Anda di halaman 1dari 16

S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM

Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

NOTA KEBERATAN
(EKSEPSI)

Dalam Perkara Pidana


Atas Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
NOMOR : Dak-29/TUT.01.04/24/01/2021

Atas Nama Terdakwa


IBNU RAJA LUBIS

Diajukan oleh tim Penasihat Hukum


SYAHRI TURNIP, S.H., M.H.
SILVIA BAHRI, S.H., M.H.

Disampaikan pada Sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Hari Senin, 14 Februari 2022

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 1


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

Jakarta, 14 Februari 2022


Yang Terhormat,
Majelis Hakim Yang Mengadili

Dengan Nomor Register Perkara Nomor : 71/Pid.Sus/ TPK/2022/PN.Jkt.Pst


Atas Nama Terdakwa IBNU RAJA LUBIS
Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jl. Bungur Besar Raya No. 24,
RT. 28/RW. 1, Gn. Sahari Sel., Kec. Kemayoran, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10610.
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini

SYAHRI TURNIP, S.H., M.H.


SILVIA BAHRI, S.H., M.H.

Advokat/Penasihat Hukum yang bergabung pada :


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM, yang berkedudukan hukum di Jalan Pasar Minggu No. 16,
Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12160. Baik sendiri-sendiri maupun bersama, untuk itu
selanjutnya disebut sebagai PENERIMA KUASA. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :
38/SKK.TPK/XII/2022 tertanggal 02 Februari 2022, bertindak untuk dan atas nama serta mewakili dan/atau
mendampingi pemberi kuasa : sebagai Penasihat Hukum untuk dan atas nama Terdakwa :
a.
Nama : IBNU RAJA LUBIS
Tempat Lahir : Purwokerto
Umur/Tanggal Lahir : 51 Tahun/ 18 Agustus 1970
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jalan Sukamulyo No. 70 RT. 005/RW. 007, Kel. Rawa
Bambu, Kec. Rawa Bambu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Agama : Islam
Pendidikan : Strata – 2 ( Magister Ilmu Hukum Universitas Gajah
Mada)
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 2


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

Untuk kemudian sebagai TERDAKWA dalam perkara pidana dengan Nomor Register Perkara
Nomor : 71/Pid.Sus/ TPK/2022/PN.Jkt.Pst
b. Didakwa
Pertama : Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana .

Atau

Kedua : Pasal 3 Jo. Pasal 18 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat
(1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 3


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN ......................................................................................................................................... 5


BAB II : POKOK-POKOK KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN ...................................... 7
A. EKSEPSI KEWENANGAN MENGADILI ABSOLUT dan RELATIF ............................................ 7
I. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Tidak Berwenang
Mengadili Perkara A Quo....................................................................................................................................... 7
B. DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM .......................................................................................................... 8
1. Penuntut Umum Tindak Cermat Dalam Mendakwakan Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Perkara A Quo.................... 9
II. Deelneming ....................................................................................................................................................... 10
III. TENTANG SPILTSING ........................................................................................................................... 12
BAB 1II : KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 14
BAB IV : PENUTUP ................................................................................................................................................... 15

