 2 :
a. Kasus konfirmasi dengan gejala ( simptomatik)
3. Kontak Erat
4. Discarded
hari.
5. Selesai isolasi
8. Kematian
Ventilasi mekanik adalah salah satu alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang bisa mmepertahankna ventilasi dan pemberiian oksigen dalam waktu yang lama
(Bruner dan Sudddart,2006). Penggunaan ventilasi mekanik bisa dilakukan dengan intubasi
ataupun lewat insisi trachea. Intubasi adalah tehnik melakukan laringoskopi dan memasukan
Endotracheal Tube (ETT) melalui mulut atau orofaring(Elliot, Aitken dan Chaboyer,
2007).Terpasangnya ETT atau TC akan menjadi jalan masuk bakteri secara langsung menuju
saluran nafas bagian bawah. Hal ini akan mengakibatkan adanya bahaya antara saluran nafas
bagian atas dan trakea yaitu terbukanya saluran nafas bagian atas dan tersedianya jalan masuk
kurangnya penurunan kemampuan tubuh dalam menyaring kuman dan menghangatkan udara.
Reflek batuk akan tertekan atau terjadi pengurangan dari reflek batuk yang diakibatkan
karena adanya ETT, serta adanya gangguan pertahanan silia terutama silia mukosa daluran
nafas bagian atas dikarenakan adanya cidera pada mukosa pada saat intubasi, sehingga
mengakibatkan kolonisasi bakteri pada trakea. Pada kondisi tersebut sekret akan mengalami
penumpukan dan produksi yang berlebih. 9Agustus,2007). Sekret dalam saluran nafas akan
endotrakeal agar jalan nafas efektif serta oral care untuk mengurangi mikroorganisme di
orofaring.
disebabkan oleh infeksi kuman yang mengalami inkubasi saat penderita mendapatkan
nosokomial yang utama adalah pemberian ventilator mekanis yang lebih dari 48 jam..
VAP dedefinikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah ventilator
mekanik diberikan. VAP merupakan bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di
unti pelayanan intensif (UPI), khususnya pada paasien yang menggunakan ventilasi mekanik
(Wiryana,2007).
VAP didefinisikan sebagai pneumonia yang didapat setalah 48 jam dilakukan intubasi
baik melalui endotrakeal maupun lewat insisi di traceal (TC). Langer dkk, membagi VAP
menjadi onset dini ( early onset) yg terjadi dalam 96 jam pertama pemberian ventilasi
mekanis dan onset lambat yang terjadi dari 96 jam setalah pemberian atau pemakaian
ventilasi mekanis.
penggunaan ventilasi mekanik. Estimasi iniden adalah sebesar 3% per hari selama 5 hari
pertama, 2% per hari selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari. (Amanullah dan
Posner,2010). Menurut Agustyn (2007) insiden VAP pada psien yang menggunakan ventilasi
mekanik sekitar 22,7% dan pasien yang menggunakan ventilasi mekanik menyumbang 86%
dari kasus infeksi nosokomial. Untuk resiko terjadinya pneumonia meningkat sebanyak 3-10
dengan gambaran infiltrasi paru yang menetap pada foto-foto thoraks disertai salah satu
gejala yaitu ditemukannya hail biakan darah atau pleura sama dengan mikroorganisme yang
ditemukan pada sputum maupun trakea, Kavitas pada rongga thoraks, serta adanya demam,
VAP mempunyai banyak resiko salah satunya membuat hari lama perawatan menjadi
a. Abnormalitas Radiografik :
b. WBC ≥12.000 atau < 4000, suhu tubuh > 380 C dengan tidak ada penyebab lainnya.
c. Sekret minimal tracheal onset purulen baru, atau berubah karakteristik atau
e. Pernapasan krakles pada inspirasi atau bunyi nafas bronchial pada auskultasi
CPIS
Temperature 36,5-38,40C 0
38,5-38,90C
≤ 36 or ≥ 390C 1
Mid/non- purulent 1
Purulent 2
of ARDS
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi VAP meliputi proses kolonisasi di traktus respiratorius dan digestif dan
proses mikroaspirasi dari sekresi jalan nafas bagian atas dan bagian bawah (Livngston,200
dalam Augustyn,2007). Kolonisasai dari bakteri akan merujuk pada pertumbuhan bakteri
tanpa adanya respon sktif dari host. (Krunis,& Puntilo,2003 dalam Augustyn,
2007).Kolonisasi didalam paru merupakan penyebaran organisme yang berasal dari banyak
sumber yang berbeda-beda, termasuk yang berasal dari orofaring, kavum sinus, hidung, plag
dari sumber manapun mengaktivasi respon host dan pada akhirnya akan menyebabkan
VAP( Augustyn,2007).
