Nomor : 009/SK/BALNASPROJAMINKOTAMEDAN/XI/2022
Perihal : Hasil Investigasi
Lamp : Surat AHU, Surat Kesbangpol, Foto Investigasi
Kepada Yth,
Kepala Kejakaan Negeri
Kota Medan
di- Tempat.
Dengan Hormat,
Salam sejahtera untuk kita sekalian, seiring do’a semoga kita semua selalu sehat
walafiat dan senantiasa dalam lindungan yang Maha Kuasa dalam melaksanakan tugas dan
aktivitas keseharian kita, Amin.
Bersama ini saya datang kehadapan Bapak/Ibu dari Badan Advokasi LBH Nasional
(BALNAS) Projamin Kota Medan, yaitu:
Nama : Bistok Pandapotan Malau, SH
Jabatan : Direktur BALNAS Projamin Kota Medan.
Bersamaan dengan surat ini, terlebih dahulu saya perkenalkan kepada Bapak/Ibu
bahwa Profesional Jaringan Mitra Negara (PROJAMIN) Kota Medan adalah Organisasi
Masyarakat yang turut mengawal, mendampingi, dan mengawasi jalannya roda
pemerintahan secara terbuka, otonom, dan professional yang beroperasi secara legal di
seluruh Indonesia.
Adapun Badan Advokasi LBH Nasional (BALNAS) merupakan salah satu dari lima
sayap organisasi dari Projamin yang berfungsi memberi bantuan hukum kepada masyarakat
yang terdzolimi dan membantu DPP Projamin dalam hal ditemukannya permasalahan
hukum dari hasil proses invetigasi.
I. Legal Standing
Sehubungan dengan tugas dan fungsinya sebagai pengawas dan kontrol sosial
sebagaimana yang diamanatkan oleh:
1. Undang - Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan;
2. Undang - Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi;
3. Undang - Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi junctis Undang - Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, Undang - Undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang -
Undang No. 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang - Undang No. 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
5. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 – 2025 dan Jangka Menengah
Tahun 2012-2014
Maka PROJAMIN Kota Medan menjalankan perannya untuk mengawasi dan
memantau pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh Dinas
Perumahan Kawasan Pemukiman dan Penataan Ruang Kota Medan, yaitu:
Nama : Pembangunan/Rehabilitasi Hibah Gedung Kantor Kejari Medan
Jenis Pengadaan : Pekerjaan Konstruksi
K/L/PD : Pemerintah Kota Medan
Satuan Kerja : Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Penataan Ruang
Kota Medan
Pagu : Rp. 2.500.000.000,- (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah)
HPS : Rp. 2.447.100.000,- (Dua Milyar Empat Ratus Empat Puluh
Tujuh Juta Seratus Ribu Rupiah)
Pemenang : CV. Barokah Inti Utama.
Adapun dalam melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pembangunan
tersebut PROJAMIN Kota Medan telah melakukan riset berupa observasi data dengan
merujuk kepada:
I. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
II. Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang /Jasa
Pemerintah yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
III. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
IV. Daftar Standar dan Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
(SNI, SE/PERMEN,RSNI).
Dalam Bab I Pasal 1 Butir 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Negara
ditegaskan bahwa Bangunan Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang
menjadi barang milik Negara atau daerah dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang
berasal dari dana APBN, APBD, dan/atau perolehan lainnya yang sah.
Dalam Butir 2 ditegaskan bahwa Pembangunan adalah kegiatan mendirikan
bangunan gedung yang diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan
konstruksi dan pengawasan konstruksi/ manajemen konstruksi (MK), baik merupakan
pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan
gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung yang belum
selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi).
Oleh karena pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh Dinas
Perumahan Kawasan Pemukiman dan Penataan Ruang Kota Medan tersebut diatas
menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, maka setiap perbuatan curang
terhadap pelaksanaan pembangunan tersebut dapat merugikan keuangan Negara dan
terpenuhinya delik Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
Berikut saya sampaikan temuan yang didapat oleh PROJAMIN Kota Medan terhadap
pelaksanaan Pembangunan/Rehabilitasi Hibah Gedung Kantor Kejari Medan.
Di lokasi pembanguan gedung ditemukan adanya beton yang pecah dan tidak rata,
diduga hal ini terjadi karena mutu beton yang di pergunakan tidak sesuai dengan yang di
persyaratkan dalam kontrak kerja dan diduga kurangnya pemadatan yang di lakukan pada
saat pelaksanakan pengecoran struktur bangunan ini. Pelaksanaan in diduga tidak sesuai
dengan Bestek konstruksi bangunan gedung tersebut dan juga tidak sesuai dengan
Spesifikasi Umum Revisi 2 Tahun 2010 pada divisi 7 Struktur. Seksi 7.1 Beton. Bagian 7.1.4
Pelaksanaan Pengecoran. Point 5
Pemadatan disebutkan bahwa:
a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang
telah disetuju.bilamana, di perlukan dan bilamana di setujui oleh direksi pekerjaan,
pengetaran harus di sertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Pengetar tidak boleh di gunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain dalam cetakan.
b. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan
bahwa semua sudut dan diantara sekitar besi tulangan benar-benar di isi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
c. Pengetar harus di batasi waktu pengunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan
yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segresi pada agregat.
d. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya
5.000 putaran per menit densan berat efektif 0,25 kg, dan boleh di letakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
e. Alat pengetar mekanis yang di gerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5.000 putaran
permenit apa bila di gunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus di masukkan kedalam beton basah
secara vertikal sedemikian rupa sehingga dapat melakukan penetrasi sampai kedasar
beton yang baru di cor, dan menghasilkan pemadatan di seluruh kedalaman pada bagian
tersebut, alat penggetar kemudian harus di tarik pelan-pelan kemudian di masukkan
kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat peggetar tidak boleh
berada pada satu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh di gunakan untuk
memindahkan campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulang beton.
Berdasarkan fakta-fakta yang diungkapkan di atas teranglah bahwa keadaan saat ini
pekerjaan Pembangunan/Rehabilitasi Hibah Kantor Kejari Kota Medan sudah menyalahi
aturan-aturan yang ada. Apabila dugaan ini terbukti, terhadap penyedia jasa konstruksi dan
pengawas dapat dikenakan sanksi pidana berupa:
- Pasal 387 KUHP:
(1) Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun dihukum seorang
pemborong atau ahli bangunan dari sesuatu pekerjaan atau penjual bahan-bahan
bangunan yang pada waktu mengerjakan perbuatan itu atau pada waktu
menyerahkan bahan-bahan bangunan itu melakukan sesuatu akal tipu,yang dapat
mendatangkan bahaya bagi keselamatan orang atau barang, atau bagi keselamatan
Negara.
(2) Dengan hukuman itu juga dihukum barangsiapa diwajibkan mengawas-awasi
pekerjaan atau penyerahan bahan-bahan bangunan itu, dengan sengaja
membiarkan akal tipu tadi