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 4


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Perkenankanlah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa yang bertindak untuk dan atas nama IBNU
RAJA LUBIS berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 38/SKK.TPK/XII/2022 menyampaikan Keberatan
atas Surat Dakwaan dengan NOMOR : Dak-29/TUT.01.04/24/01/2021 yang telah disusun oleh Penuntut
Umum.
Penghormatan tertinggi dan rasa terima kasih kami sampaikan kepada Majelis Hakim. Sebelum
melangkah pada proses yang lebih jauh lagi maka perkenankan kami untuk memberikan suatu adagium yang
mungkin bisa dijadikan salah satu pertimbangan majelis hakim. “Judex debet judicare secundum allegata et
probate” artinya seorang hakim harus memberikan penilaian berdasarkan fakta-fakta dan pernyataan.
Seperti yang telah kita dengar, Penuntut Umum di depan persidangan pada tanggal 31 Januari 2022
telah membacakan surat Dakwaannya yang pada dasarnya mendakwa Terdakwa IBNU RAJA LUBIS melanggar
Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ATAU Pasal 3 Jo. Pasal 18 ayat (1)
huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Benar kita memiliki surat Dakwaan, namun kita tidak mempunyai keterangan rinci yang membuat
tuduhan tersebut menjadi lebih spesifik dari sekedar persangkaan umum. Kita tidak tahu berdasarkan hukum
apa dakwaan itu dimajukan ke pengadilan ini.
Rasa hormat kami sampaikan kepada Saudara Penuntut Umum yang telah menyusun Surat Dakwaan
dengan sebaik-baiknya. Setelah kami membaca uraian perbuatan Terdakwa dalam Surat Dakwaan yang telah
dibuat Penuntut Umum, kami menemukan adanya kekeliruan yang mendasar sehingga menimbulkan
ketidakadilan bagi Terdakwa dalam perkara a quo. Oleh karena itu, sejatinya keberatan yang kami ajukan adalah
sebagai suatu tanggung jawab bagi kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa untuk memberi hak-hak yang
diamanatkan oleh hukum terhadap Terdakwa, sebagai bentuk mekanisme penegakan hukum yang telah
diciptakan untuk memperbaiki konstruksi kebenaran serta demi menjunjung tinggi nilai keadilan dalam proses
peradilan.
Perlu kami tegaskan sekali lagi bahwa Nota Keberatan ini kami susun tidak dengan maksud untuk
mencari-cari kesalahan dalam penyusunan Surat Dakwaan, melainkan demi memastikan terpenuhinya keadilan
yang menjadi hak asasi tiap manusia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi Universal HAM, Pasal 14
(1) Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Pasal 27 (1) dan Pasal 28D (1) UUD 1945, Pasal 7 dan
Pasal 8 TAP MPR No. XVII Tahun 1998 tentang HAM, Pasal 17 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM,
dimana semua orang adalah sama dimuka hukum dan tanpa diskriminasi apapun serta berhak atas perlindungan
hukum yang sama.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 5


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

Bahwa Nota Keberatan ini kami buat untuk menjadi penyimbang dan pengontrol terhadap materi Surat
Dakwaan Penuntut Umum yang telah dikemukakan panjang lebar dalam persidangan. Kami percaya bahwa
Majelis Hakim akan mencermati segala masalah hukum tersebut, sehingga dalam Nota Keberatan ini kami
mencoba untuk menggugah pandangan dan hati nurani Majelis Hakim maupun Saudara Penuntut Umum
mengenai pentingnya melihat perkara ini secara menyeluruh, terpadu, dan tidak semata-mata dilihat dari sudut
pandang yuridis sempit atau dari kacamata hukum legalitis formalistis menurut hukum positif yang ada. Lalu
kami mengutip adagium hukum di bawah ini agar menjadi pengingat bagi kita selaku sejawat Penegak Keadilan
bagi semua masyarakat yang membutuhkan keadilan.

“ Audi Et Alteram Partematau Audiatur Et Altera


Pars”
“Para Pihak Harus Didengar, Apabila Persidangan
Sudah Dimulai, Hakim Haus Mendengar Dari
Kedua Belah Pihak Yang Bersengketa, Tidak Dari
Satu Pihak Saja”

Maka kami selaku Penasihat Hukum hanya bisa mengingatkan kepada Majelis Hakim sebagai orang-
orang yang dipercaya untuk memegang amanah hukum agar menjalankan perintah tuhan tersebut, karena
sungguh Tuhan mengetahui apa yang kita semua perbuat di dunia ini, maka KEADILAN ADALAH HARGA
MATI.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 6


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

BAB II
POKOK-POKOK KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN
PENUNTUT UMUM
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Surat Dakwaan (telastelegging) yang dibuat oleh Penuntut Umum yang berisi perumusan tindak
pidana yang didakwakan kepada Terdakwa, berdasarkan kesimpulan dari hasil penyidikan. Surat Dakwaan
dapat dipahami juga sebagai upaya penataan Kembali atas fakta-fakta perbuatan Terdakwa yang terungkap
sebagai hasil dari suatu penyidikan, dengan cara merangkai perpaduan antara fakta-fakta perbuatan Terdakwa
dengan unsur-unsur tindak pidana sesuai ketentuan undang-undang.
Penyusunan Surat Dakwaan harus dibuat dengan sebaik-baiknya sehingga dapat tersusun secara tepat
sesuai dengan syarat-syarat Surat Dakwaan yang tercantum dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP. Akan tetapi
dari hasil yang kami cermati atas Surat Dakwaan, saudara Penuntut Umum tidak mengindahkan kedua syarat
tersebut. Sehingga kami sangat menyayangkan fakta bahwa rekan sejawat kami tidak menyadari kesalahan
yang terdapat dalam Surat Dakwaan yang dibuatnya. Oleh karena itu, kami selaku Penasihat Hukum
Terdakwa akan mengajukan keberatan atas kekeliruan rekan sejawat kami Saudara Penuntut Umum dalam
membuat Surat Dakwaan.

