Anda di halaman 1dari 12

Medan, 18 November 2022

Nomor : 009/SK/BALNASPROJAMINKOTAMEDAN/XI/2022
Perihal : Hasil Investigasi
Lamp : Surat AHU, Surat Kesbangpol, Foto Investigasi

Kepada Yth,
Kepala Kejakaan Negeri
Kota Medan
di- Tempat.

Dengan Hormat,
Salam sejahtera untuk kita sekalian, seiring do’a semoga kita semua selalu sehat
walafiat dan senantiasa dalam lindungan yang Maha Kuasa dalam melaksanakan tugas dan
aktivitas keseharian kita, Amin.
Bersama ini saya datang kehadapan Bapak/Ibu dari Badan Advokasi LBH Nasional
(BALNAS) Projamin Kota Medan, yaitu:
Nama : Bistok Pandapotan Malau, SH
Jabatan : Direktur BALNAS Projamin Kota Medan.
Bersamaan dengan surat ini, terlebih dahulu saya perkenalkan kepada Bapak/Ibu
bahwa Profesional Jaringan Mitra Negara (PROJAMIN) Kota Medan adalah Organisasi
Masyarakat yang turut mengawal, mendampingi, dan mengawasi jalannya roda
pemerintahan secara terbuka, otonom, dan professional yang beroperasi secara legal di
seluruh Indonesia.
Adapun Badan Advokasi LBH Nasional (BALNAS) merupakan salah satu dari lima
sayap organisasi dari Projamin yang berfungsi memberi bantuan hukum kepada masyarakat
yang terdzolimi dan membantu DPP Projamin dalam hal ditemukannya permasalahan
hukum dari hasil proses invetigasi.
I. Legal Standing
Sehubungan dengan tugas dan fungsinya sebagai pengawas dan kontrol sosial
sebagaimana yang diamanatkan oleh:
1. Undang - Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan;
2. Undang - Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi;
3. Undang - Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi junctis Undang - Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, Undang - Undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang -
Undang No. 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang - Undang No. 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
5. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 – 2025 dan Jangka Menengah
Tahun 2012-2014
Maka PROJAMIN Kota Medan menjalankan perannya untuk mengawasi dan
memantau pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh Dinas
Perumahan Kawasan Pemukiman dan Penataan Ruang Kota Medan, yaitu:
Nama : Pembangunan/Rehabilitasi Hibah Gedung Kantor Kejari Medan
Jenis Pengadaan : Pekerjaan Konstruksi
K/L/PD : Pemerintah Kota Medan
Satuan Kerja : Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Penataan Ruang
Kota Medan
Pagu : Rp. 2.500.000.000,- (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah)
HPS : Rp. 2.447.100.000,- (Dua Milyar Empat Ratus Empat Puluh
Tujuh Juta Seratus Ribu Rupiah)
Pemenang : CV. Barokah Inti Utama.
Adapun dalam melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pembangunan
tersebut PROJAMIN Kota Medan telah melakukan riset berupa observasi data dengan
merujuk kepada:
I. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
II. Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang /Jasa
Pemerintah yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
III. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
IV. Daftar Standar dan Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
(SNI, SE/PERMEN,RSNI).
Dalam Bab I Pasal 1 Butir 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Negara
ditegaskan bahwa Bangunan Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang
menjadi barang milik Negara atau daerah dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang
berasal dari dana APBN, APBD, dan/atau perolehan lainnya yang sah.
Dalam Butir 2 ditegaskan bahwa Pembangunan adalah kegiatan mendirikan
bangunan gedung yang diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan
konstruksi dan pengawasan konstruksi/ manajemen konstruksi (MK), baik merupakan
pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan
gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung yang belum
selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi).
Oleh karena pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh Dinas
Perumahan Kawasan Pemukiman dan Penataan Ruang Kota Medan tersebut diatas
menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, maka setiap perbuatan curang
terhadap pelaksanaan pembangunan tersebut dapat merugikan keuangan Negara dan
terpenuhinya delik Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”

Berikut saya sampaikan temuan yang didapat oleh PROJAMIN Kota Medan terhadap
pelaksanaan Pembangunan/Rehabilitasi Hibah Gedung Kantor Kejari Medan.