Patogenesis Of VAP
oleh adanya aspirasi mikroorganisme dari nasal, oropharingeal atau lambung yang
menginvasi saluran nafas bagian bawah dengan difasilitasi oleh adanya penurunan daya tahan
tubuh (Torres et al,1992 dalam Keeley,200&). VAP bisa terjadi pada pasien dengna kondisi
kesehatan mulut yang buruk dan perawatan mulut yang kurang ( Grap & Munro,1997 dalam
Yeung & Chui,2010;Berry, et al,2007). Faktor resiko yang bisa mengakibatkan VAP adalah
posisi istirahat yang dini dan adanya keparahan penyakit(Tolentino- Delos Reyes, et al,2007).
7. ARDS
Perawatan oral
2.7 Asuhan keperawatan
masalah kesehatan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan keperawatan.
Proses keperawatan terbagi menjadi 7 tahap antaranya : pengkajian, pengumpulan data serta
analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi ( Smeltzer &
Bare,2013).
Pengkajian merupakan suatu proses pertama yang dilakukan dalam proses keperawatan.
Proses ini bertujuan untuk menyusun data dasar tentang kebutuhan, masalah kesehatan yang
sedang dihadapiserta respon pasien mengenai masalah kesehatan yang sedang dihadapi
2.7.4 Evaluasi
Kebersihan mulut sangatlah penting dan menjamin kesejahteraan umum pasien dan
sangat menunjang kualitas hidup pasien. Pasien membutuhkan perawatan mulut yang nyaman
untk bicara,makan dengan baik, akan merasa senang dengan penampilan, serta bisa terhindar
dari infeksi mikrobakteri dan bia menjaga kualitas diri. Kondisi kesehatan dan
kebersihan mulut.
permukaan mukosa pipi,gusi,lidah dan gigi dengan memakai kasa set oral hygiene steril
selama 1 menit. Oral hygiene memakai khlorhexidine 0,2% bisa menurunkan kolonisasi
Khlorhexidine merupakan salah satu jenis desinfektan golongan kemis yang memiliki
keuntungan berupa kemampuan untuk mencapai seluruh bagian dari gigi dan resiko
terjadinya kerusakan serta abrasi pada gigi. Khlorhexidine sudah dikenal sejak tahun 1950
yang mempunyai kemmapuan antiseptik dan disinfektan dengan spektrum luas, sangat efektif
untuk :
pembentukan polikel yang diperlukan untk kolonisasi bakteri plak akan terhambat.
bakteri yang akan mempengaruhi dinding sel bakteri dan selanjutnya mengganggu
1. Dapat menurunkan kolonisasi kuman penyebab VAP s/d 53% didalam mukosa
mulut.
69%.
disuction).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Alamat : Cianjur
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S1
Huungan sosial pasien berjalan dengan baik, komunikasi terhadap orang lain tidak ada
hambatan. Pasien melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan secara rutin. Keluarga
mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat diabetus melitus serta hipertensi dan post
Pasien datang ke UGD pada tanggal 8 September 2021 pukul 01.40 kesadaran masih
compos mentis , pasien ditemani keluarga mengatakan pasien sudah demam, batuk seminggu
yang lalu, sesak sudah dua hari sehingga pasien dibawa ke rumah sakit. Dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan dengan hasl TD140/90mmhg,nadi 90x/mnt,rr 32x/mnt suhu 37,
saturasi oksigen 95%,GCS 15: E4M6V5, oksigen yang digunakan NRm 10ltr/mnt dan
Pada tanggal 10 September2021 pukul 13.00 pasien di pindah ke ruang GICU 2 diantar oleh
nadi 110x/mnt, rr 45x/mnt,saturasi oksigen 85%, penurunan kesadaran, akral dingin, sesak,
oksigen yang diberikan NRM 15ltr/mnt. Jam 15 pasien mengalami sesak, ronchi +/+,lapor
DPJP dan inta dilakukan untuk pemasangan endotracheal tube atau tindakan intubasi dengan
maksud agar saluran pernapasan pasien terbuka serta mencegah kekurangan oksigen yang
semakin parah dan mengakibatkan pasien mengalami gagal nafas serta untuk mengeluarkan
sekret yang ada di saluran nafas. Jam 15.45 WIB pasien berhasil dilakukan intubasi oleh Dr
jaga anestesi tanpa premedikasi, os di conect ventilasi mekanik dengan mode AC/PC dengan
TINJAUAN KASUS