A. EKSEPSI KEWENANGAN MENGADILI ABSOLUT dan RELATIF

1. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Tidak
Berwenang Mengadili Perkara A Quo
Ketentuan Pengadilan yang berwenang dalam mengadili dalam Pasal 84 ayat (1) KUHAP dimana hal
pertama dan utama dalam menentukan pengadilan yang berwenang dalam mengadili suatu perkara harus
memperhitungkan asas locus delicti yaitu tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan.
Bahwa terkait dengan kompetensi relative pada perkara yang didakwakan terhadap Terdakwa IBNU
RAJA LUBIS bukanlah wewenang dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk mengadili perkara tersebut, hal
ini didasarkan pada uraian fakta perbuatan dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum yang berbunyi sebagai
berikut :
“ dalam kurun waktu tertentu antara tanggal 6 Februari 2019 sampai dengan tanggal 15 April 2020
atau setidaknya pada waktu-waktu lain 2019 sampai 2020, bertempat di kantor Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Catatan Sipil Kementrian Dalam Negeri di Jalan Taman Makam Pahlawan No. 14 Jakarta
Selatan, di Graha Mas Ki Hajar Dewantara Blok A No.23-24 Jakarta Selatan atau setidaknya ditempat-tempat
lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan…dst .”
Berdasarkan Dakwaan dari Saudara Penuntut Umum tersebut dapat disimpulkan bahwa locus delicti
tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa IBNU RAJA LUBIS terkesan tergesa-gesa dan ceroboh.
Dalam Dakwaan Saudara Penuntut Umum menentukan tempat kejadian atau locus delicti di daerah Jakarta
Pusat namun dalam Surat Dakwaan tempat kejadian atau locus delicti berada di daerah Jakarta Selatan. Hal ini
mengindikasikan adanya inkonsistensi Dakwaan Penuntut Umum dalam menentukan Pengadilan Negeri
tempat diadilinya perkara tersebut.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 7


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

Melalui seluruh uraian yang telah kami jabarkan diatas, kami mendapatkan suatu kesimpulan bahwa
Pengadilan Negeri yang berwenang untuk mengadili perkara a quo adalah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Oleh karena itu, kami mohon kepada Majelis Hakim yang arif dan bijaksana untuk menyatakan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk mengadili
perkara a quo.

B. DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM


Uraian Keberatan mengenai Surat Dakwaan batal demi hukum (null and void) dijelaskan dalam
Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP, yang menyebutkan sebagai berikut :
“Penuntut Umum membuat Surat Dakwaannya memenuhi syarat materiil yaitu memuat cermat, jelas,
dan lengkap tentang tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidan yaitu
dilakukan.”
Bahwa mengenai persyaratan materiil meliputi “cara melakukan” serta “fakta dan keadaan” yang
meliputi tindak pidana yang didakwakan. Bahwa menurut ahli, “fakta dan keadaan” yang dimaksud merupakan
syarat materiil Surat Dakwaan. Akan tetapi mengenai “cara melakukan” adalah mutlak atau imperative
merupakan syarat materiil Surat Dakwaan. Hal ini terdapat dalam tulisan M. YAHYA HARAHAP, S.H.
dalam bukunya “Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadian, Banding,
Kasasi dan Peninjauan Kembali”, Edisi Kedua, Penerbit “Sinar Grafika”, Jakarta 2000, Hal. 129-133.
Pada Dakwaan Kesatu yang didakwakan oleh Saudara Penuntut Umum, tidak menjelaskan secara jelas
siapa yang melakukan Perbuatan Melawan Hukum yang terdapat dalam pasal-pasal yang didakwakan dan tidak
diuraikan secara jelas perbuatan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya pada pasal-pasal yang
didakwakan.
Bahwa ketidakjelasaan Surat Dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum terlihat dari isi Dakwaan yang
menggunakan kata “dalam kurun waktu tertentu” dalam menentukan tempus delicti. Hal ini menunjukkan
bahwa Penuntut Umum ragu-ragu dalam menentukan tempus delicti. Padahal tempus delicti adalah syarat
materiil dakwaan yang bila tidak disusun secara jelas dan cermat akan membuat Dakwaan Batal Demi Hukum.
Menurut YAHYA HARAHAP, S.H., Surat Dakwaan yang berisi perumusan yang bertentangan
dengan isinya dan menimbulkan keraguan terutama bagi kepentingan Terdakwa. Surat Dakwaan yang demikian
harus dinyatakan Batal Demi Hukum.
Mengacu pada uraian di atas, kami menemukan terdapat ketidakcermatan dari Saudara Penuntut
Umum dalam mendakwakan pasal tindak pidana korupsi pada perkara a quo. Tindakan yang telah dilakukan
oleh rekan sejawat kami nyatanya telah mencederai esensi nilai dari keadilan itu sendiri. Oleh karena itu, kami
selaku Penasihat Hukum yang membela hak Terdakwa di persidangan, akan mengajukan keberatan selanjutnya
atas Surat Dakwaan yang disusun oleh Saudara Penuntut Umum.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 8