Dokumentasi I – Tidak ditemukannya Plang Proyek di Lokasi Pembangunan

Bahwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008,


Keterbukaan Informasi Publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan
publik terhadap penyelenggaraan Negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu yang
berakibat pada kepentingan publik. Adapun plang atau papan informasi proyek tersebut
bertujuan agar pelaksanaan setiap proyek dapat berjalan dengan transparan sejak proyek
dikerjakan. Lebih lanjut, Pasal 25 Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Presiden
Nomor 70 tahun 2012 juga mewajibkan Pengadaan Barang/Jasa harus diumumkan kepada
masyarakat melalui papan pengumuman resmi.
Dokumentasi II –
Pembangunan/Rehabilitasi Hibah Gedung Kantor Kejari Medan ditelantarkan

Pada pekerjaan Pembangunan/Rehabilitasi Hibah Gedung Kantor Kejari Medan,


ditemukan bahwa hingga bulan November 2022 pembangunan tersebut belum juga selesai,
dan diduga telah terjadi pelanggaran kontrak/ wanprestasi/penyimpangan pada pekerjaan
tersebut. Dalam konteks pengadaan barang/jasa pemerintah pengertian tentang kontrak
disebutkan dalam Pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 yang berbunyi "Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara
Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang / Jasa atau pelaksana Swakelola.
Keterlambatan penyelesaian pengerjaan Pembangunan/Rehabilitasi Hibah Gedung
Kejari Kota Medan melanggar ketentuan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan terhadapnya dapat dijatuhi sanksi sesuai Pasal 78
ayat (3) poin a, b, e, dan f, yaitu Sanksi Pencairan Jaminan Penawaran dan Sanksi Daftar
Hitam selama 1 (satu) tahun; ganti rugi sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan; dan sanksi
denda keterlambatan.
Pasal 76 ayat (1) dan (2) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juga dengan tegas mewajibkan aparat pengawasan
internal pemerintah daerah (dalam hal ini merujuk ke Dinas Perumahan Kawasan
Pemukiman dan Penataan Ruang Kota Medan selaku pelaksana pembanguan) untuk
melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan/atau
penyelenggaraan whistleblowing system. Apabila peraturan ini dilaksanakan sebagaimana
mestinya, dipastikan tidak akan ada pembangunan yang bermasalah dan merugikan
keuangan Negara. Sehingga diduga ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan antara
Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Penataan Ruang Kota Medan dengan pihak
konsultan dan pihak rekanan, dimana tidak adanya pengawasan yang mengakibatkan
kerugian Negara, yakni diduga adanya penyimpangan atau adanya pelanggaran kontrak
kerja, pelanggaran perjanjian antara pihak-pihak terkait yang mengakibatkan terlantarnya
pekerjaan tersebut.
Oleh karena tidak dilakukannya pengawasan, maka perbuatan tersebut telah
memenuhi delik “dengan melawan hukum” sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”

Dokumentasi III – Penggunaan Material yang menyalahi aturan dan kontrak


Ditemukan dilokasi pekerjaan adanya pemakaian bahan material besi beton tulangan
besi BJKU (Besi Baja Kepentingan Umum/Besi Banci). Hal ini diduga tidak sesuai dengan
ketentuan dan peraturan:
1. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Rakyat No. 22 Tahun
2018 diatur bahwa untuk struktur kolom beton bertulang harus memiliki tebal
minimum 15 cm diberi tulangan 4 buah diameter 12 mm dengan jarak 15 cm dan
mutu bahan dan kekuatan bahan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI beton bertulang. Namun di lokasi pembangunan masih ditemukan
penggunaan Besi Baja Kepentingan Umum yang menyalahi peraturan.
2. Dalam Spesifikasi Umum 2010 Revisi 2 Divisi I (Umum) seksi 1.4 (Fasilitas dan
Pelayanan Pengujian) bagian 1.4.3 (Prosedur Pelaksanaan) poin 1 (Peraturan dan
Rujukan) disebutkan bahwa Standar Nasional Indonesia (SNI), sebagaimana
diberikan dalam seksi 1.10 dalam spesifikasi ini harus digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan. Dalam segala hal, Penyedia Jasa harus menggunakan SNI
yang relevan atau setara untuk menggantikan standar-standar lain yang mungkin
ditunjukkan dalam spesifikasi ini. Bilamana standar tersebut tidak terdapat dalam
seksi 1.10, Penyedia Jasa Harus mengsunakan SNI terbaru atau standar lain yang
relevan sebagai pengganti atas perintah Direksi Pekerjaan.
3. Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 22/PRT/M/2018,
bahwa seluruh bangunan Negara harus menggunakan bahan material SNI, yang
terdapat pada Bagian E. Persyaratan Teknis, Point 3 Persyaratan Bangunan
"Struktur bangunan gedung Negara. harus memenuhi persyaratan keselamatan
(safety) dan kelayakan (serviceability) serta SNI konstruksi bangunan gedung,
yang dibuktikan dengan analisis struktur sesuai dengan ketentuan. Dimana
diperjelas pada butir a,b,c,d,e, dan f.
4. Hal 18 - Bahan Struktur - 22/PRT/M/2018
Disebutkan bahwa "bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton
bertulang, struktur kayu maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional
Indonesia (SNI) tentang Bahan Bangunan yang berlaku dan dihitung kekuatan
strukturnya berdasarkan SNI yang sesuai dengan bahan/ struktur konstruksi yang
bersangkutan.
Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung Negara
tersebut di atas dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan dengan
kemampuan sumberdaya setempat dengan tetap harus mempertimbangkan
kekuatan dan keawetannya sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan.
Ketentuan lebih rinci agar mengikuti ketentuan yang diatur dalam SNI;
Berdasarkan Permen Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2018 bahwa kepada
setiap Penyedia Jasa Konstruksi dan Penyedia Jasa Pengawas bangunan Negara
yang tidak menggunakan material dengan Standard Nasional Indonesia (SNI)
akan dikenai sanksi yang terdapat pada Pasal 5 Permen PU Nomor 22 Tahun
2018, dimana sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN dan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Dokumentasi IV – Kualitas beton yang tidak sesuai standar dan menyalahi aturan