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

1. Penuntut Umum Tidak Cermat Dalam Mendakwakan Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Perkara A Quo
Penuntut Umum dalam uraian Surat Dakwaan menjabarkan bahwa Terdakwa telah melakukan
tindak pidana korupsi yang terkualifikasi dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi namun terulang kembali kekeliruan
Penuntut Umum yang sejatinya tidak memperhatikan keseluruhan dari uraian Surat Dakwaan yang
telah dibuatnya.
Jika kita perhatikan lebih lanjut dari uraian Surat Dakwaan dalam pemenuhan unsur Pasal 3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tertulis
sebagai berikut :
“IBNU RAJA LUBIS selaku Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementrian Dalam Negeri menyuruh INNESYA MAGHFIRAH selaku Sekretaris Jenderal
Kementerian Dalam Negeri untuk menghubungi ANANDA RISKY selaku Anggota Komisi II DPR
RI agar meloloskan usulan pembiayaan pemberian Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan
penetapan KTP berbasis NIK secara nasional (KTP Elektronik).”
Selain itu terdapat uraian yang menjabarkan bahwa Surat Dakwaan tidak cermat, kabur
(exception obscuur libeli) serta tidak rinci hal ini bertentangan dengan Pasal 143 ayat (2) a KUHAP
yang berbunyi :
“Penuntut Umum membuat Surat Dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi
Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama
dan pekerjaan Tersangka.”
Berdasarkan Uraian tersebut bertentangan dengan Surat Dakwaan yang dijabarkan oleh Penuntut
Umum karena terdapat tidak keserasian dan ketelitian dalam tempat lahir yang tertera dalam Surat Dakwaan
dengan yang tertera di Akta Kelahiran. Dimana Penuntut Umum membuat tempat lahir Terdakwa di
Purwakarta sedangkan yang aslinya tempat lahir Terdakwa di Purwokerto.
Istilah Error in Persona tidak terdapat dalam KUHAP maupun peraturan perundang-undangan yang
lain. Namun secara teori pengertian error in persona ini bisa ditemukan dalam doktrin pendapat ahli-ahli
hukum. Secara harfiah arti dari error in persona adalah keliru mengenai orang yang di maksud atau kekeliruan
mengenai orangnya. Suatu kekeliruan atau kesalahan-kesalahan yang bersumber pada human error mempunyai
konsekuensi yang cukup besar dan kesalahan dalam menangkap orang tersebut (error in persona) akibatnya
akan menyebabkan terjadinya salah menuntut orang yang pada akhirnya berujung pada salah menghukum orang
tersebut.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 9


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

Mengaitkan segala uraian yang telah dijabarkan oleh Penuntut Umum, dapat disimpulkan bahwa
Penuntut Umum tidak cermat dan tidak rinci dalam menjabarkan biodata Terdakwa. Maka dari itu melalui
kekeliruan yang dilakukan Penuntut Umum tersebut Surat Dakwaan haruslah dinyatakan Batal Demi Hukum.

2. Deelneming
Bahwa menurut Prof. Dr. Wirjono Pradjodikoro, S.H. dalam bukunya yang berjudul Asas-Asas
Hukum Pidana (halaman 108-109) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan penyertaan (deelneming)
adalah semua bentuk-bentuk penyertaan yang ditentukan dalam Pasal 55 KUHP, yang mana dalam
Pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP dapat diklasifikasikan pelaku adalah :
1. Mereka yang melakukan (pleger/pelaku), yaitu pelaku tindak pidana yang ada hakekatnya
memenuhi semua unsur dari tindak pidana. Dalam arti sempit, pelaku adalah mereka yang
melakukan tindak pidana. Sedangkan dalam arti luas meliputi bagian dari klasifikasi diatas
yaitu mereka yang melakukan perbuatan, mereka yang menyuruh melakukan, dan mereka yang
turut serta melakukan ;
2. Mereka yang menyuruh melakukan (doenpleger) yaitu seseorang ingin melakukan suatu tindak
pidana, akan tetapi ia tidak melaksanakannya sendiri. Dia menyuruh orang lain untuk
melaksanakannya. Dalam penyertaan ini orang yang disuruh tidak akan dipidana, sedangkan
orang yang menyuruh dianggap sebagai pelakunya. Dialah yang bertanggungjawab atas
peristiwa pidana karena atas suruhannyalah terjadi suatu tindak pidana ;
3. Mereka yang turut serta melakukan (medepleger) yaitu mereka yang ikut serta dalam suatu
tindak pidana Terdapat syarat dalam bentuk mereka yang turut serta, antara lain :
a. Adanya Kerjasama secara sadar dari setiap peserta tanpa perlu ada ;
b. Kesepakatan, tapi harus ada kesengajaan untuk mencapai hasil beberapa tindak pidana ;
c. Ada Kerjasama pelaksanaan secara fisik untuk melakukan pidana.
Bahwa dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum pada Dakwaan Kesatu terdapat uraian fakta
perbuatan yang berbunyi :
“Bahwa Terdakwa IBNU RAJA LUBIS selaku Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementrian Dalam Negeri bersama-sama dengan INNESYA MAGHFIRAH, FATUR RAHMAN
PANJAITAN, ANANDA RISKY dan ABRAR MAKMUR NASUTION (terpidana dalam perkara
terpisah), dalam kurun waktu tertentu antara tanggal 6 Februari 2019 sampai dengan tanggal 15 April
2020 atau setidaknya pada waktu-waktu lain 2019 sampai 2020,… dst” telah melakukan atau turut
serta melakukan, secara melawan hukum yaitu Terdakwa telah ikut serta dalam proses pengadaan
barang/jasa paket pengadaaan Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk
Kependudukan secara Nasional (KTP Elektronik) Tahun anggaran 2020-2021,… dst.”
Menilik konstruksi Dakwaan seperti di atas, dimana Penuntut Umum mencantumkan frase
“bersama-sama dengan INNESYA MAGHFIRAH, FATUR RAHMAN PANJAITAN, ANANDA
RISKY, dan ABRAR MAKMUR NASUTION.,” kami Penasihat Hukum Terdakwa beranggapan
seharusnya Saudara Penuntut Umum tegas dan menghindarkan sikap ragu-ragu dalam menentukan
kualifikasi keturutsertaan Terdakwa. Hal ini mungkin dilatarbelakangi keterbatasan Saudara Penuntut
Umum dalam memahami secara komprehensif mengenai keturutsertaan sebagaimana dalam