Di lokasi pembanguan gedung ditemukan adanya beton yang pecah dan tidak rata,
diduga hal ini terjadi karena mutu beton yang di pergunakan tidak sesuai dengan yang di
persyaratkan dalam kontrak kerja dan diduga kurangnya pemadatan yang di lakukan pada
saat pelaksanakan pengecoran struktur bangunan ini. Pelaksanaan in diduga tidak sesuai
dengan Bestek konstruksi bangunan gedung tersebut dan juga tidak sesuai dengan
Spesifikasi Umum Revisi 2 Tahun 2010 pada divisi 7 Struktur. Seksi 7.1 Beton. Bagian 7.1.4
Pelaksanaan Pengecoran. Point 5
Pemadatan disebutkan bahwa:
a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang
telah disetuju.bilamana, di perlukan dan bilamana di setujui oleh direksi pekerjaan,
pengetaran harus di sertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Pengetar tidak boleh di gunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain dalam cetakan.
b. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan
bahwa semua sudut dan diantara sekitar besi tulangan benar-benar di isi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
c. Pengetar harus di batasi waktu pengunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan
yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segresi pada agregat.
d. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya
5.000 putaran per menit densan berat efektif 0,25 kg, dan boleh di letakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
e. Alat pengetar mekanis yang di gerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5.000 putaran
permenit apa bila di gunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus di masukkan kedalam beton basah
secara vertikal sedemikian rupa sehingga dapat melakukan penetrasi sampai kedasar
beton yang baru di cor, dan menghasilkan pemadatan di seluruh kedalaman pada bagian
tersebut, alat penggetar kemudian harus di tarik pelan-pelan kemudian di masukkan
kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat peggetar tidak boleh
berada pada satu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh di gunakan untuk
memindahkan campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulang beton.

Berdasarkan fakta-fakta yang diungkapkan di atas teranglah bahwa keadaan saat ini
pekerjaan Pembangunan/Rehabilitasi Hibah Kantor Kejari Kota Medan sudah menyalahi
aturan-aturan yang ada. Apabila dugaan ini terbukti, terhadap penyedia jasa konstruksi dan
pengawas dapat dikenakan sanksi pidana berupa:
- Pasal 387 KUHP:
(1) Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun dihukum seorang
pemborong atau ahli bangunan dari sesuatu pekerjaan atau penjual bahan-bahan
bangunan yang pada waktu mengerjakan perbuatan itu atau pada waktu
menyerahkan bahan-bahan bangunan itu melakukan sesuatu akal tipu,yang dapat
mendatangkan bahaya bagi keselamatan orang atau barang, atau bagi keselamatan
Negara.
(2) Dengan hukuman itu juga dihukum barangsiapa diwajibkan mengawas-awasi
pekerjaan atau penyerahan bahan-bahan bangunan itu, dengan sengaja
membiarkan akal tipu tadi

- Pasal 7 Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 PTPK


Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
387 atau Pasa, 388 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda
paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).

- Pasal 7 Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001 PTPK


(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7
(tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang,
atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud
dalam huruf a;
c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang;
atau
d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
Demikian Surat ini saya sampaikan kepada Bapak/Ibu. Besar harapan saya agar
Bapak/Ibu dapat menindaklanjuti laporan ini dan melakukan pemeriksaan terhadap pihak
terkait.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, 18 November 2022


Badan Advokasi LBH Nasional
Profesional Jaringan Mitra Negara
Kota Medan

Bistok Pandapotan Malau, SH


Direktur

Anda mungkin juga menyukai