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 10


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHAP. Dakwaan tersebut adalah tidak jelas dan kabur berdasarkan analisis
yuridis sebagai berikut :
Pada Dakwaan Kesatu tersebut, Terdakwa didakwa melakukan perbuatan pidana secara
bersama-sama dengan INNESYA MAGHFIRAH, FATUR RAHMAN PANJAITAN, ANANDA
RISKY, dan ABRAR MAKMUR NASUTION, akan tetapi dalam kalimat yang sama Terdakwa
sekaligus juga didakwa sebagai telah melakukan atau turut serta melakukan, yang pada dasarnya
hanyalah pengutipan bunyi pasal-pasal yang didakwakan saja. Rangkaian kalimat yang disusun Saudara
Penuntut Umum membingungkan sehingga tidak jelas apakah :
a. Terdakwa, INNESYA MAGHFIRAH, FATUR RAHMAN PANJAITAN, ANANDA
RISKY, dan ABRAR MAKMUR NASUTION. Itu bersama-sama melakukan? Atau
b. Terdakwa, INNESYA MAGHFIRAH, FATUR RAHMAN PANJAITAN, ANANDA
RISKY, dan ABRAR MAKMUR NASUTION. Itu bersama-sama turut serta melakukan?
Atau
c. Terdakwa, INNESYA MAGHFIRAH, FATUR RAHMAN PANJAITAN, ANANDA
RISKY, dan ABRAR MAKMUR NASUTION. Itu turut serta melakukan? Atau
d. Terdakwa, INNESYA MAGHFIRAH, FATUR RAHMAN PANJAITAN, ANANDA
RISKY, dan ABRAR MAKMUR NASUTION. Itu bersama-sama melakukan?
Dalam doktrin Hukum Pidana ada perbedaan yang tegas antara yang melakukan dan turut serta
melakukan. Dalam melakukan perbuatan harus ada perbuatan fisik yang dilakukan oleh pelaku tunggal, secara
sendiri, dan individual betapapun kecil perbuatannya. Orang yang turut serta melakukan perbuatan bersama-
sama itu harus ada kerjasama fisik untuk melakukan perbuatan yang paling berhubungan.
Susunan Dakwaan dari Saudara Penuntut Umum juga dapat berarti bahwa Terdakwa, INNESYA
MAGHFIRAH, FATUR RAHMAN PANJAITAN, ANANDA RISKY, dan ABRAR MAKMUR
NASUTION bersama-sama melakukan atau turut serta melakukan. Hal ini menjadikan Dakwaan tidak jelas,
“yang melakukan atau turut serta melakukan” bila ketiganya adalah sebagai orang yang melakukan atau turut
serta melakukan ?
Bahwa Penuntut umum dalam membuat Surat Dakwaan telah mencampur-adukkan berbagai bentuk
penyertaan (deelneming) pada satu orang Terdakwa sehingga dakwaan menjadi kabur dan tidak jelas. Dengan
mendasarkan pada rumusan dakwaan diatas, maka Terdakwa adalah sebagai orang yang melakukan (pleger) atau
menyuruh melakukan (doenpleger) atau sebagai orang yang turut serta melakukan (medepleger).
Maka berdasarkan uraian yang telah kami paparkan di atas terlihat bahwa Jaksa Penuntut Umum
sendiri bingung dan tidak secara rinci mengklasifikasikan Tindakan apa yang secara real dilakukan oleh
Terdakwa dalam perkara ini. Dengan ketidakrincian tersebut sungguhlah sangat sulit untuk meminta
pertanggungjawaban hukum sedangkan perkaranya sendiri belum terang benderang dalam menguraikan
kronologi sesuai dengan unsur delik yang didakwakan. Seharusnya Penuntut Umum dalam Dakwaannya
menguraikan seluruh unsur delik sesuai dengan ketentuan Pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP, yaitu mereka yang
melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan, sebagaimana yang
diamanatkan dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 11


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

Sehingga dengan tidak diuraikannya seluruh unsur delik dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
sebagaimana yang didakwakan kepada Terdakwa sesuai dengan Pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP.
Maka berdasarkan uraian-uraian Penasihat Hukum tersebut sudah cukup membuktikan bahwa Surat
Dakwaan yang disusun oleh Jaksa Penuntut Umum dinyatakan Batal Demi Hukum.

3. TENTANG SPILTSING
Perkara tidak seharusnya dipisah (splitsing)
Praktik buruk dalam penuntutan di pengadilan kita, terutama dalam perkara yang ada persyaratan
(deelneming) acapkali dilakukan pemisahan atau dilakukan splitsing. Hal ini apabila kita cermati, bukan karena
adanya perbedaan peran dari masing-masing Terdakwa IBNU RAJA LUBIS, INNESYA MAGHFIRAH,
ANANDA RISKY, FATUR RAHMAN PANJAITAN, ABRAR MAKMUR NASUTION tetapi umumnya
karena tidak ada saksi yang cukup untuk membuktikan kebenaran dari sangkaan. Paling tidak, ada keraguan
dari Saudara Penuntut Umum bahwa Terdakwa IBNU RAJA LUBIS, INNESYA MAGHFIRAH, ANANDA
RISKY, FATUR RAHMAN PANJAITAN, ABRAR MAKMUR NASUTION apabila tidak bersaksi untuk
Terdakwa yang lain, maka Dakwaan itu tidak akan terbukti. Sebagai cover up menutupi keraguan itu maka
Saudara Penuntut Umum biasanya hanya menyebut mantra ajaib “bersama-sama” dalam Dakwaan dan mantra
lainnya “akan didakwa secara terpisah.”
Hal yang pasti bahwa para saksi mahkota itu akan mengalami posisi dilematis, karena adanya tekanan
psikologis sebab sebagai saksi dia harus menyatakan apa yang dia dengar, dia lihat dan dia rasakan sendiri,
bukan seperti yang dikehendaki oleh orang lain. Saksi ini akan terikat dengan sumpahnya. Apabila dia
berbohong, maka bukan hanya perkara pokoknya saja yang mengancam dia, tetapi perkara sumpah palsu pasti
menunggu untuk menambah hukumannya. Seperti yang ditegaskan dalam Pasal 242 KUHP. Apalagi dalam
perkara ini, perkara pidana. Ancaman hukuman sumpah palsu itu cukup tinggi sampai 9 tahun penjara.
Prof. Mr. Dr. A.Z Abidin Farid menyatakan bahwa “sifat khusus turut melakukan (nedpleger), yaitu
perbuatan-perbuatan pelaksanaan dan perbuatan yang sangat penting bagi terwujudnya delik merupakan suatu
kesatuan yang mewujudkan delik, sehingga tiap-tiap peserta saling bertanggungjawab sesama pelaku peserta
(accessoiriteit). Jika perkara dipisah-pisah (splitsing) dan diadili sendiri-sendiri, lalu masing-masing Terdakwa
bergantian menjadi saksi terhadap pelaku lain, padahal mereka telah melakukan delik penyertaan, maka hal
tersebut melanggar dasar dan sendi Hukum Acara Pidana Indonesia yang bersifat accussatoir yang berarti kita
kembali pada zaman penjajahan yang Hukum Pidananya sifat inquisatoir.”
Pada dasarnya secara prinsip KUHAP menyatakan dalam Pasal 66 Jo. Pasal 189 ayat (2) KUHAP
bahwa Tersangka atau Terdakwa IBNU RAJA LUBIS tidak boleh dibebani kewajiban pembuktian dan
keterangan Terdakwa tersebut hanya dapat digunakan untuk dirinya sendiri, di samping itu Terdakwa IBNU
RAJA LUBIS juga memiliki hak ingkar berdasarkan Pasal 175 KUHAP.
Artinya pemecahan berkas perkara itu sendiri sudah mengandung kelemahan hukum sedari semula.
Karena Terdakwa akan bersaksi yang mana kesaksiannya tersebut secara tidak langsung dapat memberatkan
tindak pidana yang dilakukannya.
Dengan adanya uraian di atas, Kami sebagai Penasihat Hukum dari Terdakwa IBNU RAJA LUBIS
meminta kepada Hakim Yang Mulia untuk membatalkan Splitsing Surat Dakwaan yang dibuat oleh Penuntut
Umum karena semestinya para pelaku peserta diadili sekaligus dan perkaranya tidak dipisah-pisah.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 12


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

Pemisahan perkara menimbulkan putus dan yang tidak sinkron satu dengan yang lainnya sehingga
menimbulkan suatu ketidakadilan dan tidak memenuhi prosedur dalam pembuatan Surat Dakwaan. Dan
berdasarkan uraian diatas, Penasihat Hukum sudah cukup membuktikan bahwa Dakwaan yang disusun oleh
Saudara Penuntut Umum dapat dinyatakan Tidak Dapat Diterima.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 13


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

BAB III
KESIMPULAN
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Penuntut Umum Yang Terhormat,
Dari seluruh uraian tersebut diatas, kiranya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Surat Dakwaan Penuntut Umum telah disusun secara tidak cermat, tidak jelas, dan tidak
lengkap, serta tidak rinci menempatkan perbuatan dan biodata Terdakwa IBNU RAJA LUBIS,
Terdakwa telah didakwa seolah-olah melakukan tindak pidana tersebut, dan melakukan Error
In Persona sehingga patutlah kiranya Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan bahwa
Dakwaan yang disusun oleh Penuntut Umum Batal Demi Hukum.
2. Bahwasanya Penuntut Umum telah lalai dalam menentukan pengadilan yang berwenang
mengadili, karena sesuai dengan yang telah kami uraikan di atas, bahwasanya ranah Tindakan
dalam kasus korupsi ini berada dalam lingkungan hukum Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
sehingga patut Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat tidak berwenang untuk mengadili perkara a quo.
3. Bahwasanya Penuntut Umum telah keliru dalam menentukan pemisahan berkas perkara dalam
berkas perkara ini dan mencantumkannya pula dalam Surat Dakwaan sehingga hal ini
merupakan Undue Process of Law dan menyebabkan Surat Dakwaan Tidak Dapat Diterima.
4. Bahwa Dakwaan Penuntut Umum yang ditujukan terhadap Terdakwa IBNU RAJA LUBIS
tidak menjelaskan dengan tegas antara yang melakukan dan turut serta melakukan, karena
kedua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda pula sehingga menyebabkan Batal Demi
Hukum.
Di samping itu semua dakwaan yang ditujukan kepada Terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat
materiil sebuah Surat Dakwaan menurut KUHAP, karena tidak diuraikan secara cermat, jelas, dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan, dan unsur melawan hukum. Oleh karena itu, cukup
alasan untuk menyatakan Dakwaan Harus Dibatalkan.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 14


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

BAB IV
PENUTUP
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Berlandaskan uraian-uraian yang telah kami sampaikan diatas Kami selaku Penasihat Hukum
Terdakwa, senyatanya kami hanya ingin mengkritisi Surat Dakwaan yang disusun oleh Saudara Penuntut
Umum. Adapun hal yang kami persoalkan sejatinya tidak menyentuh pokok perkara namun hanya mengoreksi
kekeliruan yang ada pada Surat Dakwaan.
Pada akhir keberatan ini, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa atas nama IBNU RAJA LUBIS
memohon kepada Majelis Hakim yang dapat memberikan kearifan dan kebijaksanaan dalam mengadili perkara
a quo untuk menjatuhkan putusan sela sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa IBNU RAJA LUBIS ;
2. Menyatakan bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tidak berwenang mengadili perkara a quo ;
3. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register Perkara : Dak-
29/TUT.01.04/24/01/2021 batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima ;
4. Menyatakan bahwa pemeriksaan perkara a quo haruslah dihentikan ;
5. Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan Penuntut Umum ;
6. Memulihkan harkat martabat dan nama baik Terdakwa IBNU RAJA LUBIS ;
7. Membebaskan biaya perkara kepada Negara ;
Atau
Ex Aequo Et Bono, Ex Meritus Justitiae
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain maka kami mohon putusan yang seadil-adilnya.
Di akhir dari Nota Keberatan ini, perkenankanlah kami mengutip Adagium Hukum yang dirumuskan
oleh para ahli hukum zaman romawi, berbunyi :

“Fiat Iustitia, Et Pereat Mundus”


“Keadilan akan tetap ada meskipun dunia akan
musnah”

Berdasarkan kutipan di atas, kami yakin dan percaya bahwa Hakim Yang Mulia akan menjatuhkan
putusan yang adil dan benar berdasarkan fakta hukum dan keyakinannya.

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 15


S&S ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jl. Pasar Minggu No. 16, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI JAKARTA, 12510.
Telp : (+62 21) 53444488 Fax : (+62 21) 53444489,
Email : S&SAKH@gmail.com

Putusan Akhir, kami serahkan nasib dan masa depan IBNU RAJA LUBIS kepada Hakim Yang Mulia,
karena hanya Hakimlah yang dapat menentukannya dengan bunyi ketukan palu, mudah-mudahan ketukan palu
tersebut memberikan pertanggungjawaban yang benar demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demikianlah keberatan ini kami sampaikan, atas kearifan dan kebijaksanaan Majelis Hakim kami
ucapkan terima kasih.

Jakarta, 05 Februari 2022


Hormat Kami
TIM PENASIHAT HUKUM TERDAKWA

Syahri Turnip, S.H., M.H Silvia Bahri, S.H., M.H

Nota Keberatan (EKSEPSI) IBNU RAJA LUBIS 16

Anda mungkin juga menyukai